Anda di halaman 1dari 31

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN POLA MAKAN TERHADAP

KEJADIAN OBESITAS PADA MAHASISWA JURUSAN GIZI POLITEKNIK


KEMENTRIAN KESEHATAN ACEH

Proposal Skrispsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

Diploma IV Kesehatan Bidang Gizi

Diajukan oleh

Nailul Zafira

NIM : P07131217021

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES ACEH JURUSAN GIZI PRODI SARJANA TERAPAN
GIZI DAN DIETETIKA ACEH BESAR

TAHUN 2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Obesitas merupakan kelebihan berat badan yang disebabkan karena adanya penimbunan
lemak tubuh yang berlebih. Obesitas bukan hanya sekedar masalah kesehatan, namun
obesitas juga merupakan masalah kesadaran. Dahulu kegemukan identik dengan
kemakmuran, akan tetapi sekarang ini kegemukan merupakan suatu kelainan atau penyakit.
Saat ini obesitas disebut sebagai the New World Syndrome, karena angka kejadiannya yang
terus meningkat dimana-mana. Kini, diseluruh dunia dilaporkan bahwa ada lebih dari satu
miliar orang dewasa yang berat badan nya lebih (gemuk), dan paling sedikit ada 300 juta
orang yang masuk kategori obesitas (BMI diatas 30). (Husnah, 2012)

Prevalensi kejadian obesitas di Indonesia menurut data RISKESDAS 2018 mengalami


kenaikan yang signifikan, dilihat dari data dapat dibandingkan bahwa kejadian berat badan
berlebih usia ≥ 18 tahun dari tahun 2007-2018 yaitu, tahun 2007 dengan angka 8,6, tahun
2013 dengan angka 11,5, 2018 dengan angka 13,6. Data statistik RISKESDAS Tahun 2018
menurut provinsi Sulawesi Utara merupakan provinsi paling tinggi kejadian obesitas dengan
angka 30,2 dan Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi paling rendah kejadian obesitas
dengan angka 10,3. (Riskesdas,2018)

Saat ini obesitas menjadi masalah yang lebih besar daripada masalah kelaparan yang ada
didunia. Lebih dari 2,1 miliar penduduk didunia dari populasi global mengalami obesitas.
Kejadian obesitas ini menyumbang angka 5 persen penyebab kematian di seluruh dunia
karena obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit diabetes, jantung, stroke, dan kanker.
Hasil RAKERKESNAS (Rapat Kerja Kesehatan Nasional) tahun 2014, di Indonesia obesitas
atau kelebihan gizi merupakan salah satu dari lima isu kesehatan strategis 2015- 2019 yang
menjadi fokus Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Sehingga dapat dikatakan,
obesitas merupakan masalah kesehatan yang harus ditangani dengan serius. Penyebab utama
dari obesitas ialah kurangnya aktivitas fisik dan perilaku makan yang tidak baik seperti
konsumsi junk food. Selain konsumsi junk food, aktivitas fisik juga berpengaruh pada
kejadian obesitas. (Ananda Thesa, dkk, 2018)
Pola makan merupakan perilaku yang dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Hal ini
dikarenakan kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi dapat
mempengaruhi asupan gizi yang akan mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat.
Gizi yang optimal penting untuk pertumbuhan serta perkembangan fisik. Gizi yang seimbang
dapat membuat berat badan normal, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi,
produktivitas kerja meningkat serta dapat terlindung dari penyakit kronis.(Permenkes RI,
2014).

Jenis makanan dan frekuensi makan merupakan faktor penentu kebiasaan makan
seseorang. Makanan pokok merupakan bahan makanan yang mengandung karbohidrat yang
sering dikonsumsi dan menjadi budaya makan diberbagai etnik yang ada di Indonesia. Nasi
merupakan makanan pokok yang dikonsumsi lebih dari satu kali setiap harinya. Terpilihnya
nasi sebagai makanan pokok karena nasi merupakan bahan pangan yang mudah diperoleh dan
sudah dikonsumsi secara turun temurun. Pola makan yang tidak seimbang seperti makanan
yang tinggi lemak, protein dan karbohidrat dan disertai dengan rendahnya asupan serat yang
dikonsumsi dapat mempengaruhi kadar lipoprotein, trigliserida, dan kolesterol dalam darah.
Salah satu faktor yang menyebabkan perubahan pola makan adalah pengetahuan dan
kesadaran akan pentingnya asupan zat gizi. Masyarakat umum masih beranggapan bahwa
asupan kebutuhan zat gizi akan tercukupi pada saat merasa kenyang. Anggapan itu kurang
tepat dalam pemilihan bahan makanan, karena dalam pemilihan bahan makanan tidak hanya
melihat kuantitas tetapi juga harus melihat nilai gizi makanan tersebut. (Mokoginto, Farah S.
dkk.2016)

Menurut teori sebagian besar remaja memiliki pola makan yang tidak seimbang. Asupan
makanan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu : faktor ekonomi, demografi, psikologis dan
faktor sosial budaya.pemilihan makanan tidak didasari pada kandungan gizi tetapi sekedar
bersosialisasi dan untuk kesenangan.Dari hasil penelitian (Restuastuti, Tuti dkk) responden
yang memiliki pola makan yang terdiri dari asupan energi dan asupan gizi makro
(karbohidrat, protein, lemak) dikonsumsi berlebihan berisiko mengalami obesitas dari pada
responden yang memiliki pola makan yang seimbang. Jadi salah satu faktor penyebab
obesitas yaitu bisa dilihat dari pola makan seseorang yang berlebihan melebihi porsi
(kebutuhan). Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa peningkatan berat badan
dapat dipicu oleh pola konsumsi makanan yang berlebihan. Penelitian di Amerika ,
didapatkan bahwa orang yang memiliki pola konsumsi yang berlebihan lebih berisiko
obesitas dibanding orang yang memiliki pola konsumsi yang tidak berlebihan.(Restuastuti,
Tuti dkk.2016)
Pola makan remaja serta asupan gizi seimbang sangat berpengaruh terhadap status gizi
remaja yang dapat menentukan kematangan pola pikir dan bersikap di masa depan. Karena
masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa, maka pola
makan seimbang sangat perlu diperhatikan. Peningkatan berat badan, otot, serta pertumbuhan
biokimia dan hormonal terjadi pada masa remaja. Kondisi ini harus diimbangi dengan pola
makan yang baik agar tidak terjadi masalah gizi. Namun, remaja seringkali memiliki pola
makan yang tidak tepat. Remaja lebih menyukai makanan yang manis dan berlemak yang
dapat memicu kegemukan. Sebuah studi menemukan bahwa pola makan para gadis remaja
yang sering mengonsumsi makanan sampah dapat membuat kekurangan asupan vitamin
esensial sehingga menyebabkan berbagai masalah kesehatan. (Bidkesmas. 2014)

