UMUM
1
ditetapkan berkala melalui survei penduduk. Disamping itu, AKG disusun pula untuk
kondisi khusus yaitu bagi ibu hamil dan menyusui.
Tabel AKG (LAMPIRAN 1)
AKG digunakan sebagai standar untuk mencapai status gizi optimal bagi penduduk dalam
hal penyediaan pangan secara nasional dan regional serta penilaian kecukupan gizi
penduduk golongan masyarakat tertentu yang diperoleh dari konsumsi makanannya.
AKG berbeda dengan angka kebutuhan gizi (Dietary Requirements). Angka kebutuhan
gizi adalah banyaknya zat gizi yang dibutuhkan seseorang (individu) untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi adekuat, sedangkan AKG (Angka Kecukupan Gizi) adalah
kecukupan zat gizi untuk rata-rata penduduk.
Selain kebutuhan gizi menurut umur, gender,aktivitas fisik, dan kondisi khusus, dalam
keadaan sakit, penetapkan kebutuhan gizi harus memperhatikan perubahan kebutuhan
karena infeksi, gangguan metabolik, penyakit kronis, dan kondisi abnormal lainnya.
Dalam hal ini perlu dilakukan perhitungan kebutuhan gizi secara khusus dan penerapannya
dalam bentuk modifikasi diet atau diet khusus.
2
a. Daftar Bahan Makanan Penukar I
Daftar Bahan Makanan Penukar 1 membagi makanan dalam 8 golongan, yaitu;
I. Bahan makanan sumber karbohidrat
II. Bahan makanan sumber protein hewani
III. Bahan makanan sumber protein nabati
IV. Sayuran
V. Buah-buahan
VI. Susu
VII. Minyak
VIII. Gula
Tiap golongan makanan disusun menurut jumlah zat gizinya yang setara atau ekivalen
dengan energy, karbohidrat, lemak, dan protein (dinamakan satuan penukar). Bahan makanan
dalam jumlah tersebut dapat saling ditukar.
Rincian bahan makanan tiap golongan bahan makanan penukar dalam jumlah yang
bernilai gizi sama dan dapat saling menukar dapat dilihat pada lampiran 2.3.
3
c. Cara Menentukan Kebutuhan Gizi dalam Keadaan Sehat
Penentuan kebutuhan gizi seseorang dalam keadaan sehat dilakukan berdasarkan umur,
gender, aktifitas fisik, serta kondisi khusus yaitu ibu hamil dan menyusui.
a. Energi
Komponen utama yang menentukan kebutuhan energy adalah angka metabolisme basal
(AMB) atau basal metabolisme rate (BMR) dan aktifitas fisik. Komponen lain adalan
pengaruh termis makanan atau specific dynamic action offood (SDA). Karena jumlah nya
relative kecil, SDA dapat diabaikan.
3) Cara FAO/WHO/UNU
Cara ini memperhatikan umur, gender, dan berat badan
Tabel Rumus FAO/WHO/UNU
4
Sumber FAO/WHO/UNU
Kelompok Umur AMB (kkal/hari) *)
Laki-laki Perempuan
0-3 60,9 B*)-54 61,0 B-5I
3-10 22,7 B + 495 22,5 B +499
10-18 17,5 B + 651 12,2 B+746
18-30 15,3 B + 679 14,7 B + 496
30-60 11,6 B +879 8,7 B + 829
> 60 13,5 B +487 10,5 B + 596
berat badan
Aktivitas Gender
Laki-laki Perempuan
Sangat ringan *) 1,30 1,30
Ringan **) 1,65 1,55
Sedang **) 1,76 1,70
Berat **) 2,10 2,00
Sumber
*) Mahan, L.K dan M.T. Arlin, 2000, Krause’s food, nutrion & diet therapy
**) Muhilal, fasli jalal dan hardinsyah,1998, angka kecukupan gizi yang dianjurkan.
Widya Karya Pangan dan Gizi VI.
Contoh cara menaksir kebutuhan energi untuk seorang perempuan berumur 30 tahun dengan berat
badan 52 kg dan tinggi badan 158 cm dengan aktifitas ringan dengan menggunakan 4 cara adalah
sebagai berikut :
1) Kebutuhan energy untuk AMB
a. Harris Benedict
= 655 + (9,6 X BB) + (1,8 x TB) - (4,7 x U)
= 655 + (9,6 X 52) + (1,8 x 158) - (4,7 x 30)
= 1297,6 kkal (1298 kkal)
5
b. Rumus Cepat 1
. = 0,95 kkal x kg BB x 24 jam
= 0,95 kkal x 52 x 24
= 1185,8 kkal (dibulatkan 1186 kkal)
c. Rumus Cepat 2
= 25 kkal x kgBB
= 25 x 52
= 1300 kkal
d. Rumus FAO/WHO/UNU
= 14,7 B +496
= 14,7x52 + 496 kkal
= 1260,4 kkal (dibulatkan 1260 kkal)
Kebutuhan AMB menurut keempat cara di atas tidak menunjukkan perbedaan yang
berarti. Oleh sebab itu, cara menghitung AMB dengan rumus cepat 1 dan 2 yang lebih
praktis, dapat diterapkan dilapangan.
Berat badan ideal tergantung pada besar kerangka dan komposisi tubuh, yaitu otot dan lemak.
Seseorang yang mempunyai kerangka badan yang lebih besar atau mempunyai komposisi otot
yang lebih besar mempunyai berat badan ideal yang lebih besar dari pada yang sebaliknya. Oleh
sebab itu, terhadap rumus berat badan di atas diberi kelonggaran ± 10 %.
Contoh Kasus:
Seseorang yang mempunyai tinggi badan 160 cm dengan kerangka badan besar mempunyai berat
badan ideal :
(160-100)-10 % (+10 %) = (54 + 5,4) kg =59,4 kg
6
Bila kerangka badannya kecil, berat badan idealnya adalah :
(160-100)-10 % (- 10 %) = ( 54 -5,4) kg = 48,6 kg
Cara lain menilai berat badan adalah dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT).
IMT = Berat badan (kg)
Tinggi badan (m2)
Penilaian berat badan berdasarkan IMT menggunakan batas ambang seperti dapat dilihat pada
tabel.
Tabel Kategori batas ambang IMT
Bila berat badan dinilai kurang dari berat badan ideal, maka kebutuhan energinya ditambah
sebanyak 500 kkalori, sedangkan bila lebih, dikurangi sebanyak 500 kkalori.
Contoh Kasus :
Seorang laki-laki yang mempunyai berat badan 45 kg dengan tinggi badan 165 cm, mempunyai
IMT : 45/ 1,652 =16,5. Orang ini mengalami kekurangan bera badan tingkat berat. Bila IMT yang
diinginkan adalah 19,0 maka berat badan idealnya adalah 1,65 2 x 19,0 = 51,7 kg atau dibulatkan
menjadi 52 kg.
AMB + aktifitas fisik = 1,56 x 1248 kkal = 1947 kkal
Tambahan untuk menaikkan BB = 500 kkal +
Total kebutuhan energy 2447 kkal
Dibulatkan 2450 kkal
7
245-368 kkal atau 61-92 g protein.
Lemak 10-25 % dari kebutuhan energy total. Bila kebutuhan energy dalam sehari
2450 kkal, energy yang berasal dari lemak hendaknya sebesar 245-613 kkal atau 27-
68 g lemak.
Karbohidrat 60-75 % dari kebutuhan energy total, atau sisa dari kebutuhan energy
yang telah dikurangi dengan energy yang berasal dari protein dan lemak. Bila
kebutuhan energy dalam sehari adalah 2450 kkal, maka energy yang berasal dari
karbohidrat hendaknya sebesar 1470-1838 kkal atau 368-460 g karbohidrat
Tabel 2.6 Kebutuhan energy rata-rata/kgBB orang dewasa dalam keadaan sakit tanpa stres
Kategori dan Berat Badan (kg) Tinggi Badan Enargi Total Energi/kg BB
umur Tahun (cm) (Kkal) (Kkal)
Laki Laki
20-45 62 165 2800 45
46-59 62 165 2500 40
>60 62 165 2200 35
Perempuan
20-45 54 156 2200 40
46-59 54 156 2100 39
>60 54 154 1850 34
8
Contoh Kasus :
Seorang pasien perempuan berobat jalan, berumur 30 tahun, mempunyai tinggi badan 158 cm dan
berat badan 50 kg dengan penyakit gastroenteritis. Berat badannya sudah ideal. Kebutuhan
energinya adalah 50 x 40 kkal/kg BB = 2000 kkal/hari,
2. Menurut person kenaikan kebutuhan diatas Angka Metabolisme Basal (AMB), yaitu
dengan mengalikan AMB dengan factor aktivitas dan factor trauma/stress (lihat tabel 2.7)
Rumus yang digunakan adalah
Kebutuhan energy = AMB x factor aktivitas x factor trauma /stress
Tabel 2.7 Faktor aktivitas dan factor trauma/ stress untuk menetapkan kebutuhan energy
orang sakit
No Aktifitas Faktor No Jenis Trauma/ Stress Faktor
1. Istirahat di tempat 1,2 1. Tidak ada stres, pasien dalam 1,3
tidur keadaan gizi baik
6. 2,1
Contoh Kasus :
Laki-laki berumur 40 tahun dengan tinggi badan 165 cm dan berat badan 50 kg dirawat dengan
demam karena hepatitis (ringan). la harus istirahat di tempat tidur. Perhitungan kebutuhan
9
energinya adalah ; berat badan ideal adalah 53 kg. Faktor aktivitas =1,2. Faktor stree = 1,4 (stress
ringan). Kebutuhan AMB= 1 kkal x 53 kg x 24 jam = 1272 kkal. Kebutuhan
energy total adalah 1,2 x 1,4 x 1272 = 2136 kkal.
b. Protein
Kebutuhan protein normal adalah 10-15 % dari kebutuhan energy total, atau 0,8-1,0 g/kg
BB. Kebutuhan protein minimal untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen adalah
0,4-0,5 g/kgBB. Demam, sepsis, operasi, trauma, dan luka dapat meningkatkan
katabolisme protein, sehingga meningkatkan kebutuhan protein sampai 1,5-2,0 g/kg BB.
Sebagian besar pasien yang dirawat membutuhkan 1,0-1,5 g protein/kg BB.
c. Lemak
Kebutuhan lemak normal adalah 10-25 % dari kebutuhan energy total. Kebutuhan lemak
dalam keadaan sakit bergantung jenis penyakit, yaitu lemak sedang atau lemak rendah. Di
samping itu, pada penyakit tertentu, misalnya dislipidemia, membutuhkan modifikasi
jenis lemak. Lemak sedang dapat dinyatakan sebagai 15-20% dari kebutuhan energy tota
sedangkan lemak rendah < 10 % dari kebutuhan energy total..
Modifikasi jenis lemak dapat dinyatakan sebaga: lemak jenuh < 10 % dari kebutuhan
energy total, lemak tidak jenuh ganda 10 % dari kebutuhan energy total, dan lemak tidak
jenuh tunggal 10-15 % dari kebutuhan energy total.
d. Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat normal adalah 60-75 % dari kebutuhan energy total, atau sisa
energy setelah dikurangi energy yang berasal dari protein dan lemak. Selain jumlah,
kebutuhan karbohidrat dalam keadaan sakit sering dinyatakan dalam bentuk karbohidrat
yang dianjurkan. Misalnya penyakit diabetes mellitus, dislipidemia, dan konstipasi yang
membutuhkan serat tinggi (30-50 g/hari), sedangkan diare membutuhkan serat rendah
(<10 g/hari). Tidak dianjurkan penggunaan gula sederhana untuk penderita diabetes
mellitus dan dislipidemia dengan trigliserida darah tinggi.
e. Mineral dan Vitamin
Kebutuhan mineral dan vitamin dapat diambil dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan. Disamping itu, dipertimbangkan sifat penyakit, simpanan dalam tubuh,
kehilangan melalui urin, kulit atau saluran cema, dan interaksi dengan obat-obatan. Untuk
menjamin kebutuhan, dalam keadaan tertentu, vitamin dan mineral perlu ditambahkan
dalam bentuk suplemen.
f. Cairan
Orang sehat membutuhkan sebanyak 1800-2500 ml atau 7-10 gelas air sehari. Upaya
penyembuhan membutuhkan hidrasi jaringan yang cukup. Tambahan cairan
diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan karena keringat berlebihan, muntah-
muntah, diare, atau keadaan lain yang menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan.
Bila asupan cairan tidak cukup melalui konsumsi makanan dan minuman, perlu
dipertimbangkan pemberian cairan parenteral yang biasanya disertai elektrolit.
