Anda di halaman 1dari 8

HANDOUT V

MATERI : KEBUTUHAN ZAT GIZI


MATA KULIAH : GIZI MASYARAKAT
DOSEN : RODIYAH, S.KM
PERTEMUAN : 4

4.1 Minimal Daily Requirement (MDR)


Atau disebut juga Kebutuhan Minimal Sehari. MDR adalah kebutuhan minimal sehari
agar seseorang rata-rata tidak menjadi sakit, pada kondisi yang umum dianggap normal.
Nilai MDR untuk zat-zat gizi tertentu telah dapat ditentukan melalui dua pendekatan,
yaitu:
a. Pendekatan kuratif (terapeutik)
Pada pendekatan ini, subjek percobaan dibuat sakit dahulu dan kemudian diberi zat
gizi yang sedang diteliti, untuk menentukan dosis terkecil yang dapat menyembuhkan
gejala-gejala kekurangan zat gizi tersebut dalam jangka waktu tertentu. Menurut
pendekatan kuratif, MDR adalah dosis terkecil zat gizi yang diperlukan sehari untuk
menyembuhkan seseorang dari gejala-gejala defisiensi zat gizi tersebut.
b. Pendekatan preventif
Pada pendekatan ini, subjek percobaan sehat diberi makanan yang mengandung zat
gizi yang sedang diteliti kemudian dikurangi secara bertingkat, dan dicari dosis terkecil
yang sanggup menjaga subjek percobaan dari gejala-gejala defisiensi zat gizi
tersebut. Menurut pendekatan preventif, MDR adalah dosis terkecil zat gizi yang
diperlukan sehari untuk melindungi seseorang dari serangan gejala-gejala defisiensi
tertentu.
Pada umumnya, nilai MDR yang diperoleh dengan pendekatan preventif mempunyai
nilai yang lebih besar dari nilai MDR menurut pendekatan kuratif, sehingga nilai MDR
merupakan “range value”, bukan angka pasti. Range ini mempunyai batas-batas MDR
yang ditentukan melalui dua pendekatan yang ada.

4.2 Recommended Daily Allowance (RDA)


Atau disebut juga Anjuran Kebutuhan Sehari. Pada keadaan khusus, dosis MDR
mungkin tidak akan mencukupi sehingga harus dinaikkan dengan suatu tambahan untuk
menjamin kebutuhan tubuh. Jumlah (dosis) MDR zat gizi setelah diberi tambahan ini
kemudian dianjurkan untuk dikonsumsi setiap harinya disebut dengan RDA. Tambahan
pada MDR ini disebut Batas Keamanan ( Safety Margin). Nilai RDA berbeda-beda bagi
masing-masing negara karena nilai batas keamanan pada masing-masing negara juga
berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya batas keamanan adalah:
a. Tingkat kesehatan gizi masyarakat yang ingin dicapai
b. Tingkat ekonomi masyarakat yang menentukan tingkat daya beli
c. Umur kelompok (balita,dewasa,dll)
d. Jenis kelamin
e. Kondisi fisik (seperti: hamil, menyusui)
Nilai RDA berlaku bagi rata-rata masyarakat, apabila hendak diterapkan bagi
perorangan harus diadakan adaptasi sesuai dengan kondisi perorangan (misalnya: status
gizi perorangan, tingkat kegiatan kerja, keadaan rekonvalesen perorangan, dan lain-lain).
Nilai RDA untuk suatu negara harus ditinjau secara periodik (5-10 tahun sekali), karena
berbagai faktor yang mempengaruhi nilai batas keamanan dapat berubah menurut
kondisi dan waktu. Di Indonesia, daftar RDA ditinjau dan disesuaikan secara berkala,
umumnya 10 tahun sekali, tapi penyesuaian terakhir dilakukan setelah 5 tahun (karena
kemajuan ekonomi yang pesat).

4.3 Kebutuhan Tubuh akan Energi


4.3.1 Metabolisme Basal
Metabolisme basal adalah energi untuk kebutuhan fisiologis minimal tubuh dalam
keadaan basal. Keadaan basal adalah apabila tubuh dalam keadaan tidur tetapi secara
relaks terlentang, tidak melakukan pekerjaan jasmaniah maupun rohaniah dalam kondisi
lingkungan yang nyaman. Dalam praktiknya, kondisi basal terdapat saat kita baru saja
membuka mata di tempat tidur setelah tidur semalaman (paling sedikit 6 jam) dan tidak
memikirkan sesuatu yang berat serta pada kondisi lingkungan yang nyaman.AMB
dinyatakan dalam klal/kgBB/jam.rata2 2/3 energi lebih besar metabolism basal,factor
yang mempengaruhi AMB; ukuran tubuh, komposisi tbuh, jenis klmin, umur, tidur, suhu
tbuh, shu lgkungan, iklim, sekresi kelenjar endokrin, kehamilan, status gizi.

4.3.2 Kebutuhan Energi untuk Kerja Luar


Kebutuhan energi untuk kerja luar adalah energi yang dibutuhkan untuk
melakukan kegiatan aktifitas fisik (seperti berjalan, berlari).

4.3.3 Specific Dynamic Action (SDA)


Atau disebut juga energi untuk menutup pengaruh makanan, yaitu banyaknya
energi yang digunakan untuk mencerna atau mengangkut makanan dalam tubuh.

4.4 Angka Kecukupan Gizi (AKG)


Terdapat pergeseran konsep standar gizi yang digunakan pada masa lalu dan masa
kini. Pada masa lalu, hanya dibuat satu standar gizi yaitu RDA untuk keperluan berbagai
tujuan. Pada masa kini, standar gizi dibuat berbagai macam sesuai dengan tujuan
penggunaannya, meliputi: 1) kebutuhan rata-rata [ Estimated Average Requirement,
EAR]; 2) asupan gizi yang cukup [ Adequate Intake, AI]; 3) kecukupan gizi
[Recommended Dietary Allowances, RDA]; 4) batas atas asupan [Tolerable Upper Intake
Level, UL]. Di Indonesia, berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
tahun 2004 ditetapkan tiga standar gizi yang berlaku di Indonesia, yaitu Angka
Kecukupan Gizi (AKG), Batas Atas Asupan (UL) dan Acuan Label Gizi (ALG).
AKG adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan untuk hidup
sehat setiap hari bagi hamper semua penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin
dan kondisi fisiologis (seperti kehamilan dan menyusui). Konsep kecukupan energi
kelompok penduduk adalah nilai rata-rata kebutuhan, sedangkan kecukupan protein dan
zat gizi lain adalah nilai rata-rata kebutuhan ditambah dengan 2 kali simpangan baku (2
SD). Kegunaan adanya AKG yang dianjurkan, meliputi:
a. Untuk menilai kecukupan gizi yang telah dicapai melalui konsumsi makanan bagi
golongan masyarakat tertentu yang didapatkan dari hasil survei gizi
b. Untuk merencanakan pemberian makanan tambahan untuk balita maupun untuk
perencanaan institusi
c. Untuk merencanakan penyediaan pangan tingkat regional maupun nasional
d. Untuk patokan label gizi makanan yang dikemas apabila perbandingan dengan
AKG diperlukan
e. Untuk bahan pendidikan gizi
Kecukupan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tahap pertumbuhan dan
perkembangan tubuh, ukuran dan komposisi tubuh, jenis kelamin, keadaan kesehatan
tubuh, keadaan fisiologis tubuh, kegiatan fisik, lingkungan, mutu makanan dan gaya
hidup. AKG yang sudah ditetapkan untuk orang Indonesia meliputi energi, protein,
vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin K, vitamin C, tiamin, riboflavin, niasin, piridoksin,
vitamin B12, asam folat, kalsium, fosfor, magnesium, besi, seng, iodium, mangan,
selenium dan fluor. Contohnya untuk angka kecukupan energi tingkat nasional adalah
2000 kkal (taraf konsumsi) dan 2200 kkal (taraf persediaan); angka kecukupan protein
tingkat nasional adalah 52 gram (taraf konsumsi) dan 57 gram (taraf persediaan).
Kecukupan gizi untuk pelabelan produk makanan yang dikemas disebut dengan
acuan label gizi (ALG). Berdasarkan hasil diskusi POKJA II Widyakarya Nasional Pangan
dan Gizi VIII tahun 2004, ditetapkan bahwa ALG diperuntukkan: 1) makanan atau
pangan yang dikonsumsi untuk umum; 2) makanan untuk bayi usia 0-6 bulan; 3)
makanan untuk anak usia 7-23 bulan; 4) makanan untuk anak usia 2-5 tahun; 4)
makanan untuk ibu hamil dan menyusui.
Kebutuhan Energi Sehari

