Anda di halaman 1dari 29

USULAN PROPOSAL SKRIPSI

PERBEDAAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK

ANTARA WANITA USIA SUBUR (WUS) PRAKONSEPSI PASKA MENIKAH

YANG OBESITAS DAN NON OBESITAS DI KEC. LUBUK PAKAM

MARTINUS ERIKSON SIMANUNGKALIT

P01031214036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI

2018
PERBEDAAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK

ANTARA WANITA USIA SUBUR (WUS) PRAKONSEPSI PASKA MENIKAH

YANG OBESITAS DAN NON OBESITAS DI KEC.LUBUK PAKAM

Usulan penelitian diajukan sebagai syarat untuk penulisan Skripsi

Studi Diploma IV di Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

MARTINUS ERIKSON SIMANUNGKALIT

P01031214036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI

2018
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul : Perbedaan pola makan dan aktifitas fisik antara wanita usia subur
(WUS) prakonsepsi paska menikah yang Obesitas dan Non
Obesitas.
Nama Mahasiswa : Martinus Erikson Simanungkalit
NIM : P01031214036
Program Studi : Diploma IV

Menyetujui :

Yenni Zuraidah,Sp,M.Kes
Pembimbing
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan usulan Skripsi yang berjudul
“Perbedaan Pola Makan dan Aktivitas Fisik antara Wanita Usia Subur (WUS) Prakonsepsi
Pasca Menikah yang Obesitas dan Non Obesitas “.
Dalam penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh sebab itu
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebessar-besarnya
kepada :
1. Bernike Doloksaribu, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik Negeri
Medan
2. Yenni zuraidah,SP, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
membimbing penulis dalam penyusunan proposal ini.
3. Kedua orang tua saya serta saudara yang senantiasa memberikan dukungan, baik
moral maupun moril serta doa yang tulus selama ini yang tidak dapat terbalaskan
4. Teman satu bimbingan, terimakasih atas kerjasama, motivasi dan juga dukungan
terbaikmu.
Penulis menyadari bahwa Proposal Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan dan penyempurnaan
Proposal Skripsi ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Meningkatnya taraf hidup masyarakat terutama di negara maju dan kota besar
membawa perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut
membawa pula pada perubahan pola penyakit yang ada, terutama pada penyakit yang
berhubungan dengan gaya hidup seseorang. Kondisi tersebut mengubah banyaknya
kasus- kasus penyakit infeksi yang pada awalnya menempati urutan pertama, namun
sekarang bergeser pada penyakit- penyakit degeneratif dan metabolik yang menempati
urutan teratas (Ramadha, 2009).
Makanan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Supaya tubuh tetap sehat, kuat dan bersemangat, manusia memerlukan
berbagai makanan bergizi setiap hari. Almatsier (2006:3) menyatakan bahwa “Makanan
adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan unsur-unsur/ ikatan kimia
yang dibutuhkan oleh tubuh, yang berfungsi sebagai sumber energi, membangun sel-
sel tubuh, pelindung tubuh serta dapat menjaga kesehatan”.
Pola makan berkaitan dengan rangkaian nilai dan tata cara yang kompleks
meliputi aspek fisik, psikis, logis dan sosial. Kesalahan pola makan dari aspek tersebut,
tidak memperhatikan kandungan gizi dalam makanan dan kesehatan. (Hidayah, 2011).
Perubahan selera makan ini cenderung menjauhi konsep makanan seimbang
sehingga berdampak negatif terhadap kesehatan dan gizi. Pola makan tinggi lemak
jenuh dan gula, rendah serat akan me-nyebabkan masalah kegemukan, gizi lebih, serta
meningkatkan radikal bebas yang dapat memicu munculnya penyakit degeneratif
(Khomsan, dkk, 2004).
Pola makan di kota-kota besar telah berubah dari pola tradisional yang banyak
mengandung karbohidrat dan serat menjadi pola modern dengan kandungan protein,
lemak, gula, dan garam yang tinggi tetapi miskin serat (Muchtadi, 2001).
Menurut Harper (1986), “Pola makan adalah cara yang ditempuh seseorang atau
sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi
terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial”. Sedangkan menurut
Khasanah (2012:164), “Pola makan adalah kebiasaan makan seseorang setiap
harinya”. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola makan
adalah cara atau kebiasaan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam
kondisi sehat maupun sakit dalam hal mengkonsumsi makanan yang dilakukan secara
berulang-ulang pada waktu tertentu dalam jangka waktu yang lama.
Resiko akibat penyakit yang timbul karena pola makan yang salah atau tidak
sehat belakangan ini cenderung meningkat terutama pada usia empat puluh tahun.
Penyakit akibat pola makan yang salah tersebut diantaranya diabetes melitus,
hiperkolesterolemia, penyakit kanker, penyakit arteri koroner, sirrhosis, osteoporosis,
dan beberapa penyakit kardiovaskuler. Bahkan dilaporkan bahwa kematian dini dari
penyakit-penyakit di atas 50% diantaranya karena pola makan yang salah (Anonym,
2009).
Menurut WHO (2010) yang dikutip oleh Sri (2011), Aktivitas fisik adalah setiap
gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik
yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko untuk penyakit kronis,
dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan ke-matian secara global. Secara
nasional hampir separuh penduduk (48,2%) kurang melakukan aktifitas fisik. Menurut
kelompok umur, kurang aktifitas fisik paling tinggi terdapat pada kelompok 75 tahun
keatas (76%) dan umur 10 – 40 tahun (66,9%), dan perempuan (54,5%) lebih tinggi
dibanding laki-laki (41,4%).Tiap orang memiliki aktivitas atau kegiatan di luar pekerjaan
yang dilakukan setiap hari. Kegiatan wajib tersebut meliputi kegiatan seperti pekerjaan
rumah tangga, bersosialisasi, rekreasi dan lainnya (FAO/WHO/UNU, 2001). Aktivitas
fisik di luar pekerjaan yang terlalu berat serta tidak diimbangi dengan istirahat yang
cukup dapat menimbulkan rasa penat. Kepenatan atau tingkat ketegangan
mempengaruhi produktivitas kerja. (Ravianto, 1985) menyatakan semakin tinggi tingkat
kepenatan seseorang maka produktivitas kerja semakin rendah.
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak
berlebihan dengan ambang batas IMT/U > 2 Standar Deviasi (WHO, 2005).
Obesitas adalah suatu keadaan di mana terjadi penimbunan lemak tubuh secara
berlebihan sehingga berat badan tubuh seseorang jauh di atas normal, hal ini akibat
Ketidak seimbangan asupan (intake) dan pemakaian (expenditure) energi.WHO telah
menyatakan obesitas telah menjadi epidemi global, sehingga merupakan suatu
masalah kesehatan yang harus ditangani segera. Kejadian obesitas di Indonesia mulai
menjadi masalah gizi di masyarakat walaupun gizi kurang atau kurus masih tinggi
(Merysia,dkk 2015).
Gemuk merupakan suatu kebanggaan dan merupakan kriteria untuk mengukur
kesuburan dan kemakmuran suatu kehidupan, sehingga pada saat itu banyak orang
berusaha menjadi gemuk dan mempertahankanya sesuai dengan status sosialnya,
dalam perkembangan selanjutnya justru sebaliknya kegemukan atau obesitas selalu
berhubungan dengan kesakitan dan peningkatan kematian (Hermawan, A Guntur,
2010).
Di Indonesia, persoalan obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan.
Kecenderungan terjadinya obesitas berhubungan erat dengan pola makan. Berbagai
faktor berperan dalam timbulnya obesitas, tetapi yang paling penting adalah ketidak
seimbangan antara masukan makanan dan aktifitas fisik (Misnadiarly, 2007).
Salah satu metode pengukuran tingkat obesitas dan overweight adalah dengan
menggunakan antropometri yaitu perbandingan Rasio Lingkar Pinggang dan Lingkar
Panggul (RLPP). Seseorang dikatakan overweight jika hasil RLPP lebih dari 0,9
sedangkan seseorang dikatakan obesitas jika RLPP kurang dari 0,8 (Kinanti indika,
2010).
Obesitas merupakan akibat dari ketidakseimbangan energi. Secara teoretis, dua
faktor yang berkontribusi terhadap ketidakseimbangan energi pada penderita obesitas
adalah asupan energi yang berlebih serta aktivitas fisik yang kurang. Dari dua faktor
tersebut, setiap individu dapat mengubah asupan energi melalui kebiasaan makan dan
pengeluaran energi melalui aktivitas fisik. Persepsi tentang diri (body images) juga
merupakan faktor penting lainnya yang turut berkontribusi terhadap terjadinya obesitas
(H. Tetty; dkk 2011).
Obesitas berasal dari bahasa latin yaitu ob adalah akibat dari sedang esum
diartikan sebagai makan, jadi obesitas adalah akibat dari makan. Secara defenisi
obesitas adalah suatu keadaan dimana ditemukan adanya kelebihan lemak dalam
tubuh (Ryan, 2007). Definisi ope-rasional, obesitas, dan berat badan lebih dapat
disamakan dengan indeks massa tubuh (IMT), suatu parameter yang mempunyai
korelasi sangat erat dengan lemak dalam tubuh (Gotteroa et al., 2004).
Obesitas mempunyai dampak yang sangat luas di bidang kesehatan. Angka
kejadian hipertensi, penyakit jantung dan masih banyak kelainan lain, akan sangat
meningkat pada wanita dengan obesitas (Deeb et al., 2003).
Berdasarkan hasil persentase pengukuran Obesitas Penduduk ≥19 tahun
berdasarkan indeks IMT di Provinsi Sumatera Utara hanya ada 7 kabupaten/kota
terdapat dewasa obesitas. Prevalensi tertinggi terdapat di Kabupaten Karo 42%, diikuti
Kota Medan 37%,Humbahas 36% dan Padang Lawas Utara 35%.
WUS adalah wanita yang keadaan reproduksinya berfungsi dengan baik antara
umur 20-45 tahun. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia
wanita ini memiliki kesempatan 95% untuk hamil (suparyanto, 2011). Kehamilan adalah
merupakan proses patologi/abnormal (jannah, 2011). Persiapan untuk kehamilan hal ini
perlu dipersiapkan yaitu sehat selama masa kehamilan hal ini perlu dipersiapkan secara
khusus sekitar tiga atau empat bulan sebelum kehamilan demi kesejahteraan anak,
(Prasetyono, 2008)
Wanita usia subur (WUS) didefinisikan oleh Kementerian Kesehatan RI sebagai
wanita yang berada dalam periode umur antara 15-49 tahun tanpa memperhitungkan
status perkawinannya. Jumlah WUS di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak
66.326.200 jiwa. Jumlah WUS rata-rata mencapai sepertiga bagian dari total populasi
suatu daerah. Wanita usia subur sebagai calon ibu merupakan kelompok rawan yang
harus diperhatikan status kesehatannya, terutama status gizinya.

B. Perumusan Masalah.
Adakah perbedaan pola makan dan aktivitas fisik antara wanita usia subur (wus)
prakonsepsi pasca menikah yang obesitas dan non obesitas di Kecamatan Lubuk Pakam

C. Tujuan Penelitian.
1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan pola makan dan aktivitas fisik antara wanita usia
subur (wus) prakonsepsi pasca menikah yang obesitas dan non obesitas di
Kecamatan Lubuk Pakam

2. Tujuan Khusus

a. Menilai status gizi berdasarkan (IMT/U) wanita usia subur (wus) prakonsepsi
paska menikah di Kecamatan Lubuk Pakam

b. Menilai pola makan pada wanita usia subur (wus) prakonsepsi paska menikah
di Kecamatan Lubuk Pakam

c. Menilai aktivitas fisik pada wanita usia subur (wus) prakonsepsi paska menikah
di Kecamatan Lubuk Pakam

d. Menganalisis perbedaan pola makan terhadap kejadian obesitas dan non


obesitas pada wanita usia subur (wus) prakonsepsi paska menikah di
Kecamatan Lubuk Pakam

e. Menganalisis perbedaan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas dan non


obesitas pada wanita usia subur (wus) prakonsepsi paska menikah di
Kecamatan Lubuk Pakam

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis
Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan penulis dalam
melaksanakan penelitian Skripsi.

2. Bagi Masyarakat
Dapat digunakan dalam memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
penyebab obesitas sehingga dari informasi yang didapatkan masyarakat tahu
penyebab obesitas.

3. Bagi Pelayanan kesehatan


Pelayanan ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi mencegah terjadinya obesitas
pada WUS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Obesitas

1. Pengertian Obesitas
Obesitas adalah suatu keadaan di mana terjadi penimbunan lemak tubuh
secara berlebihan sehingga berat badan tubuh seseorang jauh di atas normal, hal ini
akibat Ketidak seimbangan asupan (intake) dan pemakaian (expenditure)
energi.WHO telah menyatakan obesitas telah menjadi epidemi global, sehingga
merupakan suatu masalah kesehatan yang harus ditangani segera. Kejadian
obesitas di Indonesia mulai menjadi masalah gizi di masyarakat walaupun gizi
kurang atau kurus masih tinggi (Merysia,dkk 2015).
Penderita obesitas mengalami penumpukan lemak yang berlebihan di dalam
tubuh, yang ditandai dengan peningkatan Nilai Indeks Massa Tubuh (lMT) di atas
nonnal. Penderita obesitas beresiko lebih tinggi untuk terkena beberapa penyakit
degeneratif seperti penyakit jantung koroner, hipertensi,diabetes mellitus dan
sebagainya Obesitas dapat dipandang sebagai suatu penyakit dan faktor risiko
terhadap berbagai penyakit, seperti gangguan metabolisme glukosa, resistensi
insulin,diabetes tipe 2, hipertensi, stroke, penyakit jantung koroner, dislipidemia,
gangguan tidur, asma dan osteoartritis (Gropper,2009).
Menurut Kamus Dorland, obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi
batas kebutuhan energi dan fisik sebagai akibat dari lemak berlebihan didalam
tubuh. Jumlah lemak tubuh antara wanita dan pria tidaklah sama. Rata-rata wanita
memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dari pada pria, perbandingan normal antara
lemak tubuh dan berat badan adalah sekitar 17-28% pada wanita dan 12-13% pada
pria. Obesitas, bila lemak tubuh lebih dari 30% pada wanita dan 25%pada pria (Dr.
Hasdianah H.R,dkk 2016).

2. Faktor Penyebab Terjadinya Obesitas


Penyebab Faktor Obesitas tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja tetapi
disebabkan oleh beberapa faktor yang memberikan kemungkinan risiko menjadi
Obesitas, dimana faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya (M.
Nadjib Bustan,2017).

a. Genetik
Obesitas dapat diturunkan dari generasi sebelumnya ke generasi berikutnya di
dalam sebuah keluarga. Sebabnya sering sekali kita menjumpai orang tua yang
gemuk cenderung memiliki anak-anak yang gemuk seperti orang tua mereka. Dalam
hal ini dimungkinkan karena pada saat ibu obesitas yang sedang hamil maka unsur
sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis akan
diturunkan kepada sang bayi selama dalam kandungan. Maka tidak heran bila bayi
yang lahir mempunyai unsur lemak tubuh yang relative sama besar (Dr. Hasdianah
H.R,dkk 2016).

b.Kurang Gerak/Olahraga
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat erat kaitannya dengan terhadap
pengendalian berat tubuh, meski aktifitas fisik hanya mempengaruhi satu pertiga
pengeluaran energi seseorang dengan berat normal. Pada saat berolahraga kalori
terbakar, semakin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang.
Kalori secara tidak langsung mempengaruhi system metabolism tubuh. Obesitas
banyak dijumpai pada orang yang kurang melakukan aktifitas fisik dan kebanyakan
duduk. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunan metabolism
tubuh. Obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dilakukan dan
membuat tubuh menjadi malas melakukan olahraga. olahraga sangat penting
dilakukan walaupun kegiatan olahraga tersebut sekitar 10-15 menit dilakukan supaya
dapat membantu membakar kalori dan juga mengatur sistem metabolism tubuh (Dr.
Hasdianah H.R,dkk 2016).

c.Pola makan berlebihan.


Asupan makanan berkaitan dengan kandungan zat gizi yang terkandung didalam
makanan yang dimakan. Salah satu jenisnya yaitu Makronutrien. Makronutrien
merupakan nutrisi yang menyediakan kalori atau energi yang diperlukan untuk
pertumbuhan metabolism dan fungsi tubuh lainnya. Makronutrien diperlukan dalam
jumlah besar oleh tubuh terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Orang yang
obesitas cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji seperti sea food, junk food,
sofdrink dan makanan gorengan yang mengandung lemak yang sangat tinggi.orang
yang obesitas lebih responsif disbanding dengan orang yang berberat badan normal
terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu
makan. Orang obesitas cenderung makan bila ia merasa ingin makan, pola makan
inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk tidak menjadi obesitas dan tidak
memiliki control diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan (Dr.
Hasdianah H.R,dkk 2016).

d.Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia serta
mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.
Lingkungan hidup manusia pada dasarnya mendukung kehidupan yang sehat dan
bugar. Hanya saja manusia kurang mampu mengelola lingkungan ini secara
bersahabat, sehingga lingkungan berubah menjadi faktor resiko, termasuk resiko
obesitas. Lingkungan dengan ketersediaan makanan dimana-mana, seperti di
restaurant umum, kedai cepat saji, stasion bensin, bioskop, supermarket, merupakan
lingkungan yang memungkinkan orang makan berlebih. Jika tetap terus berlanjut dan
menjadi perilaku tetap akan berakhir dengan obesitas (M. Nadjib Bustan,2017).

e.Umur
Umur adalah satuan waktu yang mengukur usia seseorang. Meskipun dapat
terjadi pada semua umur, obesitas sering dianggap sebagai kelainan pada umur
pertengahan. Obesitas bisa saja terjadi pada tahun pertama kehidupan. Obesitas
terjadi pada semua umur sesuai dengan mulai terjadinya perubahan hormonal dan
berkurangnya aktifitas fisik. Jumlah otot dalam tubuh cenderung menurun dengan
pertambahan umur. Otot berkurang berarti penurunan metabolisme, yang dapat
menyebabkan penurunan kebutuhan kalori. Otot yang berkurang juga menyebabkan
perhitungan proporsi lemak meningkat (M. Nadjib Bustan,2017).

f.Status Sosial Ekonomi


Keluarga dengan pendapatan tinggi dapat membeli makanan apapun, termasuk
makanan sehat bergizi namun juga makanan tinggi kalori/ lemak/ gula, junk food, fast
food, soft drink, yang merupakan penyumbang terbesar terhadap masalah obesitas.
Sebaliknya, keluarga dengan pendapatan rendah cenderung mengkonsumsi
makanan yang kurang bergizi sehingga sering terjadinya gizi buruk pada keluarga
berpendapatan renda. (Nurmalina, 2011).

3. Dampak Obesitas
Meningkatnya angka obesitas secara global diseluruh dunia saat ini dianggap
sebagai akibat dari beberapa faktor, antara lain peningkatan dalam konsumsi
makanan padat energi tinggi lemak dan gula namun rendah dalam kandungan
vitamin, mineral dan mikronutrien. Dampak dari obesitas tersebut adalah munculnya
berbagai penyakit degenerative terutama penyakit-penyakit kronis seperti
Kardiovaskuler (penyakit jantung dan stroke), Diabetes dan Osteoarthritis (gangguan
otot dan tulang). Beberapa studi epidemiologi yang telah dilakukan bahwa angka
kejadian mortalitas (kematian) dan obesitas diketahui terdapat peningkatan angka
kematian yang dimulai pada IMT diatas 25. Bahwa pada individu dewasa muda
dengan obesitas akan mengalami peningkatan lebih besar dengan berat badan
normal (Dr. Hasdianah H.R,dkk 2016).
4. Pencegahan Obesitas
Obesitas merupakan suatu kondisi dengan penyebab multi faktor, oleh karena itu
penanganan yang tepat hendaknya mempertimbangkan pendekatan secara multi
disiplin. Pencegahan obesitas terdiri dari tiga tahapan yaitu pencegahan primer,
sekunder, dan tersier.
a.Pencegahan Primer adalah usaha pencegahan yang dilakukan mulai dari
lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja dan pusat kesehatan masyarakat.
b.Pencegahan Sekunder adalah usaha pencegahan dengan menurunkan
prevalensi obesitas dengan melakukan kegiatan-kegiatan berupa penyuluhan
kepada masyarakat dengan member edukasi tentang makanan yang baik untuk
dikonsumsi dan cara mencegah obesitas.
c.Pencegahan tersier adalah usaha pencegahan untuk mengurangi obesitas dan
komplikasi penyakit yang ditimbulkan dan penatalaksanaan obesitas dengan cara
penngaturan pola makan, peningkatan aktifitas fisik, modifikasi gaya hidup serta
dukugan secara mental dan social (Dr. Hasdianah H.R,dkk 2016).

5. Cara Mengukur Obesitas

a. Status Gizi
Status gizi merupakan keadaan tubuh dalam mengkonsumsi makanan atau
ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
berbagai fungsi bilologis seperti perkembangan fisik, aktivitas atau produktifitas
serta pemeliharaan kesehatan tubuh (Depkes 2003).
Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat fungsi makanan dan
pengunaan zat gizi yang dibedakan antara :Gizi buruk, gizi kurang, baik, dan lebih
(Almatsier,2003).

b. Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri merupakan pengukuran yang paling sering dilakukan
untuk menilai status gizi. Secara umum antropometri digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada
pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah
air dalam tubuh (Bobak,2004).
Menurut sandjaja (2010), dalam Kamus Gizi menyatakan bahwa antropometri
merupakan ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia.
Indeks antropometri merupakan rasio dari suatu pengukuran yang dihubungkan
dengan umur. Beberapa indek antropometri menurut (Bobak, 2004) yaitu :

1. Indeks massa tubuh (IMT)


IMT merupakan alat yang digunakan untuk memantau status gizi orang dewasa
(umur diatas 18 tahun), khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan (BB)..
Rumus :
IMT = BB (kg) / TB² (m)
Batas ambang IMT menurut FAO membedakan antara laki-laki (normal : 20-
25) dan perempuan ( normal : 18,7-23,8).
Tabel 1. Klasifikasi Indeks masa Tubuh (IMT) Menurut Depkes

Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan <17,0
tingkat berat
Kekurangan berat badan >17,0 – 18,5
tingkat ringan
Normal >18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan >25,0 – 27,0
tingkat ringan
Kelebihan berat badan >27,0
tingkat berat
Sumber : Depkes, 2011.

2. Lingkar lengan atas menurut umur ( LLA/U)


Lingkar lengan atas merupakan gambaran keadaan jaringan otot dan lapisan
lemak bawah kulit. Pengukuran LILA dapat dilakukan pada pertengahan antara
pangkal lengan atas dan ujung siku dalam ukuran cm. Beberapa langkah cara
mengukur berat badan dengan LILA yaitu :
1. Tetapkan posisi bahu dan siku
2. Letakkan pita pengukur antara bahu dan siku
3. Tentukan titik tengah lengan dengan cara memberi tanda
4. Lingkarkan pita LILA tepat pada titik tengah lengan
5. Lihat angka titik tengah pita LILA dan merupakan hasil status gizi

Rumus LILA :
%LILA : hasil LILA (pengukuran) X 100% / Standar LILA

Tabel 2. Interpretasi status gizi berdasarkan % LILA

No Kategori %LILA
1. Normal 90-110%

2. Obesitas >120%

3. Underweight <90%

4. Overweight 110-120%

B.Pola Makan

1. Pengertian Pola Makan


Pola Makan adalah cara seseorang tersebut dalam memilih makanan dan
mengkonsumsinya setiap harimya dan dilakukan secara berulang-ulang pada waktu tertentu
dalam jangka waktu yang lama (Khasanah, Nur,2012). Makanan merupakan bahan selain
obat yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang berfungsi sebagai
sumber energi, membangun sel-sel tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh dan dapat
membuat tubuh tetap sehat (Almatsier, Sutisna,2006).
2. Fungsi Pokok Makanan
Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan, karena makanan
adalah salah satu bahan makanan pokok untuk manusia. Ada empat fungsi pokok makanan
bagi kehidupan manusia menurut (Dr. Hasdianah H.R,dkk 2016) yaitu :

a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan serta mengganti jaringan tubuh yang
rusak.

b. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari.

c. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral, dan


Cairan tubuh yang lain.

d. Berperan didalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit.

Agar makanan dapat menjadi berfungsi seperti itu maka makanan harus
mengandung zat-zat gizi tertentu sehingga makanan yang kita makan sehari-hari dapat
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Zat-zat makanan yang diperlukan untuk menjaga
dan meningkatkan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 5 macam yaitu : Protein, lemak,
karbohidrat, vitamin (Dr. Hasdianah H.R,dkk 2016).

3.Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan


Pola makan yang terbentuk sangat erat kaitannya dengan kebiasaan makan
seseorang. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain menurut (Dr.
Hasdianah H.R,dkk 2016) :

1. Lingkungan
Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku makan.
Lingkungan yang dimaksud berupa lingkungan keluarga, lingkungan kerja
serta adanya promosi melalui media elektronik maupun cetak. Lingkungan
keluarga sangat berpengaruh besar dengan pola makan seseorang.
Kesukaan seseorang terhadap makanan terbentuk dimulai dari lingkungan
keluarga. Lingkungan kerja, dan keberadaan tempat-tempat berbagai
penjualan berbagai makanan di lingkungan kerja sangat mempengaruhi
terbentuknya pola makan. Keberadaan iklan promosi makanan ataupun
minuman melalui media elektronik maupun media cetak sangat besar
pengaruhnya terhadap dalam membentuk pola makan. Tidak sedikit orang
tertarik untuk mengkonsumsi atau membeli jenis makanan atau minuman
tertentu setelah melihat promosinya melalui iklan di televisi.

2. Pendidikan
Pendidikan dikaitkan dengan ilmu pengetahuan, akan berpengaruh dalam
pemilihan bahan makanan dan minuman dalam pemenuhan kebutuhan gizi.
Pendidikan yang dimiliki seseorang sangat rendah, porsi makanan yang
dimakan sangatlah besar karena seseorang tersebut hanya memikirkan
makanan tersebut penting mengenyangkan. Sebaliknya, seseorang yang
memiliki pendidikan yang tinggi memiliki kecenderungan memilih bahan
makanan yang dapat menyeimbangkan kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan
oleh seseorang tersebut.

3. Sosial Budaya
Kebudayaan menuntut orang dalam cara bertingkah laku dalam
pemenuhan dasar biologisnya. Budaya mempengaruhi seseorang dalam
menentukan apa yang akan dimakan, bagaimana pengolahannya,
persiapanm dan penyajiannya, serta untuk siapa, dan dalam kondisi
bagaimana makanan tersebut dikonsumsi. Kebudayaan juga menentukan
kapan seseorang boleh atau tidak mengkonsumsi suatu makanan.

4. Faktor Ekonomi
Meningkatnya jumlah pendapatan seseorang yang sangat tinggi akan
memiliki peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang
lebih baik sedangkan jumlah pendapatan seseorang yang sangat rendah
akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan yang baik secara kualitas
maupun kuantitas. Dengan tingginya jumlah pendapatan seseorang tetapi
tidak diimbangi dengan pengetahuan gizi yang cukup, akan menyebabkan
kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan jenis siap santap (fast food)
seperti : ayam goring, pizza, hamburger, dan lain-lain.

C.Aktivitas Fisik
1.Pengertian aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh yang
menghasilkan gerakan tubuh oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi
(Almatsier 2003).Menurut (WHO,2010) aktivitas fisik yang tidak ada (kurangnya beraktvitas)
dapat menyebabkan resiko untuk penyakit kronis.

2.Jenis-jenis Aktivitas fisik


Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi 3 tingkatan, aktivitas fisik yang
sesuai dengan wanita usia subur (WUS) sebagai berikut :

a. Kegiatan Ringan : Hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak


menyebabkan perubahan dalampernafasan atau ketahanan.
contoh : berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci baju/piring, mencuci
kenderaan, berdandan, duduk.

b. Kegiatan sedang : Membutuhkan tenaga secara terus-menerus dari gerakan


otot yang dikeluarkan. Contoh : Bersepeda, berlari/ jogging, bermain music,
bermain sepeda, jalan cepat.

c. Kegiatan berat : Membutuhkan tenaga yang sangat ekstra dan biasanya


berhubungan dengan olahraga dan membuat berkeringat.
Contoh : bela diri, aerobik, sepak bola, karate, pencak silat.
Berdasarkan aktivitas fisik diatas, dapat disimpulkan faktor kurangnya aktivitas
fisik Wanita Usia Subur (WUS) penyebab dari obesitas. Lakukan minimal 30
menit olahraga sedang untuk kesehatan pada jantung, 60 menit olahraga untuk
mencegah kenaikan berat badan dan 90 menit olahraga untuk menurunkan
berat badan (Nurmalina, 2011).

3 . Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik bagi wanita usia subur
(WUS) yang obesitas dan non obesitas antara lain :

a.Umur
Aktivitas fisik wanita usia subur dapat meningkat sampai paska menikah
pada usia 20-30 tahun , kemudian akan terjadi penurunan kapasitas dari
otot tubuh dimana semakin tambah usia maka kelangsungan otot tubuh
akan semakin berkurang atau semakin menurun, tetapi bila rajin olahraga
kelangsungan otot tubuh akan tetap atau menjadi normal.
b. Pola Makan
Makanan merupakan salah satu faktor untuk mempengaruhi aktivitas,
karena bila jumlah makanan dan porsi makanan lebih banyak, maka
tubuh akan mudah merasa lelah, dan tidak ingin melakukan kegiatan
seperti olahraga atau menjalankan aktivitas lainnya. Kandungan makanan
yang berlemak juga banyak mempengaruhi tubuh untuk melakukan
kegiatan aktivitas sehari-hari atau olahraga, sebaiknya makanan yang akan
dikonsumsi dipertimbangkan kandungan gizinya agar tubuh tidak dapat
mengalami kelebihan energi yang tidak dapat dikeluarkan secara maksimal.
(Dr. Hasdianah H.R,dkk 2016).

4.Manfaat dari aktivitas fisik


Wanita usia subur sangat membutuhkan aktivitas fisik karena ada keuntungan
bagi mereka dalam jangka waktu yang panjang dan keuntungan bagi mereka
adalah dapat menjaga tubuh tetap menjadi sehat dan bugar ketika sudah
hidup dalam keluarga yang baru dan dalam mengurus segala keperluan rumah.
Beberapa keuntungan aktif secara fisik yaitu :

a.Membantu menjaga otot dan sendi tetap sehat


b.Membantu menurunkan kecemasan, stress dan depresi.
c.Membantu untuk tidur dapat lebih baik
d.Meningkatkan sirkulasi darah
e.Menurunkan resiko penyakit-penyakit seperti jantung,stroke,dan lainnya.
f.Meningkatkan fungsi organ-organ tubuh seperti jantung dan paru-paru.
(Nurmalina, 2011).
D. Kerangka Teori

Beberapa faktor yang


Pola makan : mempengaruhi aktivitas
a. pola makan fisik :
b.fungsi a. Umur
makanan b. Pola makan

Aktivitas fisik terbagi


Beberapa faktor yang menjadi :
mempengaruhi pola a. Aktivita ringan
makan : b. Aktivitas sedang
a.Lingkungan c.Aktivitas berat
b.Pendidikan
c.Sosial budaya
d.Faktor ekonomi

Obesitas dan Non obesitas

Wanita Usia Subur (WUS)


prakonsepsi paska menikah

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian (Dr. Hasdianah H.R,dkk 2016)


E. Kerangka Konsep

Pola Makan

Obesitas dan non


Obesitas
Aktifitas fisik

Gambar 2 : Kerangka Konsep Penelitian perbedaan pola makan dan aktivitas fisik antara
wanita usia subur (wus) pasca menikah yang obesitas dan non obesitas

Rendahnya tingkat aktifitas fisik dan pola makan pada wanita usia subur (wus) pasca
menikah, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya obesitas dengan pola makan yang salah
karena sering mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak serta kurangnya
melakukan aktifitas fisik seperti berolahraga. Dalam penelitian ini pola makan dan aktifitas
fisik adalah sebagai variable idependent sedangkan Obesitas dan Non Obesitas dijadikan
sebagai variable dependent.
F.Definisi Operasional

Tabel 3. Definisi Operasional

No Variabel Defenisi Skala Pengukuran


1. IMT Jumlah rata-rata asupan gizi pada Ordinal
wus prakonsepsi yang obesitas dan
non obesitas. Tinggi badan wus di
ukur dengan micotoise kapasitas 200
cm dengan ketelitian 0,1 cm.
kemudian meminta tanggal lahir
responde untuk memperoleh hasil
umur. Kemudian diolah
menggunakan program WHO
Antroplus lalu dikategorikan sesuai
rujukan SK.Menkes 2010 yaitu
1. Gizi buruk dengan Z-score <-
3 SD
2. Gizi normal dengan Z-score
<-1 SD sd >2 SD
3. Obesitas dengan Z-score > 3
SD

2. LILA Hasil yang diperoleh melalui Ordinal


pengukuran dengan menggunakan
pita LILA pada wus prakonsepsi
yang sudah menikah. Untuk
mengetahui ukuran nilai pita LILA
terhadap responden dapat
dikategorikan sebagai berikut :
1. Normal : 90-100%
2. Obesitas: >120%
3. Underweight :< 90%
4. Overweight : 110-120%

G.Hipotesis
Ha1 : Ada perbedaan pola makan dan aktivitas fisik antara wanita usia subur (wus) pasca
menikah yang obesitas dan non obesitas

Ho1 : Tidak ada perbedaan pola makan dan aktivitas fisik antara wanita usia subur (wus)
pasca menikah yang obesitas dan non obesitas
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada wanita usia subur (wus) pasca menikah di
Kecamatan Lubuk Pakam. Peninjauan lokasi serta izin penelitian dilakukan pada
bulan Oktober dan November 2017. Sedangkan pengumpulan data dilakukan pada
bulan November- April 2017

B. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan penelitian potong
lintang secara diacak yaitu pengumpulan data Random Number.

C. Populasi dan Sampel

1.Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita usia subur pada periode
prakonsepsi yang sudah terdaftar di KUA kecamatan Lubuk Pakam. Berdasarkan
survey pendahuluan, rata-rata jumlah pasangan menikah yang terdaftar di KUA
perbulan adalah 30 pasang.

2. Sampel
Sampel pada penelitian adalah bagian dari populasi. Pengambilan sampel
dilakukan menggunakan teknik Purposive Sampling. Yang menjadi sampel adalah
wanita usia subur pasca menikah yang terdaftar 1 s/d 2 bulan sebelum pengumpulan
data. Adapun kriteria sampel adalah
1) Bersedia menjadi sampel
2) Dapat diajak berkomunikasi dengan baik

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1.Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder, yang meliputi:

a. Data Primer

1) Data identitas sampel meliputi nama, umur, alamat, pendidikan,dan pekerjaan.


Pengumpulan data identitas sampel yaitu dengan mengisi formulir data dari melalui
wawancara.

2) Data berat badan wanita usia subur awal dan akhir diukur langsung dengan
menggunakan timbangan berat badan dengan ketelitian 0.1 kg.

3) Data lingkar lengan atas (LILA) diukur dengan menggunakan pita LILA dengan
ketelitian 0.1 cm.

4) Data asupan pola makan diperoleh dengan Food Frekuensi (FFQ)

b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari pihak
pengurus KUA mengenai gambaran umum lokasi penelitian dan identitas sampel
2. Cara Pengumpulan Data
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Formulir data identitas sampel untuk mendapatkan karakterisktik sampel

b. Formulir Food Frekuensi (FFQ)

E. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data
a.Data identitas Sampel
Data yang sudah dikumpulkan diolah secara manual menggunakan computer
dengan tahapan sebagai berikut :
1) Memeriksa kelengkapan data
2) Mengentri Data
3) Pengecekan ulang data
4) Mentabulasi data sesuai kategori data

b. Data IMT, LILA, dan FFQ


Data diperoleh dengan menggunakan perhitungan IMT, LILA dan hasil Food
Frekuensi makanan responden, kemudian menggunakan komputer ke dalam
program SPSS.
Pengukuran IMT dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Normal apabila IMT berada dikisaran 18,5 – 25,0
2) Overweight apabila IMT berada dikisaran 25,1- 27,0
3) Obesitas apabila IMT >27

Sedangkan pengukuran LILA dapat dikategorikan sebagai berikut :


1) Apabila ukuran LILA normal 20-23,5
2) Apabila ukuran LILA lebih > 24,0

2. Analisis Data
a. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variable,


yaitu nama, usia, pekerjaan, pendidikan, pola makan, aktivitas fisik, IMT, LILA yang
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

b. Analisa Bivariat

Analisis Bivariat untuk melihat :


1) adanya perbedaan pola makan dan aktivitas fisik WUS prakonsepsi yang
obesitas dan non obesitas

Pada uji statistik apabila data berdistribusi normal maka uji yang digunakan
observasional, jika diperoleh nilai p ≤0,05 maka Ho ditolak, artinya adanya
perbedaan rata-rata pola makan dan aktivitas fisik WUS yang obesitas dan non
obesitas di Kecamatan Lubuk Pakam.
F. Lampiran 1

Jadwal Penelitian

No Kegiatan 2017 2018


Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1 Penelusuran
pustaka
2 Penyelesaian
Proposal
3 Seminar
Proposal
4 Perbaikan
Proposal
5 Pengumpulan
data
6 Penyusunan
laporan
7 Penulisan
Skripsi
8 Seminar hasil
9 Perbaikan
Skripsi
Lampiran 2

Perencanaan Anggaran Biaya

No Rincian Biaya Jumlah


1 Bahan habis pakai

a. Print proposal & jurnal Rp. 120.000

b. Pengandaan Proposal Rp. 240.000 Rp.560.000


dan skripsi

c. Perbaikan Proposal Rp. 200.000


dan skripsi
2. Peralatan Penunjang

a. Pembelian buku Rp. 170.000


Rp. 175.000
b. Photo Copy Kuesioner Rp. 50.0000
FFQ
3. Perjalanan
a. Survey lokasi Rp. 100.000
Rp. 500.000
b. Transport Rp. 400.000

4. Bahan Kontak Rp.500.000 Rp.500.000


5. Biaya tak terduga Rp. 300.000 Rp.300.000
Total biaya Rp.2.035.000
Lampiran 3

SURAT PERYATAAN BERSEDIA MENJADI SUBJEK PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Usia :

Alamat :

Telp/Hp :

Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden penelitian dengan judul


“Perbedaan Pola Makan dan Aktivitas Fisik antara Wanita Usia Subur (WUS)
Prakonsepsi Pasca Menikah Yang Obesitas dan Non Obesitas”yang akan dilakukan
oleh

Nama : Martinus Erikson Simanungkalit

Alamat :Petapahan

Instansi :Poltekkes Kemenkes Medan Jurusan Gizi

No Hp :081269984566

Demikianlah surat pernyataan partisipasinya perbuat dengan sesungguhnya tanpa paksaan


dari siapapun

Lubuk Pakam,………………2017

Mengetahui

Peneliti Responden

( Martinus E.Simanungkalit ) ( )
Lampiran 4

Formulir Data Responden

I.Identitas Sampel

Hari/Tgl Pengukuran : /

No Responden :

Nama Responden :

Tempat/Tgl lahir :

Umur : Tahun

Alamat :

No Hp :

Pekerjaan :

Pendidikan :

II Hasil Pengukuran

Berat badan : Kg

Tinggi badan : Cm

IMT : Kg/m²

LILA : Cm
Lampiran 5

Kuesioner Food Frekuensi Semi Kuantitatif

No. Sampel :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Tanggal Wawancara :

Enumorator :

No.Hp :

Porsi tiap
Berapa kali konsumsi per… kali
Bahan konsumsi Paling
Makanan sering
>1x/ 1x/h 4- 3x/mg 2 Tidak UR Gra dimasak
hari ari 6x/mgg g ming pernah T m dengan cara
gu
sekal
i
Kelompok padi-padian dan umbi
Bihun
Beras ketan
hitam
Beras ketan
putih
Beras Putih
Jagung
kuning
Kentang
Talas
T. Beras
T. Jagung
T. Sagu
T. Terigu
Ubi Jalar
Merah
Ubi Jalar
Putih
Kelompok Kacang-kacangan
Jengkol
Kacang ijo
Kelapa Muda
K.kedelai
K.Merah
K.tanah
kupas
kecap
Kwaci
Santan
Susu kedelai
Tempe
kedelai
Tauco
Tahu
Sayuran
Bayam
B.merah
B.bombay
Buncis
Brokoli
Wortel
Cabe Hijau
besar
Cabe Merah
Cabe Rawit
Daun
Bawang
Daun
kemangi
Daun Melinjo
Daun
Singkong
Jamur Tiram
Jantung
Pisang
Genjer
kangkung
Kacang kapri
K.Panjang
Mentimun
Kol putih
Kol merah
Labu Siam
Pare
Sawi Putih
Sawi Hijau
Selada
Seledri
Tauge
Tomat
Buah-buahan
Alpukat
Semangka
Apel
Belimbing
Bengkuang
Pepaya
Mangga
Pisang
Jambu biji
Nangka
Rambutan
Durian
Salak
Sirsak
Lemak dan Minyak
Margarin
Bimoli
Minyak
kelapa sawit
Serba Serbi
Agar-agar
Gula aren
kopi
Gula pasir
jahe
Madu
Saus Tomat
Makanan dan Minuman lainnya
Kentucky
Pepsi
Fanta
Bir
Coca-cola
Sprite
Pisang
goreng
Bakso
goreng
Nasi Goreng
Pizza
Ayam Goreng
Putu bambu
Lampiran 6

Bukti Bimbingan Skripsi

Judul “Perbedaan Pola Makan dan Aktivitas Fisik


Antara Wanita Usia Subur (WUS) Prakonsepsi
Pasca Menikah Yang Obesitas dan Non
Obesitas”

Nama Martinus Erikson SImanungkalit

Nomor Induk Mahasiswa P01031214036

Program Studi Diploma IV

Dosen Pembimbing Yenni Zuraidah, SP. M.Kes

No Tanggal Judul/Topik bimbingan TTD TTD


Mahasiswa Dosen
Pembimbing

1. 02 Okt Mendiskusikan tentang masalah


2017 yang ada di bidang gizi
masyarakat

2 03 Okt Menentukan Judul dari topik-


2017 topic yang dibahas sebelumnya

3. 05 Okt Penulisan Bab I dan Bab II


2017
DAFTAR PUSTAKA

Ramadha W. 2009. Gaya Hidup Pada Mahasiswa Penderita Hipertensi. Dikutip dari.
Hhtp:///etd. eprints. ums. ac.id. Diakses tanggal 12 Juli 2012.

Hidayah, Ainun. 2011. Kesalahan-Kesalahan Pola Makan Pemicu Seabrek Penyakit


Mematikan. Penerbit Buku Biru. Jogjakarta.

Khomsan, A, dkk. 2004. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.

Sri, Maulina. 2011. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Aktifitas Fisik Dengan Fungsi
Kongnitif pada Lansia di Kelurahan Darat. Thesis FK-USU. Medan.

FAO/WHO/UNU. 2001. Human Energy Requirement, Report of a Joint FAO/WHO/ UNU


Expert Consultation. 17-24 October,Rome.

Merysia,dkk 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Kejadian
Obesitas Anak di SD Islam Al-Azhar 32 Padang.

Hermawan, A Guntur. 2010. http://si.uns.ac.id/profil/uploadpublikasi/Jurnal/3.pdf. 11 februari


2012.

Indika, kinanti. 2010. Jurnal Gambaran Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas. Fakultas
Psikologi Universitas Sumatra Utara. 8 februari 2012.

Misnadiarly. (2007).Obesitas Sebagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit. Jakarta: Pustaka


Obor Populer.

H. Tetty; dkk 2011.Kebiasaan Makan Dan Aktifitas Fisik Remaja Obes: Studi Kasus Pada
Murid SMU Kornita Bogor (Food Habit And Physical Aactivity Of Obese Adolescents: A
Case Study At SMU Kornit Bogor).

Ryan, D. 2007. Obesity in women: A Life Cycle of Medical Risk. International Journal of Obe
sity, 31: S3–S7.

Gotteroa, C., Broglioa, F., Prodama, F., Destefanisa, S., Bellonec, S., Bensoa, A., Gaunab,
C., Arvata, E., A.J. Van der lelyb and Ghigoa, E. 2004. Ghrelin: A Link between Eating
Disorders, Obesity and Reproduction. Nutritional Neuroscience, 7 (5/6): 255–270.

Deeb, M.E., Awwad, J., Yeretzian, J.S. and Kaspar, G.S. 2003. Prevalence of Reproductive
Tract Infections, Genital Prolapse, and Obesity in A Rural Community in Lebanon. Bulletin of
the World Health Organization, 81: 639-645.

Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
---------------------. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Harper, Laura J. 1986. Pangan Gizi dan Pertanian. Jakarta : UI-Press.

Khasanah, Nur. 2012. Waspadai Beragam Penyakit Degeneratif Akibat Pola Makan.
Jogjakarta : Laksana.

Anonym. 2009. Pola makan Sehat. http://gayahidupsehat.org/pola-makan-sehat/.

Anda mungkin juga menyukai