PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan kegiatan pelayanan rumah sakit yang
berfungsi untuk menetapkan dan memenuhi kebutuhan gizi pasien baik rawat inap
maupun rawat jalan. Tujuan dari pelayanan kesehatan tersebut adalah meningkatkan
kesehatan dan dapat membantu kesembuhan pasien dari penyakitnya. Salah satu
kegiatan yang ada dipelayanan gizi rumah sakit adalah penyelengaraan makanan.
Penyelengaraan makan di rumaha sakit merupakan kegiatan yang penting dilakukan
karena terkait dengan kondisi kesehatan pasien terutama dibidang keamanan pangan.
Keamanan pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan berbagai benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan.
Jaminan mutu dan keamanan pangan merupakan persyaratan utama dan
terpenting dari seluruh parameter mutu pangan yang ada. Betapapun tinggi nilai gizi
suatu bahan pangan atau makanan, penampilannya baik, juga lezat rasanya, tetapi bila
tidak aman, maka makanan tersebut tidak ada nilainya lagi.
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan berbagai benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan. Masalah keamanan pangan
masih menjadi masalah penting dalam bidang pangan di Indonesia, dan perlu
mendapat perhatian khusus dalam program pengawasan pangan. Penyakit dan
kematian yang ditimbulkan melalui makanan di Indonesia sampai saat ini masih
tinggi, walaupun prinsip-prinsip pengendalian untuk berbagai penyakit tersebut pada
umumnya telah diketahui. Pengawasan pangan yang mengandalkan pada uji produk
akhir tidak dapat mengimbangi kemajuan yang pesat dalam industri pangan, dan tidak
dapat menjamin keamanan makanan yang beredar di pasaran. Akan tetapi hal-hal
tersebut dirasa tidak memberikan kontribusi berarti untuk mengurangi kasus
permasalahan keamanan pangan.
Oleh karena itu dikembangkan suatu sistem jaminan keamanan pangan yang
disebut Hazard Analysis Critical Control Point / HACCP yang merupakan suatu
tindakan preventif yang efektif untuk menjamin keamanan pangan. Sistem ini
0
mencoba untuk mengidentifikasi berbagai bahaya yang berhubungan dengan suatu
keadaan pada saat pembuatan, pengolahan atau penyiapan makanan, menilai resiko-
resiko yang terkait dan menentukan kegiatan dimana prosedur pengendalian akan
berdaya guna.
Salah satu makanan yang akan dianalisis adalah asam padeh ikan. Asam padeh
ikan adalah salah satu masakan tradisional minangkabau yag memiliki cita rasa asam
dan pedas. Asam padeh ikan berbahan dasar ikan dan bumbu dasar merah. Meskipun
telah dimasak hingga mendidih bukan berarti hidangan ini terbebas dari bahaya
keamanan pangan. Oleh karena itu, sistem HACCP ini akan membantu dalam
perencanaan berbagai kegiatan keamanan makanan dan pendidikan kesehatan yang
memusatkan perhatian pada berbagai bahaya yang berhubungan dengan jenis makanan
yang dikonsumsi dan makanan yang diolah dan disiapkan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Melakukan pengawasan dan menetapkan Critical Control Point (CCP)
dengan prinsip kegiatan HCCP dalam proses produksi makanan untuk
menjamin keamanan asam padeh ikan.
2. Tujuan Khusus
a. Menyusun tim HACCP untuk asam padeh ikan
b. Mendeskripsikan produk asam padeh ikan
c. Mengidentifikasi tujuan penggunaan asam padeh ikan
d. Menyusun diagram alir asam padeh ikan
e. Mengkonfirmasi diagram alir dilapangan asam padeh ikan
f. Melakukan analisis bahaya asam padeh ikan
g. Menentukan titik-titik pengendalian kritis (CCP) pada asam padeh ikan
h. Menentukan batas-batas untuk masing-masing CCP pada asam padeh ikan
i. Menentukan suatu sistem monitoring atau pementauan untuk masing-
masing CCP pada asam padeh ikan
j. Menentukan tindakan koreksi jika ada penyimpangan dari batas kritis pada
asam padeh ikan
k. Menentukan prosedur verifikasi pada asam padeh ikan
1
l. Menentukan sistem dokumentasi dan sistem penyimpanan catatan rekaman
pada asam padeh ikan
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
Dapat memberikan informasi tentang jaminan keamanan menu asam padeh
ikan yang diproduksi di Instalasi Gizi melalui analisa titik kritis yang mungkin
terjadi selama pengolahan.
2. Bagi mahasiswa
a) Menambah wawasan dan pengetahuan terhadap pengawasan mutu pangan
suatu produk.
b) Melatih dan meningkatkan kemampuan serta ketrampilan dalam melakukan
penelitian di lapangan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HACCP
HCCP atau Hazard Analysis Critical Control Point merupakan suatu sistem
jaminan keamanan yang digunakan untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem
pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan daripada mengandalkan sebagian
besar pengujian produk akhir. HCCP dapat diterapkan pada seluruh rantai pengan dari
produk primer sampai pada konsumsi akhir (mulai dari produsen bahan baku utama
pangan, penanganan, pengolahan, distribusi, pemasaran hingga sampai kepada
konsumen). Keberhasilan penerapan HCCP membutuhkan tanggung jawab penuh dan
keterlibatan manajemen. Selain itu perlu adanya pendekatan tim yang terdiri dari
tenaga ahli yang tepat (Koswara 2009).