Angka Kebutuhan Gizi (Dietary Requirement) adalah banyaknya zat-zat gizi yang Q
1` dibutuhkan seseorang/individu untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi adekuat. Kebutuhan gizi ditetapkan berdasarkan umur,
gender, aktifitas fisik, kondisi khusus, dalam keadaan sakit, perubahan kebutuhan
(karena infeksi, gangguan metabolik, penyakit kronik dan kondisi abnormal lainnya).
Terdapat dua cara dalam menentukan kebutuhan gizi, yaitu:
a. CARA I: Menentukan Kebutuhan Gizi dalam Keadaan Sehat
1. Energi
Kebutuhan energi ditentukan oleh beberapa komponen, yaitu angka metabolisme
basal (AMB/BMR), aktifitas fisik dan pengaruh termis makanan. Komponen
utamanya adalah AMB/BMR dan aktifitas fisik.
a) AMB/BMR
AMB dipengaruhi oleh umur/U, gender, berat badan/BB dan tinggi badan/TB.
Ada beberapa cara untuk menentukan AMB, yaitu:
1) Cara Harris Benedict (1919)
Laki-laki = 66 + (13xBB) + (5xTB) – (6,8xU)
Perempuan = 65,5 + (9,6xBB) + (1,8xTB) – (4,7xU)
2) Cara Cepat
(a) Laki-laki = 1 kkal x kg BB x 24 jam
Perempuan = 0,95 kkal x kg BB x 24 jam
(b) Laki-laki = 30 kkal x kg BB
Perempuan = 25 kkal x kg BB
3) Cara FAO/WHO/UNU
Rumus FAO/WHO/UNU untuk menentukan AMB adalah:
AMB (kkal/hari)
Kelompok Umur (Tahun)
Laki-laki Perempuan
0–3 60,9BB – 54 61,0BB – 51
3 – 10 22,7BB + 495 22,5BB + 499
10 – 18 17,5BB + 651 12,2BB + 746
18 – 30 15,3BB + 679 14,7BB + 496
30 – 60 11,6BB + 879 8,7BB + 829
≥ 60 13,5BB + 487 10,5BB + 596

Kebutuhan energi untuk AMB dapat juga dihitung berdasarkan berat badan
normal atau ideal (BBI). Apabila BB dinilai kurang dari BBI, maka kebutuhan
energinya ditambah sebanyak 500 kkal. Sedangkan apabila nilai BB lebih dari
BBI, maka kebutuhan energinya dikurangi 500 kkal. Cara menetapkan BBI
dapat melalui:
1) Rumus Brocca
BBI (kg) = (TB [cm] – 100) – 10%
2) Rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
IMT = BB [kg] / (TB [m])2
b) Aktifitas fisik
Dibagi dalam 4 golongan, yaitu sangat ringan, ringan, sedang dan berat.
Kebutuhan energi untuk berbagai aktifitas fisik dinyatakan dalam kelipatan
AMB. Cara menaksir kebutuhan energinya adalah dengan mengalikan nilai AMB
dengan kelipatan yang sesuai dengan jenis aktifitas fisik. Berikut adalah
kelipatan berbagai golongan aktifitas fisik:
Jenis Kelamin
Aktifitas Fisik
Laki-laki Perempuan
Sangat ringan 1,30 1,30
Ringan 1,65 1,55
Sedang 1,76 1,70
Berat 2,10 2,00
2. Protein, Lemak, Karbohidrat
Menurut WHO, cara menentukan kebutuhan protein, lemak, karbohidrat adalah:
a) Protein
10 – 15 % dari kebutuhan energi total.
b) Lemak
10 – 25 % dari kebutuhan energi total.
c) Karbohidrat
60 – 75 % dari kebutuhan energi total ATAU sisa dari kebutuhan energi yang
telah dikurangi dengan energi yang berasal dari protein dan lemak.
3. Vitamin, Mineral
Kebutuhan vitamin dan mineral dapat diambil dari AKG yang dianjurkan. Oleh
karena sebagian besar vitamin dan mineral rusak selama penyimpanan dan
pengolahan makanan, sebaiknya kebutuhan ditetapkan lebih besar dari AKG.
b. CARA II: Menentukan Kebutuhan Gizi dalam Keadaan Sakit
1. Energi
Kebutuhan energi berubah dalam keadaan sakit, sesuai dengan jenis dan beratnya
penyakit. Cara menentukan kebutuhan energi orang sakit dapat dilakukan dengan
cara:
a) Menurut Kg BB (kkal/kg/hari)
Yaitu dengan mengalikan kg BB dengan jumlah energi/kg BB-nya. Cara ini
digunakan untuk menghitung kebutuhan energi bagi pasien yang tidak
mengalami stress.
Berikut contoh daftar jumlah energi/kg BB-nya:
Energi Total Energi/kg BB
Kategori dan Umur (Tahun) BB (kg) TB (cm)
(kkal) (kkal)
Laki-laki:
20 – 45 62 165 2800 45
46 – 59 62 165 2500 40
≥ 60 62 165 2200 35
Perempuan:
20 – 45 54 156 2200 40
46 – 59 54 156 2100 39
≥ 60 54 156 1850 34

