Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN, POLA MAKAN, DAN AKTIVITAS FISIK

DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWA FAKULTAS


KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2020

Disusun oleh :
SAFIRA NUR FITRI
NIM : 1072181029

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN
JAKARTA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah gizi masih merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia. Pada era
globalisasi Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang
dan gizi lebih. Status gizi merupakan salah satu tolak ukur sebuah negara dapat
dikatakan sebagai negara maju atau berkembang. Sebagai negara berkembang,
kasus gizi kurang telah lama ada di Indonesia, tetapi dengan berubahnya pola
konsumsi, kemajuan ekonomi, disertai dengan kurangnya pengetahuan gizi
menyebabkan semakin meningkatnya angka gizi lebih di Indonesia.
Perubahan pola makan ini dipercepat oleh besarnya arus budaya makanan asing
yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi.
Berkurangnya aktivitas fisik karena perbaikan ekonomi akan menyababkan
banyaknya penduduk golongan tertentu yang akan mengalami masalah gizi lebih
berupa kegemukan atau obesitas (Almatsier, 2009).
Meningkatnya angka over- weight dan obesitas secara global di seluruh dunia
dianggap akibat dari beberapa faktor antara lain peningkatan makanan padat
energi, tinggi lemak, dan gula namun rendah vitamin dan mineral (Hasdinah,
2014). Mengonsumsi energi yang berlebihan akan diubah menjadi dalam
lemak tubuh (Almatsier, 2009).
World of Healty Organitation (WHO), menyatakan masalah kelebihan bobot
tubuh ini sudah menjadi epidemi dunia. Laporan Newsweek edisi 11 Agustus
2003, kasus obesitas di dunia meningkat 50% dalam sepuluh tahun terakhir ini.
Lembaga obesitas internasional di London, Inggris, memperkirakan sebanyak 1,7
milyar orang di bumi ini mengalami kelebihan berat badan. Sebuah penelitian
terbaru yang dipublikasikan dalam American Journal of Epidemiology
mengungkap- kan, obesitas yang dialami seseorang pada saat remaja berkaitan
erat dengan peningkatan risiko kematian di usia paruh baya.
Penelitian tersebut melibatkan 227 ribu pria dan wanita Norwegia yang
diukur tinggi dan berat badannya antara tahun 1963-1975 saat mereka berusia
antara 14-19 tahun. Dengan mengikuti perkembangan mereka sampai tahun
2004, saat mereka rata- rata berusia 52 tahun, 9650 orang diantaranya meninggal.
Hasil penelitian diketahui bahwa mereka yang mengalami obesitas atau
overweight (kelebihan berat badan) saat remaja diketahui 3-4 kali lebih berisiko
mengalami penyakit jantung yang berujung pada kematian.
Kejadian obesitas di negara – negara maju seperti di negara – negara Eropa,
Amerika, dan Australia telah mencapai tingkatan epidemi. Kejadian ini tidak
hanya terjadi di negara – negara maju saja, obesitas di beberapa negara
berkembang bahkan telah menjadi masalah kesehatan yang lebih serius. Sebagai
contoh, 70% dan penduduk dewasa Polynesia di Samoa masuk kategori obesitas
(WHO, 1998).
Angka gizi lebih berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 pada
perempuan 26,9% dan laki- laki sebanyak 16,3%, pada tahun 2013 terjadi
peningkatan lagi, yaitu pada kelompok umur lebih dari 18 tahun untuk perempuan
sebanyak 32,9% dan laki-laki sebanyak 19,7%. Penelitian Sartika (2011) yang
dilakukan di Depok menemukan prevalensi gizi lebih anak usia 5-15 tahun
sebesar 13,9% dan obesitas sebanyak 8,3%, sementara penelitian yang dilakukan
di Surabaya siswa mengalami obesitas sebanyak 10,5% lebih tinggi dari angka
prevalensi obesitas di Surabaya sebesar 7,8% (Suryaputra dan Nadhiroh, 2012).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 pria sebanyak 19,7% dan wanita
sebanyak 32,9%.
Obesitas atau gizi lebih erat hubungannya dengan penyakit degeneratif. Penyakit
degeneratif adalah suatu kondisi penyakit yang muncul akibat proses
kemunduran fungsi sel-sel tubuh dari keadaan normal menjadi lebih buruk dan
berlangsung secara kronis (Hasdinah, 2014). Meningkatnya gizi lebih akan
meningkatkan penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus,
hipertensi, penyakit hati dan beberapa jenis kanker (Khomsan, 2004).
Budiyanto (2002) menyebutkan beberapa penyebab gizi lebih adalah
ketidakseimbangan asupan dari pola makan dengan aktivitas fisik sehari- hari. Hal
ini didukung dengan hasil penelitian Simatupang (2008), yang menunjukkan
bahwa kejadian gizi lebih pada siswa sekolah dasar swasta di Kecamatan Medan
Baru, dipengaruhi oleh variabel asupan lemak, asupan energi, frekuensi makan,
jenis makanan dan aktivitas fisik.
Menurut Purwati (2007) faktor resiko yang menyebabkan gizi lebih antara lain,
faktor genetik, faktor psikologis, pola hidup yang tidak teratur, kurang
aktifitas fisik, dan faktor lainnya. Pola makan mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang tidak tepat. Kurang mengonsumsi
serat dan lebih banyak mengonsumsi makanan berlemak.Pola makan mahasiswa
juga tidak teratur dan biasanya tidak sarapan pagi.
Pengetahuan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat tentunya lebih
mengenai hal yang bersifat preventif. Gaya hidup yang kurang gerak disebabkan
oleh banyaknya alat transportasi dan berkembangnya teknologi membuat banyak
orang lebih suka memainkan gadget daripada berolahraga. Hal-hal seperti ini yang
akan menjadikan angka status gizi lebih meningkat.
Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat 25% mahasiswa mengalami gizi lebih dan obesitas, 19% mengalami
kurang gizi dan 54% lainnya normal. Beberapa penyebab gizi lebih seperti pola
makan, pengetahuan, dan aktivitas fisik yang kurang.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam
penelitian ini apakah ada hubungan pengetahuan, pola makan, dan aktivitas fisik
dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara tahun 2020?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat
pengetahuan, pola makan, dan aktivitas fisik terhadap kejadian gizi lebih
pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara tahun 2020.

1.3.2. Tujuan Khusus


a. Diketahui gambaran frekuensi pola makan mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
b. Diketahui gambaran status gizi guna melihat kejadian gizi lebih pada
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
c. Diketahui hubungan antara tingkat pengetahuan, pola makan, dan
aktivitas fisik pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
d. Mengidentifikasi kejadian gizi lebih berdasarkan aktivitas fisik pada
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara

1.4. Pertanyaan Penelitian


a. Apakah mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara memiliki pengetahuan tentang bahaya akibat gizi lebih karena
memiliki pola makan yang tidak baik?
b. Apakah ada hubungan antara pola makan dengan kejadian gizi lebih pada
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara?
c. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap kejadian gizi
lebih pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara?
d. Apakah mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara melakukan aktivitas fisik minimal olahraga seminggu 2 kali?
e. Bagaimana gambaran pola makan dan aktivitas fisik mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara?

1.5. Ruang Lingkup


Ruang lingkup ini meliputi hubungan antara tingkat pengetahuan, pola makan,
serta aktivitas fisik pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara tahun 2020. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif
dengan jenis penelitian cross sectional.
1.6. Manfaat Penelitian
a. Bagi Masyarakat
Sebagai upaya peningkatan pengetahuan bagi masyarakat agar melakukan
hal preventif, sehingga dapat memperbaiki pola makan dan melakukan
aktivitas fisik untuk menghindari gizi lebih dan obesitas.
b. Bagi Pembaca
Diharapkan supaya dengan adanya penelitian ini, pembaca dapat sadar
terhadap perilaku hidup sehat dengan tidak memakan makanan cepat saji
dengan sering, dan dapat mengatur pola makan dengan sebaik-baiknya
serta melakukan aktivitas fisik untuk menghindari gizi lebih dan obesitas.
c. Bagi Penulis
Mendapatkan ilmu dan pengalaman baru yang mungkin saja belum
didapatkan oleh penulis terhadap penelitiannya, serta menjadi motivasi
untuk melakukan penelitian dengan mengikuti perkembangan zaman di era
globalisasi ini.
1.7. Kerangka Teori

Faktor Predisposisi
 Pendidikan
 Tingkat sosial
ekonomi
 Perilaku

Faktor Pendukung
Hubungan Tingkat
Pengetahuan, Pola  Lingkungan Gizi Lebih
makan, dan aktivitas  Genetik
fisik

Faktor Pendorong
- Umur
- Pola makan
- Aktifitas Fisik
- Gaya Hidup
- Pengaruh Teman Sebaya

Gambar 1.
Kerangka Teori

(Sumber : Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo, 2010)


BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP , HIPOTESIS DAN
DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Tingkat pengetahuan, pola


makan, aktivitas fisik
mahasiswa Fakultas Obesitas dan Kelebihan gizi
Kesehatan Masyarakat
Sumatera Utara

3.2. Definisi Operasional

Table 1. Definisi Operasional


No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Pengamatan
1. Tingkat Tingkat penguasaan Kuesioner Wawancara Pemberian skor secara O
Pengetahuan responden terhadap manual
pertanyaan mengenai
kelebihan gizi

4. Pola Makan Banyaknya makanan Kuesioner Wawancara ≤ median (23.00) = O


yang dikonsumsi kurang
meliputi jenis, ≥ median (24.00) =
jumlah dan frekuensi berlebih
makanan perhari
5. Pola aktivitas Frekuensi responden Kuesioner Wawancara 1. Ringan (< O
fisik melakukan olahraga 3kali/minggu)
dalam seminggu 2. Berat (≥
3kali/minggu)

6. Jenis kelamin Status gender Kuesioner Wawancara 1. Laki – laki N


responden dilihat
dari keadaan 2. Perempuan
fisiknya

7. Lama tidur Rata-rata jumlah Kuesioner Wawancara 1. Lama (> median) O


waktu yang
digunakan untuk 2. Sebentar (≤
tidur dalam sehari median)

6. Gizi lebih Status gizi Timbanga Penimbanga 1. Gizi lebih, IMT ≥ O


responden yang n injak n berat 85 percentill
diukur berdasarkan scale badan tanpa
indeks antropometri standar alas kaki 2. Gizi tidak lebih <
yang dinyatakan (SECA) dan 85 percentill
dengan IMT yang dengan mengukur
disesuaikan dengan tingkat tinggi badan (CDC, 2000)
jenis kelamin dengan ketelitian
cut of point >85 0,1 kg dan
percentill meteran

3.3. Hipotesis Penelitian


Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, dan kerangka
konsep maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian yaitu “Adanya hubungan
antara tingkat pengetahuan, pola makan, dan aktivitas fisik dengan kelebihan gizi
pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada
Tahun 2020”.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey dengan
pendekatan cross sectional. Metode survei adalah metode penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, 1989). Rancangan penelitian cross
sectional adalah sebuah rancangan yang mempelajari hubungan atau kolerasi
antara faktor-faktor risiko dengan efeknya. Faktor risiko dan efeknya di observasi
pada saat yang sama, artinya setiap subjek penelitian diobservasi hanya satu kali
saja dan faktor risiko serta efek diukur menurut keadaan atau status pada saat di
observasi (Budiharto, 2008). Pada penelitian ini dilakukan analisis hubungan
antara tingkat pengetahuan, pola makan, dan pola aktivitas fisik.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung oleh
peneliti (Istijanto, 2005 dalam Sunyoto, 2012). Data primer diperoleh secara
langsung dengan cara wawancara langsung dengan responden berdasarkan daftar
pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan serta diuji validitas dan
reabilitasnya. Data sekunder berupa data mahasiswa yang diperoleh dari instansi
terkait Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai