PENDAHULUAN
mencakup tiga perempat luas Indonesia atau 5,8 juta km2 dengan garis pantai
sepanjang 81.000 km, sedangkan luas daratannya hanya mencapai 1,9 juta km2.
Wilayah laut yang sangat luas tersebut mengandung sumber daya alam perikanan
yang sangat berlimpah (Bahar 2004), salah satunya adalah kepiting. Kepiting yang
ada di Perairan Indo Pasik lebih dari 234 jenis dan sebagian besar yaitu 124 jenis
ada di Perairan Indonesia. Jenis kepiting yang populer sebagai bahan makanan dan
mempunyai harga yang cukup mahal adalah , dan jenis lain yang tidak kalah penting
Perairan Indonesia yang biasa ditangkap di daerah Gilimanuk (pantai utara Bali),
Pengambengan (pantai selatan Bali), Muncar (pantai selatan Jawa Timur), Pasuruan
(pantai utara Jawa Timur), daerah Lampung, daerah Medan, dan daerah Kalimantan
Barat. Rajungan telah lama diminati oleh masyarakat baik di dalam negeri maupun
luar negeri, oleh karena itu harganya relatif mahal. Manfaat rajungan sebagai bahan
pangan berupa daging rajungan kaleng yang berkualitas tinggi dan memiliki protein
sehingga dapat membunuh sebagian besar mikroba yang bersifat patogen tapi tidak
semua mikroba dan biasanya menggunakan suhu di bawah 1000C. Tahapan proses
A Proses Produksi
Bagian menerima bahan baku berupa daging rajungan kupas yang berasal dari
Bahan baku yang datang dikemas menggunakan wadah toples dan plastik kemudian
100C. Pengangkutan bahan baku dari tempat asalnya menggunakan truk atau .
Bahan baku yang datang lebih dulu, dibongkar juga lebih dulu dengan
menerapkan sistem FIFO (first in first out). Daging ditimbang berdasarkan jenis
daging dan asal suplier yang jumlahnya disesuaikan dengan surat pengiriman jumlah
dan formalin di laboratorium. Area merupakan area CCP (Critical control point)
karena jika daging yang datang kemudian masuk dalan proses produksi mengandung
kloramfenikol, maka tidak dapat dicegah lagi pada tahap pengolahan selanjutnya.
Daging yang segar dalam wadah toples ataupun plastik yang telah ditimbang
dimasukkan dalam keranjang (basket) dengan posisi miring dan tiap lapisan diberi
es. Petugas memberikan label pada tiap keranjang kemudian dimasukkan ke ruang
proses untuk disortir ataupun disimpan dalam Cold storage temporary. Jika bahan
baku yang datang melimpah, sedangkan daging yang sudah basi ataupun berbau
asing (amoniak, minyak tanah, solar, dan lain-lain) dipisahkan untuk reject.
2. Distribusi
Petugas distribusi mendapatkan informasi bahan baku yang datang dari tiap
layak diolah atau tidak menunggu hasil uji kloramfenikol dari petugas laboratorium.
Jika hasil uji CAP negatif, maka petugas distribusi membagikan daging pada tiap
3. Sortasi
(rambut, batu, benang jaring, dan bahan pengotor lainnya) yang masih terdapat pada
daging sehingga diharapkan hanya daging rajungan murni yang masuk proses
memudahkan tahap pengisian daging dalam kaleng. Jenis daging yang disortasi
langsung dipisahkan berdasarkan tipe daging, yaitu: collosal, jumbo, backfin, flower
lump, special dan claw meat. Pemisahan daging ini dimaksudkan untuk
daging pada masing-masing bagian tersebut mempunyai harga yang berbeda Selama
kegiatan sortasi, benda asing terlihat dengan bantuan lampu neon sedangkan
cangkang rajungan dapat terlihat karena berpendar dibawah lampu sinar UV. Daging
yang telah disortir kemudian dilakukan penimbangan untuk mengetahui hasil sortir
yang diperoleh.
4. Pengecekan akhir (Final checking)
Tahap akhir dari sortasi adalah untuk memastikan daging yang akan
dimasukkan dalam kaleng bebas dari cangkang dan benda asing. Pada tahap ini juga
dilakukan pengecekan kesegaran daging. Daging yang lunak, basi, berbau asing
segera dipisahkan dan . Pengecekan akhir termasukCCP area karena jika cangkang
dan benda asing lolos pada tahap pengecekan akhir maka sulit diperbaiki pada tahap
5. Pencampuran (Mixing)
pemasok dengan daging rajungan dari pemasok lain untuk memperoleh kualitas
daging yang baik.. Formulasi daging yang dicampur telah ditetapkan berdasarkan
jenis daging dan standar yang ditentukan oleh (pembeli) seperti pada Tabel 2.
wadah kaleng berukuran (401 x 301) inch. Sebelum dilakukan pengisian, kaleng
terlebih dahulu disortir dan dicuci di gudang kemudian diberi larutan SAPP (Sodium
(blueing) pada daging.SAPP memiliki dua fungsi sebagai bahan tambahan pangan.
