0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
136 tayangan3 halaman
Dokumen ini membahas proses pembekuan fillet ikan kakap merah di PT. Alam Jaya sesuai dengan Good Manufacturing Practices (GMP). Prosesnya meliputi penerimaan bahan baku, sortasi, pencucian, pemfilletan, pembungkusan, pembekuan, deteksi logam, pengemasan, dan penyimpanan. Aplikasi GMP di lapangan belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman GMP perusahaan karena beberapa tahapan seperti pemberian gas CO dan
Deskripsi Asli:
membahas secara singkat gmp fillet kakap merah di pt. alam jaya
Dokumen ini membahas proses pembekuan fillet ikan kakap merah di PT. Alam Jaya sesuai dengan Good Manufacturing Practices (GMP). Prosesnya meliputi penerimaan bahan baku, sortasi, pencucian, pemfilletan, pembungkusan, pembekuan, deteksi logam, pengemasan, dan penyimpanan. Aplikasi GMP di lapangan belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman GMP perusahaan karena beberapa tahapan seperti pemberian gas CO dan
Dokumen ini membahas proses pembekuan fillet ikan kakap merah di PT. Alam Jaya sesuai dengan Good Manufacturing Practices (GMP). Prosesnya meliputi penerimaan bahan baku, sortasi, pencucian, pemfilletan, pembungkusan, pembekuan, deteksi logam, pengemasan, dan penyimpanan. Aplikasi GMP di lapangan belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman GMP perusahaan karena beberapa tahapan seperti pemberian gas CO dan
Dalam Pengolahan Produk hasil perikanan terutama produk fillet kakap
merah, untuk menghasilkan produk dengan mutu yang baik, maka perlu dilakukan penanganan yang tepat pada bahan baku dan melalui proses pengolahan sesuai dengan Good Manufacturing Practices (GMP) dengan tujuan untuk mendapatkan produk akhir yang sesuai dengan standar ekspor. Untuk menghasilkan produk ikan fillet yang memenuhi standar ekspor, bermutu, dan aman, harus dilakukan pengawasan terhadap alur proses produksi, baik penanganan serta teknik produksi. Tujuan dari pembekuan adalah menerapkan metode unggul guna mempertahankan sifat-sifat mutu tinggi pada ikan/udang dengan tehnik penarikan panas secara efektif dari ikan/udang agar suhunya sampai pada suatu tingkat suhu rendah yang stabil dan mengawet dari arti ikan/udang itu hanya mengalami proses perubahan mutu yang minimum selama proses pembekuan, penyimpanan beku dan distribusi, sehingga dapat dinikmati oleh konsumen akan nilai dan faktor mutunya dalam keadaan segar atau keadaan olahan seperti yang dimiliki produk itu sebelum dibekukan (Ilyas, 1993). Kerja Praktek Akhir (KPA) dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2017 sampai dengan tanggal 30 mei 2017 yang bertempat di PT. Alam Jaya Rungkut, Surabaya. Metode yang digunakan yaitu magang dan survei, sumber data kalitatif dan kuantitatif, jenis data primer PT. Alam Jaya adalah perusahaan perikanan yang bergerak dalam bidang pengolahan hasil perikanan yang produknya berupa ikan beku. PT. Alam Jaya telah membuat suatu pedoman secara tertulis mengenai bagaimana cara berproduksi yang baik atau disebut dengan Good Manufacturing Practices (GMP) yang bertujuan untuk memastikan mutu produk akhir dan menjamin keamanan pangan sehingga aman dikonsumsi. Tahapan proses pembekuan fillet ikan kakap merah bentuk Skin on sesuai GMP perusahaan adalah penerimaan bahan baku, sortasi dan pencucian, penimbangan I, pembuangan sisik, pencucian II, pemfilletan, Pembuangan Duri Dan Trimming, pencucian III, pemberian gas CO, chilling, pembungkusan, penyusunan dalam long pan, pembekuan, metal detecting, Penimbangan II, packing, penyimpanan, dan Stuffing. Penerapan GMP di PT. Alam Jaya antara lain:
