Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN WAWASAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MEMILIH MAKANAN

SEHAT DALAM OBESITAS PADA REMAJA SEKOLAH DI DESA PURWOSARI


KABUPATEN KUDUS

Proposal Skripsi

Oleh

Finkanita Salsabila

132021030036

Pembimbing :

Indanah, M.Kep.Ns.Sp.Kep.An

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi dari anak ke dewasa.Perubahan yang terjadi yaitu
perubahan fisik dan dan psikologis.Pada masa remaja memerlukan zat gizi yaitu untuk
pertumbuhan fisik.Asupan gizi yang tidak dapat memenuhi kebutuhan remaja dapat
menimbulkan masalah pada gizi remaja.
Pada masa remaja lebih banyak menyukai makanan cepat saji,makanan yang
dikonsumsi biasanya didapat dari pedagang berjualan dipinggir jalan atau menggunakan
kendaraan lain.Makanan jajanan adalah makanan yang disiapkan dan dijual langsung
oleh pedagang kaki lima atau ditempat keramaian umum yang langsung
dimakan.Makanan jajanan adalah makanan atau minuman yang diolah oleh pengrajin
makanan ditempat penjualan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain
yang disajikan oleh jsa boga,rumah makan/restoran dan hotel.
Data Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada
tahun 2013, menunjukkan secara nasional masalah gemuk pada usia 5-12 tahun masih
tinggi, yakni 18,8%, terdiri atas gemuk 10,8% dan sangat gemuk (obesitas) 8,8%.
Sedangkan prevalensi gemuk pada remaja usia 13-15 tahun sebesar 10,8%, terdiri atas
8,3% gemuk dan 2,5% sangat gemuk (obesitas).
Pada prinsipnya, obesitas terjadi karena asupan energi yang masuk lebih besar
dibanding yang keluar sehingga terjadi kelebihan energi dalam bentuk jaringan lemak.
Kelebihan jaringan lemak yang terjadi ini disebabkan oleh kelebihan kalori dalam
makanan yang diubah menjadi trigliserida disimpan dalam jaringan adiposa sehingga
meningkatkan ukuran jaringan adipose.Perubahan gaya hidup yang menjurus ke
westernisasi dan pola hidup kurang gerak (sedentary) sering ditemukan di kota-kota besar
di Indonesia. Perubahan gaya hidup ini menyebabkan terjadinya perubahan pengetahuan,
sikap, pola makan, serta pemilihan jenis dan jumlah makanan jajanan yang dikonsumsi
yaitu merujuk pada pola makan tinggi kalori, lemak dan kolesterol, terutama makanan
siap saji
(fast food) yang berdampak meningkatkan obesitas.

Pola makan yang tidak sehat seringkali terjadi karena ketidaktahuan akan dampak
yang ditimbulkan serta kurangnya pengetahuan dalam memilih makanan jajanan.
Pengetahuan berpengaruh terhadap sikap dalam memilih makanan jajanan. Pengetahuan
yang baik diharapkan mempengaruhi konsumsi makanan yang baik sehingga dapat
menuju status gizi yang baik pula.Kurang cukupnya pengetahuan tentang gizi dan
kesalahan dalam memilih makanan jajanan akan berpengaruh terhadap status gizi.
Obesitas disebabkan oleh faktor yang kompleks meliputi faktor genetik dan
lingkungan. Faktor lingkungan termasuk konsumsi pangan, sosial-budaya, aktivitas fisik
atau olahraga, dan metabolik. Selanjutnya, perkembangan faktor lingkungan lain, seperti
sosial-ekonomi dan teknologi, berperan penting dalam menggeser gaya hidup yang
semula sehat menjadi tidak sehat, yang dapat memicu kejadian obesitas.
Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO
menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global. Sehingga obesitas
sudah merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani karena
merupakan faktor risiko terjadinya penyakit degeneratif dan sindroma metablolik.
Obesitas yang terjadi pada remaja perlu mendapatkan perhatian serius,konsisten dan
disikapi bersama. Remaja mempunyai kebiasaan makan diantara waktu makan berupa
jajanan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Makanan mereka umumnya kaya energi
yang berasal dari karbohidrat dan lemak. Berdasarkan hasil di pengamatan diatas gaya
hidup remaja pada memilih makan sehat sangatlah penting, serta dampak negatif yang
ditimbulkan dari makanan cepat saji.Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian yang
berjudul hubungan wawasan pengetahuan dan sikap memilih makanan yang sehat dalam
obesitas pada remaja di Desa Purwosari Kabupaten Kudus.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka peneliti menetapkan permasalahan
“Bagaimana Hubungan Wawasan Pengetahuan dan Sikap Memilih Makanan Sehat
Dalam Obesitas Pada Remaja di Desa Purwosari Kabupaten Kudus? "
C. Pertanyan Penelitian
1. Apakah manfaat dari penelitian tersebut dan bagaimana cara menangani anak yang
obesitas?
2. Bagaimana peran orang tua dalam mengatur pola makan sehat bagi remaja obesitas?
3. Mengapa pada remaja sangat penting dalam memilih makanan sehat khususnya di
obesitas?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan wawasan Pengetahuan dan sikap memilih makanan
sehat dalam Obesitas Pada Remaja di Desa Purwosari Kabupaten Kudus.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden yang berjudul Hubungan Wawasan
Pengetahuan dan Sikap Memilih Makanan Sehat dalam Obesitas Pada Remaja di
Desa Purwosari Kabupaten Kudus.
b. Untuk mengetahui hubungan wawasan pengetahuan dalam obesitas pada remaja
di Desa Purwosari Kabupaten Kudus.
c. Untuk mengetahui hubungan sikap memilih makanan sehat dalam obesitas pada
remaja di Desa Purwosari Kabupaten Kudus.
d. Mengetahui gambaran wawasan pengetahuan dan sikap memilih makanan sehat
dalam obesitas pada remaja di Desa Purwosari Kabupaten Kudus.
E. Manfaat Penelitian
a. Bagi Institusi
Sebagai salah satu sumber referensi tambahan dan pengembangan ilmu pengetahuan
bagi mahasiswa khususnya terkait dengan perilaku remaja tentang wawasan
pengetahuan dan sikap memilih makanan sehat dalam obesitas pada remaja di Desa
Purwosari Kabupaten Kudus.
b. Bagi Responden (Remaja)
Agar dapat meningkatkan pengetahuan pada remaja dalam memilih makanan yang
sehat.
c. Bagi Peneliti
Untuk mengetahui bagaimana sikap remaja dalam memilih makanan yang sehat
dalam obesitas pada remaja di Desa Purwosari Kabupaten Kudus serta menambah
pengalaman dan wawasan pengetahuan bagi peneliti.
F. Keaslian Penelitian

G. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Waktu


Penelitian direncanakan akan dilakukan pada bulan X dan ditargetkan selesai dalam
waktu X.
2. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di wilayah Desa X Kabupaten X.
3. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini yaitu hubungan wawasan pengetahuan dan
sikap memilih makanan sehat dalam obesitas.
4. Ruang Lingkup Sasaran
Sasaran dalam penelitian ini adalah Remaja serta orang tua dalam memilih makanan
sehat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan
masa kehidupan orang dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan
biologis dan psikologis. Secara biologis ditandai dengan tumbuh dan berkembangnya
seks primer dan seks sekunder sedangkan secara psikologis ditandai dengan sikap dan
perasaan, keinginan dan emosi yang labil atau tidak menentu (Bariyyah H, K.&. M. F.
2016).
Masa remaja merupakan masa yang sangat rawan atas kebutuhan zat
gizi.Pemenuhan zat gizi yang seimbang diperlukan oleh kelompok remaja untuk
pertumbuhan, perkembangan dan menjalankan kegiatan jasmani yang meningkat.
Meskipun banyak remaja yang tidak memenuhi gizinya karena takut kegemukan agar
menjaga bentuk tubuh, ada juga yang malas atau tidak berselera dengan makan-makanan
yang bergizi. Pola makanan remaja umumnya sangat bervariasi serta dengan jumlah
sedikit dan di konsumsi tidak lengkap setiap kali makan. Terdapat beberapa pola makan
yang dilakukan remaja seperti cenderung bersifat acuh pada makanan, sering lalai pada
makan karena padatnya aktivitas, makan berlebihan baik porsi maupun ragam, mengikuti
trend dengan makan fast food dan sebagainya, tanpa memperhatikan kecukupan gizi yang
dibutuhkan (Soeyono, R. D., Nurlaela, L. and Kristiastuti, D. 2021).

