Anda di halaman 1dari 12

Nama : Noorlaili Mauleni

NIM : P07131123062
Prodi : Diploma III Gizi
Matkul : Sosiologi Antropologi
Dosen : Drs. Jumarianto, M,S.i

Masalah Pembentukan Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan merupakan ekspresi pilihan setiap individu terhadap


makanan yang membentuk pola perilaku makan. Oleh karena itu, ekspresi pilihan
makanan setiap orang berbeda-beda (Khomsan, 2004).

Kebiasaan makan adalah perilaku seseorang atau kelompok terhadap


makanan yang sering dimakannya. Pola pangan pada kelompok mempengaruhi
status gizi masyarakat. Oleh karena itu, program perbaikan gizi harus diupayakan
untuk memastikan bahwa kebiasaan makan yang baik dapat diterapkan untuk
mendukung program diversifikasi pangan pemerintah. Sampai saat itu, kebiasaan
makan yang buruk harus digantikan dengan ide-ide baru untuk mendukung
tercapainya gizi di masyarakat. (Abd. Kadir A, 2016)

Kebiasaan makan makanan cepat saji

Kebiasaan makan orang yang sering makan makanan cepat saji karena
terus menerus iklan dan ajakan. dari teman , yang dapat mempengaruhi gizi anak
karena makanan cepat saji seperti mie instan cenderung rendah serat, rendah
vitamin dan mineral, namun tinggi kalori, tinggi lemak, dan tinggi garam,
natrium, dan kolesterol. (Suhardjo, C, 2003).

A. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan secara tidak langsung:


1. Faktor lingkungan sosial

Lingkungan sosial memberikan gambaran yang jelas tentang


perbedaan kebiasaan makan. Setiap bangsa dan suku masyarakat
mempunyai kebiasaan makan yang berbeda-beda menurut budaya yang
diperoleh secara turun temurun.

2. Faktor lingkungan budaya dan agama

Faktor lingkungan budaya yang berhubungan dengan kebiasaan


makan biasanya mencakup nilai-nilai kehidupan spiritual dan kewajiban
sosial. Masyarakat meyakini bahwa seorang ibu atau anaknya dapat
mencapai nilai spiritual yang tinggi jika sang ibu dapat memenuhi
pantangan makanan tersebut. Agama juga memberlakukan pantangan
tertentu dan pantangan pada setiap agama yang dianut oleh orang. (Abd.
Kadir A. 2016).

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara langsung kebiasaan makan:


1. Konsumsi makanan

a. Kebiasaan

Suasana keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


kebiasaan makan, hal ini dapat didasari oleh ada tidaknya kebiasaan
makan yang sering, sehingga kebiasaan makan bersama akhirnya hilang
karena kurangnya waktu penimbunan. satu sama lain, belum lagi makan
bersama (khomsan ,2003)

b. Daya beli

remaja menjadi sasaran yang tepat di pasar makanan, remaja


biasanya mempunyai uang jajan, maka pengiklan memanfaatkannya
semaksimal mungkin melalui berbagai cara. media cetak dan elektronik
untuk menarik perhatian remaja. (Khomsan, 2003) Menurut Islamiyat
(2014), remaja biasanya memilih makanan cepat saji untuk dikonsumsi
karena harganya yang terjangkau.

c. Informasi

Informasi merupakan aspek yang sangat penting dalam membentuk


perilaku manusia (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan gizi
seseorang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku dalam pemilihan
makanan. Informasi gizi juga memberikan kesempatan untuk lebih
memahami nilai gizi makanan yang dimakan (Sediaoetama, 2000).

d. Sikap

Remaja yang mendapat pengaruh dari teman sebaya tentu akan


memiliki kecenderungan mengonsumsi mie instan. Ditambah lagi remaja
mendapat pengaruh lain dari luar dirinya seperti media massa, uang saku
yang relatif rendah dan ketersediaan mie instan disekitar yang tergolong
mudah diperoleh harganya terjangkau. (Arza A. E. I. 2017).