b) Menurut persen (%) kenaikan kebutuhan diatas AMB


Yaitu dengan mengalikan AMB dengan faktor aktifitas dan faktor trauma/stress.
Cara ini digunakan untuk menghitung kebutuhan energi bagi pasien yang
mengalami stress.
No Aktifitas Faktor No Jenis Trauma/Stress Faktor
1. Istirahat di tempat tidur 1,2 1. Tidak ada stress, pasien 1,3
dalam keadaan gizi baik
2. Tidak terikat di tempat tidur 1,3 2. Stress ringan: peradangan 1,4
saluran cerna, kanker,
bedah elektif, trauma
kerangka moderat
3. Stress sedang: sepsis, 1,5
bedah tulang, luka bakar,
trauma kerangka mayor
4. Stress berat: trauma 1,6
multiple, sepsis dan bedah
multisistem
5. Stress sangat berat: luka 1,7
kepala berat, sindroma
penyakit pernafasan akut,
luka bakar dan sepsis
6. Luka bakar sangat berat 2,1
2. Protein
Kebutuhan protein minimal untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen adalah
0,4 – 0,5 gr/kgBB. Demam, sepsis, operasi, trauma dan luka dapat meningkatkan
katabolisme protein sehingga kebutuhan protein meningkat sampai 1,5 – 2,0
gr/kgBB. Sebagian besar pasien yang dirawat membutuhkan protein 1,0 – 1,5
gr/kg BB.
3. Lemak
Kebutuhan lemak dalam keadaan sakit bergantung pada jenis penyakitnya, yaitu
lemak sedang atau lemak rendah. Pada penyakit tertentu (misalnya dislipidemia)
akan membutuhkan modifikasi jenis lemak.
 Lemak sedang : 15 – 20 % dari kebutuhan energi total.
 Lemak rendah : ≤ 10 % dari kebutuhan energi total.
 Modifikasi jenis lemak : < 10% dari kebutuhan energi total (lemak
jenuh); 10% dari kebutuhan energi total (lemak tidak jenuh ganda); 10 – 15 %
dari kebutuhan energi total (lemak tidak jenuh tunggal).
4. Karbohidrat
Selain jumlah, kebutuhan karbohidrat dalam keadaan sakit sering dinyatakan
dalam bentuk karbohidrat yang dianjurkan. Misalnya: penyakit DM, dislipidemia
dan konstipasi membutuhkan serat tinggi (30 – 50 gr/hari); sedangkan diare
membutuhkan serat rendah (< 10 gr/hari). Untuk penderita DM dan dislipidemia
dengan trigliserida darah tinggi tidak dianjurkan menggunakan gula sederhana.
5. Mineral, Vitamin
Kebutuhan mineral dan vitamin dapat diambil dari AKG yang dianjurkan. Perlu
adanya pertimbangan terkait sifat penyakit; simpanan dalam tubuh; kehilangan
melalui urin, kulit atau saluran cerna; dan interaksi dengan obat-obatan. Untuk
menjamin kecukupan maka diperlukan suplemen mineral dan/atau vitamin.
6. Cairan
Orang sehat membutuhkan 1800 – 2500 ml atau 7 – 10 gelas air sehari. Upaya
penyembuhan membutuhkan hidrasi jaringan yang cukup untuk menggantikan
kehilangan cairan karena keringat berlebihan, muntah-muntah, diare atau keadaan
lain yang menyebabkan kehilangan cairan berlebihan. Apabila intake cairan tidak
cukup melalui konsumsi makanan dan minuman, maka diberikan cairan parenteral
disertai elektrolit.

Anda mungkin juga menyukai