Sistem HCCP telah diadopsi secara luas keseluruhan dunia oleh organisasi
seperti Codex Alimentarius (Komisi PBB) dan Negara Eropa (European Union) dan
oleh beberapa negara termasuk Kanada, Amerika, Australia, New Zealand dan Jepang.
Pada tahun 2005, ISO menerbitkan standar ISO 22000 yang berisi klausul-klausul
tentang sistem penjamin keamanan yang berbasis HCCP (Koswara 2009).
Codex Alimentarius Commision pada tahun 1996, telah menyusun pedoman
implementasi HCCP dengan langkah-langkah penerapan secara sistematis dalam 12
langkah, yang terdiri dari lima langangkah awal persiapan dan diikuti dengan tujuh
langkah berikutnya yang merupakan tujuh prinsip HCCP kedua belas langkah tersebut
digambarkan sebagai suatu alur tahap penerapan HCCP sebagai berikut :
Langkah 1 : Menyusun tim HACCP
Langkah 2 : Mendeskripsikan produk
Langkah 3 : Mengidentifikasi tujuan penggunaan
Langkah 4 : Menyusun diagram alir
Langkah 5 : Mengkonfirmasi diagram alir dilapangan
Langkah 6 : Melakukan analisis bahaya
Langkah 7 : Menentukan titik-titik pengendalian kritis (CCP)
Langkah 8 : Menentukan batas-batas untuk masing-masing CCP
3
Langkah 9 : Menentukan suatu sistem monitoring atau pementauan untuk
masing-masing CCP
Langkah 10 : Menentukan tindakan koreksi jika ada penyimpangan dari batas
kritis
Langkah 11 : Menentukan prosedur verifikasi
Langkah 12 : Menentukan sistem dokumentasi dan sistem penyimpanan catatan
rekaman.
4
Langkah 3. Penentuan Pengguna Produk
Pada tahap ini, Tim HACCP mengidentifikasi cara penggunaan produk oleh
konsumen, car penyajian, serta kelompok konsumen yang mengkonsumsi produk. Hal
penting yang harus diketahui dalam tahap ini adalah apakah produk akan langsung
dikonsumsi (ready to eat) atau akan dimasak terlebih dahulu aoleh konsumen serta
dilihat konsumen yang berisiko tinggi seperti bayi, lansia, dan kelompok
immunocompromised (ibu hamil, orang sakit, orang yang menjalani kemoterapi,
pasien AIDS).
5
Tingkat Keparahan (Severity)
L M H
Peluang Terjadi L LL ML HL
(Reasonably likely to M LM MM MH*
occur) H LH MH* HH*
Ket :
L=Low, M=medium, H=high
*) Umumnya dianggapkan signifikan/nyata dan akan dipertimbangkan dalam
penetapan CCP
Bahaya tersebut meliputi bahaya biologi atau mikrobiologis, bahaya kimia dan
bahaya fisik. Setelah mengetahui bahaya, diperlukan tindakan pencegahan tindakan
pencegahan dapat berupa tindakan yang bersifat kimia, fisik atau lainnya yang dapat
mengendalikan bahaya keamanan pangan.
6
tidak boleh dilewati untuk menjamin bahwa CCP secara efektif mengendalikan bahaya
mikrobiologis, kimia dan fisik. Kriteria yang lazim digunakan untuk menentukan batas
kritis adalah kriteria fisik seperti suhu, waktu, tingkat kelembaban, Aw dan
kekentalan, serta kriteriauniakan sebag kimia seperti pH, residu klorin bebas, kadar
asam tertitrasi, konsentrasi pengawet, konsentrasi garam. Kriteria mikrobiologi tidak
digunakan sebagai batas kritis karena pengukurannya memerlukan waktu lama. Selain
itu pengukuran fisik dan kimia dapat digunakan sebaga indikator pengukuran atau
pengendalian mikrobiologis.
7
Langkah 12. Dokumentasi dan Rekaman yang Baik
Dokumen atau rekaman data adalah bukti tertulis bahwa suatu tindakan telah
dilakukan. Dokumen disusun dengan menggunakan formulir/boring. Dokumen
tersebut dapat digunakan (1) untuk keperluan inspeksi dan (2) untuk mempelajari
kerusakan yang mengakibatkan penyimpangan dan menentukan tindakan koreksi yang
sesui. Jenis dokumen (Rekaman Data) yang harus ada dalam penyusunan rencana
HACCP adalah rencana HACCP dan semua materi pendukungnya, dokumen
pemantauan, dokumen tindakan koreksi, dokumen verivikasi.
