TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian remaja
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual.
Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 hingga 19 tahun. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Sementara itu, menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), rentang usia
remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Perbedaan definisi tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada kesepakatan universal mengenai batasan
kelompok usia remaja. Namun begitu, masa remaja itu diasosiasikan dengan
masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini merupakan periode
persiapan menuju masa dewasa yang akan melewati beberapa tahapan
perkembangan penting dalam hidup. Selain kematangan fisik dan seksual,
remaja juga mengalami tahapan menuju kemandirian sosial dan ekonomi,
membangun identitas, akuisisi kemampuan (skill) untuk kehidupan masa
dewasa serta kemampuan bernegosiasi. (Kusumaryani, 2017)
Pada masa periode ini sangat penting untuk mempertahankan perilaku
sepanjang hidup termasuk perilaku konsumsi pangan. Remaja sebagai target
kunci dalam pemberian intervensi akan memberikan efek positif, sebagai
salah satu tahap dalam meningkatkan status kesehatan terutama pada
perempuan. (Nuryani, 2019)
B. pengertian stunting
Stunting adalah salah satu keadaan malnutrisi yang berhubungan
dengan ketidak cukupan zat gizi masa lalu sehingga termasuk dalam
masalah gizi yang bersifat kronis. Stunting merupakan ancaman utama
terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan
daya saing bangsa.
Stunting didefinisikan sebagai keadaan tubuh yang pendek atau sangat
pendek didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dengan ambang batas (z-score) antara
-3 SD sampai dengan < -2 SD.
Stunting secara langsung dapat disebabkan oleh asupan gizi dan
infeksi. Asupan gizi yang tidak adekuat dapat menyebabkan masalah gizi.
Penyebab tidak adekuatnya asupan gizi dapat dipengaruhi oleh kondisi
ketahanan pangan rumah tangga .(Fadzila and Tertiyus, 2019)
Kondisi ibu sebelum hamil baik dari segi postur tubuh (berat
badan dan tinggi badan) dan gizi adalah salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya stunting. Sebagai calon ibu di masa depan ,remaja putri
seharusnya memiliki status gizi yang baik. Hal ini menjadi alasan untuk
memperbaiki gizi pada remaja putri sehingga di masa yang akan datang
dapat mengurangi jumlah calon ibu hamil yang memiliki postur tubuh
pendek dan/atau kekurangan energi kronik. (Muhdar et al., 2019)
Masalah stunting merupakan masalah besar bagi Indonesia, karena
pertumbuhan yang terganggu pada pertumbuhan otaknya. Stunting
berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit dan
penurunan produktifitas. Kondisi tersebut kemudian akan mengasilkan
sumber daya manusia yang tidak produktif, menghambat pertumbuhan
ekonomi, menciptakan kemiskinan antar-generasi dan memperburuk
kesenjangan. Penanganan stunting merupakan prioritas pembangunan
nasional melalui Rencana Aksi Nasional Gizi dan Ketahanan Pangan
sehingga pada tahun 2018 diluncurkan gerakan nasional pencegahan stunting.
(Megawati and Wiramihardja, 2019)
1. Dampak stunting
a. Jangka pendek terganggunya perkembangan otak, Kecerdasan
berkurang gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolism di
dalam tubuh. (Kominfo, 2019)
b. Jangka panjang yang akan muncul seperti postur tubuh yang tidak
optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada umumnya),
meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya, menurunnya
kesehatan reproduksi, kapasitas belajar dan performa yang kurang
optimal saat masa sekolah, dan produktivitas dan kapasitas kerja yang
tidak optimal.(Sukma, 2015)
2. Factor penyebab stunting
Terdapat empat faktor utama penyebab stunting yakni faktor keluarga,
faktor pemberian asupan makanan, faktor menyusui, dan faktor infeksi.
Faktor dalam keluarga berasal dari faktor ibu dan lingkungan rumah
seperti tinggi badan ibu, nutrisi ibu selama masa kehamilan, tingkat
pendidikan ibu, kesejahteraan keluar-ga, pola asuh, serta sanitasi
lingkungan. Selain itu ASI yang tidak eksklusif juga dapat menyebabkan
kurangnya gizi pada anak dan mengakibatkan anak terkena stunting. .
(Fitroh and Oktavianingsih, 2020)
C. Sikap
Secord dan Backman mengemukakan bahwa sikap adalah keteraturan
tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognitif) dan predisposisi
tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.
Fungsi sikap dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri.
2. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku.
3. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman pengalaman.
4. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian.
F. Kerangka teori
Infeksi
Stuntin
g
G. Kerangka konsep
variable bebas variable terikat
- Pengetahuan
- Sikap
Stuntin
g
H. Definisi operasional
I. Hipotesis
1. Terdapat pengaruh penyuluhan dengan media lembar balik terhadap
pengetahuan siswi SMAN 1 kahayan hulu utara
2. Terdapat pengaruh penyuluhan dengan media lembar balik terhadap sikap
siswi SMAN 1 kayahan hulu utara
3. Terdapat pengaruh penyuluhan dengan media lembar balik terhadap
pengetahuan stunting siswi SMAN 1 kahayan hulu utara
Daftar pustaka
Nuryani, N. (2019) ‘Gambaran Pengetahuan, Sikap, Perilaku dan Status Gizi Pada
Remaja di Kabupaten Gorontalo’, Jurnal Dunia Gizi, 2(2), p. 63. doi:
10.33085/jdg.v2i2.4473.