2. Asupan Gizi

Asupan makanan merupakan faktor utama untuk memenuhi


kebutuhan gizi sebagai sumber tenaga, mempertahankan ketahanan tubuh
dalam menghadapi serangan penyakit dan untuk pertumbuhan
(Departemen FKM UI, 2008). Manusia membutuhkan 20 energi untuk
mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas
fisik. Asupan tersebut diperoleh dari bahan makanan yang mengandung
karbohidrat, lemak dan protein (Almatsier, 2004).

a. Pola makan

Pola makan menunjukkan budaya dan kebiasaan serta kepercayaan


suatu kelompok masyarakat tertentu. Seperti halnya yang terjadi pada
remaja umumnya remaja memiliki kebiasaan yang kurang baik, beberapa
remaja khususnya remaja putri sering mengonsumsi makanan dalam
jumlah yang tidak seimbang dibandingkan dengan kebutuhannya karena
takut mengalami kegemukan (Saufika, Retnaningsih, & Alfiasari, 2012).

b. Pengetahuan gizi

Pengetahuan gizi mempengaruhi pola konsumsi seseorang dimana


apabila pengetahuan tentang gizi seseorang tinggi, maka kesadaran akan
pentingnya makan makanan bergizi juga meningkat sehingga kebutuhan
gizi akan terpenuhi. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang, maka ia
akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang
diperolehnya untuk dikonsumsi (Soediaoetama, 2000).

c. Aktifitas fisik

Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal adalah sesuatu


yang menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan
fisik, seperti berjalan, berlari, olahraga, dan lain-lain. (Huriyati, 2009).

Remaja yang aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan


asupan energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif. Angka
Kecukupan Gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan
2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap
hari. AKG energi dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat
(Yulia, 2012).

Berkembangnya kebiasaan makan dapat dibarengi dengan berbagai


tantangan yang dapat menghalangi seseorang untuk mencapai kebiasaan makan
yang sehat. Beberapa permasalahan umum yang sering ditemui dalam
mengembangkan kebiasaan makan adalah:

1. Kebiasaan lama yang sulit diubah:


Sering kali kebiasaan makan yang tidak sehat sudah mendarah
daging dalam gaya hidup seseorang selama bertahun-tahun. Mengubah
kebiasaan lama ini membutuhkan waktu, kesabaran dan tekad.

2. Tekanan lingkungan:
Lingkungan sekitar, termasuk teman, keluarga, dan tempat kerja,
dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang. Tekanan dari orang lain
untuk mengonsumsi makanan tidak sehat atau makan di luar jadwal bisa
menjadi penghalang.

3. Stres dan Emosi:


Banyak orang cenderung menggunakan makanan untuk mengatasi
stres, kecemasan, atau emosi negatif lainnya. Hal ini dapat memicu
kebiasaan makan yang tidak sehat seperti makan berlebihan atau memilih
makanan yang kurang bergizi.

4. Ketersediaan makanan tidak sehat:


Lingkungan yang penuh dengan makanan olahan, makanan cepat
saji, dan jajanan tidak sehat dapat mempersulit pemilihan makanan sehat.

5. Kurangnya Pengetahuan Gizi:


Kurangnya pengetahuan gizi dan kebutuhan tubuh dapat
menyebabkan sulitnya menentukan pilihan makanan sehat.

6. Kesulitan merencanakan dan menyiapkan makanan sehat:


Makan sehari-hari dapat mempersulit perencanaan dan menyiapkan
makanan sehat. Beberapa orang mungkin berpikir bahwa memasak
membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga.

7. Kurangnya dukungan sosial:


Mendapatkan dukungan dari orang lain, seperti teman atau
keluarga, dapat menjadi faktor penting dalam mengembangkan kebiasaan
makan yang sehat. Kurangnya dukungan sosial dapat membuat seseorang
sulit untuk tetap konsisten.

C. Memahami masalah kebiasaan makan makanan tidak sehat

Mengatasi masalah ini memerlukan pendekatan holistik dan komprehensif


yang mencakup perencanaan yang baik, dukungan sosial, manajemen stres, dan
kesadaran yang lebih besar terhadap kebiasaan makan dan kebutuhan nutrisi
tubuh.