Jenis Bahaya
Bahaya HACCP dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu bahaya biologi, kimia,
fisik dan mikrobiologis. Bahaya biologis dapat berupa cemaran mikroba penyebab
penyakit (patogen), virus, dan parasit yang dapat menyebabkan keracunan atau
penyakit jika terjamah oleh manusia. Sumber cemaran biologis dapat berasal dari
udara, tanah, air dan tempat-tempat lainya yang kotor. Umumnya cemaran mikroba
dibawa oleh hama seperti lalat, kecoa, tikus, dan binatang pembawa penyakit lainnya.
Bahaya kimia adalah bahaya berupa cemaran bahan-bahan beracun yang dapat
menyebabkan keracunan atau penyakit jika termakan manusia, seperti residu pestisida,
logam berbahaya, racun yang secara alami terdapat dalam bahan pangandan cemaran
bahan kimia lainnya. Bahan pangan seperti sayur-sayuran dapat tercemar peptisida di
kebun karena penggunaan pestisida yang berlebihan. Selain itu sayur-sayuran juga
dapat tercemar oleh logam berat karena selalu disiram dengan air sungai yang
tercemar. Bebrapa jenis ikan laut mengandung racun alami yang dapat membahayakan
manusia juka termakan dan lain sebagainya.
Bahaya fisik adalah bahaya karena adanya cemaran fisik seperti benda-benda
asing yang dapat membahayakan manusia jika termakan, seperti pecahan gelas,
pecahan lampu, pecahan logam, paku, potongan kawat, krikil, stapler, dan benda asing
lainnya. Sedangkan bahaya mikrobiologi adalah bahaya yang disebabkan oleh mikroba
seperti bakteri, virus dan mikroba lainnya. Efek yang ditimbulkan dari bahaya ini
seperti keracunan hingga dapat menimbulkan kematian.
8
B. Asam padeh ikan
Asam padeh ikan adalah salah satu masakan tradisional minangkabau yag
memiliki cita rasa asam dan pedas. Asam padeh ikan berbahan dasar ikan dan
bumbu dasar merah. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat asam padeh
ikan yaitu :
1. Ikan tuna
Tuna masih berasal dari galur yang sama dengan ikan tongkol dan ikan
makarel, yaitu famili Scombridae. Kandungan protein dalam 150 gram ikan tuna
mencapai 39 gram yang bisa membantu mencukupi kebutuhan protein. Ikan tuna
termasuk rendah kalori, hanya mengandung 179 kalori per 150 gram porsi. Ikan
cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain.
Hal ini disebabkan karena beberapa hal seperti kandungan protein yang tinggi
dan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan mikrobia pembusuk.
Adapun kondisi lingkungan tersebut seperti suhu, pH, oksigen, waktu simpan dan
kondisi kebersihan sarana prasarana. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan
mati menyebabkan pembusukan. Mutu olahan ikan sangat tergantung pada mutu
bahan mentahnya.
2. Cabai Merah
Cabai merah mengandung kapsaisin yang memberi rasa pedas dan hangat
saat digunakan sebagai rempah (bumbu dapur) serta berkhasiat sebagai penambah
nafsu makan dan obat pengurang rasa sakit. Kapasaisin bersifat anti koagulan
sehingga bisa mencegah seseorang terserang stroke dan jantung koroner.
Kapsaisin juga mampu merangsang produksi hormon endorfin sehingga bisa
membangkitkan sensasi kenikmatan. Seperti diketahui, hormon endorfin berperan
dalam mengurangi rasa sakit. (Suyanti, 2014).
3. Bawang Merah
Bawang merah mengandung bahan-bahan aktif yang mempunyai efek
farmakologis terhadap tubuh. Beberapa bahan aktif yang tersebut adalah allisin
dan alliin, flavonol, serta pektin (Jaelani, 2007).
9
Pada penelitian (Surono A. S., 2013), ekstrak etanol umbi lapis bawang
merah (Allium cepa L.) dengan konsentrasi 40%, 50%, 60%, 70%, 80% tidak
memiliki daya antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli.
4. Bawang Putih
Bawang putih mengandung minyak asiri yang sangat mudah menguap di
udara bebas. Minyak asiri dari bawang putih ini diduga mempunyai kemampuan
sebagai antibakteri dan antiseptik. Sementara itu, zat yang diduga berperan
memberi aroma bawang putih yang khas adalah alisin. Didalam tubuh, alisin
merusak protein kuman penyakit, sehingga kuman penyakit tersebut mati
(Syamsiah & Tajudin, 2003).
Dalam penelitian (Nurwantoro, et al., 2012), menunjukkan bahwa
perendaman daging sapi dalam jus bawang putih berpengaruh menurunkan total
bakteri Escherichia coli. Sebaliknya, penelitian yang dilakukan oleh (Fajri, Erly,
& Usman, 2016), menunjukkan bahwa kapsul minyak dan kapsul bubuk bawang
putih tidak memiliki efek antibakteri terhadap Escherichia coli.
5. Jahe
Secara umum, komponen senyawa kimia yang terkandung dalam jahe
terdiri dari minyak menguap (volatile oil), minyak tidak menguap (nonvolatile
oil), dan pati. Minyak atsiri termasuk jenis minyak menguap dan merupakan suatu
komponen yang memberi bau yang khas. Kandungan minyak tidak menguap
disebut oleoresin, yakni suatu komponen yang memberikan rasa pahit dan pedas.