Fungsi SAPP yang pertama sebagai sequestrant yaitu phospat pada SAPP memiliki
kemampuan untuk mengkelat logam Cu dan Fe pada lapisan kaleng (Claus dkk.,
Padafilling ini juga dilakukan penataan bentuk daging di dalam kaleng supaya
terlihat rapi dan menarik ketika konsumen membuka kemasannya. Setelah daging
tertata rapi lalu ditambahkan larutan SAPP untuk kedua kalinya. Penambahan larutan
SAPP yang kedua ini dimaksudkan untuk meratakan larutan tersebut ke seluruh isi
kaleng.
7. Penimbangan
untuk mencapai berat 453,6 gram. Penimbangan akhir dilakukan untuk menentukan
berat bersih dari produk sebelum dilakukan penutupan kaleng dan mencegah
yang telah diisi dengan daging diberi tutup dengan label atau merek sesuai dengan
jenis dagingnya. Mutu dari produk juga sangat ditentukan oleh esiensi dari mesin
tersebut. Untuk menjaga esiensi dari mesin, maka setiap 1 jam diambil satu kaleng
diukur yaitu tinggi kaleng, lebar , ketebalan seam, counter sing , kait depan, kait
badan, bebas kerut dan kaleng. Jika dimensi kaleng tidak sesuai dengan standar dari
kaleng ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kebocoran pada produk akibat
seaming.
9. Pengkodean (Coding)
bagian bawah kaleng dengan menggunakan mesin coding jet print. Tujuan dari
pengkodean adalah untuk mempermudah pelacakan recall atau produk jika terjadi
masalah. Dalam kode tersebut terdapat informasi kode mixing perusahaan, jenis
daging, kode , nomor basket, tanggal produksi (), dan tahun produksi. Pemberian
kode harus sesuai dengan kode produksi yang berlangsung serta posisi kode yang
tepat dan jelas. Jika terjadi kesalahan pemberian kode maka hasil coding yang salah
dihapus menggunakan tinner dan dilakukan pemeriksaan visual pada tiap kaleng
10. Pasteurisasi
suhu 80-850C selama 155 menit. Kaleng yang telah ditutup dan diberi kode
dimasukkan ke dalam basket untuk selanjutnya dipasteurisasi. Tiap basket berisi 60-
75 kaleng. Pasteurisasi dilakukan pada bak pasteurisasi yang telah terisi air bersih.
Sumber panas pasteurisasi berasal dari uap panas yang dihasilkan oleh boiler dan
disalurkan dengan pipa khusus ke bak pasteurisasi. Di dalam bak pasteurisasi juga
dialiri gas yang menimbulkan gelembung udara yang berasal dari kompresor dan
bertujuan untuk meratakan panas. Pasteurisasi dilakukan selama 155 menit pada suhu
84,4 85,5 C.
pada suhu 00C selama 2 jam menggunakan air bersih yang ditambahkan es curai.
Proses ini dilakukan segera setelah produk diangkat dari bak pasteurisasi. Pada tahap
pendinginan juga dilakukan pemantauan secara berkala terhadap suhu air dan produk
menggunakan termometer manual dan sensor suhu. Hasil rekaman suhu digunakan
udara yang berasal dari kompresor dan bertujuan untuk meratakan suhu. Proses ini
ditujukan untuk membunuh bakteri thermolik yang belum mati saat pasteurisasi.
kaleng dengan suhu ruangan berkisar antara 00C- 40C. Proses pengemasan dilakukan
secara manual oleh operator. Kaleng yang telah dilakukan proses cooling, diletakkan
di meja pengemasan untuk dibersihkan dari kotoran daging yang masih menempel
kaleng yang sebelumnya pada bagian bawah master carton telah diberi pelapis
Produk yang telah dikemas dimasukan dalam dengan suhu ruangan 0-2C.
Penyimpanan dilakukan dengan menerapkan sistem FIFO ( First in First Out), dan
diletakkan secara teratur berdasarkan merek produk dan jenis produk yang disusun
melebihi garis pembatas (tidak melebihi ketinggian alat pendingin), dan diberi jarak
dengan dinding serta produk tidak bersentuhan langsung dengan lantai sehingga
14. Stung
nomor urut master cartoon. Jenis produk dimasukkan secara berurut dari awal hingga
akhir yaitu clow meat, spesial, lump, super lump, jumbo dan collosal dengan produk
clow meet dibagian paling dalam container diikutispesial, lump, super lump, jumbo
dan kemudian produk collosal diletakkan paling akhir sehingga ketika produk
dikeluarkan dari container untuk diuji yang paling mudah diambil adalah produk.