Mengembangkan kebiasaan makan yang sehat merupakan aspek penting


dalam menjaga kesehatan fisik dan mental. Namun terkadang banyak orang
kesulitan mengembangkan kebiasaan makan yang baik dan sehat. Artikel ini
membahas beberapa masalah umum yang terkait dengan kebiasaan makan yang
tidak sehat dan menawarkan saran untuk mengatasi masalah ini.

1. Kesalahpahaman tentang gizi:

Salah satu permasalahan terbesar yang sering terjadi adalah


kesalahpahaman mengenai gizi. Banyak orang yang mungkin tidak menyadari
nilai gizi dari makanan yang dikonsumsinya, sehingga cenderung memilih
makanan yang tidak bergizi seimbang. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan
nutrisi atau asupan kalori berlebihan, yang pada akhirnya dapat berdampak buruk
bagi kesehatan.

Solusinya Pendidikan gizi penting agar masyarakat memahami pentingnya


makanan sehat dan pengaruhnya terhadap tubuh. Mendapatkan informasi nutrisi
yang anda dan menciptakan pola makan seimbang dapat membantu mengatasi
masalah ini.
2. Kebiasaan makan emosional:

Banyak orang cenderung menggunakan makanan sebagai mekanisme


mengatasi stres, kecemasan, atau emosi negatif lainnya. Hal ini dapat
menyebabkan kebiasaan makan yang tidak terkendali dimana seseorang mungkin
makan berlebihan atau memilih makanan yang tidak sehat untuk mengatasi
perasaannya.

Solusinya mengembangkan strategi alternatif untuk menghadapi emosi,


seperti olahraga, meditasi, atau berbicara dengan seseorang yang Anda percaya,
dapat membantu mengurangi makan secara emosional. Menyadari emosi dan
dampaknya terhadap kebiasaan makan juga penting dalam mengatasi masalah ini.

3. Lingkungan yang kurang mendukung:

Lingkungan sekitar juga dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang.


Jika lingkungan penuh dengan makanan yang tidak sehat atau hanya ada sedikit
dukungan terhadap gaya hidup sehat, kemungkinan besar seseorang akan
mengikuti kebiasaan makan yang tidak sehat.

Solusinya mengubah lingkungan fisik dan sosial untuk mendukung gaya


hidup sehat dapat membantu mengembangkan kebiasaan makan yang baik. Hal ini
dapat mencakup membeli makanan yang lebih sehat, mengurangi paparan
terhadap makanan yang tidak sehat, atau mencari dukungan dari teman dan
keluarga untuk membuat pilihan gaya hidup sehat.

Membentuk kebiasaan makan yang sehat membutuhkan kesadaran,


pendidikan, dan dukungan. Dengan memahami masalah umum yang terkait
dengan pembentukan kebiasaan makan yang tidak sehat dan menerapkan solusi
yang tepat, seseorang dapat memulai perjalanan menuju gaya hidup yang lebih
sehat dan lebih bahagia.

D. Eksplorasi Kebiasaan Makan di Berbagai Daerah


Ragam Budaya Kuliner di Seluruh Dunia Keberagaman budaya di seluruh dunia
tercermin dengan jelas dalam kebiasaan makan masyarakat setiap daerah. Setiap
wilayah memiliki tradisi kuliner yang unik, yang mencerminkan sejarah, geografi,
dan nilai-nilai budaya lokal. Artikel ini akan menjelajahi beberapa kebiasaan
makan yang menarik dari berbagai daerah di seluruh dunia.

Asia Tenggara:

Di Asia Tenggara, makanan sering kali merupakan perpaduan antara rasa


pedas, asam, manis, dan gurih. Nasi adalah makanan pokok yang hampir selalu
hadir dalam hidangan, dan saus atau sambal sering digunakan sebagai bumbu.
Contoh hidangan populer termasuk nasi goreng, laksa, dan tom yum.

Amerika Latin:

Kebiasaan makan di Amerika Latin dipengaruhi oleh warisan budaya dari


suku asli, Eropa, dan Afrika. Makanan khas seperti tacos, empanadas, dan ceviche
sering ditemukan di berbagai negara seperti Meksiko, Kolombia, dan Peru.
Makanan ini sering menggunakan bahan-bahan seperti jagung, kacang-kacangan,
dan cabai.