10
BAB II
STANDAR MAKANAN UMUM
1. MAKANAN BIASA
a. Gambaran Umum
Makanan biasa sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka ragam, bervariasi
dengan bentuk, tekstur, dan aroma yang normal. Susunan makanan mengacu pada Pola
Menu Seimbang dan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi orang dewasa sehat.
Makanan biasa diberikan kepada pasien yang berdasarkan penyakitnya tidak memerlukan
makanan khusus, makanan diberikan sebaiknya dalam bentuk mudah cema dan tidak
merangsang pada saluran cerna
b. Tujuan Diet
Memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi untuk mencegah dan mengurangi
kerusakan jaringan tubuh
c. Syarat Diet
1) Energi sesuai kebutuhan normal orang dewasa sehat dalam keadaan istirahat
2) Protein 10-15% dari kebutuhan energi total
3) Lemak 10-25% dari kebutuhan energi total
4) Karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi total
5) Cukup mineral, vitamin dan kaya serat
6) Makanan tidak merangsang saluran cerna
7) Makanan sehari-hari beraneka ragam dan bervariasi.
d. Indikasi Pemberian
Makanan Biasa diberikan kepada pasien yang tidak memerlukan diet khusus berhubungan
dengan penyakitnya
11
2. MAKANAN LUNAK
a. Gambaran Umum
Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah dikunyah, ditelan,
dan dicerna dibandingkan Makanan Biasa. Makanan ini mengandung cukup zat - zat gizi,
asalkan pasien mampu mengkonsumsi makanan dalam jumlah cukup.
Menurut keadaan penyakit, makanan lunak dapat diberikan langsung kepada pasien atau
sebagai perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa.
b. Tujuan Diet
Memberikan makanan dalam bentuk lunak dan mudah ditelan dan dicema sesuai
kebutuhan gizi dan keadaan penyakit.
c. Syarat Diet
1) Energi, protein dan zat gizi lain cukup
2) Makanan diberikan dalam bentuk clncang atau lunak, sesuai dengan keadaan penyakit
dan kemampuan makan pasien
3) Makanan diberikan dalam porsi sedang, yaitu 3 kali makan lengkap dan 2 kali selingan
4) Makanan mudah cema, rendah serat, dan tidak mengandung bumbu tajam.
d. Indikasi Pemberian
Makanan Lunak diberikan kepada pasien sasudah operasi tertentu, pasien dengan
penyakit infeksi dengan kenaikan suhu tubuh tidak terlalu tinggi, pasien dengan kesulitan
mengunyah dan menelan, serta perpindahan makanan saring ke makanan biasa
12
dikukus, ditumis, dipanggang, kacangan digoreng, kacang
kacang hijau direbus merah
Sayuran Sayuran tidak banyak serat, Sayuran banyak serat seperti
dimasak seperti daun bayam daun singkong, daun katuk,
daun kangkung, kacang daun melinjo, nangka muda,
panjang muda, buncis muda, keluih, genjer, pare, sayuran
oyong muda dikupas, labu yang menimbulkan gas seperti
siam, labu kuning, labu air, kol, sawi, lobak, sayuran
tomat dan wortel mentah
Buah-buahan Buah segar seperti pisang Buah banyak serat dan
matang, pepaya, jeruk manis, menimbulkan gas seperti
semangka, apel, anggur, pir nenas, nangka masak, dan
durian, buah kering
Bumbu-bumbu Dalam jumlah terbatas, bumbu Cabe dan merica
dapur : garam, gula, pala, kayu
manis, asam, saos tomat,
kecap
Minuman Sirup, teh, jus buah Minuman yang mengandung
alkohol
Selingan Kue, puding Kue terlalu berlemak, terlalu
manis, keripik dan snack
terlalu gurih
b. Tujuan Diet
Memberikan makanan dalarn bentuk semi padat yang jumlahnya mendekati kebutuhan
gizi pasien untuk jngka waktu pendek sebagai proses adaptasi terhadap bentuk makanan
yang lebih padat
c. Syarat Diet
13
1) Diberikan dalam jangka waktu singkat selama 1-3 hari, karena kurang memenuhi
kebutuhan gizi, temtama energi dan vitamin
2) Rendah serat, diberikan dalam bentuk saring atau diblender
3) Diberikan dalam porsi kecil dan sering yaitu 6-8 kali sehari
d. Indikasi Pemberian
Makanan saring diberikan kepada pasien sesudah mengalami operasi tertentu, pada
infeksi akut termasuk infeksi saluran cema, serta kepada pasien dengan kesulitan
mengunyah dan menelan, atau perpindahan dari makanan cair kental ke makanan lunak.
Kama makanan ini kurang serat dan vitamin C, maka sebaiknya dibelikan untuk jangka
waktu pendek yaitu selama 1-3 hari saja.
14
jeruk durian, kedondong dan nenas
Bumbu -bumbu Bumbu yang tidak tajam dalam jumlah Cabe dan merica
terbatas, seperti garam dan kecap
Minuraan Sirup, teh, kopi encer, cokelat dalam Minuman yang mengandung
jumlah terbatas alkohol, minuman yang
mengandung soda seperti air
soda, minuman botol ringan
(coca cola dan fanta)
Selingan Kue, puding Kue terlalu berlemak, terlalu
manis, keripik dan snack
terlalu gurih
4. MAKANAN CAIR
a. Gambaran Umum
Makanan cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga kental. Makanan
ini diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan mengunyah, menelan dan
mencernakan makanan yang disebabkan ooleh menurunnya kesadaran, suhu tinggi, rasa
mual,muntah pasca perdarahan saluran cema, serta pra dan pasca bedah. Makanan dapat
diberikan secara oral atau parenteral.
Menurut konsistensi makanan, makanan cair dibagi atas tiga jenis, yaitu makanan cair
jemih, makanan cair penuh, makanan cair kental
b. Tujuan Diet
Tujuan diet makanan cair jemih adalah untuk:
Memberikan makanan dalam bentuk cair, yang memenuhi kebutuhan cairan
tubuh yang mudah discrap dan hanya sedikit meninggalkan sisa (residu)
Mencegah dehidrasi atau menghilangkan rasa haus
c. Syarat Diet
Syarat - syarat diet makanan cair jemih adalah sebagi berikut :
15
Makanan diberikan dalam bentuk cair jernih yang tembus pandang
Bahan makanan hanya terdiri dari sumber karbohidrat
Tidak merangsang saluran cerna dan mudah diserat
Sangat rendah sisa (residu)
Diberikan hanya 1-2 hari
Porsi kecil dan sering
d. Indikasi Pemberian
Makanan cair jernih diberikan kepada pasien sebelum dan sesudah operasi tertentu,
keadaan mual dan muntah, dan sebagai makanan tahap awal pasca perdarahan saluran
cerna. Nilai gizinya sangat rendah kerena hanya terdiri dari sumber karbohidrat.
b. Tujuan Diet
Tujuan diet makanan cair penuh adalah :
1) Memberikan makanan dalam bentuk cair dan setengah cair yang memenuhi
kebutuhan gizi
2) Meningkatkan kerja saluran cema
c. Syarat Diet
Syarat -syarat diet makanan cair penuh adalah sebagai berikut:
16
1) Tidak merangsang saluran cerna
2) Bila diberikan lebih dari 3 hari harus memenuhi kebutuhan energi dan protein
3) Kandunggan energi minimal 1 kkal/ml. Konsistensi cairan dapat diberikan
bertahap dari 1/2, 3/4, sampai penuh
4) Berdasarkan masalah pasien, dapat diberikan formula rendah atau bebas laktosa,
formula dengan asam lemak rantai sedang (MCT), formula dengan protein yang
berhidrolisa, formula tampa susu,formula dengan serat, dan sebagainya
5) Untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral dapat diberikan ferosulfat,
vitamin B Complek, dan Vit C
6) Sebaiknya Osmolasritas < 400 Mosml.
d. Indikasi Pemberian
Makanan cair penuh diberikan kepada pasien yang mempunyai masalah untuk
mengunyah, menelan, atau mencemakan makanan padat, misalnya pada operasi mulut
atau tenggorokan, dan atau kesadaran menurun. Makanan ini diberikan melalui oral,
pipa, atau enteral
b. Tujuan Diet
Memberikan makanan yang tidak membutuhkan proses mengunyah, mudah ditelan,
dan mencegah terjadinya aspirasi yang memenuhi kebutuhan gizi
c. Syarat Diet
Syarat - syarat diet makanan cair kental adalah sebagi berikut:
1) Mudah ditelan dan tidak merangsang saluran cema
2) Cukup energi dan protein
3) Diberikan bertahap menuju ke makanan lunak
17
4) Porsi diberikan kecil dan sering (tiap 2-3 jam)
d. Indikasi Pemberian
Makanan cair kental diberikan kepada pasien yang tidak mampu mengunyah
dan menelan, serta untuk mencegah aspirasi seperti pada penyakit yang disertai
peradangan, ulkus peptikum, atau gangguan struktrural atau motorik pada rongga
muulut. Makanan ini dapat mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.
BAB III
STANDAR MAKANAN KHUSUS
18
1. Diet Tinggi Kalori Dan Tinggi Protein
a. Gambaran Umum
Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) adalah diet yang mengandung energi dan
protein di atas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa
ditambahkan bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur dan daging atau
dalam bentuk minuman enteral Tinggi Kalori Tinggi Protein. Diet ini diberikan bila
pasien telah mempimyai cukup nafsu makan dan dapat menerima makanan lengkap
b. Tujuan Diet
1) Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh
2) Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal
c. Syarat Diet
1) Energi Tinggi, yaitu 45-40 Kkal/kg BB
2) Protein Tinggi, yaitu 2,0-2,5 g/kg BB
3) Lemak Cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
4) Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total
5) Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal
6) Makanan diberikan dalam bentuk mudah cema
menurut keadaan, pasien dapat diberikan salah satu dari dua macam Diet Tinggi Kalori
Tinggi Protein (TKTP) seperti dibawah ini:
Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein I (TKTP I)
Energi 2400 Protein: 85
Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein II (TKTP II)
Energi 1900 Protein: 75
19
f. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber Nasi ,roti, mie, puding, ubi,
Karbohidrat Karbohidrat sederhana seperti gula
pasir.
Sumber protein Daging sapi, ayam, ikan, telur, Dimasak dengan banyak
susu, bakso minyak atau kelapa/santan
kental
Sumber protein Semua jenis kacang-kacangan dan Dimasak dengan banyak
nabati hasil olahanya seperti tempe, tahu minyak,atau kelapa/santan
kental.
b. Tujuan Diet
20
Tujuan diet energy rendah adalah untuk :
1. Mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai dengan umur, gender, dan
kebutuhan fisik.
2. Mencapai IMT normal yaitu 18,5-25 kg/m2
3. Mengurangi asupan energi, sehingga tercapai penurunan berat badan sebanyak ½-1
kg/minggu. Pastikan bahwa yang berkurang adalah sel lemak dengan mengukur tebal
lemak lipatan kulit dan lingkar pinggang.
c. Syarat Diet
Syarat diet energi rendah adalah :
1. Energi rendah, ditujukan untuk menurunkan berat badan. Pengurangan dilakukan
secara bertahap dengan mempertimbangkan kebiasaan makan dari segi kualitas
maupun kuantitas. Untuk menurunkan berat badan sebanyak 1/2 -1 kg/ minggu,
asupan energi dikurangi sebanyak 500-1000 kkal/hari dari kebutuhan normal.
Perhitungan kebutuhan energy normal dilakukan berdasarkan berat badan ideal.
2. Protein sedikit lebih tinggi, yaitu 1-1,5 g/kgBB/hari atau 15-20 % dari kebutuhan
energi total.
3. Lemak sedang yaitu 20-25 % dari kebutuhan energi total. Usahakan sumber lemak
berasal dari makanan yang mengandung lemak tidak jenuh ganda yang kadamya
tinggi.
4. Karbohidrat sedikit lebih rendah, yaitu 55-65 % dari kebutuhan energi total, Gunakan
lebih banyak siunber karbohidrat kompleks untuk member rasa kenyang dan
mencegah konstipasi. Sebagai alternative, bisa digunakan gula buatan sebagai
pengganti gula sederhana.
5. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan.
6. Dianjurkan untuk 3x makan utama dan 2-3 kali selingan
7. Cairan cukup, yaitu 8-10 gelas/hari.
Diet ini diberikan kepada pasien yang berdasarkan perhitungan mempunyai IMT >
25kg/m2. Sesuai dengan kemampuan pasien, Diet Energi Rendah dapat diberikan secara
bertahap. Untuk itu perlu dilakukan konsultasi secara perorangan. Diet diberikan sampai
tercapai berat badan normal.
21
e. Pembagian Makan Sehari Dan Nilai Gizi
Bahan Makananan Sehari Dan Nilai Gizi terlampir
22
Yang dimaksud dengan garam dalam diet Rendah Garam adalah garam natrium seperti
yang terdapat dalam garam dapur (NaCl), soda kue (NaHC03), baking powder, natrium
benzoate, dan vetsin (monosodium glutamate). Natrium adalah kation utama dalam cairan
ekstraselular tubuh yang mempunyai fungsi menjaga keseimbangan cairan dan asam basa
tubuh, serta berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot. Asupan makanan sehari-
hari umumnya mengandung lebih banyak natrium daripada yang dibutuhkan tubuh.
Dalam keadaan normal, jumlah natrium yang dikeluarkan tubuh melalui urin sama
dengan jumlah yang dikonsumsi, sehingga terdapat keseimbangan.
Makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium yang dibutuhkan, sehingga
tidak ada penetapan kebutuhan natrium sehari-hari. WHO (1990) menganjurkan
pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari (ekivalen dengan 2400 mg
natrium).
Asupan natrium yang berlebihan, terutama dalam bentuk natrium klorida, dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh, sehingga menyebabkan edema atau
asites dan/atau hipertensi. Penyakit-penyakit tertentu seperti sirosis hati, penyakit ginjal
tertentu, dekompensasio kordis, toksemia pada kehamilan dan hipertensi esensial dapat
menyebabkan gejala edema/asites dan/atau hipertensi. Dalam keadaan demikian asupan
natrium dibatasi.
b. Tujuan Diet
Tujuan diet Rendah Garam adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air
dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
c. Syarat Diet
Syarat-syarat Diet Rendah Garam adalah :
1. Cukup energi, protein, mineral dan vitamin
2. Bentuk makanan sesuai keadaan penyakit
3. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air dan/atau
hipertensi.
23
Diet Rendah Garam I diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan/atau hipertensi
berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan
makanan yang tinggi kadar natriumnya,
24
Sayuran Semua sayuran segar, sayuran Sayuran yang dimasak dan
yang diawet tanpa garam dapur diawet dengan garam dapur
dan natrium benzoat dan lain ikatan natrium,
seperti sayuran dalam
kaleng, sawi asin, asinan
dan acar.
Buah-buahan Semua buah-buahan segar, buah Buah-buahan yang diawet
yang diawet tanpa garam dengan garan dapur dan lain
dapur dan natrium ikatan natrium, seprti buah
benzoat dalam kaleng.
Lemak Minyak goreng, margarin, dan Margarine dan mentega
mentega tanpa garam
Minuman Teh dan kopi Minuman ringan
Bumbu Semua bumbu –bumbu kering Garam dapur imtuk diet
yang tidak mengandung garam Rendah Garam I, baking
dapur dan lain ikatan natrium. powder, soda kue, vetsin,
Garam dapur sesuai ketentuan Dan bumbu-bumbu yang
untuk Diet Rendah Garam II dan mengandung garam dapur
III. seperti:kecap,terasi, magi,
tomato ketchup, petis dan
tauco.
25
Pada umumnya, makanan tinggi serat mengandung energi rendah, dengan demikian dapat
membantu menurunkan berat badan. Diet tinggi serat menimbulkan rasa kenyang
sehingga menunda rasa lapar. Saat ini di pasaran terdapat produk serat dalam bentuk
minuman, tetapi penggunaannya tidak dianjurkan. Asupan serat berlebihan dapat
menimbulkan gas yang berlebihan dan diare, serta menganngu penyerapan mineral seperti
magnesium, zat besi, dan kalsium. Makanan tinggi serat alami lebih aman dan
mengandung zat gizi tinggi serta murah. WHO menganjurkan asupan serat 25-30 g/hari.
b. Tujuan Diet
Tujuan diet tinggi serat adalah untuk memberi makanan sesuai kebutuhan gizi yang tinggi
serat sehingga dapat meransang peristaltic usus agar defekasi berjalan normal.
c. Syarat Diet
Syarat-syarat diet tinggi serat adalah :
1) Energi cukup sesuai dengan umur, gender, dan aktivitas.
2) Protein cukup,yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total.
3) Lemak cukup,yaitu 10-25 % dari kebutuhan energi total.
4) Karbohidrat cukup,yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
5) Vitamin dan mineral tinggi, terutama vitamin B untuk memelihara kekuatan otot
saluran cema.
6) Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter untuk membantu memperlancar defekasi. Pemberian
minum sebelum makan akan membantu meransang peristaltic usus.
7) Serat tinggi yaitu 30-50 g/hari terutama serat tidak larut air yang berasal dari beras
tumbuk, beras merah, roti whole wheat, sayuran dan buah.
d. Indikasi Pemberian
Diet tinggi serat diberikan kepada pasien konstipasi kronis dan penyakit divertikulosis.
Lama pemberian diet disesuai kan dengan perkembangan penyakit.
26
pisang, papaya, sirsak, serta buah yang dimakan dengan
kulitnya, seperti apel, anggur, belimbing, pir dan jambu
biji.
b. Tujuan Diet
Tujuan Diet Rendah Sisa adalah untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi yang
sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume feses, tidak dapat
meransang saluran cerna.
c. Syarat Diet
Syarat-syarat Diet Rendah Sisa adalah :
1) Energi cukup sesuai dengan umur, gender, dan aktivitas.
2) Protein cukup, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total.
3) Lemak sedang, yaitu 10-25 % dari kebutuhan energi total.
4) Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
5) Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat maksimal
8g/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi perorangan.
6) Menghindari susu, produk susu, daging berserat kasar (liat) sesuai dengan toleransi
perorangan.
7) Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam, dan
berbumbu tajam.
8) Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tdak terlalu panas dan
dingin.
9) Makanan sering diberikan dalam porsi kecil.
10) Bila diberikan untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus, diet perlu
disertai suplemen vitamin dan mineral, makanan formula, atau makanan parenteral.
27
Diet Rendah Sisa diberikan kepada pasien dengan diare berat, peradangan saluran cerna
akut, diverticulitis akut, obstipasi spastic, penyumbatan sebagian saluran cerna, hemoroid
berat, serta pada pra dan pasca bedah saluran cerna. Diet biasanya rendah dalam beberapa
jenis zat gizi, sehingga hanya diberikan untuk jangka waktu pendek, Bila diperlukan,
disamping diet diberikan suplemen vitamin dan mineral dan atau makanan parenteral.
Kandungan serat maksimal 4 gram. Diet ini rendah energy dan sebagian besar zat gizi.
Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber Karbohidrat Bubur disaring, roti bakar, Beras ketan, beras tumbuk roti
kentang dipure, macaroni, mie, whole wheat, jagung, ubi,
bihun direbus, biscuit, krakers, singkong, talas, tarcis,
tepung-tepungan dibubur atau Dodol dan tepung- tepungan
dibuat pudding yang dibuat kue manis
Sumber protein hewani Daging empuk, hati, ayam, ikan Daging berserat kasar (liat),
digiling halus, telur direbus, di ikan dan ayam di awet, di
tim, di ceplok air, dicampur goreng kering, telur diceplok,
dalam makanan udang dan kerang, susu dan
dan minuman produk
susu
Sumber protein nabati Tahu, tempe di tim, direbus, Kacang-kacangan seperti
susu kedelai kacang tanah, kacang merah,
kacang hijau, kacang kedelai
dan kacang
tolo, tempe dan oncom
Sayuran Sari sayuran Sayuran dalam keadaan
utuh
Buah-buahan Sari buah Buah dalam keadaan utuh
Lemak Margarine, mentega, dan minyak Minyak untuk menggoreng,
dalam jumlah terbatas lemak hewani, kelapa dan
untuk menumis, mengoles santan
dan setup
28
Minuman Kopi, teh encer dan sirup Kopi dan teh kental, minuman
yang mengandung soda
dan alkohol
Bumbu Garam, vetsin, gula Bawang, cabe, jahe, merica,
ketumbar, cuka dan
bumbu lain yang tajam
29
muda, bayam, labu siam, papaya, daun dan buah
tomat masak, wortel melinjo, oyong, pare serta
direbus, dikukus, ditumis semua sayuran yang
dimakan mentah
Buah-buahan Semua sari buah, buah Buah-buahan yang dimakan
segar yang matang (tanpa dengan kulit seperti apel,
kulit dan biji) dan tidak jambu biji dan pir serta
banyak menimbulkan gas jeruk yang dimakan dengan
seperti kulit ari buah yang
papaya, pisang, jeruk, menimbulkan
avokad, nenas gas seperti durian dan
nangka
Lemak Margarine, mentega, dan Minyak untuk menggoreng,
minyak dalam jumlah lemak hewani, kelapa dan
terbatas untuk menumis, santan
mengoles dan setup
Minuman Kopi, teh encer dan sirup Kopi dan teh kental,
minuman yang mengandung
soda dan alkohol
Bumbu Garam, vetsin, gula, cuka, Cabe dan merica
salam, laos, kunyit, kunci
dalam jumlah terbatas
30
Setelah pembedahan sering terjadi peningkatan eksresi nitrogen dan Natrium yang dapat
berlangsung selama 5-7 hari atau lebih pasca bedah. Peningkatan eksresi kalsium terjadi
setelah operasi besar, taruma kerangka tubuh, atau setelah lama tidak bergerak
(imobilisasi). Demam meningkatkan kebutuhan energi, sedangkan luka dan perdarahan
meningkatkan kebutuhan protein, zat besi dan vitamin C. Cairan yang hilang perlu
diganti.
2) Tujuan Diet
Tujuan diet pra bedah adalah untuk mengusahakan agar status gizi pasien dalam
keadaan optimal pada saat pembedah, sehingga tersedia cadangan untuk
mengatasi stres dan penyembuhan luka.
31
3) Syarat Diet
Syarat - syarat diet pra bedah adalah:
1) Energi
Bagi Pasien dengan status gizi kurang diberikan sebanyak 40-45 kkal/kgBB.
Bagi pasien dengan status gizi lebih diberikan sebanyak 10-25% di bawah
kebutuhan energi normal
Bagi pasien dengasn status gizi baik diberikan sesuai dengan kebutuhan
energi normal ditambah faktor stres sebesar 15% dari AMB (Angka
Metabolisme Basal)
Bagi pasien dengan penyakit tertentu energi diberikan sesuai dengan
penyakitnya
2) Protein
Bagi pasien dengan status gizi kurang, anemia, albumin rendah (< 2,5 mg/dl)
diberikan protein tinggi 1,5 - 2,0 g/kg BB.
Bagi pasien dengan status gizi baik atau kegemukan diberikan protein normal
0,8 -1 g/kg BB
Bagi pasien dengan penyakit tertentu diberikan sesuai penyakitnya.
3) Lemak cukup, yaitu 15-25% dari kebutuhan energi total. Bagi pasien dengan
penyakit tertentu diberikan sesuai dengan penyakitnya.
4) Karbohidrat cukup, sebagai sisa dari kebutuhan energi total untuk
menghindari hiper metabolisme. Bagi pasien dengan penyakit tertentu,
karbohidrat diberikan sesuai dengan penyakitnya.
5) Vitamin cukup, terutama vit B, C, dan K. Bila perlu ditambahkan dalam
bentuk suplemen
6) Mineral cukup. Bila perlu tambahkan dalam bentuk suplemen
7) Rendah sisa agar mudah dilakukan pembersihan saluran cerna atau klisna,
sehingga tidak menggangu proses pembedahan (tidak buang air besar atau
kecil di meja operasi)
32
2. Prabedah Berencana atu Elektif
a. Prabedah minor atau kecil elektif, seperti tonsilektomi tidak membutuhkan diet
khusus. Pasien dipuasakan 4-5 jam sebelum pembedahan. Sedangkan pada pasien
yang akan mengalami apendiktomi, herniatomi, hemoroidektomi, dan sebagainya
diberikan diet rendah sisa sehari sebelumnya
b. Prabedah mayor atau besar elektif seperti
Pra bedah besar saluran cema diberikan diet rendah sisa selama 4-5 hari, dengan
tahapan:
a) Hari Ke-4 sebelum pembedahan diberikan makanan lunak
b) Hari Ke-3 sebelum pembedahan diberikan makanan saring
c) Hari ke-2 dan 1 hari sebelum pembedahan diberi formula Enteral rendah sisa
Prabedah besar diluar saluran cerna diberikan Formula Enteral Rendah Sisa
selama 2-3 hari. Pemberian makanan terakhir pada prabedah besar dilakukan 12-
18 jam sebelum pembedahan sedangkan minum terakhir 8 jam sebelumnya.
