Oleh:
Ni Luh Ayu Megasari
NIM. 0910733008
Oleh :
Ni Luh Ayu Megasari 0910730008
Community Supervisor
Dari gambar 3.3 dan 3.4, diketahui bahwa 25% (5 orang) ayah dan 25% (5 orang)
ibu berpendidikan terakhir Sekolah Dasar; 15% (3 orang) ayah dan 25% (5 orang)
ibu berpendidikan terakhir SMP; 30% (6 orang) ayah dan 25% (5 orang) ibu
berpendidikan terakhir SMA; dan 30% (6 orang) ayah dan 25% (5 orang) ibu
berpendidikan terakhir diploma/sarjana. Dari data tersebut dapat dikalkulasikan
jumlah orang tua dengan pendidikan terakhir Sekolah Dasar sebanyak 10 orang,
SMP sebanyak 8 orang, SMA sebanyak 11 orang, dan diploma/sarjana sebanyak 11
orang. Sehingga dapat dikatakan bahwa 18 orang tua (45%) berpendidikan ≤ 9
tahun, dan 22 orang tua (55%) berpendidikan > 9 tahun.
Berdasarkan gambar 3.5 dan 3.6 diketahui bahwa 45% (9 orang) ayah dan 25%
(5 orang) ibu bekerja sebagai pegawai atau buruh; 25% (5 orang) ibu tidak bekerja;
30% (6 orang) ayah dan 45% (9 orang) ibu bekerja mandiri atau sebagai wirausaha;
10% (2 orang) ayah dan 5% (1 orang) ibu berprofesi sebagai PNS; 5% (1 orang)
ayah bekerja sebagai pengrajin; dan 10% (2 orang) ayah bekerja di bidang lain.
Dapat dikatakan bahwa 35 orang tua (87,5%) memiliki pekerjaan selama 1 bulan
terakhir.
Berdasarkan gambar 3.7, diketahui bahwa 100% (20 orang) anak mendapatkan
uang saku ≥ Rp2.000,00, yang mana 65% (13 anak) diantaranya mendapat uang
saku antara Rp2.000,00 hingga Rp4.000,00; sementara 35% (7 anak) mendapat
uang saku >Rp4.000,00.
B. Klinis
Data klinis terkait kejadian penyakit infeksi dalam satu bulan terakhir pada anak
usia sekolah tersaji pada Gambar 3.10. Pada Gambar 3.10, nampak bahwa 10% (2
orang) anak mengalami diare, 65% (13 orang) anak mengalami ISPA, 10% (2 orang)
anak mengalami demam typhoid atau tipus, dan 30% (6 orang) anak mengalami
demam yang merupakan salah satu reaksi maupun tanda dari infeksi pada tubuh.
ISPA merupakan penyakit infeksi yang paling banyak terjadi pada anak usia sekolah.
ISPA yang diderita anak usia sekolah berupa batuk sebanyak 59% (13 anak) dan
pilek 41% (9 anak) seperti tersaji dalam Gambar 3.11.
Gambar 3.8 Kejadian Penyakit Infeksi dalam 1 Bulan Terakhir
14 65%
12
10
Jumlah
8
30%
6
4
10% 10%
2
0
Demam
Diare ISPA Demam
Typhoid
Jumlah 2 13 2 6
41%
(9) Pilek
59%
(13) Batuk
C. Dietary
Data dietary yang dikumpulkan meliputi kebiasaan jajan, kebiasaan sarapan,
kebiasaan membawa bekal, frekuensi makan, keragaman atau variasi makanan,
pola makan terkait asupan yodium, dan intake energi dan zat gizi selama 24 jam (24-
hour recall).
Gambar 3.10 Penggunaan Uang Saku
Jajanan yang dibeli anak tersaji dalam Gambar 3.13, yang mana pemilihan jajan
cenderung bervariasi. Jajanan yang paling banyak diminati adalah es, yaitu
sebanyak 25% atau 5 orang anak. Anak usia sekolah biasanya berbelanja di depan
sekolah dan di warung. 40% jajanan dikemas dengan plastik kiloan, 55% dengan
kemasan/bungkus, dan 5% disajikan dengan menggunakan piring/mangkok.
Sementara itu, terkait dengan kebiasaan membawa bekal ke sekolah, tidak ada
responden yang mengaku rutin membawa bekal ke sekolah.
Berhubungan dengan kebiasaan sarapan, 85% (17 orang) anak mengaku telah
terbiasa untuk sarapan di pagi hari. 80% (16 orang) anak memiliki kebiasaan makan
3 kali sehari, sementara 15% (3 orang) anak terbiasa makan >3 kali sehari dan 5%
(1 orang) anak hanya makan 2 kali sehari.
Dari segi keragaman konsumsi, 70% (14 orang) anak biasanya hanya
mengonsumsi nasi dengan lauk hewani untuk sarapan, seperti nampak pada
Gambar 3.16. Sementara untuk makan siang dan makan malam, 55% (11 orang)
anak juga terbiasa mengonsumsi nasi dengan lauk hewani saja, seperti yang tersaji
pada Gambar 3.17 dan 3.18. Konsumsi makanan seimbang yang meliputi nasi, lauk
hewani, lauk nabati, buah, dan sayur adalah sebesar 0% baik untuk sarapan, makan
siang, dan makan malam.
Berdasarkan hasil recall 24 jam, diketahui bahwa 85% (17 orang) anak memiliki
intake energi ≤ 77% kebutuhan. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan protein,
35% (7 orang) anak masih memiliki intake protein ≤ 77% kebutuhan protein
hariannya.
Gambar 3.19 Pemenuhan Kebutuhan Energi (Berdasarkan hasil Recall 24 Jam)
Sedangkan terkait intake yodium dari bahan makanan, belum ada anak yang
mampu mencukupi > 77% intake yodium harian (120 µg). Tetapi semua anak
mengaku bahwa orang tuanya di rumah sudah menggunakan garam beryodium
(garam halus merk Kapal Api, merk Ibu Bijak, merk Ikan Hiu, dll).
Berdasarkan hasil FFQ, nampak bahwa konsumsi bahan makanan sumber
yodium seperti ikan laut hanya dikonsumsi 1-2 kali/minggu, udang < 2 kali/minggu,
kerang dan cumi dikonsumsi bulanan hingga tahunan. Sedangkan sayuran yang
bersifat goitrogenik seperti bayam, sawi, kubis, dan daun singkong rata-rata
dikonsumsi mingguan.
D. Hygiene Sanitasi
Data hygiene meliputi kebiasaan mencuci tangan, cara mencuci tangan,
frekuensimenggosok gigi, frekuensi mandi, kebiasaan memotong kuku. Sementara
data sanitasi terkait dengan ketersediaan fasilitas sanitasi seperti kamar mandi.
Berdasarkan Gambar 3.20 diketahui bahwa baru 25% (5 orang) anak yang
memiliki hygiene baik. 65% (13 orang) anak masih memiliki hygiene sedang,
sementara 10% (2 orang) anak memiliki hygiene kurang. Untuk fasilitas sanitasi,
semua responden mengaku biasa mandi di kamar mandi pribadi, sehingga dapat
dikatakan bahwa akses responden terhadap fasilitas sanitasi berupa kamar mandi
sudah baik.
F. Aktivitas Fisik
Analisa tingkat aktivitas fisik dengan menggunakan PAQ-C (Physical Activity
Questionnaire for Older Children) menunjukkan bahwa semua responden memiliki
tingkatan aktivitas fisik yang kurang aktif, yang mana rata-rata responden memiliki
skor 2 (skor 5: sangat aktif; skor 4: aktif; skor 3: cukup aktif; skor 2: kurang aktif; skor
1: sangat kurang aktif).