Anda di halaman 1dari 12

MODUL

PRAKTIKUM ILMU GIZI

PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kenikmatan yang melimpah serta berkat rahmat dan karunia sehingga
Modul Praktikum Ilmu Gizi ini dapat diselesaikan. Modul praktikum ini
merupakan salah satu sarana pembelajaran untuk mempermudah dalam
pelaksanaan praktikum Ilmu Gizi.
Modul Praktikum Ilmu Gizi ini diharapkan dapat memberikan informasi
bagi mahasiswa dan membantu mahasiswa dalam memahami materi praktikum
Ilmu Gizi. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bila ada
kekurangan dalam penulisan modul praktikum ini.

Indralaya, September 2017


Koordinator Praktikum,
PRAKTIKUM 1
KEBUTUHAN GIZI

1.1. Pendahuluan
Setiap hari tubuh memerlukan pangan dalam jumlah tertentu sebagai
sumber energi, dan sebagai zat pembangun serta zat pengatur. Menurut IOM
(2002) dalam Muhilal dan Hardinsyah (2004), pada keadaan ekstrim kekurangan
atau kelebihan zat gizi dapat menyebabkan penyakit bahkan kematian. Almatsier
(2003) menambahkan bahwa kebutuhan akan pangan bergantung pada berbagai
faktor, seperti umur, jenis kelamin, berat badan, iklim, dan aktivitas fisik. Oleh
karena itu diperlukan susunan angka kecukupan gizi yang sesuai untuk rata-rata
penduduk yang hidup di daerah tertentu, dimana akan digunakan sebagai standar
guna mencapai status gizi optimal bagi penduduk. Di Indonesia kebutuhan gizi
per orang per hari adalah berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan.
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) adalah suatu kecukupan
rata-rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur,
jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas untuk mencegah terjadinya defisiensi
gizi (Muhilal et al., 1998). Setelah direvisi, maka pengertian AKG yang
dianjurkan adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh
untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua populasi menurut kelompok
umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan
menyusui (Muhilal dan Hardinsyah, 2004). Almatsier (2003) menyatakan bahwa
AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing
kelompok umur, jenis kelamin dan aktivitas fisik. Patokan berat badan ini
didasarkan pada berat badan yang mewakili sebagian besar penduduk yang
digolongkan mempunyai derajat kesehatan yang optimal.
Angka kecukupan gizi berguna sebagai nilai rujukan (reference values)
yang digunakan untuk perencanaan dan penilaian konsumsi makanan dan asupan
gizi bagi orang sehat, agar tercegah dari defisiensi/kekurangan ataupun
kelebihan/excess asupan zat gizi (Muhilal dan Hardinsyah, 2004). Menurut
Muhilal et al. (1998) dan Almatsier (2003), angka kecukupan gizi (AKG) yang
dianjurkan digunakan untuk maksud-maksud sebagai berikut :
1. Merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau
kelompok penduduk.
2. Menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan ataupun kelompok.
3. Perencanaan pemberian makanan di institusi, seperti rumah sakit, sekolah,
industri/perkantoran, asrama, panti asuhan, panti jompo dan lembaga
pemasyarakatan.
4. Menetapkan standar bantuan pangan; misalnya untuk keadaan darurat,
membantu para transmigran dan penduduk yang ditimpa bencana alam, serta
untuk memberi makanan tambahan untuk balita, anak sekolah, dan ibu hamil.
5. Menilai kecukupan persediaan pangan tingkat regional maupun nasional.
(pertimbangan sama pada butir satu).
6. Merencanakan program penyuluhan dan pendidikan gizi, terutama yang
terkait dengan kebutuhan berbagai kelompok umur dan kegiatan.
7. Mengembangkan produk pangan baru di industri.
8. Menetapkan pedoman untuk keperluan labeling gizi pangan.

1.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa memahami tentang Angka
Kebutuhan Gizi dan cara menghitung kebutuhan zat-zat gizi (energi, protein,
lemak, vitamin A, vitamin C, asam folat, kalsium, fosfor, besi, dan iodin) per
orang per hari.