Penerimaan bahan baku, Dilakukan dengan mengecek suhu pada saat
bahan baku datang suhunya menggunakan thermocouple dengan suhu maksimal 4,4ºC, Tujuan dari proses penerimaan bahan baku adalah untuk memperoleh bahan baku yang bermutu dan berkualitas sesuai dengan standar. Sistem penerimaan bahan baku yang dilaksanakan di PT. Alam Jaya adalah bahan baku datang menggunakan kendaraan pick up atau truck yang terdapat cold box di dalamnya dan berisi es. Ikan yang diterima juga merupakan ikan segar yang baru ditangkap atau dipanen. Penerimaan bahan baku ini dilaksanakan di ruang receiving yang terletak terpisah dari ruang proses atau pada ruang pembongkaran yang berada di luar dan terdapat Jendela kecil. Pencucian I, sortasi dan penggolongan mutu, bertujuan untuk membersikan ikan dari kotoran dengan menyiram ikan di bak, sortasi bertujuan untuk mengelompokkan ikan berdasarkan size jenis, penggolongan mutu bertujuan untuk menentukan kualitas ikan dengan cara pengecekan organoleptik. Penimbangan I. bertujuan untuk mengetahui berat bahan baku awal pada saat diterima. Penimbangan I ini dilakukan oleh karyawan ruang fillet bagian tally dan diawasi langsung oleh QC bagian bahan baku dan QC produksi. Penimbangan I dilakukan di ruang fillet. Ikan yang telah ditimbang lalu dicatat oleh petugas tally. Penyisikan. dilakukan untuk memisahkan sisik dengan tubuh ikan, diupayakan tidak merusak daging Pada tahapan ini selalu dilakukan pengecekan suhu oleh QC setiap jam sekali agar suhunya tetap dibawah 4,40C. Pencucian II. bertujuan untuk membersihkan ulang agar ikan tersebut benar – benar bersih dari sisik sebelum dilanjutkan ke proses selanjutnya. Ikan tersebut dicuci dalam air dingin dengan cara dicelupkan beberapa saat dalam bak pencucian dari bahan stainless steel yang berukuran (110x82x85) cm, yang mempunyai saluran pembuangan air. Pemfilletan. tujuannya memotong daging dengan tulang kepala dan ekor dengan menggunakan pisau bersih dan tajam untuk menghasilkan fillet. pemfilletan dilakukan secara hati-hati , cepat dan bersih. Sistem rantai dingin dilaksanakan selama pemfilletan. Debone & Trimming. dilakukan untuk membuang duri dari daging Tujuannya agar Ikan yang telah di fillet harus dirapihkan dan dibuang duri nya agar tiap fillth ikan terlihat baik Pencucian III. cara pencucian ikan fillet dengan dicelupkan ke bak berisikan air dingin. Air sebelum digunakan dilakukan pengecekan warna, rasa dan bau oleh QC kemudian Ikan dicuci dengan air maksimal 2 0 C Pencucian tiap ekor ikan dengan air mengalir di bak berukuran 40x25x25. Pemberian Gas CO, Pembungkusan, produk dibungkus menggunaan plastik IVP dan kemudian di vacuum. Tujuannya agar tidak udara di dalam bungkus/kemasan fillet Penataan pada Long pan, sebelum long pan digunakan terlebih dahulu dibersihkan, baru dilakukan penataan ikan pada long pan dengan size 3-5 kg. Long pan yang digunakan untuk menata ikan memiliki ukuran yakni (0,1x43x75)cm. Penataan yang dilakukan yakni memberikan alas plastic dengan ukuran yang lebih panjang dan lebar dari ukuran long pan guna untuk mempermudah pengambilan atau pembongkarannya, selain itu sisa plastik yang masih panjang berguna untuk menutup ikan. Perlakuan tersebut sesuai dengan GMP perusahaan yang menyatakan bahwa ikan disusun secara rapi dan bagian dasar dilapisi dengan plastik bersih. Pembekuan, setelah dilakukan penyusunan maka ikan yang telah disusun dalam pan siap untuk dibekukan kemudian ditata atas rak. Pembekuan ini dilakukan untuk mendapatkan produk beku dengan suhu -180C. Rak-rak pan yang telah terisi penuh kemudian dimasukkan dalam ABF (Air Blast Freezer). Setelah tiap-tiap rak pan rapi pintu ABF tersebut ditutup dengan rapat agar produk yang dihasilkan dingin secara merata. Hal ini sesuai dengan GMP perusahaan yang menyatakan di dalam ruangan ABF dengan suhu dibawah -20ºC. Deteksi logam, setelah produk dikeluarkan dari ABF dilanjutkan dengan proses deteksi logam. Ikan di deteksi satu persatu, tujuannya untuk mengetahui apakah ada kandungan logam berat pada daging fillet ikan kakap tersebut. Tapi sebelumya alat pendeteksian tersebut telah di cek sensitifitas oleh QC Packaging karena deteksi logam ini termasuk pada kelompok proses packaging di PT.Alam Jaya. Penimbangan II, bertujuan untuk mengetahui berat ikan setelah pembekuan dalam 1 keranjang basket dan timbangan yang digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu oleh karyawan yang berpengalaman. Packing, bertujuan untuk melindungi produk serta untuk memberi label produk tersebut. Selain itu juga berfungsi untuk mencegah pelelehan produk. Pada karton dicantumkan jenis produk, berat bersih dan keterangan lainnya produk tersebut antara lain tanggal, bulan, dan tahun produksi. Penyimpanan, produk disimpan dalam cold storage, tersebut sesuai dengan GMP perusahaan yang menyatakan bahwa cold storage berfungsi untuk menyimpan produk sebelum didistribusikan. Produk dimasukkan dalam master carton kemudian disimpan dalam cold storage dengan suhu -23ºC. Sedangkan ruang anteroom terdapat di sepanjang cold storage sebagai tempat penyinggahan produk yang akan disimpan dalam cold storage dengan tujuan menurunkan suhu produk mendekati suhu cold storage. Masa penyimpanan barang atau produk PT. Alam jaya yang sudah jadi paling lama dalam cold storage adalah 6-10 bulan, hal ini sesuai dengan panduan GMP perusahaan. Stuffing, bertujuan menyusun produk dalam container dengan memperhatikan sirkulasi udara didalam container. Produk beku yang disimpan dalam cold storage akan dikeluarkan untuk didistribusikan atau diekspor. Proses pemindahan ini dilakukan dengan cepat dan hati-hati menggunakan trolly. Untuk pemindahan dalam container juga tetap menggunakan sistem FIFO. Perlakuan ini sesuai dengan panduan GMP perusahaan yang mengatakan bahwa sebelum dipindahkan maka container harus didinginkan terlebih dahulu sampai suhu -20ºC dan dilakukan dengan cepat dan hati-hati. Kesimpulan dari ringkasan ini yaitu dalam proses pembekuan fillet ikan kakap bentuk skin on di PT. Alam Jaya, penerapan GMP di lapangan dan GMP perusahaan tidak sesuai karena tahapan proses pemberian Gas CO dan proses Chilling tidak tercantum pada GMP perusahaan karena proses tersebut tidak dianjurkan sebagai keamanan pangan, Namun proses tersebut dilakukan karena permintaan buyer. Dan pada proses metal detecting jarang dilakukan, oleh karena itu tidak ada jaminan bahwa pangan telah aman dari metal fragment Sedangkan saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya PT. Alam Jaya Perlu adanya pengawasan prosedur pada proses dilapngan oleh QC sehingga GMP dapat berjalan sesuai standar/syarat. Sebaiknya PT. Alam Jaya menerapkan seluruh tahapan proses sesuai dengan panduan GMP yang telah dibuat termasuk metal detecting sehingga produk akhir yang dihasilkan betul-betul aman untuk di konsumsi.
Penerapan Pemberlakuan PP No. 57 Tahun 2015 Tentang Sistem Jaminan Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan