berwarna kebiru-biruan. Panjang tubuhnya bisa mencapai 120 cm. Kepala patin
relatif kecil dengan bukaan diujung kepala disebelah bawah. Pada sudut mulutnya
terdapat dua pasang kumis yang berfungsi sebagai peraba. Ikan patin memiliki
keunggulan tersendiri, yaitu memiliki fekunditas yang tinggi, bersifat omnivora,
laju pertumbuhan yang cepat sehingga dapat diproduksi secara masal, tidak
besisik, durinya relatif sedikit dan dagingnya putih kemerahan serta mudah
dikuliti sehingga reatif mudah dibuat fillet yang baik.
CEK KUALITAS
PENERIMAAN (Receiving)
& SUHU
TIMBANG 1 (Weighing)
PENCUCIAN 1 (Washing 1)
TAMPUNG
KEPALA dan TULANG/DURI FILLET
POTONG (Cutting)
TIMBANG 2 (Weighing)
PENCUCIAN 2 (Washing 2)
PENYUSUNAN PRODUK
PEMBEKUAN (Freezing)
GLAZING
PENGEMASAN (Packaging)
penimbangan bahan baku dicatat sesuai dengan size dan jumlahnya pada form
produksi (PF/FP.I.09.13). Bahan baku yang telah tertimbang dan tercatat
kemudian didistribusikan ke tahapan proses selanjutnya. Namun, apabila bahan
baku sebelumnya masih banyak maka ikan yang baru datang dimasukan dan
disimpan pada bak penampung sementara dengan penambahan es setiap 4 susunan
sebelum bahan baku diproses. Jika bahan baku sebelumnya telah habis maka
bahan baku yang datang tersebut dapat langsung dilakukan proses selanjutnya.
Proses penimbangan dan penyimpanan pada bak penampung dapat dilihar pada
Gambar 3.6 berikut ini.
Gambar 4 Pencucian
30
3.3.4 Filleting
Bahan baku kemudian dilakukan proses fillet, dimana filleting adalah
suatu cara untuk memisahkan daging dari kepala, tulang, dan jeroan. Sebelum itu,
ikan dilakukan pencucian dengan menyiramkan air pada basket yang berisi ikan
patin. Pada proses fillet ini diusahakan seminimal mungkin agar tidak banyak
daging yang tertinggal pada tulang. Ikan yang telah di fillet kemudian di
masukkan ke dalam keranjang kecil dan dilakukan tahapan proses berikutnya.
Proses fillet dapat dilihat pada Gambar 3.8 berikut ini.
3.3.7 Trimming
Gambar 3.10 Proses Skinning
Sisa kulit yang masih melekat
pada daging fillet dapat dilakukan dengan proses trimming, dimana proses
trimming bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa kulit yang masih melekat,
lemak berwarna kuning serta merapikan bentuk daging fillet sehingga
menghasilkan daging fillet
bermutu baik. Proses trimming
dapat dilihat pada Gambar 3.11
berikut ini.
3.3.9 Penimbangan 2
Gambar 3.12 Proses Cutting
(weighing 2)
Daging fillet yang telah dipotong maka lakukan penimbangan. Proses
penimbangan dilakukan 3 kali dalam 1 kali timbangan sebanyak 5 kg potong
daging fillet sehingga total penimbangan daging fillet sebanyak 15 kg dalam satu
baskom besar. Kemudian dilakukan tahapan proses selanjutnya. Proses
penimbangan dapat dilihat pada Gambar 3.13 berikut ini.
33
3.3.12 Pembekuan
(Freezing) Gambar 3.15 Layering
Daging fillet yang telah disusun pada pan kemudian disusun pada rak
didalam ABF (Air Blash Freezer)
untuk proses pembekuan. Proses
pembekuan didalam ABF (Air
Blash Freezer) menggunakan suhu
35
3.3.15 Pengemasan
Gambar 3.18 Final Weighing
(Packing)
Proses pengemasan yang digunakan adalah plastik sebagai pengemasan
primer sedangkan kardus sebagai pengemas sekunder. Proses pengemasan harus
sesuai (jenis, size, berat dan jumlahnya) dengan label yang tertera pada kemasan
yang dipakai. Kemudian lakukan pencatatan hasil packing tersebut. Proses
pengemasan dapat dilihat pada Gambar 3.19 berikut ini.
37
3.4 GOOD
sarang hama hewan pengerat seperti tikus, jauh dari pembuangan sampah
dan sebaiknya pabrik pengolahan pangan jauh dari pemukiman penduduk
yang terlalu padar dan kumuh (Dirjen POM, 1999).
)2 Keadaan Lingkungan
Keadaan lingkungan harus selalu dalam kondisi yang baik yaitu
sampah dan limbah pabrik sebaiknya dikumpulkan pada tempat khusus dan
sebaiknya segera dibuang, tempat sampah selalu dalam keadaan tertutup
agar tidak menimbulkan bau dan mencegah pencemaran lingkungan, sistem
pembuangan dan pengolahan limbah harus selalu dipantau, saluran
pembuangan berjalan lancar agar air tidak tergenang dan sarana jalan
hendaknya diaspal atau dicor serta dilengkapi dengan sistem drainase yang
baik (Dirjen POM, 1999).
3.4.2 Bangunan dan Fasilitas Pabrik
Bangunan dan fasilitas pabrik yang meliputi peralatan dan sarana
pengolahan yang baik dirancang sejak awal pembangunan pabrik agar dapat
menjamin dan menjaga pangan yang diproduksi tidak tercemar. Denah lokasi dan
tata letak pabrik harus diatur sesuai dengan arus proses produksi agar produk tidak
tercemar akibat adanya kontaminasi silang. Gudang (tempat penyimpanan)
sebaiknya mengikuti sistem FIFO (First In First Out), yaitu bahan yang pertama
kali masuk ke dalam gudang hendaknya juga yang keluar pertama kali dari
gudang (Dirjen POM, 1999).
6) Penerangan
41
3.4.6 Penyimpanan
Penyimpanan harus disesuaikan dengan bahan yang disimpan. Jika bahan
mentah sebaiknya disimpan sesuai dengan standarnya. Bahan sebaiknya disimpan
42
dengan cara yang baik dan tepat untuk memudahkan produsen dalam mengambil
dan menggunakan bahan, menggunakan bahan, menjaga mutu dan kualitas,
mencegah pencemaran dan mencegah tertukarnya bahan yang digunakan (Dirjen
POM, 1999).
3.4.7 Transportasi
Dalam proses pengiriman produk akhir kepada tangan konsumen,
transportasi yang baik sangat diperlukan untuk menjaga kualitas dan mencegah
terjadinya pencemaran. Tempat membawa atau wadah pangan yang digunakan
harus sesuai dengan karakteristik produknya. Wadah yang digunakan harus mudah
dibersihkan, tidak mencemari produk pangan, melindungi secara fisik, mudah
didesinfeksi, mencegah terjadinya pencemaran, memudahkan pemeriksaan
penyimpanan dan dapat mempertahankan bentuk dan kondisi produk yang
disimpan.
3.4.11 Labeling
Informasi mengenai tentang produk yang dihasilkan dicantumkan pada
kemasana produk. Keterangan dapat berupa label. Fungsi label adalah untuk
menginformasikan tentang produk agar konsumen dapat menangani,
mengkonsumsi, mengolah atau menyajikan produk dengan cara yang tepat dan
benar (BPOM, 1978).