1.3. Cara Kerja


Cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Praktikan menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti timbangan berat
badan, dan alat-alat tulis.
2. Berat badan (kg) masing-masing praktikan diukur dan dicatat (berat badan
aktual).
3. Berat badan aktual dibandingkan dengan berat badan standar (Tabel AKG
2004).
4. Kebutuhan masing-masing zat gizi (energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin
C, asam folat, kalsium, fosfor, besi, dan iodin) dihitung berdasarkan
persamaan di bawah ini :
Berat badan aktual (kg)
Kebutuhan zat gizi = xAKG
Berat badan standar (kg)

Keterangan :

BB aktual : berat badan aktual berdasarkan hasil penimbangan (kg)


BB standar : berat badan acuan yang tertera pada tabel AKG
AKG : angka kebutuhan gizi yang dianjurkan (lampiran)
Contoh perhitungan :
Seorang pria berusia 35 tahun dengan berat badan 58 kg. Hitunglah kebutuhan
energi dan protein pria tersebut!
Berdasarkan tabel AKG (2004), berat badan standar untuk pria berusia 35 tahun
adalah 62 kg.
AKG ; energi = 2350 kkal ; protein = 60 gram
Maka kebutuhan gizi pria tersebut :
Energi = 58/62 x 2350 = 2198,39 kkal
Protein = 58/62 x 60 = 56,13 gram

Daftar Pustaka
Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Muhilal et al. 1988. Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan (AKG).
Makalah Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi III. Yakarta :
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Muhilal, F. Jalal, dan Hardinsyah. 1998. Angka Kecukupan Gizi yang


Dianjurkan. Makalah Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI.
PRAKTIKUM 2
PENENTUAN STATUS GIZI SECARA ANTROPOMETRI
2.1. Pendahuluan
Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui dua metode yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Metode penilaian secara langsung yang sering
digunakan yaitu dengan cara antropometri, biokimia, klinis, dan biofisik,
sedangkan metode penilaian secara tidak langsung yaitu dengan penilaian
konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif.
Pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh) secara luas digunakan
untuk menilai status gizi. Pengukuran antropometri fokus pada berbagai dimensi,
proporsi dan berbagai aspek komposisi tubuh manusia pada berbagai umur dan
derajat gizi yang berbeda. Pengukuran antropometri terdiri dari dua dimensi yaitu
pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komponen pertumbuhan meliputi
pertumbuhan linear (tinggi badan) dan pertumbuhan ponderal atau massa tubuh
(berat badan), sedangkan komponen komposisi tubuh meliputi lemak tubuh (fat
mass) dan bukan lemak tubuh (fat-free mass).
Pengukuran berat badan dan tinggi badan merupakan beberapa pengukuran
antropometri yang sering dilakukan di lapangan. Pengukuran berat badan dan
tinggi badan dapat digunakan untuk menilai status gizi pada orang dewasa
menggunakan indeks massa tubuh (IMT).
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan
dan kelebihan berat badan. Dengan menggunakan IMT maka dapat diketahui
apakah seseorang tergolong overweight atau tidak. Penentuan status gizi yang
digunakan adalah pembagian berat badan dalam kg dengan tinggi badan dalam
meter kuadrat dinyatakan dalam indeks massa tubuh atau IMT.

2.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa memahami metode
penentuan status gizi orang dewasa menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh).

2.3. Cara kerja


Cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Praktikan menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti timbangan berat
badan, alat pengukuran tinggi badan, dan alat-alat tulis.
2. Berat badan dan tinggi badan praktikan diukur menggunakan alat yang sudah
disediakan kemudian dicatat.
3. Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung berdasarkan rumus berikut :

4. Interpretasi hasil perhitungan berdasarkan tabel berikut :

IMT KATEGORI
<17,0 Kurus sekali Kekurangan berat badan tingkat berat
17,0 – 18,4 Kurus Kekurangan berat badan tingkat ringan
18,5 – 25,0 Normal
25,1 – 27,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan

> 27,0 Gemuk sekali Kelebihan berat badan tingkat berat

PRAKTIKUM 3
PENENTUAN STATUS GIZI SECARA KONSUMSI
(FOOD RECALL 24 JAM)