33
2. Tujuan
Tujuan diet pasca Bedah adalah mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali
normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tubuh pasien,
dengan cara sebagai berikut:
1. Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)
2. Mengganti kehilangan Protein, glikogen, zat besi, dan zat lain.
3. Memperbaiki ketidak seimbangan elektrolit dan cairan
3. Syarat Diet
Syarat diet Pasca Bedah adalah memberikan makanan secara bertahap mulai dari bentuk
cair, saring, lunak dan biasa. Pemberian makanan bertahap ke tahap tergantung pada
macam pembedahan dan keadaan pasien seperti:
1. Pasca bedah kecil
Makanan diusahakan secepat kembali seperti biasa atau normal
2. Pasca bedah besar
Makanan diberikan secara berhati-hati disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk
menerimanya.
34
Diet Pasca Bedah I (DPB I)/Makanan Cair Jernih
35
Diet Pasca Bedah III (DPB III)
36
Diet Lewat Pipa Lambung (DLPL) atau Diet Naso Gastric Tube (DNGT)
Nilai Gizi
Energi 484 kkal Besi 0,5 mg
Protein 20 g Vitamin A 1256 RE
Lemak 24 g Tiamin 0,2 mg
Karbohidrat 48 g Vitamin C 4,8 mg
Kalsium 723 mg
37
Luka bakar dapat disebabkan oleh ledakan, aliran listrik, api, zat kimia, uap
panas, minyak panas, matahari, dan sebagainya.
Penilaian luka bakar yang memerlukan perawatan dan pengobatan adalah sebagai
berikut :
a. Luka bakar derajat II dengan luas luka bakar > 15%
b. Luka bakar derajat III dengan luas luka bakar > 20%
c. Luka bakar pada daerah genital dan anus
d. Luka bakar yang disertai trauma berat terutama pada jalan napas, tulang, dan
alat tubuh dalam rongga perut
b. Tujuan Diet
38
Tujuan Diet Luka Bakar adalah untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah
terjadinya gangguan metabolik serta mempertahankan status gizi secara optimal
selama proses penyembuhan, dengan cara:
1. Mengusahakan dan mempercepat penyembuhan jaringan yang rusak
2. Mencegah terjadinya keseimbangan nitrogen yang negatif
3. Memperkecil terjadinya hiperglikemik dan hipergliseridemia
4. Mencegah terjadinya gejala-gejala kekurangan zat gizi makro
c. Syarat Diet
Syarat -syarat Diet Luka Bakar adalah:
1. Memberikan makanan dalam bentuk cair sedini mungkin atau nutrisi enteral
dini (NED)
2. Kebutuhan energi dihitung dengan pertlmbangan kedalaman dan luas luka
bakar yaitu:
a. Menurut Currei : 25 kkal/kg BB aktual + 40 Kkal x % luka bakar
b. Menurut Asosiasi Dietetik Astralia berdasarkan % luka bakar
3. Protein tinggi, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total
4. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total. Pemberian lemak
tinggi menyebabkan penundaan respons kekebalan, sehingga pasien lebih
mudah terkena infeksi
5. Karbohidrat sedang yaitu 50-60% dari keseluruhan energi total. Bila pasien
mengalami trauma jalan napas (trauma inhalasi), karbohidrat diberikan 45-
55% dari kebutuhan energi total
6. Vitamin diberikan diatas Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan,
untuk membantu mempercepat penyembuhan. Vitamin umumnya
ditambahkan dalam bentuk suplemen. Kebutuhan beberapa jenis vitamin
adalah sebagai berikut :
a. Vitamin A minimal 2 x AKG
b. Vitamin B minimal 2 x AKG
c. Vitamin C minimal 2 X AKG
d. Vitamin E 200 SI
7. Mineral Tinggi, terutama zat besi, seng. Natrium, kalium, kalsium, fosfor,
dan magnesium. Sebagian mineral diberikan dalam bentuk suplemen
8. Cairan tinggi. Akibat luka bakar terjadi kehilangan cairan dan elektrolit
secara intensif. Pada 48 jam pertama, pemberian cairan ditujukan untuk
mengganti cairan yang hilang agar tidak terjadi shock.
39
Diet luka Bakar I diberikan pada pasien luka bakar berupa cairan Air Gula
Garam Soda (AGGS) dan makanan cair penuh dengan pengaturan sebagai
berikut:
a. 0-8 jam pertama sampai residu lambung kosong, diberi AGGS dan
makanan cair penuh V2 kkal/ml, dengan cair drip dengan kecepatan
50ml/jam.
b. 8-16 jam kemudian, jumlah energi per mililiter ditingkatkan menjadi 1
kkal/ml dengan kecepatan yang sama
c. 16-24 jam kemudian, apabila tidak kembung dan muntah, energi
ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml dengan kecepatan 50-75 ml/menit. Diatas
24 jam bila tidak ada keluhan, kecepatan pemberian makanan dinaikan
sampai dengan 100 ml/menit
d. Apabila ada kelulian kembung dan mual, AGGS dan makanan cair penuh
diberikan dalam keadaan dingin. Apabila muntah, pemberian makanan
dihentikan selama 2 jam.
Komposisi AGGS adalah:
Air 200 ml
Gula/sirup 25 g/ 30 ml
Garam dapur 2 g/ 2 bks
Soda kue 1 g/1 bks
40
e. Bahan Makanan sehari dan Nilai Gizi
a. Bentuk Cair
Dapat dilihat pada Makanan Cair Penuh
b. Bentuk Saring
Dapat dilihat pada makanan saring, makanan ini ditambah makanan
cair sebagai berikut:
Pukul 10.00 ; Makanan Cair Penuh 200 ml
Pukul 15.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
Pukul 21.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
c. Bentuk Lunak
Dapat dilihat pada diet makanan lunak. Makanan ini ditambah
dengan makanan sebagai berikut
Pukul 10.00 : 1 butir telur ayam rebus
Pukul 15.00 : 1 butir telur ayam rebus
d. Bentuk Biasa
Dapat dilihat pada diet Tinggi Kalori T inggi Protein
41
Gangguan pencernaan dan absorpsi dapat terjadi pada proses menelan,
mengosongkan lambung, absorpsi zat-zat gizi dan proses buang air besar
(defekasi). Gangguan ini antara lain terjadi karena infeksi atau peradangan,
gangguan motilitas, perdarahan atau hematemesis melena, kondisi saluran cerna
pasca bedah, dan tumor atau kanker.
Penyakit saluran cerna yang terjadi antara lain stenosis esofagus, gastritis akut
atau kronik, hematemesis-melena, ulkus peptikum, Gastroesophageal Reflux
Disease (GERD), Sindroma Dumping, Divertikulosis, Inflammatory Bowel
Disease (IBD), Hemoroid, Diare, dan Konstipasi.
Manifestasi yang terjadi pada pasien dapat berupa disfagia, dispepsia, diare,
konstipasi, hematemesis, melena, dan hematokesia.
Menurut lokasinya, penyakit saluran cerna dibagi dalam dua kelompok, yaitu
penyakit saluran cerna atas dan penyakit saluran cerna bawah.
1. Diet Penyakit Saluran Cerna Atas
Diet Disfagia
a. Gambaran Umum
Disfagia adalah kesulitan menelan karena adanya gangguan aliran
makanan pada saluran cerna. Hal ini dapat terjadi karena kelainan
sistem saraf menelan, pascastroke, dan adanya massa atau tumor
yang menutupi saluran cerna.
Pasien memerlukan penanganan khusus tentang cara pemberian
maupun bentuk makanannya.
b. Tujuan Diet
1. Menurunkan risiko aspirasi akibat masuknya makanan ke dalam
saluran pemapasan
2. Mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan
c. Syarat Diet
1. Cukup energi, protein, dan zat gizi lainnya.
2. Mudah dicerna, porsi makanan kecil, dan sering diberikan.
3. Cukup cairan
4. Begia untuk makanan bergantung pada kemampuan menelan.
Diberikan secara bertahap, dimulai dari makanan cair penuh atau
cair kental, makanan saring, kemudian makanan lunak.
5. Makanan cair jemih tidak diberikan karena sering menyebabkan
terdesak atau aspirasi
42
6. Cara pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa
(selang) atau sonde.
Diet Pasca-Hematemesis-Melena
a. Gambaran Umum
Hematemesis-melena adalah keadaan muntah dan buang air besar
berupa darah akibat luka atau kerusakan pada saluran cerna.
b. Tujuan Diet
1. Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat
pada saluran cerna, mengurangi risiko perdarahan ulang, dan
mencegah aspirasi.
2. Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin.
c. Syarat Diet
1. Tidak merangsang saluran cerna
2. Tidak meninggalkan sisa
3. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama
24-48 jam untuk memberi istirahat pada lambung
4. Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum
sudah tidak ada.
43
e. Cara Memesan Diet
Makanan Cair Jemih (MCJ)
b. Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makanan
dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta
mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan.
c. Syarat Diet
1. Mudah cerna, porsi kecil dan sering diberikan
2. Energi dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk
menerimanya.
3. Lemak rendah, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang
ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan
4. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan
secara bertahap
5. Cairan cukup, terutama jika ada muntah
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik
secara termis, mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya
terima perorangan)
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya
tidak dianjurkan minum susu terlalu banyak.
8. Makan secara perlahan dilingkungan yang tenang.
9. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama
24-48 jam untuk member! istirahat pada lambung.
44
d. Macam Diet dan Indikasi Pemberian
Diet lambung diberikan kepada pasien dengan Gastritis, Ulkus
Peptikum, Tifus Abdominalis, dan pasca-bedah saluran cema atas.
1. Diet Lambung I
Diet lambung I diberikan kepada pasien Gastritis Akut, Ulkus
Peptikum, Pasca Pendarahan, dan Tifus Abdominalis berat.
Makanan diberikan dalam bentuk saring dan merupakan
perpindahan dari bentuk dari diet pasca hematemesis-melena,
atau setelah fase akut teratasi. Makanan diberikan setiap 3 jam
selama 1-2 hari karena kurang energi, zat besi, tiamin, dan
vitamin C.
2. Diet Lambung II
Diet Lambung II diberikan sebagai perpindahan dari Diet
Lambung I, kepada pasien dengan Ulkus Peptikum atau Gastritis
Kronis dan Tifus Abdominalis ringan. Makanan berbentuk lunak,
porsi kecil serta diberikan berupa 3 kali makanan lengkap dan 2-
3 kali makanan selingan. Makanan ini cukup energi, protein,
vitamin C, tetapi kurang tiamin.
45
Sumber protein Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam Daging, ikan, ayam yang
hewani direbus, disemur, ditim, dipanggang, dikaleng, dikeringkan, diasap,
telur ayam direbus, ditim, diberi bumbu-bumbu tajam,
didadar, diceplok air, dan dicampur daging babi, telur goreng.
dalam makanan seperti susu
Sumber protein nabati Tahu, tempe direbus, ditim, ditumis, Tahu, tempe digoreng, kacang
kacang hijau direbus tanah, kacang merah.
Sayuran Sayuran yang tidak banyak Sayuran yang dikeringkan
serat dan tidak menimbulkan gas
seperti; bayam, buncis, kacang
panjang, labu siam, wortel, tomat,
direbus, ditumis, dan disetup
Buah-buahan Pepaya, pisang, sawo, jeruk manis, sari Buah yang tinggi serat dan
buah, buah dalam kaleng atau dapat menimbulkan gas
seperti jambu biji, nenas,
kedondong, durian, nangka,
dan buah yang dikeringkan
Lemak Margarin, minyak, santan encer Lemak hewan, santan kental
Minuman Sirup, teh encer Kopi, teh kental, minuman
yang mengandung soda dan
alkohol, ice Cream.
Bumbu Garam, gula, vetsin, dalam jumlah Lombok, merica, cuka,
terbatas, jahe, kunyit, kencur, laos, dan bumbu lainnya yang
salam, sereh, tajam.
terasi, dan sebagainya
46
c. Syarat Diet
1. Pada fase akut dipuasakan dan diberi makanan secara parenteral saja.
2. Bila fase akut teratasi, pasien diberi makanan secara bertahap, mulai dari bentuk
cair (per oral maupun enteral), kemudian meningkat menjadi diet serat rendah
3. Bila gejala hilang dapat diberi makanan biasa
4. Kebutuhan energi, yaitu;
a. Energi tinggi dan protein tinggi
b. Suplemen vitamin dan mineral antara Vitamin A, C, D, asam folat, vitamin
B12, kalsium, z.at besi, magnesium dan seng.
5. Makanan enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asam lemak rantai
sedang dapat diberikan karena sering terjadi intoleransi laktosa, dan malabsorpsi
lemak.
6. Cukup cairan dan elektrolit
7. Menghindari makanan yang menimbulkan gas
8. Sisa rendah dan secara bertahap kembali ke makanan biasa
47
Syarat Diet
1. Kebutuhan energi dan zat-zat gizi normal
2. Cairan tinggi yaitu 2-2,5 liter sehari
3. Serat tinggi
Syarat Diet
1. Mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai dengan batasan diet yang
ditetapkan.