Berdasarkan kandungan minyak asiri dan oleoresin, jahe merah yang kadarnya
paling tinggi, lalu disusul oleh jahe putih kecil dan jahe gajah. Hal itu karena jahe
gajah banyak digunakan sebagai bumbu dapur, rempah-rempah, dan bahan obat-
obatan (Lentera, 2004).
Dalam penelitian (Harijani, Ernawati, & Suwarno, 2011), menunjukkan
pemberian sari rimpang jahe pada konsentrasi (2%, 4%, 6% dan 8%) dapat
menurunkan jumlah bakteri Escherichia coli pada susu pasteurisasi. Sebaliknya,
pada penelitian (Rahminiwati, et al., 2010), menunjukkan bahwa perasan jahe
segar tidak mempunyai efek antibakteri terhadap Escherichia coli.
10
6. Daun Jeruk Purut
Daun jeruk purut mengandung tannin 1,8%, steroid triterpenoid, dan
minyak atsiri 1 – 1,5% v/b. Daunnya berkhasiat sebagai stimulant dan penyegar.
Digunakan untuk mengatasi badan letih dan lemah sehabis sakit berat
(Dalimartha, 2015).
Pada penelitian (Yulliani, Indrayudha, & Rahmi, 2011) minyak atsiri daun
jeruk purut mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dengan
nilai kadar hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimal (KBM) ≤
0,0625%.
7. Serai
Kandungan kimia alamiah yang ada pada herbal ini adalah minyak asiri
yang meliputi gerniol, citronnelal, eugenol-metil eter, sitral, dipenten, eugenol,
kadinen, kanidol, dan limonene. Beberapa penyakit yang dapat disembuhkan
dengan serai di antaranya batuk, nyeri dan pegal linu, sakit kepala, nyeri lambung,
dan diare (Winarto & Karyasari, 2003)
8. Lengkuas
Rimpang lengkuas mengandung kurang lebih 1% minyak atsiri berwarna
kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48%, sineol 20 – 30%,
eugenol, kamfer 1%, seskuiterpen. Manfaat dan khasiat lengkuas bagi tubuh yaitu
sebagai anti-tumor, anti-radang, mengandung zat anti- inflamasi, menangkal
radikal bebas karena mengandung senyawa anti- oksidan, meredakan penyakit
11
diare, meningkatkan nafsu makan, dan menjaga stamina serta kesehatan
(Andareto, 2015).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Parwata & Dewi, 2008), minyak
atsiri rimpang lengkuas pada konsentrasi 100 ppm dan 1000 ppm aktif
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dengan diameter daerah
hambatan sebesar 7 mm dan 9 mm.
9. Asam kandis
Asam kandis adalah asam yang terbuat dari kulit buah sejenis jeruk limau
yang dikeringkan. Warnanya kehitaman dan memberikan cita rasa asam pada
masakan (Sutomo, Rahasia Sukses Berbisnis Masakan Padang, 2011).
10. Kemiri
Kemiri memiliki khasiat yang banyak untuk kesehatan. Biji kemiri yang
ditumbuk halus dapat dipakai untuk mengobati sakit gigi, bisul, meredakan demam,
dan mengatasi bengkak pada sendi tulang. Biji kemiri juga dimanfaatkan sebagai
obat pencahar. Selain itu, juga dapat digunakan sebagai perangsang pertumbuhan
rambut atau sebagai bahan aditif dalam perawatan rambut (Kurniawati, 2010).
12
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Pengamatan proses penerimaan, persiapan, pengolahan, distribusi dan
penyajian asam padeh ikan dengan menggunakan sistem HACCP dilakukan pada
Kamis,18 Februari 2021. Lokasi pengamatan proses penerimaan, persiapan,
pengolahan dan distribusi yaitu Dapur Pengolahan dan Penyaluran Makanan,
Instalasi Gizi, RSUD Sawahlunto.
13
BAB IV
LEMBAR KERJA HACCP
14
dari rantai pangan tersebut yang terlibat dan penjenjangan secara umum bahaya-
bahaya yang dimaksudkan (yaitu meliputi semua jenjang bahaya atau hanya
jenjang tertentu).
Adapun tim HACCP untuk menu makanan asam padeh ikan adalah sebagai
berikut.
a. Ibu Nurin Inayati, S.Gz sebagai pembimbing
b. Ulfatmi Okzala sebagai peneliti
c. Ibu Faula Yunita sebagai pembuat asam padeh ikan
15
setelah itu digiling halus: Cabai merah, bawang merah, bawang putih, kemiri,
jahe, laos dan kunyit, lalu ditambahkan daun kunyit, serai, daun jeruk, daun
salam, ruku-ruku, ditunggu hingga mendidih, masukkan tuna dan asam kandis,
masak hingga matang, sebelum diangkat masukkan tomat yang sudah diiris.
16
dimasak dimasukkan kedalam panci besar
sebelum didistribusikan ke pasien.
