Proposal Skrispsi
Diajukan oleh
Nailul Zafira
NIM : P07131217021
TAHUN 2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Obesitas merupakan kelebihan berat badan yang disebabkan karena adanya penimbunan
lemak tubuh yang berlebih. Obesitas bukan hanya sekedar masalah kesehatan, namun
obesitas juga merupakan masalah kesadaran. Dahulu kegemukan identik dengan
kemakmuran, akan tetapi sekarang ini kegemukan merupakan suatu kelainan atau penyakit.
Saat ini obesitas disebut sebagai the New World Syndrome, karena angka kejadiannya yang
terus meningkat dimana-mana. Kini, diseluruh dunia dilaporkan bahwa ada lebih dari satu
miliar orang dewasa yang berat badan nya lebih (gemuk), dan paling sedikit ada 300 juta
orang yang masuk kategori obesitas (BMI diatas 30). (Husnah, 2012)
Saat ini obesitas menjadi masalah yang lebih besar daripada masalah kelaparan yang ada
didunia. Lebih dari 2,1 miliar penduduk didunia dari populasi global mengalami obesitas.
Kejadian obesitas ini menyumbang angka 5 persen penyebab kematian di seluruh dunia
karena obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit diabetes, jantung, stroke, dan kanker.
Hasil RAKERKESNAS (Rapat Kerja Kesehatan Nasional) tahun 2014, di Indonesia obesitas
atau kelebihan gizi merupakan salah satu dari lima isu kesehatan strategis 2015- 2019 yang
menjadi fokus Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Sehingga dapat dikatakan,
obesitas merupakan masalah kesehatan yang harus ditangani dengan serius. Penyebab utama
dari obesitas ialah kurangnya aktivitas fisik dan perilaku makan yang tidak baik seperti
konsumsi junk food. Selain konsumsi junk food, aktivitas fisik juga berpengaruh pada
kejadian obesitas. (Ananda Thesa, dkk, 2018)
Pola makan merupakan perilaku yang dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Hal ini
dikarenakan kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi dapat
mempengaruhi asupan gizi yang akan mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat.
Gizi yang optimal penting untuk pertumbuhan serta perkembangan fisik. Gizi yang seimbang
dapat membuat berat badan normal, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi,
produktivitas kerja meningkat serta dapat terlindung dari penyakit kronis.(Permenkes RI,
2014).
Jenis makanan dan frekuensi makan merupakan faktor penentu kebiasaan makan
seseorang. Makanan pokok merupakan bahan makanan yang mengandung karbohidrat yang
sering dikonsumsi dan menjadi budaya makan diberbagai etnik yang ada di Indonesia. Nasi
merupakan makanan pokok yang dikonsumsi lebih dari satu kali setiap harinya. Terpilihnya
nasi sebagai makanan pokok karena nasi merupakan bahan pangan yang mudah diperoleh dan
sudah dikonsumsi secara turun temurun. Pola makan yang tidak seimbang seperti makanan
yang tinggi lemak, protein dan karbohidrat dan disertai dengan rendahnya asupan serat yang
dikonsumsi dapat mempengaruhi kadar lipoprotein, trigliserida, dan kolesterol dalam darah.
Salah satu faktor yang menyebabkan perubahan pola makan adalah pengetahuan dan
kesadaran akan pentingnya asupan zat gizi. Masyarakat umum masih beranggapan bahwa
asupan kebutuhan zat gizi akan tercukupi pada saat merasa kenyang. Anggapan itu kurang
tepat dalam pemilihan bahan makanan, karena dalam pemilihan bahan makanan tidak hanya
melihat kuantitas tetapi juga harus melihat nilai gizi makanan tersebut. (Mokoginto, Farah S.
dkk.2016)
Menurut teori sebagian besar remaja memiliki pola makan yang tidak seimbang. Asupan
makanan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu : faktor ekonomi, demografi, psikologis dan
faktor sosial budaya.pemilihan makanan tidak didasari pada kandungan gizi tetapi sekedar
bersosialisasi dan untuk kesenangan.Dari hasil penelitian (Restuastuti, Tuti dkk) responden
yang memiliki pola makan yang terdiri dari asupan energi dan asupan gizi makro
(karbohidrat, protein, lemak) dikonsumsi berlebihan berisiko mengalami obesitas dari pada
responden yang memiliki pola makan yang seimbang. Jadi salah satu faktor penyebab
obesitas yaitu bisa dilihat dari pola makan seseorang yang berlebihan melebihi porsi
(kebutuhan). Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa peningkatan berat badan
dapat dipicu oleh pola konsumsi makanan yang berlebihan. Penelitian di Amerika ,
didapatkan bahwa orang yang memiliki pola konsumsi yang berlebihan lebih berisiko
obesitas dibanding orang yang memiliki pola konsumsi yang tidak berlebihan.(Restuastuti,
Tuti dkk.2016)
Pola makan remaja serta asupan gizi seimbang sangat berpengaruh terhadap status gizi
remaja yang dapat menentukan kematangan pola pikir dan bersikap di masa depan. Karena
masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa, maka pola
makan seimbang sangat perlu diperhatikan. Peningkatan berat badan, otot, serta pertumbuhan
biokimia dan hormonal terjadi pada masa remaja. Kondisi ini harus diimbangi dengan pola
makan yang baik agar tidak terjadi masalah gizi. Namun, remaja seringkali memiliki pola
makan yang tidak tepat. Remaja lebih menyukai makanan yang manis dan berlemak yang
dapat memicu kegemukan. Sebuah studi menemukan bahwa pola makan para gadis remaja
yang sering mengonsumsi makanan sampah dapat membuat kekurangan asupan vitamin
esensial sehingga menyebabkan berbagai masalah kesehatan. (Bidkesmas. 2014)
Pengetahuan remaja tentang gizi dan pola makan yang sehat, akan membentuk sikap
remaja untuk memilih atau melakukan pola makan sehat. Status gizi yang baik dapat dicapai
apabila remaja memiliki pola makan yang baik, dengan frekuensi makan yang cukup,
pemilihan bahan makanan yang bervariasi serta jumlah yang seimbang. Dengan demikian
remaja harus memiliki pengetahuan yang cukup terkait dengan pemenuhan kebutuhan gizi
yang baik serta dampak makanan terhadap status kesehatan dan status gizinya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ Hubungan Antara Pengetahuan Dan Pola Makan Terhadap Kejadian Obesitas
Pada Mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik Kementrian Kesehatan Aceh”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan bahwa apakah ada
hubungan antara pengetahuan dan pola makan terhadap kejadian obesitas pada
mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara pengetahuan dan pola makan terhadap kejadian
obesitas pada mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh
2. Tujuan khusus
- Untuk mengetahui pengetahuan pada mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Aceh
- Mengukur tingkat pola makan mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Aceh
- Untuk mengetahui hubungan antara obesitas dan pengetahuan pada mahasiswa
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman dalam
mengadakan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan pola makan
terhadap kejadian obesitas pada mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Aceh.
2. Bagi mahasiswa mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang obesitas serta juga
merupakan upaya dalam pencegahan obesitas
3. Bagi pemerintah/kampus
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pengambilan kebijakan dalam upaya
menangani masalah obesitas pada mahasiswa
E. KETERBATASAN PENELITIAN
Obesitas itu umumnya disebabkan oleh kadar kalori yang berlebihan dalam
tubuh. Penumpukan kadar kalori yang berlebih ini disebabkan oleh berbagai
macam faktor diantaranya ialah genetik (keturunan), junk food, konsumsi obat-
obatan tertentu, stres, kurang melakukan aktifitas, tidak cukup tidur, gangguan
hormon, adanya penyakit tertentu (seperti tiroid), dan faktor psikologis. Namun
karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya maka peneliti hanya melakukan
penelitian tentang hubungan antara pengetahuan dan pola makan terhadap
kejadian obesitas pada mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh.
F. KEASLIAN PENELITIAN
Sejauh pengetahuan peneliti belum ada penelitian yang sama atau serupa
dengan penelitian ini, yaitu hubungan antara pengetahuan dan pola makan
terhadap kejadian obesitas pada mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Aceh. Namun telah ada beberapa penelitian sebelumnya yang hampir sama hanya
berbeda tempat, waktu dan variabel.