Pengetahuan remaja tentang gizi dan pola makan yang sehat, akan membentuk sikap
remaja untuk memilih atau melakukan pola makan sehat. Status gizi yang baik dapat dicapai
apabila remaja memiliki pola makan yang baik, dengan frekuensi makan yang cukup,
pemilihan bahan makanan yang bervariasi serta jumlah yang seimbang. Dengan demikian
remaja harus memiliki pengetahuan yang cukup terkait dengan pemenuhan kebutuhan gizi
yang baik serta dampak makanan terhadap status kesehatan dan status gizinya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ Hubungan Antara Pengetahuan Dan Pola Makan Terhadap Kejadian Obesitas
Pada Mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik Kementrian Kesehatan Aceh”.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan bahwa apakah ada
hubungan antara pengetahuan dan pola makan terhadap kejadian obesitas pada
mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara pengetahuan dan pola makan terhadap kejadian
obesitas pada mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh
2. Tujuan khusus
- Untuk mengetahui pengetahuan pada mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Aceh
- Mengukur tingkat pola makan mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Aceh
- Untuk mengetahui hubungan antara obesitas dan pengetahuan pada mahasiswa
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman dalam
mengadakan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan pola makan
terhadap kejadian obesitas pada mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Aceh.
2. Bagi mahasiswa mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang obesitas serta juga
merupakan upaya dalam pencegahan obesitas
3. Bagi pemerintah/kampus
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pengambilan kebijakan dalam upaya
menangani masalah obesitas pada mahasiswa

E. KETERBATASAN PENELITIAN
Obesitas itu umumnya disebabkan oleh kadar kalori yang berlebihan dalam
tubuh. Penumpukan kadar kalori yang berlebih ini disebabkan oleh berbagai
macam faktor diantaranya ialah genetik (keturunan), junk food, konsumsi obat-
obatan tertentu, stres, kurang melakukan aktifitas, tidak cukup tidur, gangguan
hormon, adanya penyakit tertentu (seperti tiroid), dan faktor psikologis. Namun
karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya maka peneliti hanya melakukan
penelitian tentang hubungan antara pengetahuan dan pola makan terhadap
kejadian obesitas pada mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh.

F. KEASLIAN PENELITIAN
Sejauh pengetahuan peneliti belum ada penelitian yang sama atau serupa
dengan penelitian ini, yaitu hubungan antara pengetahuan dan pola makan
terhadap kejadian obesitas pada mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Aceh. Namun telah ada beberapa penelitian sebelumnya yang hampir sama hanya
berbeda tempat, waktu dan variabel.
1. Penelitian ini berjudul Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan
Kejadian Obesitas Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh
(Miko, Ampera & M elsy Pratiwi). Penelitian ini bersifat deskriptif
analitik, dengan desain crossectional. Dengan sampel sebanyak 62 orang
mahasiswa jurusan gizi yang diperoleh secara purposif, pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara melalui kuesinoer dan metode
antropometri.
2. Penelitian Dengan Judul Hubungan Konsumsi Junk Food Dan Aktivitas
Fisik Terhadap Obesitas Remaja Di Banda Aceh (Ananda, Thesa Prima
dkk, 2018) tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
konsumsi junk food dan aktivitas fisik dengan obesitas pada remaja di
Banda Aceh. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional
dengan rancangan cross sectional.
3. Penelitian dengan judul hubungan pola makan dengan kejadian obesitas
(di SMK bakti Indonesia medika jombang), metode penelitian ialah
dengan desain penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Populasinya ialah semua siswi yang mengalami obesitas
sejumlah 131 siswi. Menggunkan Teknik sampling proportional random
sampling dengan sampel sejumlah 56 siswi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Obesitas
a. Pengertian Obesitas

Obesitas (obesity) berasal dari bahasa latín yaitu ob yang artinya ‘akibat dari’ dan
esum yang artinya ‘makan’. Jadi obesitas dapat diartikan sebagai akibat yang ditimbulkan
dari pola makan yang berlebihan (Adams et al.,2002; Syarif , 2003). Menurut WHO dalam
P2PTM Kemenkes RI (2018) obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat
ketidakseimbangan asupan energi ( energy intake) dengan energi yang digunakan (energi
expenditure) dalam waktu lama. Obesitas adalah orang yang mempunyai berat badan berlebih
yang dikaitkan dengan penimbunan lemak yang berlebihan. Obesitas dipengaruhi banyak hal
salah satunya pola makan yang tidak teratur (Heryuditasari,Karinda. 2018).Pada orang
dewasa obesitas ditentukan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT). IMT merupakan
pengukuran antropometri (berat badan dan tinggi badan) untuk menilai tubuh seseorang
tersebut sesuai standar normal atau idel. IMT didapatkan dengan cara membagi berat badan
(kg) dengan kuadrat tinggi badan(m2). (Sudargo Toto dkk, 2014)

Tabel 1. klasifikasi status gizi berdasarkan IMT

Klasifikasi IMT (kg/m2)


Kurang >18,5
Normal 18,50 - 22,9
Kelebihan berat badan >23,0
Praobesitas 23,0 – 26,9
Obesitas ≥27,0

b. Etiologi Obesitas
Kelebihan energi dapat terjadi bila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi
yang dikeluaran tubuh. Kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh, yang
mengakibatkan terjadinya berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa
tdisebabkan oleh kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat, lemak maupun protein.
Hasil penelitian (Weni Kurdanti, dkk. 2015) obesitas juga disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya adalah :
- faktor genetik (status obesitas ibu dan ayah)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang memiliki ayah dan ibu dengan
status obesitas berisiko lebih besar menjadi obesitas dibandingkan dengan remaja
yang memiliki ayah dan ibu yang tidak obesitas. Faktor genetik ini berhubungan
dengan pertambahan berat badan, IMT, lingkar pinggang, dan aktivitas fisik.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa orang tua dapat mempengaruhi pola makan
anak dan gaya hidup yang sama dalam keluarga. Keluarga akan mewariskan
kebiasaan pola makan dan gaya hidup yang bisa menyebabkan obesitas.