3.1. Pendahuluan
Penentuan status gizi secara konsumsi dapat dilakukan dengan survei dan
akan menghasilkan data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Secara
kuantitatif akan diketahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Metode
pengumpulan data yang dapat digunakan adalah metode recall 24 jam, food
record, dan food weighing. Secara kualitatif akan diketahui frekuensi makan
maupun cara memperoleh pangan. Metode pengumpulan data yang dapat
digunakan adalah food frequency questionnaire dan dietary history.
Metode recall 24 jam merupakan metode yang digunakan untuk estimasi
jumlah pangan dan minuman yang dimakan oleh seseorang selama 24 jam yang
lalu atau sehari sebelum wawancara dilakukan. Dengan metode ini akan diketahui
besarnya porsi pangan berdasarkan ukuran rumah tangga (URT), kemudian
dikonversi ke ukuran metrik (g). Kelebihan dari metode ini adalah mudah
dilakukan, tidak terlalu membebani responden, biaya relatif murah, dan dapat
digunakan pada responden yang buta huruf.
Pewawancara melakukan recall pada responden mengenai semua pangan
yang dibeli dan yang digunakan termasuk kuantitasnya (gram atau URT/Ukuran
Rumah Tangga). Recall konsumsi dilakukan dengan menggunakan kuisioner
terstruktur tentang makanan yang biasa dimakan atau dikonsumsi. Contoh cara
melakukan recall 24 jam :
 Perkenalan (perkenalkan jati diri Anda terlebih dulu): saya ingin memperoleh
keterangan ttg apa yang telah Anda makan mulai pagi hingga malam hari.
 Ceritakanlah kepada saya makanan apa saja yg telah Anda makan dan
minuman apa yg telah Anda minum.
 Jam berapa Anda bangun pagi ?
 Apa yg pertama kali Anda makan, atau minum? Kapan?
 Berapa banyak yg telah dimakan/diminum?(butuh alat bantu food model, jika
ada atau peralatan rumah tangga spt mangkuk, gelas, cangkir, piring makan
dsb untuk menentukan jumlah).
 Bagaimana cara memasak dan/atau menyiapkannya?
 Kapan lagi Anda makan? (jangan pernah menganggap setiap orang makan 3x
sehari scr teratur). Makan apa? Sebanyak apa?
 (begitu selesai, ulangi lagi pertanyaan serupa sampai jadwal makan terakhir
sebelum tidur).

3.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa memahami metode penilaian
status gizi menggunakan metode survei konsumsi makanan (recall 24 jam) dan
bisa melakukan survei konsumsi makanan (recall 24 jam). Selain itu mahasiswa
juga bisa menghitung angka kecukupan energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin
C, Asam folat, kalsium, fosfor, besi, dan iodin.

3.3. Cara Kerja


Cara kerja praktikum food recall 24 jam adalah sebagai berikut :
1. Praktikan diminta membentuk kelompok terdiri atas 2 orang.
2. Tiap praktikan diminta mencatat seluruh kegiatan anggota kelompoknya
selama 1 x 24 jam dan mengumpulkan data berupa makanan yang dikonsumsi
oleh orang tersebut pada 1 x 24 jam dengan metode food recall.
3. Hasil laporan adalah tabel daftar konsumsi makanan setiap hari selama 1 hari.
4. Tabel konsumsi makanan berisi jenis makanan yang dikonsumsi, berat
makanan (URT dan g), energi (kkal) maupun zat gizi yang dihasilkan oleh
makanan yang dikonsumsi responden.
5. Besarnya kandungan energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin C, Asam folat,
kalsium, fosfor, besi, dan iodin yang dihasilkan tiap-tiap bahan makanan per
100 gram dilihat pada tabel DKBM.
6. Kandungan energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin C, Asam folat, kalsium,
fosfor, besi, dan iodin dari bahan makanan yang dikonsumsi dihitung
berdasarkan tabel pada DKBM.
7. Bandingkan dengan AKG dan hitung persen kontribusi zat gizi aktual yang
dikonsumsi terhadap AKG.
8. Hubungkan hasil survei konsumsi terhadap IMT.

FORMAT LAPORAN
PRAKTIKUM ILMU GIZI

1. Margin kertas 4:3:3:3 (menggunakan kertas A4)


2. Times New Roman
3. Untuk ukuran umum tulisan menggunakan size 12 dengan spasi 1,5
4. Untuk cover depan : Judul dan jurusan size 16
Ukuran lambang 4x4
Nama dan NIM size 14
5. Tabel dibuat terbuka dengan size 11 dgn spasi 1
6. Daftar pustaka minimal tahun 2008 dalam bentuk JURNAL
Minimal jurnal yang digunakan berjumlah 10 jurnal
3

4 3

CONTOH FORMAT UNTUK BAB-BAB NYA…….

BAB 1 size 14 dengan spasi 1,5


PENDAHULUAN
Spasi 3
1.1 Latar Belakang
Spasi 1,5
………………………………………………….
……………………………………………………………
……………………………………………………………
Spasi 3

1.2 Tujuan
Spasi 1,5
Begitu seterusnya dengan bab-bab berikutnya !

ISI LAPORAN MELIPUTI :


DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ……………..
2.2. ……………..
2.3. ……………..
BAB 3 METODELOGI
3.1. Alat dan Bahan
3.2. Cara kerja
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai