Anda di halaman 1dari 67

L E M A B A G A - L E M B A G A YA N G

BERPENGARUH PADA STANDAR


MUTU
PANGAN:SNI,SII,BULOG,DEPERIND
AG,DEPKES,DEPTAN.
SNI
PENGERTIAN
Adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia.
SNI dirumuskan oleh Komite Teknis (dulu disebut sebagai Panitia Teknis)
dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional. Pasal 1 Peraturan
Pemerintah RI No. 102 Tahun 2000 berisi tentang Standardisasi Nasional.
CONTOH

SNI IKAN SEGAR MENURUT SNI 2729:2013

Pada IKAN SEGAR, Standar ini menetapkan syarat mutu dan keamanan
pangan ikan segar, bahan baku, bahan penolong dan penanganan ikan
segar. Standar ini berlaku untuk ikan segar jenis ikan bersirip (pisces) dan
tidak berlaku pada ikan segar untuk sashimi serta produk yang
mengalami pengolahan lebih lanjut.
SNI IKAN SEGAR MENURUT SNI 2729:2013

Syarat mutu dan keamanan


produk
SNI IKAN SEGAR MENURUT SNI 2729:2013

Teknik sanitasi dan higiene


 Penanganan, pengemasan, pendistribusian dan pemasaran ikan
segar dilakukan dengan menggunakan wadah

 Cara dan alat yang sesuai dengan persyaratan sanitasi dan


higiene dalam unit pengolahan hasil perikanan sesuai dengan
peraturan yang berlakuProduk akhir harus bebas dari benda
asing yang mengganggu kesehatan manusia
SNI TEPUNG
Istilah dan definisi
1. Menurut Wayne Gisslen (2009), tepung beras putih berasal dari beras
yang digiling dan bertekstur lembut. Tepung beras memiliki kandungan
protein yang sedikit, sehingga sering digunakan untuk membuat produk
yang gluten-free.
2. Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir
gandum dan digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mi, dan roti.
Kata terigu dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Portugis, “trigo”,
yang berarti “gandum” (Aptindo, 2012).
3. Tepung tapioka merupakan salah satu produk hasil olahan singkong yang
banyak digunakan sebagai bahan baku utama maupun bahan penolong
dalam beberapa produk pangan baik di rumah tangga maupun industri.
SNI TEPUNG TAPIOKA
SII
PENGERTIAN
• STANDAR INDUSTRI INDONESIA (SII) adalah standar mutu produk
hasil industri yang diterapkan atas dasar surat keputusan Mentri
Perindustrian No. 210 tahun 1979 tentang penetapankembali
standarisasi Industri dan surat keputusan Mentri No. 130 tahun 198
tentang pentujuk pelaksanaan tanda-tanda SII.

• PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang:
Bahwa untuk mencapai rasionalisasi dan effisiensi dalam bidang
industri yang sangatn diperlukan untuk mempercepat pembangunan
nasional semesta, maka dari itu perlu diadakan peraturan tentang
Standar Industri.
MANFAAT
• Manfaat Standar Industri Indonesia (SII) bagi Produsen :
• - Perencenaan dan pengembangan produk lebih mudah, terarah
dan efektif
• - Karena bahan baku juga standar dan proses produksinya
• - Lebuh efesien karena pengawasan mutu lebih mudah
• - Mutu produk lebih terjamin dan terpercaya sehingga lebuh
mudah memasarkan di dalam negeri maupun diluar negeri

• Manfaat SII bagi konsumen :


• - Konsumen mengetahui dengan pasti produk yang akan dibeli
• - Mempermudah konsumen memilih produk yang dibutuhkan
sesuai dengan mutu diinginkan dan dibelinya
• - Keamanan dan keselamatan pemkaian produk lebuh terjamin
LANJUTAN
• Manfaat Standar Industri Indonesia (SII) bagi pemerintah :
• - Mempermudah pengawasan atas prouk-produk yang dihasilkan oleh
berbagai jenis industri, perlindungan terhadapt masyarakat lebih terjamin
• - Usaha pembinaan industri ke kondisi usaha yang lebih sehat mudah
dilaksanakan karena dengan penerapan standar, efesiensi prodksi meningkat
dan lebih memungkinkan perkembangan usaha
• - Mendorong peningkatan ekspor hasil industri
BULOG
PENGERTIAN
• BULOG adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di
bidang logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha
logistik/pergudangan, survei dan pemberantasan hama, penyediaan
karung plastik, usaha angkutan, perdagangan komoditi pangan dan
usaha eceran. Sebagai perusahaan yang tetap mengemban tugas publik
dari pemerintah, BULOG tetap melakukan kegiatan menjaga Harga
Dasar Pembelian untuk gabah, stabilisasi harga khususnya harga pokok,
menyalurkan beras untuk orang miskin (Raskin) dan pengelolaan stok
pangan.
CONTOH STANDAR BULOG
DEPERINDAG
PENGERTIAN
Deperindag departemen industri dan perdagangan Kementerian
Perindustrian Republik Indonesia disingkat Kemenperin RI adalah
kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan
perindustrian.
Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, pengertian
industri adalah sebagai berikut Industri adalah suatu kegiatan ekonomi
mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang
jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya, tidak
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri
(Departemen Perindustrian, UU No. 5 Tahun 1984, tentang
Perindustrian)
DEPKES
PENGERTIAN
• Depkes singkatan dari Departemen Kesehatan, sedangkan
Kemenkes kependekan dari Kementerian Kesehatan.Hal
tersebut, ada perubahan penyebutan atau penulisan nama, dari
Departemen menjadi Kementrian, sedangkan secara makna
dan wewenang yang dimiliki sama sekali tidak ada perubahan
yang berarti, tetap saja seluruh tenaga kesehatan yang tersebar
di seluruh indonesia dibawah perintah dan kebijakan Depkes
lama atau Kemenkes baru.
DEPARTEMEN
PERTANIAN
PENGERTIAN
P E R A R T U R A N - P E R T U R A N YA N G
M E N YA N G K U T PA N G A N D A N I N D U S T R I
P E R AT U R A N P E M E R I N TA H
REPUBLIK INDONESIA
N O M O R 2 8 TA H U N 2 0 0 4
T E N TA N G
KEAMANAN, MUTU DAN GIZI
PANGAN
• Pasal 67
• Keamanan Pangan diselenggarakan untuk menjaga Pangan tetap aman,
higienis, bermutu, bergizi, dan tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat.
• Keamanan Pangan dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan
cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
• Pasal 68
• (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terwujudnya
penyelenggaraan Keamanan Pangan di setiap rantai Pangan secara
terpadu.
• Pemerintah menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria Keamanan
Pangan.
• Petani, Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Pelaku Usaha Pangan wajib
menerapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria Keamanan Pangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
• Penerapan norma, standar, prosedur, dan kriteria Keamanan Pangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan secara bertahap
berdasarkan jenis Pangan dan skala usaha Pangan.
• Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah wajib membina dan mengawasi
pelaksanaan penerapan norma, standar, prosedur, dan kriteria Keamanan
Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4).
• Pasal 69
• Penyelenggaraan Keamanan Pangan dilakukan melalui:
• Sanitasi Pangan;
• pengaturan terhadap bahan tambahan Pangan
• pengaturan terhadap Pangan Produk Rekayasa Genetik;
• pengaturan terhadap Iradiasi Pangan;
• penetapan standar Kemasan Pangan;
• pemberian jaminan Keamanan Pangan dan Mutu Pangan; dan
• jaminan produk halal bagi yang dipersyaratkan.
PERATURAN
PENGATURAN
BAHAN TAMBAHAN
PANGAN
• Pasal 73
• Bahan tambahan Pangan merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam
Pangan untuk mempengaruhi sifat dan/atau bentuk Pangan.
• Pasal 74
• Pemerintah berkewajiban memeriksa keamanan bahan yang akan digunakan sebagai bahan
tambahan Pangan yang belum diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia dalam kegiatan
atau proses Produksi Pangan untuk diedarkan.
• Pemeriksaan keamanan bahan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk
mendapatkan izin peredaran.
• Pasal 75
• Setiap Orang yang melakukan Produksi Pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan:
• bahan tambahan Pangan yang melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan; dan/atau
• bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan Pangan.
• Ketentuan mengenai ambang batas maksimal dan bahan yang dilarang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
• Pasal 76
• Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (1) dikenai
sanksi administratif.
• Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
• denda;
• penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau peredaran;
• penarikan Pangan dari peredaran oleh produsen;
• ganti rugi; dan/atau
• pencabutan izin.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, besaran denda, tata cara, dan mekanisme pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
PERATURAN
BATASAN BTP
NOMOR 033
TAHUN 2012
SYARAT
• BTP yang digunakan dalam pangan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. BTP tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara langsung
dan/atau tidak diperlakukan sebagai bahan baku pangan.
b. BTP dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk tujuan teknologis
pada pembuatan, pengolahan, perlakuan, pengepakan,
pengemasan, penyimpanan dan/atau pengangkutan pangan
untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu
komponen atau mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara
langsung atau tidak langsung.
c. BTP tidak termasuk cemaran atau bahan yang ditambahkan ke
dalam pangan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai
gizi.

PENGGOLONGAN BTP
Pasal 3
• BTP yang digunakan dalam pangan terdiri atas beberapa golongan sebagai berikut:
– Antibuih (Antifoaming agent);
– Antikempal (Anticaking agent);
– Antioksidan (Antioxidant);
– Bahan pengkarbonasi (Carbonating agent);
– Garam pengemulsi (Emulsifying salt);
– Gas untuk kemasan (Packaging gas)
– Humektan (Humectant);
– Pelapis (Glazing agent);
– Pemanis (Sweetener);
– Pembawa (Carrier);
– Pembentuk gel (Gelling agent);
– Pembuih (Foaming agent);
LANJUTAN...
– Pengatur keasaman (Acidity regulator);
– Pengawet (Preservative);
– Pengembang (Raising agent);
– Pengemulsi (Emulsifier);
– Pengental (Thickener);
– Pengeras (Firming agent);
– Penguat rasa (Flavour enhancer);
– Peningkat volume (Bulking agent);
– Penstabil (Stabilizer);
– Peretensi warna (Colour retention agent);
– Perisa (Flavouring);
– Perlakuan tepung (Flour treatment agent);
– Pewarna (Colour);
– Propelan (Propellant); dan
– Sekuestran (Sequestrant).
JENIS DAN BATAS MAKSIMUM BTP YANG
DIIZINKAN

• Pasal 4
• Jenis BTP yang diizinkan pada golongan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
• Penambahan dan pengurangan jenis BTP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Badan.

• Pasal 5
• BTP hanya boleh digunakan tidak melebihi batas maksimum
penggunaan dalam kategori pangan.
• Batas maksimum penggunaan dalam kategori pangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Badan.
CONTOH PADA PENGAWET
•Nisin (Nisin)
INS. 234
ADI : 0 - 33000 unit/kg berat badan
Sinonim : Nisin preparation
Fungsi lain : -

No. Batas
Kategori Kategori Pangan Maksimum
Pangan (unit)

01.6 Keju dan keju analog 11250 setara


dengan 12.5
mg/kg
Sorbitol sirup (Sorbitol syrup)

CONTOH PADA PEMANIS


Sorbitol sirup (Sorbitol syrup)

INS. 420(ii)
ADI : Tidak dinyatakan (no ADI Allocated)
Sinonim : D-Glucitol syrup
Fungsi lain : -

No. Batas Maksimum


Kategori Kategori Pangan (mg/kg)
Pangan
01.1.2 Minuman berbasis susu yang CPPB
berperisa dan atau difermentasi
contohnya susu coklat, eggnog,
minuman yoghurt, minuman berbasis
whey)
01.3 Susu kental dan analognya (plain) CPPB
01.5.2 Susu dan krim bubuk analog CPPB
01.6.1 Keju tanpa pemeraman (keju mentah) CPPB
01.6.2 Keju peram CPPB
01.6.4 Keju olahan CPPB
01.6.5 Keju analog CPPB
01.7 Makanan pencuci mulut berbahan CPPB
dasar susu (misalnya puding, yoghurt
berperisa atau yoghurt dengan buah)
CONTOH PADA PEWARNA
A.Ekstrak anato CI. No. 75120 (berbasis bixin) (Annatto extracts, bixin based : Aqueous Processed Bixin,
Solvent-Extracted Bixin, Oil-Processed Bixin)

INS. 160b (i)


ADI : 0-12 mg/kg berat badan (sebagai bixin)
Sinonim : Annatto E; orlean; terre orellana; L. Orange; annatto B;
rocou
Fungsi lain : -

-43- Batas
Maksimum
No. (mg/kg) sebagai
Kategori Kategori Pangan bixin dengan
Pangan norbixin
maksimum 28%
terhadap bixin
01.1.2 Minuman berbasis susu yang berperisa dan 5
atau difermentasi contohnya susu coklat,
eggnog, minuman yoghurt, minuman
berbasis whey)
01.6.4.2 Keju olahan berperisa, keju olahan dengan 10
tambahan buah, sayur dan atau daging
01.6.5 Keju analog 10
01.6.6 Keju protein whey 10
CONTOH PADA ANTIOKSIDAN
Askorbil palmitat (Ascorbyl palmitate)

INS. 304
ADI : 0 -1,25 mg/kg berat badan
Sinonim : Vitamin C palmitate; L-ascorbyl palmitate; 6-palmitoyl-
3- keto-L-gulofuranolactone; 2,3-dehydro-L-threo-
hexono-
1,4-lactone-6-palmitate
Fungsi lain : -

No. Batas
Kategori Kategori Pangan Maksimum
Pangan (mg/kg)
lemak

02.1 Lemak dan minyak (edible) yang tidak 400


mengandung air
02.2.1.2 Margarin dan produk sejenis 400
02.2.1.3 Campuran margarin dan mentega (blends of butter and 400
margarine)
02.2.2 Emulsi yang mengandung lemak kurang dari 80% 400
KEAMANAN
PANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA
N O M O R 1 8 TA H U N 2 0 1 2
T E N TA N G
PANGAN
PASAL 2
• Setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan
pada rantai pangan yang meliputi proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan sanitasi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Persyaratan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih
lanjut oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan yang
meliputi antara lain :
• a. sarana dan/atau prasarana;
• penyelenggaraan kegiatan; dan
• orang perseorangan.
PASAL 3

• Pemenuhan persyaratan sanitasi di seluruh kegiatan rantai pangan


dilakukan dengan cara menerapkan pedoman cara yang baik yang meliputi
:
• Cara Budidaya yang Baik;
• Cara Produksi Pangan Segar yang Baik;
• Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
• Cara Distribusi Pangan yang Baik;
• Cara Ritel Pangan yang Baik; dan
• Cara Produksi Pangan Siap Saji yang Baik
• Pasal 4
• Pedoman Cara Budidaya yang Baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a adalah cara
budidaya yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara:
• mencegah penggunaan lahan dimana lingkungannya mempunyai potensi mengancam keamanan
pangan;
• mengendalikan cemaran biologis, hama dan penyakit hewan dan tanaman yang mengancam
keamanan pangan; dan
• menekan seminimal mungkin, residu kimia yang terdapat dalam bahan pangan sebagai akibat
dari penggunaan pupuk, obat pengendali hama dan penyakit, bahan pemacu pertumbuhan dan
obat hewan yang tidak tepat guna.
• Pedoman Cara Budidaya yang Baik sebagaimana dimaksud pada ayat
• (1) ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pertanian, perikanan atau
kehutanan sesuai dengan bidang tugas dan kewenangan masing-masing.
• Pasal 5
• Pedoman Cara Produksi Pangan Segar yang Baik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 huruf b adalah cara penanganan yang memperhatikan aspek-
aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara :
• mencegah tercemarnya pangan segar oleh cemaran biologis, kimia dan
benda lain yang mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan
dari udara, tanah, air, pakan, pupuk, pestisida, obat hewan atau bahan lain
yang digunakan dalam produksi pangan segar; atau
• mengendalikan kesehatan hewan dan tanaman agar tidak mengancam
keamanan pangan atau tidak berpengaruh negatif terhadap pangan
segar.
• Pedoman Cara Produksi Pangan Segar yang Baik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung
jawab di bidang pertanian atau perikanan sesuai dengan bidang tugas
dan kewenangan masing-masing.
• Pasal 6
• Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf c adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan
pangan, antara lain dengan cara :
• mencegah tercemarnya pangan olahan oleh cemaran biologis, kimia dan benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan;
• mematikan atau mencegah hidupnya jasad renik patogen, serta mengurangi
jumlah jasad renik lainnya; dan
• mengendalikan proses, antara lain pemilihan bahan baku, penggunaan bahan
tambahan pangan, pengolahan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan.
• Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang perindustrian
atau perikanan sesuai dengan bidang tugas dan kewenangan masing-masing.
• Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) untuk pangan olahan tertentu ditetapkan oleh Kepala Badan.
• Pasal 7
• Pedoman Cara Distribusi Pangan yang Baik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf d adalah cara distribusi yang memperhatikan aspek keamanan
pangan, antara lain dengan cara :
• melakukan cara bongkar muat pangan yang tidak menyebabkan kerusakan
pada pangan;
• mengendalikan kondisi lingkungan, distribusi dan penyimpanan pangan
khususnya yang berkaitan dengan suhu, kelembaban, dan tekanan udara; dan
• mengendalikan sistem pencatatan yang menjamin penelusuran kembali
pangan yang didistribusikan.
• Pedoman Cara Distribusi Pangan yang Baik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang perindustrian,
pertanian atau perikanan sesuai dengan bidang tugas dan kewenangan
masing-masing.
• Pasal 8
• Pedoman Cara Ritel Pangan yang Baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e
adalah cara ritel yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan
cara :
• mengatur cara penempatan pangan dalam lemari gerai dan rak penyimpanan agar
tidak terjadi pencemaran silang;
• mengendalikan stok penerimaan dan penjualan;
• mengatur rotasi stok pangan sesuai dengan masa kedaluwarsanya; dan
• mengendalikan kondisi lingkungan penyimpanan pangan khususnya yang berkaitan
dengan suhu, kelembaban, dan tekanan udara.
• Pedoman Cara Ritel Pangan yang Baik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Kepala Badan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 9
Pedoman Cara Produksi Pangan Siap Saji yang Baik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 huruf f adalah cara produksi yang memperhatikan aspek
keamanan pangan, antara lain dengan cara :
• mencegah tercemarnya pangan siap saji oleh cemaran biologis, kimia dan
benda lain yang mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan;
• mematikan atau mencegah hidupnya jasad renik patogen, serta mengurangi
jumlah jasad renik lainnya; dan
• mengendalikan proses antara lain pemilihan bahan baku, penggunaan bahan
tambahan pangan, pengolahan, pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan
serta cara penyajian.
• Pedoman Cara Produksi Pangan Siap Saji yang Baik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang
kesehatan
• Pasal 10
• Menteri yang bertanggung jawab di bidang pertanian, perikanan,
kehutanan, perindustrian, kesehatan atau Kepala Badan sesuai dengan
bidang tugas dan kewenangan masing-masing dapat menetapkan
pedoman cara yang baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 untuk
diterapkan secara wajib.
BAHAN
TAMBAHAN
PANGAN
• Pasal 11
• Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang
menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan yang
dinyatakan terlarang.
• Bahan yang dinyatakan terlarang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Kepala Badan.
• Pasal 12
• Setiap orang yang memproduksi pangan dengan menggunakan bahan
tambahan pangan untuk diedarkan wajib menggunakan bahan tambahan
pangan yang diizinkan.
• Nama dan golongan bahan tambahan pangan yang diizinkan, tujuan
penggunaan dan batas maksimal penggunaannya menurut jenis pangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Badan
• Pasal 13
• Bahan yang akan digunakan sebagai bahan tambahan pangan tetapi belum
diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia, wajib terlebih dahulu
diperiksa keamanannya, dan dapat digunakan dalam kegiatan atau proses
produksi pangan untuk diedarkan setelah memperoleh persetujuan
Kepala Badan.
• Persyaratan dan tata cara memperoleh persetujuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Badan.
PERATURAN
INTERNASIONAL
FAO/WHO
SEKILAS
• . Dalam rancangan undang-undang, tanggung jawab untuk persiapan peraturan dan
penegakan keseluruhan tindakan adalah dengan Pemerintah Pusat, tetapi
ketergantungan ditempatkan pada otoritas lokal untuk sebagian besar penegakan
dalam batas-batas otoritas lokal. Jika suatu negara ingin mempertahankan semua
otoritas di tingkat nasional, ketentuan mengenai otoritas lokal dapat dihapus.

• Dalam kasus apa pun, semua otoritas untuk persiapan semua peraturan, dan untuk
arahan umum dari program pengendalian makanan harus dipertahankan di tingkat
nasional untuk menghindari penciptaan peraturan dan aturan yang berbeda di
tingkat lokal, provinsi atau negara bagian.

• Model hukum pangan ini telah dikembangkan oleh FAO / WHO Program Standar
Makanan dan didasarkan pada sejumlah undang-undang pangan yang saat ini
berlaku di negara maju dan berkembang. Ini telah ditinjau dan disahkan oleh
pertemuan Gabungan FAO / WHO dari negara-negara di kawasan Afrika dan Asia.
PERATURAN INTERNASIONAL
YANG BERLAKU
• KETENTUAN UMUM
• Larangan terhadap penjualan makanan beracun,
tidak sehat atau tercemar

• Penipuan

• Tidak Sesuai Standar makanan

• Larangan terhadap penjualan makanan bukan dari sifat, substansi


atau kualitas yang diminta

• Penjualan dan persiapan makanan dalam kondisi yang tidak sehat


LANJUTAN...
• KETENTUAN PADA PENJUALAN
• Larangan Setiap orang yang menyiapkan atau menjual makanan yang
antara lain:
• (a) memiliki dalam atau di atasnya zat apa pun yang beracun, berbahaya
atau penjualan beracun beracun. untuk kesehatan; atau tidak
bermanfaat
• (b) seluruhnya atau sebagian dari s makanan kotor, busuk, busuk atau
tercemar makanan atau bahan asing, atau tidak layak untuk konsumsi
manusia; a
• (c)pemalsuan makanan; bersalah atas pelanggaran.
PROSES HUKUM
• PROSES HUKUM

• (a) Atas hukuman siapa pun atas pelanggaran apa pun berdasarkan
Undang-Undang ini, Kuasa pengadilan untuk pengadilan dapat, di
samping hukuman lain apa pun yang dapat dikenakan secara sah,
memesan lisensi membatalkan lisensi yang dikeluarkan untuk orang
tersebut berdasarkan hukum tertulis apa pun.

• (b) Di mana seseorang akan dihukum karena pelanggaran ini berdasarkan


Undang-Undang , pengadilan mengadili dan dapat memerintahkan agar
setiap pasal dengan cara atau sehubungan dengan yang mana kejahatan
tersebut merupakan pasal yang harus ditegakkan atau sesuatu kejahatan
yang serupa sifatnya, milik atau dimiliki oleh terpidana yang ditemukan
dengan pasal tersebut maka dia akan dihukum.
PERATURAN
PANGAN
INDUSTRI
SWASTA
PENGERTIAN
Merupakan suatu standar khusus, sisntem atau peraturan khusus yang
diciptakan suatu perusahaan atau banda usaha swasta dengan tujuan
untuk meningkatkan atau menjaga kualitas produk dari badan usaha atau
perusahaan tersebut, dan juga untuk menambah kepercayaan konsumen.
CONTOH AJINOMOTO
• Sistem Jaminan Mutu Ajinomoto (ASQUA)
Didirikan pada tahun 1997, ASQUA adalah Sistem Jaminan Mutu Grup Ajiomoto.
Sistem Jaminan Mutu tersebut berdasarkan ISO 9001, standar sistem manajemen
mutu internasional, dan juga berdasarkan standar-standar manajemen proses
manufaktur seperti Analisis Bahaya dan Titik Pengendalian Kritis (HACCP), standar
manajemen higienis pangan, cara proses produksi yang baik GMP *1

Sistem ini menggabungkan Kebijakan Mutu Grup Ajinomoto, Peraturan Jaminan Mutu
Ajinomoto, Peraturan untuk Jaminan Mutu, Standar Mutu, dan Peraturan dan
Persyaratan yang ditetapkan oleh Grup atau setiap organisasi internal. Dengan
ASQUA, Grup ini menjalankan kegiatan-kegiatan Jaminan Mutu yang cermat di
seluruh dunia, mulai dari pengadaan bahan baku sampai penjualan produk, selalu
berupaya mencapai proses produksi berkualitas lebih tinggi. Permohonan dan harapan
pelanggan juga selalu didayagunakan untuk memperbaiki produk, pelayanan dan
operasi bisnis.
LANJUTAN

Standar-standar Jaminan Mutu Grup Ajinomoto


Standar-standar Jaminan Mutu Grup Ajinomoto dirancang untuk
memastikan produk-produk memenuhi tingkatan mutu yang
diinginkan merek Grup Ajinomoto, dan adalah standar-standar
yang ketat yang mencakup ruang lingkup yang luas termasuk
didalamnya pelatihan, pelabelan, pengemasan, keterlusuran dan
seterusnya.
LANJUTAN
P E R A N M A S YA R A K AT D A L A M
PENGAWASAN MUTU PANGAN

Anda mungkin juga menyukai