- Aktivitas fisik
Seseorang yang kurang aktif membutuhkan kalori sedikit dibandingkan dengan
orang yang memiliki aktivitas tinggi. Seseorang yang hidupnya kurang aktif
(sedentary life) atau tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang dan
mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, akan cenderung mengalami obesitas.
Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh
seseorang.

- Asupan sarapan pagi


Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak anak yang tidak sarapan
cenderung mengalami obesitas. Hal ini dikarenakan apabila seseorang yang
melewatkan sarapan pagi akan mengakibatkan seseorang itu merasa sangat lapar dan
tidak dapat mengontrol nafsu makan sehingga pada saat makan siang akan makan
dalam porsi yang berlebih (overreacting).

- Asupan karbohidrat
Asupan karbohidrat berlebih pada kelompok obesitas ditemukan lebih tinggi
dibandingkan kelompok tidak obesitas. Kelebihan karbohidrat di dalam tubuh akan
diubah menjadi lemak. Perubahan ini terjadi di dalam hati. Lemak ini kemudian
dibawa ke sel-sel lemak yang dapat menyimpan lemak dalam jumlah tidak terbatas.

- Pola Makan
Frekuensi makan yang terlalu sering dalam jumlah banyak dan jenis makanan yang
dimakan mengandung lemak jenuh, garam tinggi dan gula tinggi dapat meningkatkan
kejadian obesitas
c. Tipe Obesitas
1. Obesitas Menurut Distribusi Lemak
 Tipe Android (Tipe Buah Appel)
Kegemukan tipe android ditandai dengan penumpukan lemak dibagian
tubuh sebelah atas, yaitu sekitar dada, pundak, leher dan muka
sehingga menyerupai buah apel. Kegemukan tipe ini banyak terjadi
pada pria. Peneliti Perancis, Vague menyebutkan bahwa tipe android
ini potensial berisiko terhadap serangan penyakit yang berhubungan
dengan metabolisme lemak dan glukosa seperti penyakit gula, jantung
koroner, stroke, dan pendarahan otak, dan tekanan darah tinggi.
 Tipe ginoid (tipe buah peer)
Kegemukan tipe ini ditandai dengan penimbunan lemak bagian tubuh
bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Kegemukan tipe
ini banyak terjadi wanita.

2. Obesitas Menurut Kondisi Sel


 Tipe hiperlastik
Tipe hiperlastik merupakan kegemukan yang disebabkan karena
jumlah sel lemak lebih banyak dibandingkan dengan kondisi normal.
Kegemukan ini biasanya terjadi sejak masa anak-anak dan sulit untuk
diturunkan.
 Tipe hipertropik
Tipe hipertropik merupakan kegemukan yang disebabkan karena
ukuran sel lebih besar dari ukuran normal. Kegemukan ini biasanya
terjadi pada orang dewasa. Namun, tipe ini mempunyai risiko lebih
mudah terserang penyakit gula dan tekanan darah tinggi

 Tipe hiperlastik-hipertropik
Kegemukan tipe ini jumlah maupun ukuran sel pada tubuh seseorang
melebihi ukuran normal. Seseorang dengan tipe ini paling mudah
terserang berbagai penyakit degeneratif.
3. Obesitas Menurut Umur
 Kegemukan saat bayi
Kegemukan saat bayi disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang
tua tentang kebutuhan konsumsi makanan. Saat bayi berumur sampai
dua tahun merupakan saat paling mudah menimbun lemak.
 Kegemukan saat anak-anak
Kegemukan pada masa anak-anak disebabkan karen pola makan yang
salah disertai dengan aktivitas fisik yang rendah. Aktivitas fisik sangat
diperlukan dalam proses pembakaran kelebihan lemak dalam tubuh.
 Kegemukan saat Dewasa
Kegemukan ini sering terjadi pada masa dewasa karena lemak tubuh
mulai menumpuk. Kesibukan-kesibukan dapat menjadi penyebab
kurangnya waktu untuk olahraga yang menyebabkan penumpukan
lemak.

4. Obesitas Menurut Tingkatan


 Simple obesity
Kegemukan akibat berat badan sebanyak 20% berat badan ideal
 Mild obesity
Kegemukan akibat kelebihan berat badan sebanyak 20-30% dari berat
badan ideal
 Moderat obesity
Kegemukan akibat kelebihan antara 30-60% dari berat ideal. Pada
tingkat ini penderita termasuk berisiko tinggi untuk menderita penyakit
yang berhubungan dengan obesitas.
 Morbid obesity
Kegemukan akibat kelebihan berat badan 60% dari berat badan ideal.
Kegemukan ini sangat tinggi berisiko terkena penyakit pernapasan,
gagal jantung, dan kematian mendadak.(siti zulfah & silvia wagustina.
2018)

3. Komplikasi Obesitas
Menurut (Husnah, 2012). Faktor risiko yang ditimbulkan dari obesitas adalah, antara
lain :

1. Diabetes Mellitus
Orang yang memiliki BMI di atas 25, tiap peningkatan BMI 1 angka mempunyai
kecenderungan menjadi kencing manis sebesar 25%. Dengan bertambahnya
ukuran lingkar perut dan panggul, terutama pada obesitas tipe sentral atau android,
menimbulkan resistensi insulin, yaitu suatu keadaan yang menyebabkan insulin
tubuh tidak dapat bekerja dengan baik, yang dapat menyebabkan kencing manis.
2. Hipertensi
Tekanan darah atas 140/90 mm Hg, terdapat pada lebih dari sepertiga orang
obesitas. Gagal Jantung Sekalipun tanpa tekanan darah yang tinggi, obesitas dapat
mengakibatkan kelemahan otot jantung atau cardiomyopathy, sehingga
mengganggu daya pompa jantung.
3. Stroke
Meningkatnya tekanan darah, gula dan lemak darah, maka orang obesitas sangat
mudah terserang stroke.
4. Gagal Nafas
Akibat kegemukan menyebabkan kesulitan bernafas terutama pada waktu tidur
malam (sleep apnea), keadaan yang berat dapat menimbulkan penurunan
kesadaran sampai koma.
5. Nyeri Sendi
Osteoartritis biasanya terjadi pada obesitas, nyeri sendi umumnya pada sendi-
sendi besar penyanggah berat badan, misalnya lutut dan kaki. Pengapuran dan
bengkak sendi akan bertambah seiring dengan bertambahnya usia atau memasuki
masa menopause.
6. Batu Empedu
Pada obesitas dengan BMI diatas 30 didapatkan kecenderungan timbul batu
empedu dua kali lipat dibandingkan orang normal, pada obesitas dengan BMI
lebih dari 45, ditemukan angka 7 kali lipat.
7. Psikososial
Masalah obesitas bukan hanya menimbulkan masalah medis, tetapi juga
menimbulkan banyak persoalan psikososial, seseorang yang obesitas bukan hanya
mengalami kesukaran belajar, tidak memperoleh pendidikan dengan baik, tetapi
juga kelak sukar mendapatkan pekerjaan yang baik, termasuk hubungan sosial,
keluarga, dalam hal berteman, umumnya mengalami hambatan yang berdampak
pada kepribadian dan kejiwaan seseorang. Depresi, reaksi cemas, atau stres,
banyak didapatkan pada orang gemuk, terutama kaum wanita.
8. Kanker
Laporan terbaru WHO memperkirakan obesitas dan hidup yang santai
bertanggung jawab atas timbulnya kanker payudara, usus besar, endometrium,
ginjal, dan esofagus. Di Inggris, 20-30 ribu kasus kanker per tahun terdapat pada
kaum obesitas. Terbukti pula hubungan kuat antara obesitas dengan risiko
timbulnya kanker pankreas, rahim, prostat, dan indung telur.
9. Angka Kematian Meningkat
Penelitian dari Framingham Heart Study di Amerika Serikat menemukan bahwa
pria maupun wanita dengan usia lebih dari 40 tahun dan berat badan berlebihan
atau BMI lebih dari 30, diperkirakan umurnya 7 tahun lebih pendek daripada
orang dengan berat badan normal. (husnah ,2012)

4. Pencegahan Obesitas
 Atur pola makan
- Gunakan piring makan model T yaitu jumlah sayur dua kali lipat dari makanan
sumber kharbohidrat seperti nasi, mie, roti, pasta dan lainnya.
- Jumlah makanan sumber protein setara dengan jumlah makanan sumber
kharbohidrat.
- Buah minimal harus sama dengan jumlah kharbohidrat atau protein.

Aturan pola makan menggunakan piring makan model T adalah sebagai berikut :

1. Konsumsi sayur dua kali lipat dari jumlah bahan makanan sumber kharbohidrat.
( sayur = 2 kali jumlah karbohidrat)
Asupan sayur dianjurkan sebesar 5-6 porsi sedangkan buah minimal 3 porsi per hari.
Sayur dan buah berfungs sebagai memelihara microflora usus, mencegah obesitas,
diabetes melitus, hipertensi, dan berbagai penyakit berat seperti jantung koroner.
Sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan dan serelia merupakan sumber serat. Serat
merupakan komponen penyusun diet yang penting. Dengan adanya serat, akan
membantu mengurangi penyerapan karbohidrat, lemak dan protein.
2. Konsumsi bahan makanan sumber protein sama dengan jumlah bahan makanan
sumber karbohidrat (P=KH)
Tubuh dapat mencerna protein lebih lambat dibandingkan dengan lemak dan
karbohidrat , sehingga akan lebih lama terasa kenyang.
3. Konsumsi sayur dan buah minimal harus sama dengan jumlah karbohidrat ditambah
protein (SB = KH + P)
4. Minyak sebagai bahan makanan sumber lemak dianjurkan 3-4 porsi atau setara denga
3-4 sendok teh. Minyak juga dapat digantikan dengan margarine, mentega, atau
santan. Dianjurkan untuk memilih lemak tak jenuh ganda maupun tunggal seperti
minyak zaitun, minyak canola, minyak jagung, dan minyak biji matahari.

 Melakukan aktivitas fisik


Prinsip utama aktivitas fisik pada obesitas adalah untuk meningkatkan
pengeluaran energi dan membakar lemak. Aktivitas fisik merupakan setiap
gerakan tubuh yang diakibatkan karena adanya kerja otot rangka yang
meningkatkan pengeluaran tenaga serta energi. Aktivitas ini mencakup
aktivitas yang dilakukan disekolah, tempat kerja, aktivitas didalam rumah dan
juga melakukan olahraga. (Erti, dyah Mustikawati dkk.2017)

B. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan diartikan sebagai pengenalan terhadap kenyataan, kebenaran, prinsip dan


keindahan terhadap suatu objek. Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang
diperhatikan, dipahami dan diingat. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk
pendidikan formal maupun non formal, percakapan, membaca, mendengar, melihat dan dari
pengalaman lainnya.

b. Tahapan Pengetahuan
Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoatmojo (2007), mengungkapkan bahwa
sebelum seseorang menghadapi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses
untuk mendapatkan pengetahuan terlebih dahulu secara berurutan. Yang pertama yaitu
Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus. Selanjutnya Interest (tertarik) terhadap stimulus atau objek
tersebut, disinilah sikap objek sudah mulai timbul. Lalu Evaluation (menimbang-nimbang)
terhadap baik tidaknya stimulus bagi dirinya. Setelah menimbang seseorang akan Trial
(mencoba) yaitu dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus. Dan yang terakhir ialah Adoption (adopsi) dimana subjek
telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

c. Faktor Pengetahuan
Pengetahuan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor (Notoatmodjo, 2010) yaitu
a. Sosial ekonomi
Lingkungan sosial dapat mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedangkan
ekonomi dikaitkan dengan pendidikan. Jika tingkat ekonomi seseorang baik, maka tingkat
pendidikannnya akan tinggi sehingga pengetahuannya akan tinggi pula
b. Kultur (budaya dan agama)
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi
yang baru akan disaring kira-kira sesuai dengan tingkat budaya yang ada dan agama yang
dianut
c. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin mudah menerima dan
menyesuaikan diri dengan hal-hal baru
d. Pengalaman
Pengalaman sangat erat kaitan dengan umur dan pendidikan individu. Dengan
pendidikan yang tinggi maka seseorang akan mendapatkan pengalaman yang luas,
sedangkan jika semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan semakin banyak dan
pengetahuan akan bertambah
e. Informasi
Seseorang dengan sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang
lebih luas. (kurniati yessi dkk. Pendidikan Gizi Dan Gaya Hidup Remaja Obesitas)