10. Aspek yang perlu diawasi : Penerimaan, penyimpanan, persiapan,
pengolahan, distribusi dan penyajian
11. Cara pengawasan :
Pengamatan secara langsung mulai dari proses penerimaan,
penyimpanan, persiapan, pengolahan, distribusi, dan penyajian. Setiap proses
yang diamati, dicatat dari mulai urutan proses dengan standar yang ada,
personal hygiene penjamah atau petugas, sanitasi peralatan dan ruangan yang
digunakan, macam dan jenis peralatan yang digunakan, cara distribusi, waktu
yang diperlukan dari mulut persiapan, pengolahan dan pendistrribusian, baik
dari dapur ke dapur ruangan, maupun pemorsian dan dapur ruangan hingga
keadaan makanan sampai disajikan kepada pasien.
D. TUJUAN PENGGUNAAN PRODUK
Tujuan dari penerapan HACCP dalam pembuatan asam padeh ikan adalah
mencegah terjadinya bahaya pada makanan, seperti bahaya fisik, bahaya kimia,
maupun bahaya biologis, sehingga dapat dipakai sebagai jaminan mutu pangan
guna memenuhi tuntutan konsumen. HACCP bersifat sebagai sistem pengendalian
mutu sejak bahan baku dipersiapkan, diproses atau diolah, sampai didistribusikan
sehingga kemungkinan bahaya dapat dicegah, dikurangi sampai batas yang dapat
diterima atau dihilangkan.
17
E. DIAGRAM ALIR PROSES
18
19
G. IDENTIFIKASI BAHAYA DARI PRODUK
Tabel 1
Identifikasi bahaya dan cara pencegahannya
“Asam padeh ikan”
Bahan
Tahap/input Bahaya Jenis Bahaya Penyebab Cara Pencegahan
Makanan
Penerimaan Ikan tuna Fisik Debu, rambut, Pengemasan produk yang Melakukan pemeriksaan
bahan makanan kerikil kurang sempurna dan rapi. produk yang diterima dari
rekanan agar sesuai dengan
spesifikasi jika ada bahan yang
tidak sesuai spesifikasi maka
dikembalikan ke rekanan
(sortasi).
Mikrobiologis Adanya bakteri E- Penggunaan air yang tidak Melakukan pencucian dengan
coli dan bersih benar
salmonella
Kimia Formalin Penambahan bahan agar Saat penerimaan dilakukan
tahan lama dengan pengujian fisik apakah terlihat
penggunaan bahan ciri fisik ikan diberi zat
berbahaya berbahaya
Bawang Fisik Kebusukan,sisa Rekanan kurang Petugas penerimaan bahan
merah kulit bawang memperhatikan barang yang makanan harus hati-hati dalam
akan dikirim menerima bahan makanan jika
ada bahan yang tidak sesuai
spesifikasi maka dikembalikan
ke rekanan (sortasi)
Pengelupasan dan pencucian
dengan air bersih
Biologis Aspergillus Rekanan kurang Petugas penerimaan bahan
Niger,Bacillus memperhatikan kebersihan makanan harus hati-hati dalam
Cereus barang yang akan dikirim menerima bahan makanan jika
jamur/kapang ada bahan yang tidak sesuai
spesifikasi maka dikembalikan
ke rekanan (sortasi)
Bawang Bioligis Bakteri Rekanan kurang Petugas penerimaan bahan
putih salmonela, memperhatikan kebersihan makanan harus hati-hati dalam
kapang dan kamir barang yang akan dikirim menerima bahan makanan jika
ada bahan yang tidak sesuai
spesifikasi maka dikembalikan
ke rekanan (sortasi)
Fisik Sisa kulit bawang, Rekanan kurang Petugas penerimaan bahan
Kebusukan memperhatikan kebersihan makanan harus hati-hati dalam
barang yang akan dikirim, menerima bahan makanan jika
Penyortiran bawang kurang ada bahan yang tidak sesuai
teliti spesifikasi maka dikembalikan
ke rekanan (sortasi)
Kimia Peptisida Pemberian zat kimia yang Petugas penerimaan bahan
tidak tepat dan rekanan makanan harus hati-hati dalam
kurang teliti dalam menerima bahan makanan jika
pemilihan bahan makanan ada bahan yang tidak sesuai
spesifikasi maka dikembalikan
ke rekanan (sortasi)
Kelompok
Keterangan
Bahaya
A Kelompok khusus yang terdiri dari produk non steril yang
ditujukan untuk konsumen berisiko tinggi seperti orang tua,
bayi, dan orang sakit.
B Mengandung bahan/ingridien yang sensitif terhadap bahaya
biologis/kimia/fisik.
C Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya.
D Produk kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah
pengolahan sebelum pengemasan.
E Kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi
pengolahan dan konsumsi.
F Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh
konsumen.
Kategori
Karakteristik Bahaya Keterangan
Resiko
0 0 (tidak ada bahaya) Tidak mengandung bahaya A s.d. F
I (+) Mengandung satu bahaya B s.d. F
II (++) Mengandung dua bahaya B s.d. F
III (+++) Mengandung tiga bahaya B s.d. F
IV (++++) Mengandung empat bahaya B s.d. F
V (+++++) Mengandung lima bahaya B s.d. F
VI A+ (katergori khusus) Kategori resiko paling tinggi (semua
makanan yang mengandung bahaya
A, baik dengan/tanpa bahaya B – F
Kesimpulan :
YA (P1)
YA (P1)
YA (P3) CCP
TIDAK (P4)
YA (P6) CCP
2. Pencampuran Bahan
Apakah formulasi/komposisi produk antara/akhir penting untuk
mencegah meningkatnya bahaya?
YA (P4)
YA (P4)
YA (P4)
Ikan tuna -
Bawang merah -
Bawang putih
Cabai merah
Garam -
Lengkuas -
Jahe -
Kunyit -
Daun Kunyit -
Daun Jeruk -
Daun Salam -
Ruku-ruku -
Tomat -
Kemiri -
Asam kandis -
Tahapan Proses
Proses CCP Bukan CCP
Pencampuran semua bahan -
Perebusan -
Pemorsian produk -
Distribusi -
K. HACCP PLAN MATRIKS
Tahapan Jenis Pemantauan Tindakan
CCP Batas Kritis Verifikasi Dokumentasi
Proses Bahaya Apa Bagaimana Frekuensi Siapa koreksi
Penerimaan M - Karakteristik Tidak ada bahan Spesifikasi Pemeriksaan Setiap Panitia Hubungi Lihat form Form
bahan bahan menyimpang bahan sesuai, secara visual penerimaan penerimaan Panitia spesifikasi penerimaan
dari spesifikasi bahan yang penerimaan bahan
diterima dan
F - Kondisi Tidak ada benda Spesifikasi Pemeriksaan putuskan
kemasan asing, kemasan bahan sesuai secara visual apakah
tidak rusak. bahan yang diterima
diterima atau ditolak
Persiapan M Penjamah Hygiene dan Pencucian Melakukan Setiap kali Tenaga Peringatan Penggunaan Dokumentasi
bahan makanan sanitasi pada bahan dengan pemeriksaan persiapan persiapan kepada APD persiapan
bahan bersih secara visual bahan tenaga karyawan
diperhatikan bahan yang penjamah saat
disiapkan persiapan
bahan
Pengolahan M Penjamah Penggunaan Penggunaan Melakukan Setiap hari Tenaga Memeriksa Perhatikan Dokumentasi
bahan bahan dan alat bahan dan alat pemeriksaan pengolah kembali bahan yang pengolahan
untuk mengolah sesuai secara visual bahan yang digunakan
makanan bahan yang digunakan, dalam
diolah pengolahan
bahan
F Tidak ada
kerusakan
Pemasakan/ M Suhu Suhu Suhu masakan Thermometer Setiap kali Tenaga Proses Kalibrasi Log book suhu
perebusan ≥ 120◦ C makanan pengolahan pengolah dihentikan thermomete
bahan sampai r setiap hari
dilakukan
perbaikan
Tahapan Jenis Pemantauan Tindakan Verifikasi Dokumentasi
CCP Batas Kritis
Proses Bahaya Apa Bagaimana Frekuensi Siapa koreksi
Pendistribusi Mikro- Suhu Suhu >800C Suhu makanan Melakukan Setiap kali Tenaga Mempertah Perhatikan Log book suhu
an biologi saat pengecekan setelah pramu-saji ankan suhu suhu
didistribusikan suhu makanan distribusi dengan makanan
sebelum memperhati saat
didistribusikan kan waktu distribusi
dan alat
distribusi
L. Standar Operating Prosedur
Tahapan Jenis Pemantauan Tindakan
CCP Batas Kritis Verifikasi Dokumentasi
Proses Bahaya Apa Bagaimana Frekuensi Siapa koreksi
Penerimaan M - Karakteristik Tidak ada bahan Spesifikasi Pemeriksaan Setiap Panitia Hubungi Lihat form Form
bahan bahan menyimpang bahan sesuai, secara visual penerimaan penerimaan Panitia spesifikasi penerimaan
dari spesifikasi bahan yang penerimaan bahan
diterima dan
F - Kondisi Tidak ada benda Spesifikasi Pemeriksaan putuskan
kemasan asing, kemasan bahan sesuai secara visual apakah
tidak rusak. bahan yang diterima
diterima atau ditolak
Persiapan M Penjamah Hygiene dan Pencucian Melakukan Setiap kali Tenaga Peringatan Penggunaan Dokumentasi
bahan makanan sanitasi pada bahan dengan pemeriksaan persiapan persiapan kepada APD persiapan
bahan bersih secara visual bahan tenaga karyawan
diperhatikan bahan yang penjamah saat
disiapkan persiapan
bahan
Pengolahan M Penjamah Penggunaan Penggunaan Melakukan Setiap hari Tenaga Memeriksa Perhatikan Dokumentasi
bahan bahan dan alat bahan dan alat pemeriksaan pengolah kembali bahan yang pengolahan
untuk mengolah sesuai secara visual bahan yang digunakan
makanan bahan yang digunakan, dalam
diolah pengolahan
bahan
F Tidak ada
kerusakan
Pendistribusi Mikro- Suhu Suhu >800C Suhu makanan Melakukan Setiap kali Tenaga Mempertah Perhatikan Log book suhu
an biologi saat pengecekan setelah pramu-saji ankan suhu suhu
didistribusikan suhu makanan distribusi dengan makanan
sebelum memperhati saat
didistribusikan kan waktu distribusi
dan alat
distribusi
M. Hasil Pemantauan
Institusi/Rumah Sakit : RSUD Sawahlunto
Nama produk : Asam padeh ikan
Tanggal Produksi : 22 Februari 2021
Tim HACCP : Ulfatmi Okzala
4 Pencampuran semua Petugas menggunakan Petugas tidak menggunakan Meningkatkan Ada risiko bahaya
bahan APD lengkap dan APD lengkap dan tidak kesadaran petugas
mencuci tangan mencuci tangan sebelum saat berada diruang
sebelum dan sesudah dan sesudah pekerjaan terbatas/pengolahan
pekerjaan dan adonan
dilanjutkan keproses
selanjutnya
5 Pemorsian asam padeh Menggunakan Alat yang digunakan bersih. Meningkatkan Ada risiko bahaya
ikan paralatan yang bersih kesadaran petugas
saat berada diruang
Asam padeh ikan asam padeh ikan bersih, terbatas/pengolahan
diporsikan dalam tidak berubah warna,rasa,
keadaan bersih dan bentuk dan bau, dalam
aman dikonsumsi keadaan panas
6 Pendistribusian Menggunakan trolley Trolley yang digunakan Tidak perlu tindakan Tidak ada risiko bahaya
makanan tertutup dan bersih dalam keadaan tidak koreksi
tertutup namun wadah
makanan tertutup dengan
Makanan yang akan wrapping dan bersih
disajikan dalam
keadaan bersih dan asam padeh ikan, tidak
aman dikonsumsi berubah warna,rasa, bentuk
dan bau, didistribusikan
dalam waktu < 4 jam
BAB V
PEMBAHASAN PENGAMATAN
Proses penerimaan bahan makanan asam padeh ikan dilakukan pada sehari
sebelumnya. Penerimaan dan penjemputan bahan makanan dilakukan hari kemarin dari
jam 13.00 siang s/d selesai. Bahan-bahan lainnya seperti garam, bawang merah, bawang
putih, sudah ada digudang BMK. Proses penerimaan bahan makanan ini dilakukan oleh
satu orang rekanan dipasar dan satu orang panitia penerimaan bahan makanan. Semua
bahan makanan sudah diperiksa sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan
dapat diterima oleh pihak panitia penerimaan bahan makanan. Semua proses
penerimaan bahan makanan sudah dilakukan sesuai dengan SOP yang ditetapkan, yaitu
dimulai dari pemeriksaan bahan makanan yang disesuaikan dengan spesifikasi di surat
pemesanan, penimbangan, dan pendistribusian bahan ke bagian persiapan dan
pengolahan.
Persiapan bahan makanan asam padeh ikan ini dilakukan pada hari minggu dan
senin. Persiapan bahan makanan yang dilakukan pada hari minggu yaitu persiapan
bumbu. Persiapan bahan makanan yang dilakukan pada hari senin adalah ikan.
Persiapan bahan makanan ini dilakukan di tempat berbeda sesuai dengan jenis bahan
makanannya yaitu dibagian bumbu, dan hewani. Bahan makanan yang disiapkan untuk
asam padeh ikan adalah 20 porsi,
Persiapan bahan makanan bumbu dilakukan pada hari minggu diruang persiapan
bumbu disimpan di refrigerator/kulkas. Bahan makanan ikan dipotong-potong kotak
memanjang pada pagi harinya diruang persiapan. Bumbu-bumbu yang digunakan untuk
membuat asam padeh ikan adalah bawang merah, bawang putih, laos, jahe, kunyit,
cabai merah, daun jeruk, daun salam, daun kunyit, ruku-ruku dan garam.
Persiapan bahan makanan ikan dilakukan pada hari senin pagi sekitar jam 09.00
Semua proses persiapan bahan makanan sudah dilakukan sesuai dengan SOP yang
ditetapkan, yaitu mulai dari penerimaan bahan makanan dari rekanan dan BMS,
persiapan yang dilakukan diruang persiapan, penyimpanan bahan makanan di Chiller
dan kulkas, dan pendistribusian makanan dari ruang persiapan ke dapur utama
pengolahan. Hygiene dan sanitasi pada persiapan bahan makanan belum baik, belum
memakai APD lengkap.
Proses pengolahan asam padeh ikan dilakukan pada hari senin di dapur
pengolahan makanan. asam padeh ikan merupakan menu makanan biasa non diit pada
siklus menu hari ke 1. Proses pengolahan asam padeh ikan ini merupakan tahap yang
ditetapkan sebagai CCP. Proses pengolahan asam padeh ikan ini merupakan tahap yang
ditetapkan sebagai CCP dimulai perebusan bumbu halus. Selanjutnya air dan bumbu
dididihkan, lalu dimasukkan ikan yang telah dipotong dan dicuci bersih. Proses
pembuatan asam padeh ikan selanjutnya adalah pemorsian. Berdasarkan hasil
pengamatan waktu pemorsian 15-20 menit.