B. Tinjauan Umum Tentang Makanan Jajanan


1. Pengertian Makanan Jajanan
Makanan jajanan menurut Food and agricultural organization (FAO) adalah
makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di
jalanan dan di tempattempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atu
dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Istilah makanan jajanan
tidak jauh dari istilah junk food, fast food, dan street food karena istilah tersebut
merupakan bagian dari istilah makanan jajanan. Makanan jajanan terdiri dari
minuman, makanan kecil (kudapan), dan makanan lengkap, didefinisikan sebagai
makanan yang siap untuk dimakan atau terlebih dahulu dimasak di tempat penjualan,
dan di jual di pinggir jalan, atau tempat umum (Syam, A., dkk. 2018).
2. Memilih Makanan Jajanan
Dalam pemilihan makanan jajanan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pemilihan makanan jajanan yaitu meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal mencakup pengetahuan khususnya pengetahuan gizi, kecerdasan, persepsi,
emosi dan motivasi dari luar. Pengetahuan gizi adalah kepandaian memilih makanan
yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam memilih makanan jajanan
yang sehat. Pengetahuan gizi anak sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan
jajanan (Aminudin, M. &Febryanto, B. 2016).
3. Fungsi Makanan Jajanan
Menurut Febry (2010), makanan jajanan selain berfungsi sebagai makanan
sellingan, berperan juga sebagai sarana peningkatan gizi masyarakat. Makanan
jajanan berfungsi untuk menambah zat-zat makanan yang kurang pada makanan
utama. Selain itu, makanan jajanan juga berfungsi, antara lain:
a. Sebagai sarapan pagi.
b. Sebagai makanan selingan yang dimakan di antara waktu makan-makanan utama.
c. Sebagai makan siang terutama bagi mereka yang tidak sempat makan di rumah.
4. Pengaruh Positif dari Makanan Jajanan
Kebiasaan jajan di sekolah sangat bermanfaat jika makanan yang dibeli itu sudah
memenuhi syarat-syarat kesehatan, sehingga dapat melengkapi atau menambah
kebutuhan gizi anak. Disamping itu juga untuk mencegah kekosongan lambung,
karena setiap 3-4 jam sesudah makan, anak akan merasa lapar. Apabila anak merasa
lapar, akan berpengaruh terhadap konsentrasinya sehingga anak tidak dapat
memusatkan kembali pikirannya pada pelajaran yang diberikan oleh guru dikelasnya
(Mavidayanti, H., 2016).
C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan pendengaran (Tarawan, V.
M. et al. 2020) .
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
(Notoatmodjo, 2014), yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan,menyebutkan contoh,menyimpulkan,meramalkan dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan 18egat-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2. Pengetahuan Mengenai Makanan Jajanan


Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan dan
pemilihan bahan makanan dengan baik, sehingga dapat mencapai keadaan gizi
seimbang. Pengetahuan tentang gizi adalah pemahaman seseorang terhadap ilmu
gizi, zat, gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan jika
pengetahuan masyarakat kurang tentang gizi, maka upaya yang dilakukan untuk
menjaga keseimbangan makanan yang dikonsumsi dengan yang dibutuhkan akan
berkurang dan menyebabkan masalah gizi kurang dan gizi lebih (Tarawan, V. M. et
al. 2020).
Pengetahuan berpengaruh terhadap sikap dalam memilih makanan
jajanan.Pengetahuan yang baik diharapkan mempengaruhi konsumsi makanan yang
baik sehingga dapat menuju status gizi yang baik pula. Kurang cukupnya
pengetahuan tentang gizi dan kesalahan dalam memilih makanan jajanan akan
berpengaruh terhadap status gizi (Sukma, D, C.,2014).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
Menurut Sukanto (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan,
antara lain:
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk mmeberikan pengetahuan sehingga terjadi
perubahan perilaku positif yang meningkat
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan lebih luas.
c. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang
meliputi sikap dan kepercayaan.
d. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang
sesuatu yang bersifat informal.
D. Tinjauan Umum Tentang Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap merupakan bentuk tingkah laku individu untuk merespon situasi atau
kondisi sehingga individu mau melakukan atau tidak melakukan sesuatu, berdasarkan
pemahaman persepsi dan perasaannya. Sikap dibentuk melalui tiga komponen
kognitif, afektif dan konatif yang termasuk didalam komponen kognitif antara lain
kepercayaan persepsi dan informasi, sedangkan komponen afektif merupakan lawan
dari kognitif yaitu berkenaan dengan emosi, suasana hati perasaan senang ataupun
tidak senang dan komponen konatif berkenaan dengan satu kebijaksanaan yang
berorientasi kepada sikap obyektif (Dachmiati, S. 2015).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Sunaryo (2004) dalam (Tutyan Mia Sari 2013), ada dua faktor yang
mempengaruhi pembentukan dan pengubahan sikap adalah faktor internal dan
eksternal.
a. Faktor internal
Berasal dari dalam individu itu sendiri. Dalam hal ini individu menerima,
mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar, serta menentukan
mana yang akan diterima atau tidak diterima.
b. Faktor eksternal
Faktor yang berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk mengubah dan
membentuk sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung dan tidak langsung.
3. Struktur Sikap
Sikap cukup menunjukkan adanya pandangan yang berbeda satu dengan yang
lain. Thurstone menekankan pada komponen efektif, para Rokeach menekankan pada
komponen kognitif dan konatif. Sedangkan pada Baron dan Byrne, juga Myers dan
Gerungan, pada komponen kognitif, afektif, dan konatif.
1. Komponen Kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan
dengan pengetahuan,pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan
dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang
merupakan hal yang positif,sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang
negatif.
3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action Componen), yaitu
komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek
sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar
kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek
sikap (Resmawan, E. 2019).
E. Kerangka Teori

Pengetahuan tentang Faktor yang


Sikap
makanan mempengaruhi:
1. Kebudayaan
2. Segi Psikologi
3. Media massa
Perilaku Anak
Faktor yang 4. Lembaga
memilih makanan
mempengaruhi : Pendidikan
1. Pendidikan 5. Faktor emosional
2. Informasi
3. Budaya Faktor yang
4. Pengalaman mempengaruhi:
5. Sosial Ekonomi 1. Faktor Intern:
a. Jenis ras
b. Jenis kelamin
c. Sifat fisik
d. Kepribadian
e. Bakat
f. Intelegensia
2. Faktor Ekstern:
a. Lingkungan
b. Pendidikan
c. Agama
d. Sosial
ekonomi
e. Kebudayaan

Gambar Kerangka Teori


Sumber : Notoatmodjo 2003, Sunaryo 2004, dan Suhardjo 2003 dalam
(Febriyanto, M. A. B. 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Soeyono, R. D., Nurlaela, L. and Kristiastuti, D. (2021) ‘Pola Konsumsi Makan Remaja, 10(1),
pp. 129–137
Notoatmodjo, S., (2014) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka,pp. 140-144.
Sukma, D. C., & Margawati, A. (2014). Hubungan pengetahuan dan sikap dalam memilih
makanan jajanan dengan obesitas pada remaja di SMP Negeri 2 Brebes. Journal of
Nutrition College, 3(4), 862-870.
Bariyyah Hidayati, K. and . M. F. (2016) ‘Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri
pada Remaja’, Persona:Jurnal Psikologi Indonesia, 5(02), pp. 137–144. doi:
10.30996/persona.v5i02.730
Dachmiati, S. (2015) ‘Program Bimbingan Kelompok Untuk Belajar Siswa’, Jurnal Ilmu
Kependidikan, II(1), pp. 10–21
Tarawan, V. M. et al. (2020) ‘Hubungan Antara Pola Konsumsi dan Tingkat Pengetahuan
Mengenai Gizi Seimbang pada Warga Desa CImenyan’Jurnal Pengabdian kepada
Masyarakat, 4(2), pp. 129–132.

Anda mungkin juga menyukai