C. Pola makan
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi,
mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009). Di dalam jurnal
kesehatan ilmiah disebutkan bahwa pola makan atau pola konsumsi adalah susunan jenis dan
jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu .Pola
makan merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah
bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu
kelompok masyarakat tertentu . (Ayu,dwi dkk,2017)

Usia remaja merupakan usia rentan gizi karena tumbuh kembang yang pesat dan
membutuhkan energi yang cukup untuk melakukan beragam aktivitas fisik. Jika pola asupan
buruk, akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal, serta lebih
rentan terhadap penyakit-penyakit kronis di masa dewasa. (Mokoginto, Farah S. dkk.2016).
pola makan dapat memberikan gambaran mengenai frekuensi, macam dan model bahan
makanan yang dikonsumsi setiap hari. Pola makan yang dianjurkan bagi remaja adalah
makanan gizi seimbang yang terdiri atas sumber zat tenaga misalnya roti, tepung-tepungan,
sumber zat pembangun misalnya ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang-kacangan, tahu,
tempe, dan sumber zat pengatur seperti sayur-sayuran, buah-buahan. Masa remaja terdapat
peningkatan asupan makan siap saji yang cenderung tinggi lemak, energi, natrium dan rendah
asam folat, serat dan vitamin A (suryani,desi dkk, 2015)

Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja, akan berdampak pada kesehatan dalam
fase kehidupan selanjutnya. Ada tiga alas an mengapa remaja itu dikategorikan rentan.
Pertama, percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi
yang banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuian
masukan energi dan zat gizi. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan
alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi, disamping itu banyak remaja
yang makan secara berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas.(arisman,2009)

a. Komponen Pola Makan

Menurut Sulistyoningsih (2011), ada 3 komponen pola makan diantaranya yaitu:

 Jenis makan, yaitu sejenis makanan pokok yang dimakan setiap hari terdiri dari
makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah yang dikonsumsi setiap
hari. Makanan pokok adalah sumber makanan utama di negara indonesia yang
dikonsumsi setiap orang atau sekelompok masyarakat yang terdiri dari beras, jagung,
sagu, umbi-umbian, dan tepung.
 Frekuensi makan, yaitu beberapa kali makan dalam sehari meliputi makan pagi,
makan siang, makan malam dan makan selingan.
 Jumlah makan, yaitu banyaknya makanan yang dimakan dalam setiap orang atau
setiap individu dalam kelompok.

b. Dimensi Pola Makan

Menurut Elfhag dan Morey (2008), ada tiga dimensi pola makan pada seseorang, diantaranya
yaitu:

 External eating, yaitu menanggapi rangsangan yang berhubungan dengan makanan


dari segi bau, rasa, dan penampilan makanan tanpa keadaan internal lapar dan
kenyang.
 Emotional eating, yaitu mengacu pada makan dalam hal menanggapi emosi negatif
seperti rasa takut, cemas, marah, dan sebagainya dalam rangka menghilangkan stres
sementara mengabaikan sinyal fisiologis internal kelaparan.
 Restrained eating, yaitu tingkat pembatasan makanan secara sadar atau kognitif
(mencoba untuk menahan diri dari makan dalam rangka untuk menurunkan atau
mempertahankan berat badan tertentu).

c. Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan

Menurut Dirjen Binkesmas Depkes RI (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi pola


makan diantaranya yaitu:

- Budaya 
Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi, juga letak
geografis mempengaruhi makanan yang diinginkannya. Sebagai contoh, nasi
untuk orang Asia dan Orientalis, pasta untuk orang Italia, curry (kari) untuk orang
India merupakan makanan pokok. Makanan laut banyak disukai oleh masyarakat
sepanjang pesisir Amerika Utara, sedangkan penduduk Amerika bagian Selatan
lebih menyukai makanan goreng-gorengan.

- Agama/Kepercayaan.
Agama/kepercayaan juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi. Sebagai
contoh, agama Islam dan Yahudi Orthodoks mengharamkan daging babi. Agama
Roma Katolik melarang makan daging setiap hari, dan beberapa aliran agama
(Protestan) seperti Adven melarang pemeluknya mengkonsumsi teh, kopi atau
alkohol.

- Status Sosial Ekonomi .


Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi oleh
status sosial dan ekonomi. Sebagai contoh, orang kelas menengah ke bawah atau
orang miskin di desa tidak sanggup membeli makanan jadi, daging, buah dan
sayuran yang mahal. Pendapatan akan membatasi seseorang untuk mengkonsumsi
makanan yang mahal harganya.

- Personal Preference.
Hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan makan
seseorang. Orang seringkali memulai kebiasaan makannya sejak dari masa kanak-
kanak hingga dewasa. Sebagai contoh, ayah tidak suka makan ikan patin begitu
pula dengan anak laki-lakinya. Ibu tidak suka makan ayam begitu pula anak
perempuannya. Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap makanan
tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut.

- Rasa Lapar, Nafsu Makan dan Rasa Kenyang


Rasa lapar merupakan sensasi yang kurang menyenangkan karena berhubungan
dengan kekurangan makanan. Sebaliknya, nafsu makan merupakan sensasi yang
menyenangkan berupa keinginan seseorang untuk makan. Sedangkan rasa
kenyang merupakan perasaan puas karena telah memenuhi keinginannya untuk
makan. Pusat pengaturan dan pengontrolan mekanisme lapar, nafsu makan dan
rasa kenyang dilakukan oleh sistem saraf pusat, yaitu hipotalamus.
- Kesehatan.
Kesehatan seseorang berpengaruh besar terhadap kebiasaan makan. Sariawan
atau sakit gigi seringkali membuat individu memilih makanan yang lembut, tidak
jarang orang yang kesulitan menelan, memilih menahan lapar daripada makan.

d. Anjuran Untuk Pola Makan Yang Baik Pada Remaja


Banyak survei yang mencatat ketidakcukupan asupan gizi remaja. Remaja tidak hanya
melewatkan waktu sarapan, tetapi juga sangat senang mengonsumsi junk food. Selain
itu kekhawatiran menjadi gemuk membuat mereka untuk mengurangi asupan pangan
yang seharusnya dikonsumsi. Berikut ini anjuran untuk menciptakan pola makan yang
baik bagi remaja :
- Mendorong remaja untuk menikmati makanan, mencoba makanan baru,
mengonsumsi beberapa makanan dipagi hari, makan bersama keluarga,
menyeleksi jajanan yang bergizi.
- Mengetahui jadwal kegiatan remaja sehingga waktu makan bersama tidak
berbenturan dengan kegiatan mereka.
- Menyiapkan data dasar tentang pangan dan gizi sehingga remaja dapat
memutuskan jenis makanan yang dikonsumsi berdasarkan informasi yang
diperoleh
- Memberikan informasi tentang manfaat makanan yang baik, seperti perbaikan
vitalitas dan ketahanan fisik.
- Membenarkan pilihan makanan cemilan bergizi, dan secara berkesinambungan
menjelaskan kekeliruan mereka dalam memilih makanan.

D. Remaja
a. Pengertian remaja

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 hingga 19 tahun.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk
dalam rentang usia 10-18 tahun. Sementara itu, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.
Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa dak ada kesepakatan universal mengenai
batasan kelompok usia remaja. Namun begitu, masa remaja itu diasosiasikan dengan masa
transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini merupakan periode persiapan menuju masa
dewasa yang akan melewa beberapa tahapan perkembangan pen ng dalam hidup. Selain
kematangan fisik dan seksual, remaja juga mengalami tahapan menuju kemandirian sosial
dan ekonomi, membangun iden tas, akuisisi kemampuan (skill) untuk kehidupan masa
dewasa serta kemampuan bernegosiasi (abstract reasoning) (WHO, 2015).

Masa remaja adalah masa datangnya pubertas masa transisi dari kanak-kanak ke
dewasa. Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang
diawali dengan matangnya organ organ fisik. Dalam budaya Amerika, periode remaja ini
dipandang sebagai masa strom and stress, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis,
bebrapa perubahan pada remaja ditandai dengan perubahan fisik, perubahan intelektual,
perubahan emosi, perubahan sosial, perubahan. Pada periode remaja biasanya mulai sibuk
memperhatikan penampilan fisik dan ingin mengubah penampilan dengan memberikan
perawatan terhadap kulit dan ingin memiliki tubuh yang ideal. Hal ini dikarenakan banyak
remaja yang memandang bahwa bentuk tubuh yang ideal dapat membuat mereka lebih berani
tampil dan berinteraksi di depan umum.(Claudia,Windy.2016)

Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini
berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial.
Perubahan ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Perubahan fisik yang menonjol adalah
perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh serta perubahan perilaku
dan hubungan sosial dengan lingkungan. Perubahan fisik yang cepat dan terjadi secara
berkelanjutan pada remaja menyebabkan para remaja sadar dan lebih sensitif terhadap bentuk
tubuhnya dan mencoba membandingkan dengan teman-temannya. Perubahan psikososial
pada remaja dibagi dala tiga tahap yaitu :

1. Remaja awala (early adolescent) terjadi pada usia 12-14 tahun.


Karakteristik periode remaja awal ditandai dengan terjadinya perubahan
psikologis seperti jiwa yang labil, meningkatnya kemampuan verbal untuk
ekspresi diri dan adanya pengaruh teman terhadap hobi dan cara
berpakaian.
2. Periode pertengahan (middle adolescent) terjadi antara usia 15-17 tahun,
periode ini ditandai dengan perubahan sangat memperhatikan penampilan,
sering sedih dan sangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan
kompetitif.
3. Periode akhir (late adolescent) dimulai pada usia 18 tahun yang ditandai
dengan tercapainya maturasi fisik secara sempurna. Perubahan psikososial
yang terjadi adalah emosi lebih stabil, lebih konsisten terhadap minat dan
bangga terhadap hasil yang dicapai.(Pediatri, Sari. 2010)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan makan remaja


- Penampilan tubuh (body image)
Remaja mempunyai perhatian terhadap penampila tubuh mereka seperti ukuran,
bentuk tubuh, dan kondisi kulit. Obesitas lebih sering terjadi pada remaja putri.
Asupan energi remaja yang memiliki berat badan lebih biasanya sama dengan
asupan energi pada remaja dengan berat badan normal, hanya saja terdapat pada
pengeluaran energi yang kurang karena aktivitas yang rendah.

- Keluarga
Pengaruh lingkungan keluarga dapat berupa remaja tidak menyukai makanan
tertentu yang bergizi karena makanan tersebut dipantang oleh keluarga.

- Teman-teman
Pengaruh teman dapat membentuk kebiasaan makan remaja karena makanan
merupakan sarana penting untuk rekreasi dan bersosialisasi dengan teman.

- Media massa
Media massa dapat memberikan pengaruh yang baik maupun buruk, misalnya
seorang remaja putri mengidolakan model yang bertubuh kurus, sehingga
membuat remaja tersebut berusaha untuk mendapat ukuran tubuh seperti idolanya.

- Makanan siap santap (fast food)


Remaja sangat suka mencoba hal-hal baru, apalagi jika makanan itu populer,
praktis dan dapat meningkatkan gengsi mereka. Makanan siap santap banyak
mengandung lemak, gula dan garam yang tinggi. Sedangkan kandungan serat,
vitamin A, vitamin C, kalsium, asam folat yang rendah, sehingga remaja dapat
kekurangan atau kelebihan energi dan zat gizi tertentu.

E. Kerangka Teori
Faktor genetik

Aktivitas fisik

Faktor-faktor yang
mempengaruhi Asupan sarapan
obesitas
Pola makan

Asupan
karbohidrat

Gambar 1

Kerangka teori penelitian

F. Kerangka Konsep

Pengetahuan

Obesitas

Pola makan
Gambar 2.

Kerangka konsep penelitian

G. Hipotesa
1. Ha : terdapat hubungan antara pengetahuan dan pola makan terhadap kejadian
obesitas pada mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh
2. Ho : tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan pola makan terhadap kejadian
obesitas pada mahasiswa Jurusan Gizi kampus Poltekkes Kemenkes Aceh

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, dengan desain crossectional untuk
melihat hubungan pengetahuan dan pola makan terhadap kejadian obesitas pada
mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik Kementrian Kesehatan Aceh.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di kampus Politeknik Kesehatan Kementrian Aceh.
Pengambilan data penelitian dilakukan sebanyak dua kali pada bulan September 2020
dan bulan pada bulan maret tahun 2021.

C. Populasi Dan Sampel


1. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Gizi tingkat satu
Politeknik Kesehatan Kementrian Aceh.
2. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan gizi tingkat satu prodi D-
IV gizi yang berjumlah 40 orang di kampus Politeknik Kesehatan Kementrian
Aceh.

D. Variabel Penelitian
1. Variabel independen (variabel bebas)
Variabel independent dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan pola makan
2. Variabel dependen (variabel terikat)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah obesitas.

E. Definisi Operasional

N Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Skala Standar


o operasional ukur
1. Pengetahua Hasil stimulasi Pembagian Kuesioner Ordinal
n informasi yang kuesioner
diperhatikan,
dipahami dan
diingat. Informasi
tersebut dapat
diperoleh dari
pendidikan formal
maupun non
formal,
percakapan,
membaca,
pengamatan,
pengalaman dan
lainnya.
2. Pola makan gambaran kegiatan Pembagian Food Ordinal
makan yang Food recall recall
diakukan secara
berulang oleh
setiap orang atau
individu untuk
memenuhi
kebutuhan.
3. Obesitas Penumpukan Antropometr Timbanga Nomina
- IMT 18,50 -
lemak yang i n dan l
22,9
berlebihan akibat mikrotoa
(normal)
ketidakseimbanga
- IMT >23,0
n asupan energi
(berat badan
(energy intake)
lebih)
dengan energi
- IMT 23,0 –
yang digunakan
26,9
(energi
(praobesitas
expenditure)
)
dalam waktu lama.
- IMT ≥27,0
(obesitas)

F. Teknik Pengumpulan Data


a. Data primer :
1. Identitas sampel yang terdiri dari nama, umur, kelas/tingkat, jenis kelamin,
yang dikumpulkan melalui melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner.
2. Data obesitas dikumpulkan menggunakan metode antropometri yaitu berat
badan diukur dengan timbangan injak dan tinggi badan diukur menggunakan
mikrotoa.
3. Data tentang pola makan dikumpulkan dengan kuesioner (food recall) pola
makan dan data pengetahuan dikumpulkan dengan cara kuesioner tentang
pengetahuan gizi.

b. Data sekunder :
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah gambaran
umum lokasi kampus, letak geografis, dan jumlah sampel dari keseluruhan
penelitian.

G. Pengolahan Data
Setelah semua data dikumpulkan, selanjutnya akan dilakukan pengolahan data
sebagai berikut :
1. Editing yaitu kegiatan memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan
agar jelas dan mudah dibaca.
2. Coding yaitu kegiatan pengubahan data menjadi kode untuk memudahkan
pengelompokkan data.
3. Skoring yaitu pemberian nilai terhadap jawaban yang diberikan responde
4. Entry data yaitu proses data yang telah diberikan kode dalam tiap variabel
yang akan diolah data dengan menggunakan program SPSS.
5. Data processing yaitu semua data yang teah diinput kedalam aplikasi
komputer akan diolah sesuai dengan kebutuhan dari penelitian.

H. Anaisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penellitian ini adalah :
1. Analisis univariat
Analisis univariat meliputi data identitas sampel, data dari pengetahuan dan pola
makan yang ditabulasikan untuk melihat disribusi frekuensi dan deskriptif statistik
meliputi penegtahuan dan pola makan.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan dan
pola makan terhadap kejadian obesitas pada mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik
Kementrian Kesehatan Aceh dengan melakukan chi-square dengan menggunkan
program SPSS

I. Penyajian Data
Untuk menjelaskan hasil dari hubungan antara pengetahuan dan pola makan
terhadap kejadian obesitas pada mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik Kementrian
Kesehatan Aceh dan untuk mempermudah pembaca maka penyajian data dilakukan
dalam bentuk tabular yaitu penyajian data dengan menggunakan tabel dan teksbular
yaitu penyajian data dengan narasi atau teks.
Lampiran
Identitas Mahasiswa

- Nama :
- Jenis kelamin :
- Umur :
- Tingkat :
- Jurusan/Prodi :
- Tinggi badan (TB) :
- Berat badan (BB) :

Kuesioner Pengetahuan gizi


Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap benar dengan memberi tanda silang (x)

1. Apakah kepanjangan dari PGS?


a. Pedoman gizi sederhana c. Pedoman gizi seimbang
b. Pedoman gizi sempurna d. Pola gizi seimbang

2. Apa yang dimaksud dengan gizi seimbang ?


a. Menjalankan program diet
b. Susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi, jenis, dan jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan
c. Asupan makanan yang dibutuhkan tubuh sudah melebihi batas normal
d. Asupan yang dibutuhkan tubuh tidak terpenuhi

3. 4 hal yang harus dierhatikan dalam prinsip gizi seimbang adalah ?


a. Kebersihan, jumlah makanan, dan olah raga
b. Jumlah makanan, berat badan, lingkungan, dan aktivitas fisik
c. Variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan berat badan
d. Aktivitas fisik, variasi makanan, lingkungan dan berat badan

4. Manfaat memantau berat badan normal secara berkala adalah ?


a. Menyukseskan program diet
b. Menjaga penampilan
c. Mencegah penyakit
d. Mencegah penyimpangan berat badan ( terlalu kurus atau kegemukan)
5. Berat badan normal adalah, berat badan yang ?
a. Berat badan yang cukup diantara teman sebaya
b. Berat badan yang baik jika dilihat orang lain
c. Berat bada yang sesuai dengan tinggi badan dan usia
d. Berat badan yang sesuai dengan lingkar perut