1. Penelitian ini berjudul Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan
Kejadian Obesitas Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh
(Miko, Ampera & M elsy Pratiwi). Penelitian ini bersifat deskriptif
analitik, dengan desain crossectional. Dengan sampel sebanyak 62 orang
mahasiswa jurusan gizi yang diperoleh secara purposif, pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara melalui kuesinoer dan metode
antropometri.
2. Penelitian Dengan Judul Hubungan Konsumsi Junk Food Dan Aktivitas
Fisik Terhadap Obesitas Remaja Di Banda Aceh (Ananda, Thesa Prima
dkk, 2018) tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
konsumsi junk food dan aktivitas fisik dengan obesitas pada remaja di
Banda Aceh. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional
dengan rancangan cross sectional.
3. Penelitian dengan judul hubungan pola makan dengan kejadian obesitas
(di SMK bakti Indonesia medika jombang), metode penelitian ialah
dengan desain penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Populasinya ialah semua siswi yang mengalami obesitas
sejumlah 131 siswi. Menggunkan Teknik sampling proportional random
sampling dengan sampel sejumlah 56 siswi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Obesitas
a. Pengertian Obesitas
Obesitas (obesity) berasal dari bahasa latín yaitu ob yang artinya ‘akibat dari’ dan
esum yang artinya ‘makan’. Jadi obesitas dapat diartikan sebagai akibat yang ditimbulkan
dari pola makan yang berlebihan (Adams et al.,2002; Syarif , 2003). Menurut WHO dalam
P2PTM Kemenkes RI (2018) obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat
ketidakseimbangan asupan energi ( energy intake) dengan energi yang digunakan (energi
expenditure) dalam waktu lama. Obesitas adalah orang yang mempunyai berat badan berlebih
yang dikaitkan dengan penimbunan lemak yang berlebihan. Obesitas dipengaruhi banyak hal
salah satunya pola makan yang tidak teratur (Heryuditasari,Karinda. 2018).Pada orang
dewasa obesitas ditentukan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT). IMT merupakan
pengukuran antropometri (berat badan dan tinggi badan) untuk menilai tubuh seseorang
tersebut sesuai standar normal atau idel. IMT didapatkan dengan cara membagi berat badan
(kg) dengan kuadrat tinggi badan(m2). (Sudargo Toto dkk, 2014)
b. Etiologi Obesitas
Kelebihan energi dapat terjadi bila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi
yang dikeluaran tubuh. Kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh, yang
mengakibatkan terjadinya berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa
tdisebabkan oleh kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat, lemak maupun protein.
Hasil penelitian (Weni Kurdanti, dkk. 2015) obesitas juga disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya adalah :
- faktor genetik (status obesitas ibu dan ayah)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang memiliki ayah dan ibu dengan
status obesitas berisiko lebih besar menjadi obesitas dibandingkan dengan remaja
yang memiliki ayah dan ibu yang tidak obesitas. Faktor genetik ini berhubungan
dengan pertambahan berat badan, IMT, lingkar pinggang, dan aktivitas fisik.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa orang tua dapat mempengaruhi pola makan
anak dan gaya hidup yang sama dalam keluarga. Keluarga akan mewariskan
kebiasaan pola makan dan gaya hidup yang bisa menyebabkan obesitas.
- Aktivitas fisik
Seseorang yang kurang aktif membutuhkan kalori sedikit dibandingkan dengan
orang yang memiliki aktivitas tinggi. Seseorang yang hidupnya kurang aktif
(sedentary life) atau tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang dan
mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, akan cenderung mengalami obesitas.
Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh
seseorang.
- Asupan karbohidrat
Asupan karbohidrat berlebih pada kelompok obesitas ditemukan lebih tinggi
dibandingkan kelompok tidak obesitas. Kelebihan karbohidrat di dalam tubuh akan
diubah menjadi lemak. Perubahan ini terjadi di dalam hati. Lemak ini kemudian
dibawa ke sel-sel lemak yang dapat menyimpan lemak dalam jumlah tidak terbatas.
