Anda di halaman 1dari 30

GIZI DAN SOSIAL BUDAYA

ASPEK SOSIAL BUDAYA :


✓ Pendidikan
✓ Pengetahuan
✓ Adat istiadat
✓ Kepercayaan
✓ Persahabatan
✓ Pergaulan
GIZI DAN SOSIAL BUDAYA
 57% kepala rumah tangga berpendidikan dasar, dan 57,9% bekerja sebagai
petani pemilik. 81,3% ibu rumah tangga berpendidikan dasar,66,4%
bekerja sebagai petani pemilik, dan 75,7% ibu berpengetahuan gizi
kurang. 38,3% rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga antara 5-
6orang. dan 70,1% rumah tangga miskin. 51,4% rumah tangga menyukai
satu jenis makanan pokok, 83,2% rumah tangga menggunakan ubi jalar
sebagai simbol nilai komunikasi, dan 67,3% rumah tangga menganggap
ubi jalar sebagai simbol nilai religi. 51,4% rumah tangga menggunakan
lebih dari satu jenis makanan pokok sebagai simbol nilai
persahabatan,75% rumah tangga memilih ubi jalar sebagai simbol nilai
ekonomi, dan 78,5% rumah tangga menggunakan ubi jalar dalam tradisi.
Hasil penelitian ini menunjukkan semakin tinggi strata sosial semakin
bervariasi makanan pokok yang dikonsumsi. Sebaliknya semakin kuat
faktor budaya yang dianut, semakin sedikit jenis makanan pokok yang
dikonsumsi.
Simpulan : Faktor sosial budaya berhubungan kuat dengan konsumsi
makanan pokok masyarakat (kontribusi energi dan pola makan
makanan pokok). Wahida Y Mapandin, Tesis 2006, Undip
 Tingkat pendidikan orang tua berhubungan
dengan Tinggi Badan Anak Baru Sekolah (
TBABS), USU,2006 )
 Makin tinggi pengetahuan ibu , makin baik status
gizi balita (Himawan AW,2006 )
 Tingkat pendidikan ibu dan ayah berpangaruh
postif terhadap status gizi balitanya (Dewanti, )
 Pengetahuan ibu meningkat semakin baik status
gizi bayi, (Burhanuddin Bahar 2006 Pangkep).
 Tingkat sosial keluarga semakin baik tumbuh
kembang anak juga semakin baik.
 Peran ibu di rumah menentukan apa yang akan
dimakan anak anaknya dan terbentuknya
kebiasaan makan.
5 peran ibu dalam menentukan konsumsi
makanan keluarga (Engel,Roger dan Paul 1993)
1. Peran ibu sebagai pengendali setiap
memutuskan apa yg dikonsumsi
2. Besarnya pengaruh ibu
3. Ibu sangat menentukan apa yg mau dibeli
4. Ibu sebagai pembeli produk
5. Ibu sebagai pengguna produk
 Terdapat hubungan yang kuat antara tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan
dengan tingkat konsumsi gizi anak balitanya
(Rahmi, 2000)
Larangan makan karena kepercayaan,tradisi
turun menurun
Larangan makan karena dipercayai akan memberi
efek buruk bagi yang mengkonsumsi
Larangan makan karena kebiasaan
Larangan makan karena agama
Anjuran mengkonsumsi makanan/ memberi
makanan karena :
❑Bentuk pemberian penghormatan
❑Sukses
❑Rasa syukur
❑Selamat
❑Do’a
❑Kebersamaan komunitas
Aspek Anthropologi dan Budaya yg
mempengaruhi susunan hidangan
 Cara manusia mendapatkan makanan
 Pengetahuan anthropologi dan produksi pangan
 Susunan hidangan dan ekosystem
 Susunan hidangan sbg hasil budaya
 Fungsi sosial hidangan dan makanan
 Nilai sosial bahan makanan
 Pantangan / tabu thd makanan
Budaya pangan
 Lingkungan fisik : matahari, hujan, tanah, flora
dan fauna adalah faktor pertama yg menentukan
cara manusia mendapatkan pangan.
 Melalui rupa rasa, bau, warna dan tekstur serta
cita rasa maka manusi mengenal, memilih
makanan yg disukai dan menjadi makanannya.
 Setiap masyarakat memiliki nilai thd pangan dan
makanan sehingga makanan itu dimakan atau
tidak dimakan.
 Nilai yang muncul antara lain: ada makanan yg
khusus dijual dan khusus dimakan. Makanan
bagi orang kaya, bagi orang miskin, makanan
bagi anak2, orang dewasa dan usia lanjut.
 Setiap masyarakat mempunyai aturan dan
kepercayaan thd makanan/pangan
 Pendidikan gizi perlu dilakuakn bagi kelompok
masyarakat yg memiliki berbagai aspek budaya
yg tidak menguntungkan kesehatan masyarakat.
 Ilmu anthropologi budaya , sosiologi dan
psikologi sosial membantu dlm melakukan
intervensi gizi kearah perilaku gizi baik.
Pola Makanan
 Apa yang dimakan dan bagaimana cara makan
dari sebuah masyarakat banyak ditentukan oleh
pengetahuan ttg makanan, kesehatan , makanan