6. Yang dimaksud dengan gizi lebih adalah ?


a. Asupan yang dibutuhkan tubuh tidak terpenuhi
b. Berat badan yang sesuai dengan lingkar perut
c. Asupan makanan yang dibutuhkan tubuh sudah melebihi batas normal
d. Tidak tahu

7. Resiko dari gizi lebih adalah ?


a. Obesitas
b. Gangguan pencernaan
c. Marasmus
d. Gangguan dalam proses pertumbuhan

8. Mengapa makanan kita harus beraneka ragam?


a. Untuk mencapai asupan gizi lengkap
b. Untuk memenuhi kebutuhan rasa lapar
c. Karena rasanya yang lezat
d. Agar tubuh kuat

9. Kementrian kesehatan RI menganjurkan untuk membiasakan makan makanan yang


beranekaragam. Hal ini berarti, kita dianjurkan untuk makan nasi tidak hanya denga
daging saja, tetapi juga dengan berbagai macam sayur, tempe, tahu dan buah-buahan.
Alasan pentingnya makan dengan beraneka ragam jenis makanan adalah?
a. Karena sayuran mempunyai zat gizi lebih dari pada daging
b. Karena makan nasi dan daging saja tidak kenyang
c. Karena tidak ada satu jenis makanan yang mengandung zat gizi lengkap
d. Karena beda rasa dan jenisnya

10. Dibawah ini manakah yang dimaksud dengan makanan beraneka ragam?
a. Nasi, sayuran, buah-buahan, lauk nabati, lauk hewani
b. Nasi, sayuran, lauk nabati, lauk hewani, mie instan
c. Nasi, sayuran, lauk nabati, buah-buahan dan kentang
d. Kentang, lauk hewani, sayuran dan buah-buahan

11. Energi dibutuhkan oleh tubuh untuk mendukung?


a. Menjaga suhu tubuh
b. Agar tidak merasakan kantuk
c. Aktivitas fisik dan pertumbuhan
d. Agar tetap semangat
12. Kebutuhan energi remaja sehari adalah ?
a. 2200-2400kkal
b. 2100-2200kkal
c. 1900-2000kkal
d. 2400-3000kkal

13. Bagaimana cara agar berat badan tetap normal ?


a. Makanan yang seimbang
b. Tidak mengonsumsi makanan yang mengandung lemak
c. Mengurangi makan
d. Mengurangi minuman soft drink

14. Dibawah ini manakah yang menunjukkan porsi sayuran?


a. Semangkuk mie instan c. Semangkuk kentang
b. Semangkuk bayam d. Semangkuk kacang panjang

15. Sebaiknya berapa kali kita harus makanan sayuran setiap hari?
a. 1x sehari c. 3x sehari
b. 2x sehari d. 4-5x sehari

16. Diantara sayuran dibawah ini, manakah sayuran yang paling banyak mengandung
vitamin A?
a. Toge c. terong
b. Tomat d. Talas

17. Diantara sayuran dibawah ini, manakah yang paling banyak mengandung vitamin K?
a. Kembang kol c. kentang
b. Kacang panggang d. kemangi

18. Diantara buah-buahan dibawah ini, manakah yang banyak mengandung vitamin C?
a. Alpukat c. Pepaya
b. Apel d. Jeruk

19. Manakah contoh pangan lauk hewani?


a. Ikan dan telur c. tahu dan tempe
b. Daging dan jamur d. ikan dan tempe

20. Manakah contoh pangan lauk nabati?


a. Ikan dan telur c. tahu dan tempe
b. Daging dan jamur d. ikan dan tempe

Lampiran
Food Recall 24 Jam

Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Recall hari ke :

Waktu Nama Bahan Berat Keterangan


makan masakan makanan Urt Gram

Enumerator

( )
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, Thesa Prima dkk. 2018. “Hubungan Konsumsi Junk Food Dan Aktivitas Fisik
Terhadap Obesitas Remaja Di Banda Aceh”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Biomedis
4(1) : 20-27

Arisman.2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta:EGC.

Ayu, dwi dkk. 2017. Hubungan Pola Makan (Jumlah, Jenis Dan Frekuensi) Status Gizi
(Antropometri Dan Survei Konsumsi) Dengan Keteraturan Haid Pada Remaja Putri Di Sma
Negeri 51 Jakarta Timur Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Kesehatan 9(1)

Data Risekesdas 2018.

Heryuditasari Karinda, dkk. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas ( Di SMK
Bakti Indonesia Jombang). 2018.

Husnah. 2012. Tatalaksana Obesitas. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 12


Nomor 2 Agustus 2012

Jurnal Bidkesmas Vol 2, Nomor 6, Bulan Agustus 2014

Mokoginto, Farah S. dkk.2016. Gambaran Pola Asupan Makanan Pada Remaja Di Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara. Jurnal e-biomedik (eBm). Volum 4 nomor 2.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014. Menteri


Kesehatan Republik Indonesia

Restuastuti, tuti dkk.2016. Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap
Obesitas Pada Remaja Di Sma Negeri 5 Pekanbaru. Jom FK vol.3 No.I

Simanis. (2019). Pengertian Pola Makan, Komponen, Dimensi, Pengaturan dan Faktor
Yang Mempengaruhi Pola Makan Seseorang. https://www.pelajaran.co.id.diakses tanggal 29
juni 2019

Siti zulfah & silvia wagustina. 2018. Terapi Diet Pada Berbagai Penyakit. Banda aceh.
Poltekkes kemenkes aceh.

Sudargo, Toto dkk. 2014. Pola Makan Dan Obesitas. Yogyakarta : gadjah mada
university press.
Suryani,desi dkk. 2015. Analisis Pola Makan Dan Anemia Gizi Besi Pada Remaja Putri Kota
Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas. Vol. 10, No. 1, Hal. 11-18

Windy Claudia. Jo Fisip Vol. 3 No. 2 Oktober 2016. Konsep Diri Remaja Putri
Obesitas

Anda mungkin juga menyukai