Mediterania:

Di daerah Mediterania, makanan cenderung mengutamakan bahan-bahan


segar dan alami seperti sayuran, buah-buahan, ikan, dan minyak zaitun. Diet
Mediterania terkenal karena keseimbangan yang baik antara lemak sehat dan
protein nabati. Contoh hidangan Mediterania termasuk hummus, tabbouleh, dan
paella.

Asia Timur:
Di Asia Timur, nasi dan mie sering menjadi komponen utama hidangan.
Makanan sering dimasak dengan teknik cepat seperti tumis atau direbus, dan
banyak makanan dihidangkan dalam potongan kecil yang cocok untuk berbagi.
Contoh hidangan termasuk dim sum, sushi, dan bulgogi.

Eropa Barat:

Di Eropa Barat, makanan seringkali terkait dengan musim dan produk


lokal. Roti, keju, dan anggur merupakan bagian penting dari diet di negara-negara
seperti Prancis, Italia, dan Spanyol. Hidangan khas termasuk croissant, pasta, dan
paella.

E. Program yang mendukung kebiasaan makan

Terdapat berbagai program yang didesain untuk mendukung kebiasaan makan


yang sehat dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa contoh program tersebut

1. Aplikasi Kesehatan dan Kebugaran: Aplikasi seperti MyFitnessPal,


Lifesum, atau Lose It! menyediakan fitur untuk melacak asupan makanan,
menghitung kalori, dan memberikan rekomendasi diet yang sesuai dengan
tujuan kesehatan individu.

2. Program Diet Online: Program diet online seperti Weight Watchers


(sekarang dikenal sebagai WW) atau Noom menawarkan dukungan
berkelanjutan dalam bentuk pelatihan, pemantauan makanan, dan
komunitas online untuk membantu orang dalam mencapai dan
mempertahankan berat badan yang sehat.

3. Program Kesehatan Masyarakat: Beberapa komunitas dan organisasi


kesehatan masyarakat menyelenggarakan program-program seperti kelas
memasak sehat, kelompok dukungan, atau kampanye untuk meningkatkan
kesadaran tentang pentingnya makanan sehat dan gaya hidup aktif.

4. Inisiatif Perusahaan: Banyak perusahaan menawarkan program kesehatan


bagi karyawan mereka, yang bisa termasuk pembinaan nutrisi, akses ke
gym atau kelas olahraga, serta insentif kebugaran untuk mendorong
kebiasaan makan yang sehat di tempat kerja.

5. Program Pendidikan Sekolah: Sekolah sering menyelenggarakan program-


program pendidikan tentang gizi dan kesehatan makanan, termasuk
pelajaran memasak sehat, kebun sekolah, dan kampanye sadar gizi untuk
membantu siswa dan keluarga mereka memahami pentingnya makanan
sehat.

6. Program Konseling Nutrisi: Jasa konseling nutrisi dari ahli dietitian atau
nutrisionis dapat membantu individu dalam merencanakan makanan sehat,
mengatasi kebiasaan makan yang tidak sehat, dan menyesuaikan diet
dengan kebutuhan kesehatan individu.

7. Kampanye Masyarakat: Kampanye-kampanye seperti Hari Makan Sehat


Sedunia atau Gerakan Makanan Sehat Nasional dapat menjadi sumber
inspirasi dan motivasi bagi individu untuk memulai atau mempertahankan
kebiasaan makan yang sehat.

8. Program Penelitian: Program penelitian ilmiah seperti studi klinis atau


survei kesehatan masyarakat sering memberikan informasi dan dukungan
bagi peserta dalam memahami pola makan yang sehat dan berpartisipasi
dalam perubahan perilaku yang positif.

Dengan adanya beragam program ini, individu memiliki banyak pilihan


untuk mendukung dan memperbaiki kebiasaan makan mereka sesuai dengan
tujuan kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unimus.ac.id/4140/7/7.%20Bab%202.pdf
Khor, G. L. (2008). Update on the prevalence of malnutrition among children in
Asia. The Nepalese journal of ophthalmology : a biannual peer-reviewed
academic journal of the Nepal Ophthalmic Society : NEPJOPH, 1(1), 4–
10. https://doi.org/10.3126/nepjoph.v1i1.2272

Anda mungkin juga menyukai