- Pola Makan
Frekuensi makan yang terlalu sering dalam jumlah banyak dan jenis makanan yang
dimakan mengandung lemak jenuh, garam tinggi dan gula tinggi dapat meningkatkan
kejadian obesitas
c. Tipe Obesitas
1. Obesitas Menurut Distribusi Lemak
Tipe Android (Tipe Buah Appel)
Kegemukan tipe android ditandai dengan penumpukan lemak dibagian
tubuh sebelah atas, yaitu sekitar dada, pundak, leher dan muka
sehingga menyerupai buah apel. Kegemukan tipe ini banyak terjadi
pada pria. Peneliti Perancis, Vague menyebutkan bahwa tipe android
ini potensial berisiko terhadap serangan penyakit yang berhubungan
dengan metabolisme lemak dan glukosa seperti penyakit gula, jantung
koroner, stroke, dan pendarahan otak, dan tekanan darah tinggi.
Tipe ginoid (tipe buah peer)
Kegemukan tipe ini ditandai dengan penimbunan lemak bagian tubuh
bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Kegemukan tipe
ini banyak terjadi wanita.
Tipe hiperlastik-hipertropik
Kegemukan tipe ini jumlah maupun ukuran sel pada tubuh seseorang
melebihi ukuran normal. Seseorang dengan tipe ini paling mudah
terserang berbagai penyakit degeneratif.
3. Obesitas Menurut Umur
Kegemukan saat bayi
Kegemukan saat bayi disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang
tua tentang kebutuhan konsumsi makanan. Saat bayi berumur sampai
dua tahun merupakan saat paling mudah menimbun lemak.
Kegemukan saat anak-anak
Kegemukan pada masa anak-anak disebabkan karen pola makan yang
salah disertai dengan aktivitas fisik yang rendah. Aktivitas fisik sangat
diperlukan dalam proses pembakaran kelebihan lemak dalam tubuh.
Kegemukan saat Dewasa
Kegemukan ini sering terjadi pada masa dewasa karena lemak tubuh
mulai menumpuk. Kesibukan-kesibukan dapat menjadi penyebab
kurangnya waktu untuk olahraga yang menyebabkan penumpukan
lemak.
3. Komplikasi Obesitas
Menurut (Husnah, 2012). Faktor risiko yang ditimbulkan dari obesitas adalah, antara
lain :
1. Diabetes Mellitus
Orang yang memiliki BMI di atas 25, tiap peningkatan BMI 1 angka mempunyai
kecenderungan menjadi kencing manis sebesar 25%. Dengan bertambahnya
ukuran lingkar perut dan panggul, terutama pada obesitas tipe sentral atau android,
menimbulkan resistensi insulin, yaitu suatu keadaan yang menyebabkan insulin
tubuh tidak dapat bekerja dengan baik, yang dapat menyebabkan kencing manis.
2. Hipertensi
Tekanan darah atas 140/90 mm Hg, terdapat pada lebih dari sepertiga orang
obesitas. Gagal Jantung Sekalipun tanpa tekanan darah yang tinggi, obesitas dapat
mengakibatkan kelemahan otot jantung atau cardiomyopathy, sehingga
mengganggu daya pompa jantung.
3. Stroke
Meningkatnya tekanan darah, gula dan lemak darah, maka orang obesitas sangat
mudah terserang stroke.
4. Gagal Nafas
Akibat kegemukan menyebabkan kesulitan bernafas terutama pada waktu tidur
malam (sleep apnea), keadaan yang berat dapat menimbulkan penurunan
kesadaran sampai koma.
5. Nyeri Sendi
Osteoartritis biasanya terjadi pada obesitas, nyeri sendi umumnya pada sendi-
sendi besar penyanggah berat badan, misalnya lutut dan kaki. Pengapuran dan
bengkak sendi akan bertambah seiring dengan bertambahnya usia atau memasuki
masa menopause.
6. Batu Empedu
Pada obesitas dengan BMI diatas 30 didapatkan kecenderungan timbul batu
empedu dua kali lipat dibandingkan orang normal, pada obesitas dengan BMI
lebih dari 45, ditemukan angka 7 kali lipat.
7. Psikososial
Masalah obesitas bukan hanya menimbulkan masalah medis, tetapi juga
menimbulkan banyak persoalan psikososial, seseorang yang obesitas bukan hanya
mengalami kesukaran belajar, tidak memperoleh pendidikan dengan baik, tetapi
juga kelak sukar mendapatkan pekerjaan yang baik, termasuk hubungan sosial,
keluarga, dalam hal berteman, umumnya mengalami hambatan yang berdampak
pada kepribadian dan kejiwaan seseorang. Depresi, reaksi cemas, atau stres,
banyak didapatkan pada orang gemuk, terutama kaum wanita.
8. Kanker
Laporan terbaru WHO memperkirakan obesitas dan hidup yang santai
bertanggung jawab atas timbulnya kanker payudara, usus besar, endometrium,
ginjal, dan esofagus. Di Inggris, 20-30 ribu kasus kanker per tahun terdapat pada
kaum obesitas. Terbukti pula hubungan kuat antara obesitas dengan risiko
timbulnya kanker pankreas, rahim, prostat, dan indung telur.
9. Angka Kematian Meningkat
Penelitian dari Framingham Heart Study di Amerika Serikat menemukan bahwa
pria maupun wanita dengan usia lebih dari 40 tahun dan berat badan berlebihan
atau BMI lebih dari 30, diperkirakan umurnya 7 tahun lebih pendek daripada
orang dengan berat badan normal. (husnah ,2012)
4. Pencegahan Obesitas
Atur pola makan
- Gunakan piring makan model T yaitu jumlah sayur dua kali lipat dari makanan
sumber kharbohidrat seperti nasi, mie, roti, pasta dan lainnya.
- Jumlah makanan sumber protein setara dengan jumlah makanan sumber
kharbohidrat.
- Buah minimal harus sama dengan jumlah kharbohidrat atau protein.
Aturan pola makan menggunakan piring makan model T adalah sebagai berikut :
1. Konsumsi sayur dua kali lipat dari jumlah bahan makanan sumber kharbohidrat.
( sayur = 2 kali jumlah karbohidrat)
Asupan sayur dianjurkan sebesar 5-6 porsi sedangkan buah minimal 3 porsi per hari.
Sayur dan buah berfungs sebagai memelihara microflora usus, mencegah obesitas,
diabetes melitus, hipertensi, dan berbagai penyakit berat seperti jantung koroner.
Sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan dan serelia merupakan sumber serat. Serat
merupakan komponen penyusun diet yang penting. Dengan adanya serat, akan
membantu mengurangi penyerapan karbohidrat, lemak dan protein.
2. Konsumsi bahan makanan sumber protein sama dengan jumlah bahan makanan
sumber karbohidrat (P=KH)
Tubuh dapat mencerna protein lebih lambat dibandingkan dengan lemak dan
karbohidrat , sehingga akan lebih lama terasa kenyang.
3. Konsumsi sayur dan buah minimal harus sama dengan jumlah karbohidrat ditambah
protein (SB = KH + P)
4. Minyak sebagai bahan makanan sumber lemak dianjurkan 3-4 porsi atau setara denga
3-4 sendok teh. Minyak juga dapat digantikan dengan margarine, mentega, atau
santan. Dianjurkan untuk memilih lemak tak jenuh ganda maupun tunggal seperti
minyak zaitun, minyak canola, minyak jagung, dan minyak biji matahari.
B. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
b. Tahapan Pengetahuan
Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoatmojo (2007), mengungkapkan bahwa
sebelum seseorang menghadapi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses
untuk mendapatkan pengetahuan terlebih dahulu secara berurutan. Yang pertama yaitu
Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus. Selanjutnya Interest (tertarik) terhadap stimulus atau objek
tersebut, disinilah sikap objek sudah mulai timbul. Lalu Evaluation (menimbang-nimbang)
terhadap baik tidaknya stimulus bagi dirinya. Setelah menimbang seseorang akan Trial
(mencoba) yaitu dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus. Dan yang terakhir ialah Adoption (adopsi) dimana subjek
telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
c. Faktor Pengetahuan
Pengetahuan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor (Notoatmodjo, 2010) yaitu
a. Sosial ekonomi
Lingkungan sosial dapat mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedangkan
ekonomi dikaitkan dengan pendidikan. Jika tingkat ekonomi seseorang baik, maka tingkat
pendidikannnya akan tinggi sehingga pengetahuannya akan tinggi pula
b. Kultur (budaya dan agama)
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi
yang baru akan disaring kira-kira sesuai dengan tingkat budaya yang ada dan agama yang
dianut
c. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin mudah menerima dan
menyesuaikan diri dengan hal-hal baru
d. Pengalaman
Pengalaman sangat erat kaitan dengan umur dan pendidikan individu. Dengan
pendidikan yang tinggi maka seseorang akan mendapatkan pengalaman yang luas,
sedangkan jika semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan semakin banyak dan
pengetahuan akan bertambah
e. Informasi
Seseorang dengan sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang
lebih luas. (kurniati yessi dkk. Pendidikan Gizi Dan Gaya Hidup Remaja Obesitas)
C. Pola makan
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi,
mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009). Di dalam jurnal
kesehatan ilmiah disebutkan bahwa pola makan atau pola konsumsi adalah susunan jenis dan
jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu .Pola
makan merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah
bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu
kelompok masyarakat tertentu . (Ayu,dwi dkk,2017)
Usia remaja merupakan usia rentan gizi karena tumbuh kembang yang pesat dan
membutuhkan energi yang cukup untuk melakukan beragam aktivitas fisik. Jika pola asupan
buruk, akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal, serta lebih
rentan terhadap penyakit-penyakit kronis di masa dewasa. (Mokoginto, Farah S. dkk.2016).
pola makan dapat memberikan gambaran mengenai frekuensi, macam dan model bahan
makanan yang dikonsumsi setiap hari. Pola makan yang dianjurkan bagi remaja adalah
makanan gizi seimbang yang terdiri atas sumber zat tenaga misalnya roti, tepung-tepungan,
sumber zat pembangun misalnya ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang-kacangan, tahu,
tempe, dan sumber zat pengatur seperti sayur-sayuran, buah-buahan. Masa remaja terdapat
peningkatan asupan makan siap saji yang cenderung tinggi lemak, energi, natrium dan rendah
asam folat, serat dan vitamin A (suryani,desi dkk, 2015)
Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja, akan berdampak pada kesehatan dalam
fase kehidupan selanjutnya. Ada tiga alas an mengapa remaja itu dikategorikan rentan.
Pertama, percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi
yang banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuian
masukan energi dan zat gizi. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan
alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi, disamping itu banyak remaja
yang makan secara berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas.(arisman,2009)
Jenis makan, yaitu sejenis makanan pokok yang dimakan setiap hari terdiri dari
makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah yang dikonsumsi setiap
hari. Makanan pokok adalah sumber makanan utama di negara indonesia yang
dikonsumsi setiap orang atau sekelompok masyarakat yang terdiri dari beras, jagung,
sagu, umbi-umbian, dan tepung.
Frekuensi makan, yaitu beberapa kali makan dalam sehari meliputi makan pagi,
makan siang, makan malam dan makan selingan.
Jumlah makan, yaitu banyaknya makanan yang dimakan dalam setiap orang atau
setiap individu dalam kelompok.
Menurut Elfhag dan Morey (2008), ada tiga dimensi pola makan pada seseorang, diantaranya
yaitu:
- Budaya
Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi, juga letak
geografis mempengaruhi makanan yang diinginkannya. Sebagai contoh, nasi
untuk orang Asia dan Orientalis, pasta untuk orang Italia, curry (kari) untuk orang
India merupakan makanan pokok. Makanan laut banyak disukai oleh masyarakat
sepanjang pesisir Amerika Utara, sedangkan penduduk Amerika bagian Selatan
lebih menyukai makanan goreng-gorengan.
- Agama/Kepercayaan.
Agama/kepercayaan juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi. Sebagai
contoh, agama Islam dan Yahudi Orthodoks mengharamkan daging babi. Agama
Roma Katolik melarang makan daging setiap hari, dan beberapa aliran agama
(Protestan) seperti Adven melarang pemeluknya mengkonsumsi teh, kopi atau
alkohol.
- Personal Preference.
Hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan makan
seseorang. Orang seringkali memulai kebiasaan makannya sejak dari masa kanak-
kanak hingga dewasa. Sebagai contoh, ayah tidak suka makan ikan patin begitu
pula dengan anak laki-lakinya. Ibu tidak suka makan ayam begitu pula anak
perempuannya. Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap makanan
tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut.
D. Remaja
a. Pengertian remaja
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 hingga 19 tahun.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk
dalam rentang usia 10-18 tahun. Sementara itu, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.
Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa dak ada kesepakatan universal mengenai
batasan kelompok usia remaja. Namun begitu, masa remaja itu diasosiasikan dengan masa
transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini merupakan periode persiapan menuju masa
dewasa yang akan melewa beberapa tahapan perkembangan pen ng dalam hidup. Selain
kematangan fisik dan seksual, remaja juga mengalami tahapan menuju kemandirian sosial
dan ekonomi, membangun iden tas, akuisisi kemampuan (skill) untuk kehidupan masa
dewasa serta kemampuan bernegosiasi (abstract reasoning) (WHO, 2015).
Masa remaja adalah masa datangnya pubertas masa transisi dari kanak-kanak ke
dewasa. Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang
diawali dengan matangnya organ organ fisik. Dalam budaya Amerika, periode remaja ini
dipandang sebagai masa strom and stress, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis,
bebrapa perubahan pada remaja ditandai dengan perubahan fisik, perubahan intelektual,
perubahan emosi, perubahan sosial, perubahan. Pada periode remaja biasanya mulai sibuk
memperhatikan penampilan fisik dan ingin mengubah penampilan dengan memberikan
perawatan terhadap kulit dan ingin memiliki tubuh yang ideal. Hal ini dikarenakan banyak
remaja yang memandang bahwa bentuk tubuh yang ideal dapat membuat mereka lebih berani
tampil dan berinteraksi di depan umum.(Claudia,Windy.2016)
Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini
berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial.
Perubahan ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Perubahan fisik yang menonjol adalah
perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh serta perubahan perilaku
dan hubungan sosial dengan lingkungan. Perubahan fisik yang cepat dan terjadi secara
berkelanjutan pada remaja menyebabkan para remaja sadar dan lebih sensitif terhadap bentuk
tubuhnya dan mencoba membandingkan dengan teman-temannya. Perubahan psikososial
pada remaja dibagi dala tiga tahap yaitu :
- Keluarga
Pengaruh lingkungan keluarga dapat berupa remaja tidak menyukai makanan
tertentu yang bergizi karena makanan tersebut dipantang oleh keluarga.
- Teman-teman
Pengaruh teman dapat membentuk kebiasaan makan remaja karena makanan
merupakan sarana penting untuk rekreasi dan bersosialisasi dengan teman.
- Media massa
Media massa dapat memberikan pengaruh yang baik maupun buruk, misalnya
seorang remaja putri mengidolakan model yang bertubuh kurus, sehingga
membuat remaja tersebut berusaha untuk mendapat ukuran tubuh seperti idolanya.
E. Kerangka Teori
Faktor genetik
Aktivitas fisik
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Asupan sarapan
obesitas
Pola makan
Asupan
karbohidrat
Gambar 1
F. Kerangka Konsep
Pengetahuan
Obesitas
Pola makan
Gambar 2.
G. Hipotesa
1. Ha : terdapat hubungan antara pengetahuan dan pola makan terhadap kejadian
obesitas pada mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh
2. Ho : tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan pola makan terhadap kejadian
obesitas pada mahasiswa Jurusan Gizi kampus Poltekkes Kemenkes Aceh
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, dengan desain crossectional untuk
melihat hubungan pengetahuan dan pola makan terhadap kejadian obesitas pada
mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik Kementrian Kesehatan Aceh.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel independen (variabel bebas)
Variabel independent dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan pola makan
2. Variabel dependen (variabel terikat)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah obesitas.
E. Definisi Operasional
b. Data sekunder :
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah gambaran
umum lokasi kampus, letak geografis, dan jumlah sampel dari keseluruhan
penelitian.
G. Pengolahan Data
Setelah semua data dikumpulkan, selanjutnya akan dilakukan pengolahan data
sebagai berikut :
1. Editing yaitu kegiatan memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan
agar jelas dan mudah dibaca.
2. Coding yaitu kegiatan pengubahan data menjadi kode untuk memudahkan
pengelompokkan data.
3. Skoring yaitu pemberian nilai terhadap jawaban yang diberikan responde
4. Entry data yaitu proses data yang telah diberikan kode dalam tiap variabel
yang akan diolah data dengan menggunakan program SPSS.
5. Data processing yaitu semua data yang teah diinput kedalam aplikasi
komputer akan diolah sesuai dengan kebutuhan dari penelitian.
H. Anaisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penellitian ini adalah :
1. Analisis univariat
Analisis univariat meliputi data identitas sampel, data dari pengetahuan dan pola
makan yang ditabulasikan untuk melihat disribusi frekuensi dan deskriptif statistik
meliputi penegtahuan dan pola makan.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan dan
pola makan terhadap kejadian obesitas pada mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik
Kementrian Kesehatan Aceh dengan melakukan chi-square dengan menggunkan
program SPSS
I. Penyajian Data
Untuk menjelaskan hasil dari hubungan antara pengetahuan dan pola makan
terhadap kejadian obesitas pada mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik Kementrian
Kesehatan Aceh dan untuk mempermudah pembaca maka penyajian data dilakukan
dalam bentuk tabular yaitu penyajian data dengan menggunakan tabel dan teksbular
yaitu penyajian data dengan narasi atau teks.
Lampiran
Identitas Mahasiswa
- Nama :
- Jenis kelamin :
- Umur :
- Tingkat :
- Jurusan/Prodi :
- Tinggi badan (TB) :
- Berat badan (BB) :
10. Dibawah ini manakah yang dimaksud dengan makanan beraneka ragam?
a. Nasi, sayuran, buah-buahan, lauk nabati, lauk hewani
b. Nasi, sayuran, lauk nabati, lauk hewani, mie instan
c. Nasi, sayuran, lauk nabati, buah-buahan dan kentang
d. Kentang, lauk hewani, sayuran dan buah-buahan
15. Sebaiknya berapa kali kita harus makanan sayuran setiap hari?
a. 1x sehari c. 3x sehari
b. 2x sehari d. 4-5x sehari
16. Diantara sayuran dibawah ini, manakah sayuran yang paling banyak mengandung
vitamin A?
a. Toge c. terong
b. Tomat d. Talas
17. Diantara sayuran dibawah ini, manakah yang paling banyak mengandung vitamin K?
a. Kembang kol c. kentang
b. Kacang panggang d. kemangi
18. Diantara buah-buahan dibawah ini, manakah yang banyak mengandung vitamin C?
a. Alpukat c. Pepaya
b. Apel d. Jeruk
Lampiran
Food Recall 24 Jam
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Recall hari ke :
Enumerator
( )
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, Thesa Prima dkk. 2018. “Hubungan Konsumsi Junk Food Dan Aktivitas Fisik
Terhadap Obesitas Remaja Di Banda Aceh”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Biomedis
4(1) : 20-27
Arisman.2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta:EGC.
Ayu, dwi dkk. 2017. Hubungan Pola Makan (Jumlah, Jenis Dan Frekuensi) Status Gizi
(Antropometri Dan Survei Konsumsi) Dengan Keteraturan Haid Pada Remaja Putri Di Sma
Negeri 51 Jakarta Timur Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Kesehatan 9(1)
Heryuditasari Karinda, dkk. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas ( Di SMK
Bakti Indonesia Jombang). 2018.
Mokoginto, Farah S. dkk.2016. Gambaran Pola Asupan Makanan Pada Remaja Di Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara. Jurnal e-biomedik (eBm). Volum 4 nomor 2.
Restuastuti, tuti dkk.2016. Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap
Obesitas Pada Remaja Di Sma Negeri 5 Pekanbaru. Jom FK vol.3 No.I
Simanis. (2019). Pengertian Pola Makan, Komponen, Dimensi, Pengaturan dan Faktor
Yang Mempengaruhi Pola Makan Seseorang. https://www.pelajaran.co.id.diakses tanggal 29
juni 2019
Siti zulfah & silvia wagustina. 2018. Terapi Diet Pada Berbagai Penyakit. Banda aceh.
Poltekkes kemenkes aceh.
Sudargo, Toto dkk. 2014. Pola Makan Dan Obesitas. Yogyakarta : gadjah mada
university press.
Suryani,desi dkk. 2015. Analisis Pola Makan Dan Anemia Gizi Besi Pada Remaja Putri Kota
Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas. Vol. 10, No. 1, Hal. 11-18
Windy Claudia. Jo Fisip Vol. 3 No. 2 Oktober 2016. Konsep Diri Remaja Putri
Obesitas