yg tersedia, nilai baru pada makanan, sikap
masy thd perubahan ttg pangan.
 Makanan mempunyai nilai kesenangan,
kepuasan di masyarakat.
Pembagian makanan dlm keluarga
 Terjadi pembedaan distribusi makanan dlm
keluarga ( ayah, ibu, anak anak, pria dan wanita
)
 Cara menghidangan/ pelayanan makanan
berbeda menurut status sosial.
 Setiap makanan / bahan pangan mempunyai
nilai sosial dimasyarakat.
Kejiwaan dan perilaku makan
 Proses pembiasaan makan masyarakat karena
terjadi peristiwa pembelajaran sejak dini, anak anak
mulai dari mengenal pertama makanan yg dpt
menciptakan dia menerima manakanan dgn baik .
 Lewin ( 1943 ) mempelajari kebiasaan makan
masyarakat yakni : masyarakat menyukai apa yg
mereka makan dari pada makanan yang ada pada
mereka.
 Mead ( 1962) keterikatan kuat sebuah masyarakat
karena makanan yg dikonsumsinya mempunyai nilai
kesenangan
Kepercayaan ttg Sehat - Sakit
 Keyakinan masyarakat ttg makanan bisa membuat
orang sehat atau membuat orang sakit.
 Atau sebaliknya atidak ada hubungan makanan
dengan orang menjadi sakit /tidak sakit.
 Ada jenis makanan tertentu yg dapat membuat
sesorang sehat atau sakit.
Contoh kasus :
 Bayi/balita menderita KEP karena dihisap buyu
 Ketika hamil membenci monyet maka setelah lahir
bisa menderita KEP
 Anak kecil tidak boleh makan ikan bisa kecacingan
 Anak demam karena dipisah dari tempat tidur
ibunya.
 Makanan dianggap “panas” atau “dingin” bila
dimakan anak bisa sakit. Di Malaysia anak dilarang
makan pepaya.
 Makanan dianggap “berat” atau “ringan” bila
dimakan akan sakit. Daging, telur bisa membuat
pria kuat.ikan, belut bila dikonsumsi bisa
membuat diare, konstipasi.
 Makanan ibu hamil dibatasi agar bayinya mudah
lahir
 Ibu mennyusui dilarang maka hewani karena
dapat meracuni bayinya
Pengaruh pola pekerjaan thd sarana memasak
 Ibu sebagai penentu makanan dalam
keluarga.
 Ibu dengan pekerjaanya ada yg
memperkerjakan pembanu/tidak
 Kelengkapan sarana memasak menentukan
apa yg akan dimasak dan dimakan
 Anak anak dan keluarga lainnya makan
dirumah
 Adanya jasa katering
Kebiasaan makan
 Kebiasaan ( habit ) = pola perilaku yg diperoleh dari
praktik yg terjadi berulang ulang.
 Kebiasaan makan :
o Suatu pola perilaku konsumsi pangan yg diperoleh
karena terjadi berulang ulang.
o Food consumption behavior
o Tindakan manusia ( what people do, practise) thd
makan dan makanan yg dipengaruhi oleh pengetahuan
( what people think ) dan perasaan apa yg dirasakan (
what people feel ) dan presepsi ( what people preceive
) thd pangan dan makanan
Kebiasaan makan ( Guthe & Mead 1945 )
 Cara individu atau kelompok masyarakat dalam
memilih, mengkonsumsi dan menggunakan
makanan yg tersedia yang didasarkan pada
faktor sosial, budaya, ekonomi dimana ia hidup /
berada.
 Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia
dalam memenuhi kebutuhannya thd makanan yg
diekspresikan dlam sikap, kepercayaan dan
pemilihan makanan
❑ Sikap : positif atau negatif tergantung sikap yg
tumbuh dilingkungannya.
❑ Kepercayaan : nilai kognitif; baik-buruk, menarik-
tidak menarik.
❑ Pemilihan :proses psikomotor, memilih atau tidak
memilih.
Faktor2 yg mempengaruhi kebiasaan
makan
A. Faktor Ekstrinsik ( diluar diri manusia).
1. Lingkungan alam; dari pantai sampai gunung
2. Lingkungan sosial ; pandangan masyarakat
dalam menilai ttg makanan shg ia menerima /
menolak makanan ttt
3. Lingkungan budaya dan agama; puasa mutih,
ngrowot untuk mencapai cita2
4. Lingkungan ekonomi ; pd tkt ekonomi tertentu
semakin baik konsumsi gizinya, bila ekonomi
terus meningkat konsumsi gizi tidak menjamin
semakin baik.
B. Faktor Instrinsik ( dalam diri manusia).
1. Asosiasi Emosional ; menolak makanan tt
karena kesan emosi masa lalu
2. Keadaan jasmani & kejiwaan yg sedang sakit
: sakit gigi, badan demam dll akan menolak
makanan
3. Penilaian yg lebih thd mutu makanan : telur,
madu, nasi memiliki nilai lebih. Bila
mengkonsumsi nya akan terpenuhi segalanya.
Bentuk kebiasaan makan
( Sanjur, 1982.Social and Cultural Prespectives in Nutrition )

a. Kebiasaan makan secara budaya dipandang


sebagai variabel tak bebas yang terbentuk pd
disr seseorang karena ia pelajari ( learned )
b. Kebiasaan makan yg terdapat pada diri
seseorang bukan karena proses pendidikan
tertentu atau yang sengaja ia pelajari (
unlearned )
Terbentuknya kebiasaan makan menurut
Sanjur, 1982
 Teori dimensi ganda terjadi karena konsumsi
makanan, ideologi makan, kesukaan thd
makanan dan sosbud makan.
 Teori analisis dislipin ganda : tiga tipe kebutuhan
: ke butuhan biogenik, psikogenik dan
sosiogenik.
 Ketersedian pangan
 Teoeri saluran : peran ibu rumah tangga dlm
menyediaan makanan keluarga.
Bagan Hubungan Fisik, Budaya
dengan Kebiasaan makan
Produksi,
pengawetan, Status sosial, status
distribusi dan fisik, peranan upacara
persiapan Etika makan dan
makanan pembagian kerja

Lingkungan
ekonomi
Kebiasaan
makan
Model2 dalam mempelajari
kebiasaan makan
Koencaraningrat ( 1984) mengembangkan model
faktor2 sosial dan budaya yg mempengaruhi
kebiasaan makan dan pola konsumsinya :
1. Faktor perilaku
2. Faktor lingkungan sosial
3. Faktor lingkungan ekonomi
4. Faktor lingkungan ekolgi
5. Faktor persediaan pangan
6. Faktor perkembangan teknologi, bioteknologi

Anda mungkin juga menyukai