2. Bila ada pendarahan, dimulai dengan Makanan Cair Jenuh.
3. Makanan diberikan secara bertahap, mulai dari diet sisa rendah I ke diat sisa rendah II
dengan konsistensi yang sesuai
4. Hindari makanan yang banyak mengandung biji-biji kecil, seperti tomat, jambu biji dan
strowberi, yang dapat menumpuk pada divertikular.
5. Bila perlu diberikan makanan enteral rendah atau bebas laktosa
6. Untuk mencegah konstipasi, minum minimal 8 gelas sehari
48
angkut ke bagian tubuh yang membutuhkan. Hati merupakan tempat penyimpanan
mineral berupa zat besi dan tembaga yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah
merah serta vitamin-vitamin lamt lemak A, D, E, dan K.
Hati mengatur volume dan sirkulasi darah serta berperan dalam detoksifikasi obat-
obatan dan racun. Dengan demikian, kelainan atau kerusakan pada hati berpengaruh
terhadap fungsi saluran cerna dan penggunaan makanan dalam tubuh sehingga sering
menyebabkan gangguan gizi.
Dua jenis penyakit hati yang sering ditemukan adalah hepatitis dan sirosis hati.
Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh keracunan toksin tertentu atau
karena infeksi virus. Penyakit ini disertai anoreksia, demam, rasa mual dan muntah,
serta jaundice (kuning). Hepatitis dapat bersifat akut atau kronis.
Sirosis hati adalah kerusakan hati yang menetap, disebabkan oleh hepatitis kronis,
alkohol, penyumbatan saluran empedu, dan berbagai kelainan metabolisme.
Jaringan hati secara merata rusak akibat pengerutan dan pengerasan (fibrotik)
sehingga fungsinya terganggu. Gejalanya yaitu kelelahan, kehilangan berat badan,
penurunan daya tahan tubuh, gangguan pencemaan dan jaundice. Dalam keadaan
berat disertai asites, hipertensi portal, dan hematemesis-melena yang dapat berakhir
dengan koma hepatik.
b. Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit ini adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal tanpa memberatkan fungsi hati, dengan cara:
1. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut dan
atau meningkatkan ftmgsi jaringan hati yang tersisa.
2. Mencegah katabolisme protein.
3. Mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat badan bila kurang.
4. Mencegah atau mengurangi asites, varises esofagus, dan hipertensi portal
5. Mencegah koma hepatik.
c. Syarat Diet
1. Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai
dengan kemampuan pasien, yaitu 40-45 kkal/kg BB.
2. Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang
mudah dicema atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatoreti,
gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedang (Medium Chain Triglyceride
49
MCT). Jenis lemak ini tidak membutuhkan aktivitas lipase dan asam empedu
dalam proses absorpsinya. Pemberian lemak sebanyak 45 gr dapat
mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak.
3. Protein agak tinggi, yaitu l,25-l,5g/kg BB agar teijadi anabolisme protein. Pada
kasus hepatitis fulminan dengan nekrisis dan gejala ensefalopati yang disertai
peningkatan amoniak dalam darah, pemberian protein harus dibatasi untuk
mencegah koma, yaitu sebanyak 30-40g/hari. Pada sirosis hati terkompensasi,
protein diberikan sebanyak 1,25 g/kg BB. Asupan minimal protein hendaknya
0,8-1g/kg BB. Protein nabati memberikan keuntungan karena kandungan serat
yang dapat mempercepat pengeluaran amoniak melalui feses. Namun, sering
timbul keluhan berupa rasa kembung dan penuh. Diet ini dapat mengurangi status
ensefalopati, tetapi tidak dapat memperbaiki keseimbangan nitrogen.
4. Vitamin dan mineral diberikan sesuai tingkat defisiensi. Bila perlu, diberikan
suplemen vitamin B komplek, C, dan K serta mineral seng dan zat besi bila ada
edema.
5. Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan asites. Bila pasien
mendapat diuretik, garam Natrium dapat diberikan lebih leluasa.
6. Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi.
7. Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau makanan biasa
sesuai kemampuan saluran cema.
Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat besi, dan tiamin, karena itu
sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi garam
atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati I Rendah Garam. Bila ada asites
hebat dan tanda-tanda diuresis belum membaik, diberikan Diet Rendah Garam 1.
Untuk menambah kandungan energi, selain makanan per oral juga diberikan
makanan parenteral berupa cairan glukosa.
50
2. Diet Hati II
Diet hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati I kepada
pasien yang nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien makanan diberikan
dalm bentuk lunak atau biasa. Protein diberikan 1 g/kg BB dan lemak sedang (20-
25% dari kebutuhan energi total) dalam bentuk yang mudah dicerna.
Makanan ini cukup mengandung energi, zat besi, vitamin A dan C, tetapi kurang
kalsium dan tiamin, Menurut beratnya retensi daram atau air, makanan diberikan
sebagai Diet Hati II Rendah Garam. Bila asites hebat dan diuresis belum baik,
diet mengikuti pola Diet Rendah Garam I.
Menurut kesanggupan pasien, makeinan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa.
Makanan ini mengandung cukup energi, protein, lemak, mineral, dan vitamin tapi
tinggi karbohidrat. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan
sebagai Diet Hati III Rendah Garam I.
51
2. Diet Penyakit Kandungan Empedu
a. Gambaran Umum
Fungsi utama kandungan empedu adalah untuk mengonsentrasikan dan menyimpan
empedu yang diproduksi oleh hati. Cairan empedu mengandung garam empedu dan
kolesterol. Empedu membantu pencemaan serta absorpsi lemak dan vitamin larut lemak
A,D,E,K, mineral besi dan kalsium.
Penyakit kandung empedu yang membunihkan diet kusus adalah kolelitiasis dan
kolesistitis.
Kolelitiasis
Kolelitiasis adalah terbentuknya batu empedu yang bila masuk ke dalam saluran empedu
menimbulkan penyumbatan dan kram. Penyaluran empedu ke duodenum terganggu
sehingga mengganggu absorpsi lemak. Ada dua jenis batu empedu, yaitu batu kolesterol
dan batu pigmen yang terdiri dari polimer bilirubin dan garam kalsium.
Faktor resiko terjadinya batu kolesterol antara lain adalah gender perempuan, kegemukan,
faktor etnik, obat-obatan dan penyakit saluran cerna, sedangkan faktor risiko batu pigmen
antara lain adalah berat badan kurang, asupan lemak dan protein kurang, serta sirosis hati.
Kolesistitis
Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu. Penyebab utamanya adalah batu empedu
yang menyumbat saluran empedu. Penyakit ini dapat disertai joundice (ikterus), karena
cairan empedu yang tidak bisa masuk ke saluran cerna berubah warna menjadi bilirubin
yang berwama kuning dan masuk ke peredaran darah.
Tindakan medik biasanya dilakukan berupa operasi pengeluaran batu kandung empedu.
b. Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit kandung empedu adalah untuk mencapai mempertahankan status
gizi optimal dan memberi istirahat pada kandung empedu, dengan cara:
1. Menurunkan berat badan bila kegemukan, yang dilakukan secara bertahap
2. Membatasi raakanan yang menyebabkan kembvmg atau nyeri abdomen.
3. Mengatasi malabsorpsi lemak.
c. Syarat Diet
1. Energi sesuai kebutuhan, Bila kegemukan diberikan diet rendah energi.
Hindari penurunan berat badan yang terlalu cepat.
2. Protein agak tinggi yaitu 1 -1,25g/kg BB
52
3. Pada keadaan akut, lemak tidak diperbolehkan sampai keadaan akutnya mereda,
sedangkan pada keadaan kronis dapat diberikan 20-25% dari kebutuhan energi total.
Bila ada steatorea di mana lemak feses > 25 g/24 jam, lemak dapat diberikan dalam
bentuk asam lemak rantai sedang (MCT), yang mungkin dapat mengurangi lemak
feses dan mencegah kehilangan vitamin dan mineral.
4. Bila perlu diberikan suplemen vitamin A,D,E5 dan K
5. Serat tinggi terutama dalam bentuk pektin yang dapat mengikat kelebihan asam
empedu dalam saluran cerna
6. Hindari bahan makanan yang dapat menimbulkan rasa kembung dan tidak nyaman.
53
Adalah semua makanan dan daging yang mengandung lemak, gorengan, dan makanan
yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak, ketimun, durian dan
nangka.
b. Tujuan Diet
Tujuan diet yaitu membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan Olahraga
untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, dengan cara;
1. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan
(endogenous atau exogenous), dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas
fisik.
2. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal
3. Memberikan cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan
normal.
4. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan
insulin seperti hipoglikemi, komplikasi jangka pendek pendek, dan jangka
lama serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani.
5. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
c. Syarat Diet
1. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk
metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk
aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya kehamilan atau laktasi serta ada
54
tidaknya komplikasi. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi
(20%)j siang (30%)� dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan
selingan (masing-masing 10-15%).
2. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
3. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kenutuhan energi total, dalam
bentuk < 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari
lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu < 300mg/hari.
4. Kebutuhan karbohidrat adalah disadari kebutuhan energi total, yaitu 60-70%.
5. Penggunaan gula mumi dalam makanan dan minuman tidak diperbolehkan
kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah
terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula mumi sampai 5% dari kebutuhan
energi total.
6. Penggunaan gula altematif dalam jumlah terbatas. Gula altematif adalah bahan
pemanis selain sakarosa. Ada dua jenis gula altematif yaitu yang bergizi dan yang
tidak bergizi. Gula altematif bergizi adalah fruktosa, gula alkohol berupa Sarbitol,
manitol, dan silitol, sedangkan gula altematif tak bergizi adalah aspartam dan
sakarin. Penggunaan gula altematif hendaknya dalam jumlah terbatas. Fruktosa
dalam jumlah 20% dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol dan
LDL, sedangkan gula alkohol dalam jumlah berlebihan mempunyai pengaruh
laksatif
7. Asupan serat dianjurkan 25gr/hari dengan mengutamakan serat larut air yang
terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata memenuhi kebutuhan
serat sehari.
8. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi Natrium
dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat yaitu 3000mg/hari.
Apabila mengalami hipertensi, asupan garam harus dikurangi.
9. Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup, penambahan
vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak diperlukan.
55
III 1500 51,5 36,5 235
IV 1700 55,5 36,5 275
V 1900 60 48 299
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 369
VIII 2500 80 62 396
56
b. Tujuan Diet
Tujuan diet ini adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal serta
menghambat laju kerusakan ginjal, dengan cara;
1. Mengendalikan kadar glukosa darah dan tekanan darah
2. Mencegah menurunnya fungsi ginjal
3. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Syarat Diet
1. Energi adekuat, yaitu 25-30 kkal/kg BB ideal
2. Protein rendah, yaitu 10% dari kebutuhan energi total atau 0,8 g/kg BB.
Rendahnya kandungan protein diet sehari tergantung pada kondisi pasien.
Sebanyak 65% protein berasal dari sumber protein bemilai biologik tinggi.
3. Karbohidrat sedang, yaitii 55-60% dari kebutuhan energi total, Kebutuhan
karbohidrat tergantung pada kadar glukosa dan lipida darah. Gunakan karbohidrat
komplek sebagai sumber karbohidrat utama. Pemberian karbohidrat sederhana
berupa gula mumi dalam jumlah terbatas sebaiknya dilakukan bersama makanan
utama dan bukan di antara waktu makan.
4. Lemak normal, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total. Utamakan asam lemak
tidak jenuh ganda atau tunggal. Asupan asam lemak jenuh hendaknya < 10% asupan
energi total. Kolesterol < 300mg.
5. Natrium :1000-3000mg, tergantung pada tekanan darah, adanya edema dan
ekskresi Natrium.
Kalium dibatasi hingga 40-70 mEq (1600-2800 mg) atau 40mg/kg BB, bila
ada hiperkalemia (GFR< 10ml/menit) atau bila jumlah urin <1000ml/hari.
6. Fosfor tinggi; 8-12mg/kg BB (diperlukan obat pengikat forfor)
7. Kalsium tinggi: 1200-1600 mg (diperlukan suplemen)
8. Vitamin tinggi. Bila nafsu makan menurun diberikan suplemen vitamin B kompleks,
asam foiat dan pitidoksin, serta vitamin C.
57
Diet Nefropati Diabetes (DND) Protein 40g, --- kkal
Diet Nefropati Diabetes (DND) Protein 50g, --- kkal
Trigliserida dalam tubuh berasal dari lemak makanan atau dari hasil perubahan unsur-
unsur energy yang berlebihan di dalam tubuh. Trigliserida di angkut oleh very low
density lipoprotein (VLDL) atau kilomikron ke jaringan tubuh sebagai sumber energy
atau ke jaringan lemak untuk disimpan. Penyebab utama peningkatan trigliserida
darah adalah factor genetic, kegemukan, alcohol, hormone estrogen, obat-obatan,
Diabetes mellitus tidak terkontrol, penyakit ginjal kronik, penyakit hati serta asupan
karbohidrat sederhana berlebihan.
58
b. Tujuan Diet
Tujuan diet dislipidemia adalah untuk :
1) Menurunkan berat badan bila kegemukan
2) Mengubah jenis dan asupan lemak makanan
3) Menurunkan asupan kolesterol makanan
4) Meningkatkan asupan karbohidrat kompleks dan menurunkan asupan
karbohidrat sederhana.
Intervensi diet dimaksudkan untuk mencapai pola makan yang sehat. Dokter dan
dietisien perlu menekan kan pada pasien bahwa tujuannya bukan melakukan diet
sementara, tetapi secara berangsur melakukan perubahan permanen pada perilaku
makan.
c. Syarat Diet
Syarat-syarat diet dislipidemia adalah
1) Energi yang dibutuhkan disesuaikan menurut berat badan dan aktifitas fisik. Bila
kegemukan, penurunan berat badan dapat dicapai dengan asupan energy rendah
dan meningkatkan aktifitas fisik. Penurunan asupan energy disertai penurunan
berat badan biasanya menghasilkan penurunan kadar trigliserida darah yang
cepat.
2) Lemak sedang, < 30 % dari kebutuhan energy total. Lemak jenuh untuk diet
dislipidemia tahap I, <10% dari kebutuhan energy total dan untuk diet
dislipidemia tahap II, < 7 % dari kebutuhan energy total. Lemak tak jenuh ganda
dan tunggal untuk diet dislipidemia tahap I maupun II adalah 10-15 % dari
kebutuhan energy total. Kolesterol <300 mg untuk diet dislipidemia tahap I dan <
200 mg untuk diet dislipidemia tahap II.
3) Protein cukup, yaitu 10-20 % dari kebutuhan energy total. Sumber Protein hewani
, terutama dari ikan yang banyak mengandung lemak omega-3.
Sumber protein nabati lebuh dianjurkan.
4) Karbohidrat sedang, yaitu 50-60 % dari kebutuhan energy total.
5) Serat tinggi, terutama serat larut air yang terdapat dalam apel, beras tumbuk atau
beras merah, havermout, dan kacang-kacangan.
6) Vitamin dan mineral cukup. Suplemen multivitamin dianjurkan untuk pasien
yang mengkonsumsi < 1200 kkal energy sehari.
59
Bagi yang kegemukan, lebih dahulu dilakukan pengkajian terhadap riwayat berat
badan, usaha penurunan berat badan, dan sikap yang berhubungan dengan makanan.
Penilaian ini diperlukan untuk menentukan apakeih harus dimulai dengan diet tahap I
atau langsung diberikan diet tahap II. Apabila diet pasien ternyata sudah sesuai
dengan diet tahap I, maka dapat langsung diberikan diet tahap II. Bila tidak, diet
dimulai dari diet tahap I.
Keberhasilan diet dinilai dengan mengukur kadar kolesterol darah setelah 4-6 minggu
dan 3 bulan. Jika tujuan terapi diet tidak tercapai setelah 3 bulan dengan diet tahap 1,
perlu dinilai penerimaan dan kepatuhan pasien terhadap diet ini. Jika tujuan tidak
tercapai meskipun patuh, pasien harus pindah ke diet tahap II.
Apabila tujuan pengobatan tidak dapat tercapai pada waktu yang telah ditentukan,
pasien perlu bekonsultasi lagi dengan dietisien.
Dalam keadaan tidak terkompensasi, sirkulasi darah yang tidak normal menyebabkan
sesak napas, rasa lelah, dan rasa sakit di daerah jantung. Berkurangnya aliran darah dapat
menyebabkati kelainan pada fungsi ginjal, hati, otak, serta tekanan darah, yang berakibat
terjadinya resorpsi natrium. Hal ini akhimya menimbulkan edema. Penyakit jantung
menjadi akut bila disertai infeksi gagal jantung, setelah myocard infarct dan setelah
operasi jantung.
b. Tujuan diet
Tujuan diet penyakit jantung adalah :
1) Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung.
2) Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk.
3) Mencegah / menghilangkan penimbunan garani atau air.
c. Syarat diet
Syarat diet penyakit jantung adalah sebagai berikut:
60
1) Energi cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
2) Protein cukup yaitu 0,8g/kgBB
3) Lemak sedang, yaitu 25-30 % dari kebutuhan energy total, 10 % berasal dari lemak
jenuh, dan 10-15 % lemak tidak jenuh.
4) Kolesterol rendah, terutama jika diserai dislipidemia
5) Vitamin dan mineral cukup. Hindari penggunaan suplemen kalium, kalsium dan
magnesium jika tidak di butuhkan.
6) Rendah Garam 2-3 g/hari, jika disertai hipertensi atau edema.
7) Makanan mudah cema dan tidak menimbulkan gas
8) Serat cukup untuk menghindari konstipasi.
9) Cairan cukup ± 2 liter/hari sesuai dengan kebutuhan.
10) Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam porsi kecil.
11) Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhl melalui makanan dapat diberikan tambahan
berupa makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi.
Diet Jantung II
Diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak, Diet diberikan sebagai perpindahan
dari diet Jantung I, atau setelah fase akut dapat diatasi. Jika disertai hipertensi dan/edema,
diberikan sebagai diet jantung 11 Rendah Garam. Diet ini rendah energy, protein, kalsium
dan tiamin.
61
Diet Jantung IV
Diberikan dalam, bentuk makanan biasa. Diet diberikan sebagai perpindahan dari diet
jantung III atau kepada pasien jantung dengan keadaan ringan. Jika disertai hipertensi
dan/atau edema, diberikan sebagai diet jantung IV Rendah Garam. Diet ini cukup energy
dan zat gizi lain kecuali kalsium.
b. Tujuan Diet
Tujuan diet stroke adalah untuk :
1) Memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien dengan
memperhatikan keadaan dan komplikasi penyakit.
2) Memperbaiki keadaan stroke, seperti disfagia, pneumonia, kelainan ginjal dan
dekubitus.
Mempertahankan keseimbarigan cairan dan elektrolit.
c. Syarat Diet
1) Energi cukup yaitu 25-45 kkal/kgBB. Pada fase akut energy diberikan 1100-1500
kkal/hari.
2) Protein cukup yaitu 0,8-1 g/kgBB. Apabila pasien berada dalam keadaan gizi kurang,
protein diberikan 1,2-1,5 g/kgBB. Apabila penyakit disertai Gagal Ginjal Kronik,
protein diberikan rendah yaitu 0,6 g/kgBB,
3) Lemak cukup, yaitu 20-25 % dari kebutuhan energy total. Utamakan sumber lemak
tidak jenuh ganda, batasi sumber lemak jenuh yaitu < 10 % dari kebutuhan energy
total. Kolesterol dibatasi <300 mg.
4) Karbohidrat cukup, yaitu 60-70 % dari kebutuhan energy total. Untuk pasien dengan
Diabetes Melitus diutamakan karbohidrat kompleks.
5) Vitamin cukup, terutama vitamin A, riboflavin, B6, asam folat, B12, C dan E.
62
6) Mineral cukup, terutama kalsium, magnesium dan kalium. Penggunaan natrium
dibatasi dengan memberikan garam dapur maksimal 1 sdt/hari (setara dengan ± 5 gr
garam dapur atau 2g natrium.
7) Serat cukup, untuk membantu menurunkan kadar kolesterol darah dan mencegah
konstipasi.
8) Cairan cukup 6-8 gelas/hari, kecuali pada keadaan edema dan asites, cairan
dibatasi. Minuman hendaknya diberikan setelah selesai makan agar porsi makanan
dapat dihabiskan. Untuk pasien dengan disfagia, cairan diberikan secara hati-hati.
Cairan dapat dikentalkan dengan gel atau guarcol.
9) Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan pasien.
10) Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
2) Fase pemulihan
Fase pemulihan adalah fase dimana pasien sudah sadar dan tidak mengalami
gangguan fungsi menelan. Makanan diberikan per oral secara bertahap dalam bentuk
makanan cair, makanan saring, makanan lunak, dan makanan biasa. Bila ada disfagia,
makanan di berikan secara bertahap, sebagai gabungan makanan NPO, peroral, dan
NGT sebagai berikut:
a) NPO
b) ¼ bagian per oral (bentuk semi padat) dan 3/4 bagian melalui NGT
c) ½ bagian per oral (bentuk semi padat) dan ½ bagian melalui NGT
d) Diet per oral (bentuk semi padat dan semi cair) dan air melalui NGT
e) Diet lengkap per oral
Apabila makanan melalui NGT bertahan selama 6 minggu, perlu dipertimbangkan
kemungkinan pemberian makanan melalui gastrostomi atau jejunostomi.
Bila ada tukak lambung akibat sekresi asam lambung dan gastrin meningkat, (terutama
pada srtok hemoragic) makanan diberikan secara bertahap dengan syarat:
a) Bila tidak ada perdarahan lambung dan cairan maag slang (CMS) < 200 ml dapat
diberikan makanan enteral.
63
b) Bila ada perdarahan, untuk sementara diberikan makanan parenteral sampai
perdarahan berhenti dan CMS < 200 ml dalam 6 jam
c) Bila CMS sudah jernih, makanan parenteral dapat diubah menjadi makanan enteral
Sesuai dengan fase penyakit, diberikan diet stroke 1 atau 11
I. Diet stroke I
Diberikan kepada pasien dalam fase akut atau bila ada gangguan fungsi menelan.
Makanan diberikan dalam bentuk cair kental atau kombinasi cair jernih dan cair
kental yang diberikan secara oral atau NGT sesuai keadaan penyakit. Makanan
diberikan dalam porsi kecil tiap 2-3 jam. Lama pemberian makanan sesuai dengan
keadaan pasien.
Bahan makanan yang dianjurkan
Sumber krbohidrat: maizena, tepung beras, tepung hunkwe dan sagu
Sumber protein hewani: susu whole dan skim, telur ayam 3-4 ntr/minggu.
Sumber protein nabati: susu kedelai, sari kacang hijau dan susu tempe
Sumber lemak : margarine, minyak jagung.
Buah : sari buah yang dibuat dari jeruk, papaya, tomat, sirsak dan apel.
Minuman : teh encer, sirup, air gula, madu dan kaldu
64
hormone eritropoietin serta sekresi rennin dan aldosteron, mengubah vitamin D menjadi
bentuk aktif dan degradasi berbagai jenis hormone.
Diet khusus diperlukan bila fungsi ginjal terganggu, yaitu pada penyakit-penyakit: 1)
sindroma nefrotik, 2) gagal ginjal akut, 3) penyakit ginjal kronik dengan penurunan
fungsi ginjal ringan sampai dengan berat, 4) penyakit ginjal tahap akhir yang memerlukan
transplantasi ginjal atau dialysis dan 5) batu ginjal. Diet pada penyakit ginjal ditekankan
pada pengontron asupan energy, protein, cairan elektrolit natrium, kalium, kalsium dan
fosfor.
b. Tujuan Diet
Tujuan diet sindroma nefrotik adalah untuk :
1) Mengganti kehilangan protein terutama albumin
2) Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh
3) Memonitor hiperkolesyerolemia dan penumpukan trigliserida
4) Mengontrol hipertensi
5) Mengatasi anoreksia
c. Syarat Diet
1) Energi cukup untuk mempertaliankan keseimbangan nitrogen positif yaitu 35 kkal/kg
BB per hari
2) Protein sedang, yaitu 1,0 g/kg BB, atau 0,8 g/kg BB ditambah jumlah protein yang
dikeluarkan melalui urin. Utamakan penggunaan protein bemilai biologic tinggi.
3) Lemak sedang, yaitu 15-20 % dari kebutuhan energy total. Perbandingan lemak
jenuh, lemak jsnuh tunggal, dan lemak jemih ganda adalah 1:1:1.
4) Karbohidrat sebagai sisa kebutuhan energy. Utamakan penggunaan karbohidrat
kompleks.
5) Natrium dibatasi, yaitu 1-4 g sehari, tergantung berat ringannya edema.
6) Kolesterol dibatasi <300 mg, begitu pula gula mumi, bila ada peningkatan trigliserida
darah.
65
7) Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang sikeluarkan melalui urin ditambah
500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan pemapasan.
c. Syarat Diet
1) Energi cukup untuk mencegah katabolisme, yaitu 25-35 kkal/ kg BBI.
2) Protein disesuaikan dengan katabolisme protein, yaitu 0,6-1,5 g/kg BB. Pada
katabolic ringan kebutuhan protein 0,6-1 g/kg BB, katabolic sedang 0,8-1,2 g/kg BB,
dan katabolic berat 1-1,5 g/kg BB.
66
3) Lemak sedang, yaitu 20-30 % dari kebutuhan energy total , atau antara 0,5-1,5 g/kg
BB. Untuk katabolisme berat dianjurkan 0,8-1,5 g/kg BB.
4) Karbohidrat sebanyak sisa kebutuhan energy setelah dikurangi jumlah energy yang
dlperoleh dari protein dan lemak. Apabila terdapat hipertrigliseridermia, batasi
pengunaan karbohidrat sederhana atau gula murni.
5) Natrium dan kalium dibatasi jika ada anuria.
6) Cairan, sebagai pengganti cairan yang keluar melalui muntah, diare, dan urin +500
ml.
7) Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk formula
enteral atau parenteral. Bila diperlukan, tambahkan suplemen asam folat, vitamin B6,
Vitamin C, vitamin A, dan vitamin K.
b. Tujuan Diet
67
1) Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa
fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.
2) Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia)
3) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat
turunnya laju filtrasi glomerulus
c. Syarat Diet
1) Energy cukup yaitu 35 kkal/kg BB
2) Protein rendah, yaitu 0,6-0,75 g/kg BB. Sebagian harus bemilai biologic tinggi.
3) Lemak cukup, yaitu 20-30 % dari kebutuhan energy total. Diutamakan lemak tidak
jenuh ganda.
4) Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energy total dikurangi energy yang berasal dari
proteun dan lemak.
5) Natrium dibatsi apabrla ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria.
Banyaknya natrium diberikan 1-3 g.
6) Kalium dibatsi (40-70) mEq apabila ada hiperkalemia (kalium darah >5,5 mEq),
oliguria, atau anuria.
7) Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran melalui
keringat dan pemapasan (±500 ml)
8) Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin c dan
vitamin D
Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjai kronik sangat bergantung pada keadaan dan
berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat lebih tinggi atau lebih
68
rendah daripada standar. Mutu protein dapat ditingkatkan dengan mernberikan asam
amino esensial mumi.
b. Tujuan diet
1) Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
2) Mencegah hiperlipidemia
3) Mencegah ketidaktahanan terhadap glukosa
4) Mempercepat penyembuhan.
c. Syarat diet
1) Energy cukup yaitu 30-35 kkal/kg BB/hari
2) Protein tinggi pada bulan pertama setelah transplantasi, yaitu 1,3-1,5 g/kg BB/ hari,
setelah satu bulan menjadi 1 g/kg BB/ hari.
3) Lemak sedang, yaitu < 30 % dari kebutuhan energi total. Batasi penggunaan lemak
jenuh.
4) Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energy total dikurangi energy yang berasal dari
protein dan lemak. Untuk mencegah ketidaktahanan terhadap glukosa, batasi
pemakaian gula sederhana dan usahakan makanan berserat tinggi.
5) Kolesterol <300 mg/hari, untuk mencegah hiperlipidemia
6) Kalsium tinggi, yaitu 800-1200 mg/hari
7) Fosfor sama dengan kebutuhan kalsium untuk mengatasi absorpsi rendah
8) Natrium, kalium, dan cairan tidak perlu dibatasi, kecuali bila ada gangguan fungsi
ginjal.
9) Bila perlu beri suplemen kalsium, magnesium, tiamin dan vitamin D
10) ApabiIa setelah transplantasi, kemudian ginjal gagal berfungsi, maka anjuran diet
disesuaikan dengan kondisi pasien (kembali ke diet penyakit ginjal kronik atau diet
hemodialisis.
69
d. Jenis diet dan indikasi pemberian
Ada 2 jenis diet yang diberikan setelah transplantasi ginjal yaitu :
1) Diet transplantasi 1/ DT 1 (setelah transplantasi sampai dengan sebulan).
2) Diet transplantasi 11/ DT 11 (setelah sebulan transplantasi)
Dialisis dapat dilakukan dengan cara hemodialisis atau dialysis peritoneal. Cara yang
paling banyak digunakan adalah nemodialisis. Pada proses hemodialisis, aliran darah ke
ginjal dialihkan melalui membrane semi permeable dari ginjal tiruan (mesin cuci ginjal)
sehingga produk-produk sisa metabolisme dapat dikeluarkan dari tubuh. Pada proses
dialysis peritoneal, aliran darah dialihkan melalui dinding semi permeable dari
peritoneum.
Anjuran diet didasarkan pada frekuensi dialysis, sisa fungsi ginjal, dan ukuran tubuh.
Karena nafsu makan pasien umumnya rendah, perlu diperhatikan makanan kesukaan
pasien dalam batas-batas yang ditetapkan.
b. Tujuan Diet
70
1) Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki status gizi, agar
pasien dapat melakukan aktifitas normal.
2) Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
3) Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak berlebihan.
c. Syarat Diet
Energi cukup yaitu 35 kkal/kg BB ideal/ hari pada pasien hemodialisis (HD) maupun
Contiuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)
Batu ginjal lebih banyak ditemukan pada orang dewasa laki-laki daripada dewasa
perempuan. Hiperkalsiuria, hiperurikosuria, hiperoksalouria, rendahnya volume dan PH
urin merupakan factor resiko teijadinya batu ginjal.
Asupan cairan yang tinggi (2,5-3 liter/hari) dapat menghasilkan paling kurang 2 liter
urin/ hari, dapat mencegah terbentuknya berbagai jenis batu ginjal. Kebutuhan cairan
bertambah dengan adanya kenaikan suhu pada lingkungan dan peningkatan aktivitas.
Separo cairan hendaknya adalah air putih.
Gejala batu ginjal adalah rasa nyeri pada abdomen, mual, mintah, infeksi pada saluran
kemih, dan sering buang air kecil. Penyakit ini sering kambuh kembali. Agar bisa
dilakukan upaya penyembuhan yang tepat, hendaknya dilakukan analisis terhadap jenis
baru dan penyakit yang menjadi penyebabnya.
b. Tujuan Diet
Tujuan diet nefrolitiasis adalah untuk :
1) Mencegah/memperlambat terbentuknya kembali batu ginjal.
2) Meningkatkan ekskresi garam dalam urin dengan cara mengencerkan urin melalui
peningkatan asupan cairan.
3) Memberikan diet sesuai dengan komponen utama batu ginjal.
c. Syarat Diet
71
Syarat diet nefrolitiasis adalah :
1) Energy diberikan sesuai kebutuhan
2) Protein sedang, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energy total.
3) Lemak sedang, yaitu 15-25 % dari kebutuhan energy total.
4) Karbohidrat, sisa dari kebutuhan energy total.
5) Cairan tinggi, yaitu 2,5-3 liter/hari, separohnya berasal dari minuman
6) Pembatasan makanan sesuai dengan jenis batu.
Hiperkalsiuria dibagi dalam 2 kelompok, yaitu tipe 1, yang tidak tergantung pada diet
(kalsium dalam urin tidak tergantung pada asupan kalsium) dan tipe II, yang tergantung
pada diet (kalsium urin tinggi, jika asupan kalsium tinggi).
Hiperkalsiuria tipe 1 dianjurkan mengkonsumsi kalsium adekuat tetapi tidak berlebihan.
b. Tujuan Diet
Tujuan diet batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat adalah untuk mencegah atau
memperlambat terbentuknya batu kalsium oksalat atau batu kalsium fosfat.
c. Syarat Diet
Syarat diet batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat adalah :
1) Energi sesuai dengan kebutuhan.
2) Protein sedang, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energy total atau 0,8 g/kg BB/hari.
3) Lemak normal, yaitu 10-25 % dari kebutuhan energy total.
4) Karbohidrat, sisa dari kebutuhan energy total.
5) Cairan tinggi, yaitu 2,5-3 liter/hari, separohnya berasal dari minuman
72
6) Natrium sedang, yaitu 2300 mg (setara dengan 5 gram garam dapur) karena natrium
dapat memicu hiperkalsiuria.
7) Kalsium normal, yaitu 500-800 mg/hari. Pembatasan kalsium tidak dianjurkan
karena dapat menyebabkan keseimbangan kalsium negative.
8) Serat tidak larut air tinggi, karena serat dapat mengikat kalsium, sehingga membatasi
penyerapannya.
9) Oksalat rendah dengan membatsi makanan tinggi oksalat.
10) Fosfat normal. Diet rendah fosfat ternyata tidak dapat mencegah pembentukan batu
fosfat
Sumber Oksalat: makanan yang dapat meningkatkan eksresi oksalat melalui ginjal yaitu
kentang, ubi, bayam, bit, strobed, anggur, kacang-kacangan, teh dan coklat.
Gout adalah salah satu penyakit artritis yang disebabkan oleh metabolisme abnormal purin
yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Hal ini diikuti dengan
terbentuknya timbunan kristal berupa garam urat di persendian yang menyebabkan
peradangan sendi pada lutut dan/atau jari.
Diet ini rendah purin, rendah lemak, cukup vitamin dan mineral. Diet ini dapat menurunkan
berat badan, bila ada tanda-tanda berat badan berlebihan.
B. Tujuan diet
Tujuan diet gout artritis adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
serta menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin.
C. Syarat diet
73
1. Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Bila benar badan berlebih atau kegemukan,
asupan energi sehari dikurangi secara bertahap sebanyak 500-1000 kkal dari
kebutuhan energi normal hingga tercapai berat badan normal.
2. Protein cukup, yaitu 1,0-1.2 g/kg BB atau 10-15 % dari kebutuhan energi total.
3. Hindari bahan makanan sumber protein yang mempunyai kandungan purin > 150
mg/100g.
4. Lemak sedang, yaitu 10-20% dari kebutuhan energi total. Lemak berlebihan dapat
menghambat pengeluaran asam urat atau purin melalui urin.
5. Karbohidrat dapat diberikan lebih banyak, yaitu 65-75% dari kebutuhan energi total.
Karena kebanyakan pasien gout artritis mempunyai berat badan lebih, maka
dianjurkan untuk menggunakan sumber karbohidrat kompleks.
6. Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan.
7. Cairan disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari. Ratrata asupan cairan
yang dianjurkan adalah 2 – 2½ liter/hari.
Diet gout artritis diberikan kepada pasien dengan gout dan/atau batu asam urat dengan
kadar asam urat > 7,5 mg/dl.
Diet diberikan sampai kadar asam urat darah dan berat badan menjadi normal. Kadar
asam urat darah normal.
Kanker adalah pembelahan dan pertumbuhan sel secara abnormal yang tidak dapat
dikontrol sehingga cepat menyebar. Sel-sel ini merusak jaringan tubuh sehingga
mengganggufungsi orang tubuh yang terkena. Kanker disebut juga Neoplasma Maligna.
Neoplasma adalah massa jaringan yang dibentuk oleh sel-sel kanker, sedangkan Maligna
berarti ganas.
Penyebab kanker belum diketahui dengan pasti, tapi sering dikaikan dengan faktor
lingkungan (polusi, bahan kimia, dan virus) dan makanan yang mengandung bahan
74
karsinogen. Karsinogen atau perkembangan kanker terjadi dalam dua tahap, yaitu tahap
inisiasi dan promosi. Inisiasi adalah awal terjadi perubahan sel yang disebabkan oleh
interaksi bahan-bahan kimia, radiasi, dan virus dengan DNA (DeoxyNuclein Acid) dalam
sel.perubahan ini terjadi cepat, tapi sel yang telah dirubah ini tidak aktif selama waktu
yang tidak dapat dirasakan oleh pasien. Tahap promosi adalah tahap berikutnya, yaitu
aktifnya sel-sel kanker yang menjadi matang, berkembang, dan kemudian menyebar
dengan cepat. Tahap inisiasi sehingga menifestasi klinis dapat terjadi dalam waktu 5-20
tahun.
Walaupun mekanismenya belum diketahui dengan pasti, tetapi gisi disuga dapat
mengubah proses karsinogenesis, termasuk metabolisme karsinogen, pertahanan sel,
diferensiasi sel, dan pertumbuhan tumor. Sebaiknya, keadaan gizi pasien dipengaruhi oleh
pertumbuhan tumor dan pengobatan medis yang diberikan, seperti pembedahan, radiasi,
kemoterapi, dan transplantasi. Oleh sebab itu diperlukan pengertian tentang jalannya
penyakit dalam memberikan terapi diet.
Gangguan gizi yang dapat timbul pada pasien penyakit kanker disebabkan kurangnya
asupan makanan, tindakan medik, efek psikologik, dan pengaruh keganasan sel kanker,
gejala kanker dalam keadaan berat badan, gangguan refleks, lemas, anemia, kurang energi
protein, dan keadaan deplesi secara keseluruhan.
Beberapa faktor penyebab gangguan izin yang dapat timbul pada penyakit kanker adalah:
1. Kurang nafsu makan yang disebabkan oleh faktor psikologik dan lost response
terhadap kanker berupa cepat kenyang atau perubahan pada indra pengecap (lidah)
2. Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena :
a. Gangguan saluran cerna, dapat berupa kesulitan mengunyah, menelan, dan
penyumbatan.
b. Gangguan absorpsi zat gizi
c. Kehilangan cairan dan elektrolit karena muntah-muntah dan diare.
3. Perubahan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.
4. Peningkatan pengeluaran energi
Tujuan Diet
Tujuan Diet Penyakit Kanker adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal dengan cara :
75
1. Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta daya
terima pasien.
2. Mencegah dan menghambat penurunan berat badan secara berlebihan.
3. Mengurangi rasa mual, muntah, dan diare.
4. Mengupayakan perubahan sikap dan prolaku sehat terhadap makanan oleh pasien
dan keluarganya.
Syarat Diet
Jenis diet untuk pasien penyakit kanker sangat tergantung pada keadaan pasien,
perkembangan penyakit, dan kemampuan untuk menerima makanannya. Oleh sebab itu,
diet hendaknya disusun secara individual. Jenis makanan atau diet yang diberikan
hendaknya memperhatikan nafsu makan, perubahan indra kecap, rasa cepat kenyang,
muak, penurunan berat badan dan akibat pengobatan. Sesuai dengan keadaan pasien,
makanan dapat diberikan secara oral, enteral, maupun parenteral. Makanan dapat dierikan
dalam bentuk makanan Padat, Makanan Cair, atau kombinasi. Untuk Makanan Padat
dapat berbentuk Makanan Biasa, Makanan Lunak, atau Makanan Lumat.
76
a. Dianjurkan makan makanan yang disukai atau dapat diterima walaupun tidak
lapar
b. Hindari minum sebelum makan
c. Tekankan bahwa makan adalah bagian penting dalam program pepengobstsn
d. Olahraga sesuai dengan kemapuan penderita.
77
Tujuan Diet Hiperemesis adalah untuk :
1. Mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis.
2. Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
Syarat Diet
Ada tiga macam Diet Hiperemesis, yaitu Diet Hiperemesis I,II dan III.
Diet Hiperemesis I
Diet Hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hyperemesis berat. Makanan hanya
terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan.
Cairan tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya. Semua zat gizi pada
makanan ini kurang kecuali vitamin C, sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.
Diet Hiperemesis II
Diet Hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Secara
berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bergizi tinggi. Minuman tidak diberikan
bersama makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi
kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energy.
78
Diet hyperemesis III diberikan kepada pasien dengan hyperemesis ringan. Sesuai dengan
kesanggupan pasien, minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup
energy dan semua zat gizi.
Makanan yang dianjurkan untuk diet Hiperemesis I, II, dan III adalah sebagai berikut :
• minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer.
Makanan yang tidak dianjurkan untuk Diet Hiperemesis I,II dan III adalah makanan yang
merangsang saluran cerna dan berbumbu tajam, bahan makanan yang mengandung
alkohol, kopi dan yang mengandung zat tambahan ( pengawet, pewarna, dan bahan
penyedap ).
2. Diit Preeklamsia
Gambaran Umum
Preeklamsia merupakan sindroma yang terjadi pada saat kehamilan masuk pada minggu
kedua puluh dengan tanda dan gejala seperti hipertensi , proteinuria, kenaikan beat badan
yang cepat ( karena udema ), mudah timbul kemerah-merahan, mual, muntah, pusing,
nyeri lambung, oliguria, gelisah dan kesadaran menurun. Ciri khas diet ini adalah
memperhatikan asupan garam dan protein.
Tujuan Diet
Tujuan Diet Preeklamsia adalah untuk :
1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
2. Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal.
3. Mencegah dan mengurangi retensi garam atau air.
4. Mencapai keseimbangan nitrogen.
5. Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal.
6. Mengurangi atau mencegah timbulnya factor resiko lain atau penyulit baru pada saat
kehamilan atau setelah melahirkan.
Syarat Diet
79
Syarat-syarat Diet Preeklamsia adalah :
1. Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat,makanan diberikan secara
berangsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan
energy tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air.
Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/ bulan atau di bawah 1
kg/minggu.
3. Protein tinggi ( 1½-2 g/kg berat badan )
4. Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak
jenuh ganda.
5. Vitamin cukup; vitamin C dan B 6 diberikan sedikit lebih tinggi.
6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien.
8. Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan
disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat dan pernafasan.
Diet Preeklamsia I
Diet preeklamsia I diberikan kepada pasien dengan preeklamsia berat. Makanan diberikan
dalam bentuk cair, yang terdiri dari susu dan sari buah. Jumlah cairan diberikan paling
sedikit 1500 ml sehari per oral, dan kekurangannya diberikan secara parenteral.
Makanan ini kurang energy dan zat gizi, karena itu hanya diberikan slama 1-2 hari.
Diet Preeklamsia II
Diet preeklamsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet preeklamsia I atau
pasien preeklamsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau
lunak dan diberikan sebagai Diet Rendah Garam I. Makanan ini cukp energy dan zat gizi
lainnya.
Diet preeklamsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Preeklamsia II
atau kepada pasien dengan preeklamsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi
dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukp semua zat
gizi. Jumlah energy harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari
1 kg tiap bulan.
80
UKURAN RUMAH Krekers 5 bh sdg 50 Ikan 1 ptg sdg 40 Corned beef 3 sdm 45
TANGGA Macaroni ½ gls 50 Ikan asin 1 ptg sdg 15 Daging babi 1 ptg sdg 50
Teri kering 1 ptg sdg 20
Gls : gelas Mi Kering 1 gls 50 Kuning telur ayam 4 bh 45
Bh : buah Mi basah 2 gls 200 2. Lemak Sedang Ikan sosis ½ ptg sdg 50
Bsr : besar Nasi ¾ gls 100 1 Satuan Penukar = 75 kalori, 7 g
Sdm : sendok makan Nasi Tim 1 gls 200 protein 5 g lemak GOLONGAN III
Sdt : sendok teh Roti putih 3 ptg sdg 70 SUMBER PROTEIN HEWAN
Ptg : potong Singkong 1 ptg 120 Bahan Makanan URT Berat (g) 1 Satuan penukar = 75 kalori, 5 g
Sdg : sedang Tepung sago 3 sdm 50 protein 3 g lemak, 7 g karbohidrat
Bj : biji Tepung Hunkwe10 sdm 50 Bakso 10 bj sdg 170 Bahan Makanan URT Berat (g)
Kcl : kecil Tepung singkong3 sdm 50 Daging kambing1 ptg sdg 40
Btr : butir Talas 1 ptg 125 Daging sapi 1 ptg sdg 35 Kacang hijau 2 sdm 20
Kacang kedelai 2 ½ sdm 25
Tepung terigu 5 sdm 50 Hati ayam 1 bh sdg 30
Kacang merah segar 2 sdm 20
GOLONGAN I Tepung maizena10 sdm 50 Otak 1 ptg bsr 65 Kacang tanah 2 sdm 15
SUMBER KARBOHIDRAT Tepung beras 8 sdm 50 Telur ayam 1 btr 55 Keju kacang tanah 1 sdm 15
Kacang tolo 2 sdm 20
Ubi 1 bj 135 Telur bebek 1 btr 55
Oncom 2 ptg kcl 40
1 Satuan penukar = 175 kalori, 4 g Udang segar 5 ekor sdg 35 Saridele bubuk 2 ½ sdm 185
protein 40 g karbohidrat GOLONGAN II Usus sapi 1 ptg bsr 50 Tahu 1 bj bsr 110
SUMBER PROTEIN HEWAN Tempe 2 ptg sdg 10
1. Rendah Lemak
Bahan Makanan URT Berat 3. Tinggi Lemak GOLONGAN IV
1 Satuan Penukar = 50 kalori, 7 g
protein 2 g lemak 1 satuan penukar = 150 kalori, 7 g SAYURAN
Bihun ½ gls 50 protein 13 g lemak Sayuran A
Bahan Makanan URT Berat (g)
Bubur beras 2 gls 400 Bebas dimakan kandungan kalori
Biskuit 4 bh bsr 40 Ayam tanpa kulit 1 ptg sdg 40 Bahan Makanan URT Berat (g) dapat diabaikan
Havermout 5 ½ sdm 45 Babat 1 ptg sdg 40 Ayam dengan kulit 1 ptg sdg 53
Daging kerbau 1 ptg sdg 35
Kentang 2bj sdg 210 Bebek 1 ptg sdg 45 Baligo Lobak
Dideh sapi 1 ptg sdg 35
81
Gambas (oyong) Lettuce Sayuran C Duku 16 bh 80 GOLONGAN VI
Jamur kuping sega Slada air Durian 2 bj bsr 35 SUSU
Ketimun Slada 1 Satuan penukar + 1 gls (100 gr) = Gula 1 sdm 13
Labu air Tomat 50 kalori, 3 g protein, 10 g Jeruk manis 2bh 110 1. Susu tanpa Lemak
karbohidrat Jambu air 2 bh bsr 110 1 satuan penukar = 75 kalori, 7 g
Sayuran B Jambu biji 1 bh bsr 100 protein 10 g karbohidrat
1 satuan penukar 1 gls (100 gram) = Bahan Makanan Jambu bol 1 bh kcl 90
25 kalori 1 g protein, 5 g karbohidrat Kolang-kaling 5 bh sdg 25 Bahan Makanan URT Berat (g)
Bayam merah Kacang kapri Kedondong 2 bh sdg 120
Bahan Makanan Daun katuk Kluwih Kemang 1 bh bsr 105 Susu skim cair 1 gls 200
Bayam Kangkung Daun melinjo Melinjo Kurma 3 bh 15 Tepung susu skim 4 sdm 20
Bit Kucai Daun pepaya Nangka muda Lychee 10 bh 75 Yoggurt non Fat 2/3 gls 120
Buncis Kacang panjang Daun singkong Toge Mangga ¾ ptg bsr 90
Brokoli Kecipir kacang kedelai Daun telas Melon 1 ptg bsr 90 2. Susu Rendah Lemak
Caisim Labu siam Madu 1 sdm 15 1 satuan penukar = 125 kalori, 7 g
Daun pakis Labu waluh GOLONGAN V Nenas ¼ ptg sdg 05 protein 6 g lemak, 10 g karbohidrat
Genjer Pepaya muda BUAH DAN GULA Nangka masak 1 bh sdg 45
Jagung Muda Rebung Pisang 1 bh 50 Bahan Makanan URT Berat (g)
Jantung pisang Sawi 1 Satuan penukar = 50 kalori, 12 g Pepaya 1 ptg bsr 110
Kol Toge kacang hijau karbohidrat Peach 1 bh kcl 115 Keju 1 ptg kcl 35
Kembang kol Terong Rambutan 8 bh 75 Susu kambing ¾ gls 165
Kapri muda Wortel Bahan Makanan URT Berat (g) Sawo 1 bh sdg 55 Susu sapi 1 gls 200
Anggur 20 bh sdg 165 Semangka 1 bh sdg 180 Susu kental tak manis ½ gls 100
Apel 1 bh 85 Sirsak 2 gls 6 Yoggurt susu penuh 1 gls 200
Belimbing 1 bh bsr 140 Salak 2 bh sdg 65
Blewah 1 ptg sdg 70
82
3. Susu Tinggi Lemak 1 Satuan penukar = 50 kalori 5 g Keterangan :
1 Satuan penukar =150 kalori, 7 g lemak Daftar yang lengkap dibaca pada buku
protein 10 g lemak, 10 g karbohidrat kecil
2. Lemak jenuh “ Daftar Bahan Makanan Penukar ”.
Bahan Makanan URT Berat (g) petunjuk Praktis Sistem dan Lengkap
Bahan Makanan URT Berat(g) Untuk Perencanaan Makanan. Oleh
Susu Kerbau ½ gls 100 Kartini S.Sarwono W, Slamet S, Rosa
Tepung susu penuh 6 sdm 30 Kelapa 1 ptg kcl 15 R 1977 Subbag Metabolik- Endakrin
Kelapa parut 2 ½ sdm 15 RSCM/FKUI & Instan Gizi RSCM
GOLONGAN VII Lemak babi/sapi 1 ptg 5
MINYAK Mentega 1 sdm 15
Minyak kelapa 1 sdt 5
1 Satuan penukar = 50 kalori 5 g Minyak inti kelapa sawit 1 sdt 5
lemak Santan 1/3 gls 40
1. Lemak tidak jenuh
83
84