Berdasarkan hasil pengamatan sanitasi ruangan dan peralatan cukup baik, dilihat
dari kebersihan ruangan, serta persiapan, pencucian sudah sesuai yang ditetapkan dalam
SOP namun untuk perawatan alat belum sesuai. Hygiene pekerjaan belum baik,seperti
tidak cuci tangan sebelum memulai pemasakan. Penggunaan APD pada umumnya
belum sesuai dengan yang ditetapkan seperti penggunaan masker, tutup kepala, dan
sarung tangan tapi sudah menggunakan celemek/baju khsusus pengolah.
D. Distribusi Makanan
E. Penyajian Makanan
Proses penyajian yang dilakukan di dapur ruangan untuk didistribusikan ke pasien
juga sudah dilakukan sesui dengan SOP yang ditentukan. Hygiene dan sanitasi pada
penyajian makanan belum baik, tapi ada beberapa para pekerja di dapur utama dan
ruangan sudah menggunakan yang masih kurang menggunakan handscoon dan masker.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada proses pembuatan menu asam padeh ikan di Instalasi Gizi RSUD
Sawahlunto terdapat beberapa bahaya yang mungkin terjadi di beberapa tahapan
proses produksinya, yaitu :
1) Bahaya yang ditemukan saat melakukan pengamatan mulai dari tahap
penerimaan bahan makanan hingga pendistribusian yaitu bahaya mikrobiologi
dari Hygiene dan sanitasi ditemukannya beberapa tenaga pengolah
menggunakan masker tapi tidak menutupi hidung dan tidak memakai handscoon
pada saat pengolahan dan pendistribusian. Penyelesaian yang dilakukan adalah
memberikan teguran kepada tenaga pengolah untuk lebih memperhatikan hygine
dan sanitasi saat pengolahan.
2) Pengendalian CCP yang dilakukan diantaranya: pada saat penerimaan bahan
makanan dilakukan pengecekan sesuai dengan spesifikasi bahan makanan, pada
penyimpanan bahan makanan dipantaunya suhu tempat penyimpanan agar bahan
makananan tidak rusak, pada proses persiapan bahan makanan dicuci dengan air
mengalir dan pada setelah makanan selesai diolah disimpan dalam wadah
stainless steel yang disertai dengan kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD)
tenaga penjamah.
3) Batas-batas kritis pada pembuatan asam padeh ikan yaitu pada penerimaan
bahan dan bumbu, pencucian bahan, pengolahan makanan, pemorsian dan
pendistribusian.
4) Prosedur pemantauan yang dilakukan yaitu melakukan pemeriksaan catatan
pembelian dan penerimaan barang, mengamati suhu dan waktu pemasakan,
mencatat lamanya waktu simpan, serta mengamati ada tidaknya serangga/lalat.
Kemudian di Instalasi gizi RSUD Sawahlunto juga memiliki beberapa orang
yang bertugas dibagian kebersihan setiap ruangan mulai dari penerimaan hingga
pendistribusian makanan.
5) Tindakan koreksi merupakan tindakan yang dilakukan bila tidak terpenuhinya
batas kritis, misalnya jika ada bahan yang tidak sesuai dengan spesifikasi maka
dilakukan pengembalian barang.
B. Saran
1) Megadakan penyuluhan tentang kelengkapan dan hygiene sanitasi kepada tenaga
penjamah setiap 2-3x dalam setahun
2) Sebaiknya pengawasan hygiene sanitasi terhadap tenaga pengolah dan peralatan
lebih ditingkatkan, terutama dalam penggunaan APD supaya dapat
meningkatkan kualitas makanan yang baik
DAFTAR PUSTAKA
1. Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakarta. EGC.
2. Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1998. Standar Nasional Indonesia-SNI 01-
4852-1998. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP)
Serta Pedoman Penerapannya. Jakarta.
3. Dewanti, Ratih. 2013. HACCP ( Hazard Analysis Critical Control Point )
Pendekatan Sistematik Pengendalian Keamanan Pangan. PT. Dian Rakyat.
Jakarta.
4. Haryadi.2001. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis
(HACCP).Makalah Training HACCP. Bogor.
5. Mortimore, Sara dan Carol Wallace. 2004. HACCP :Sekilas Pandang. EGC:
Jakarta.
6. Nurliana. Tinjauan Terhadap Peran HACCP ( Hazard Analysis Critical
ControlPoint ) dalam Mengendalikan Bahaya Kimia pada Makanan. 2004.
7. Seto. S. 2001. Pangan dan Gizi.Bogor : Institut Pertanian Bogor.
8. Sudarmaji.2005. Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. Vol. 1 No. 2 Januari 2005.
9. Tarwotjo, C.S. 1998. Dasar-dasar Gizi Kuliner.Grasindo. Jakarta.
10. Wibowo. 2013. Manajemen Kerja. Jakarta : Rajawali Press.
Zulfana, Iffa et al. 2008. Hazard Analysis Critical Control Point Pada
Pengelolaan Makanan Pasien Rawat Inap. Jakarta.