Oleh :
JAKARTA
Jakarta 12520
Telp. (021)7806874,78830275
Fax. (021)7805030,78830275
JAKARTA 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini.
Dengan ini penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan tersusun
dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini tidak lupa juga penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam kegiatan praktikum maupun
dalam penyusunan laporan ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Mengetahui proses pengolahan cakalang masak beku dan udang headless
2. Mengetahui rendemen dari proses pengolahan cakalang masak beku dan
udang headless
3. Mengetahui mutu dari cakalang masak beku dan udang headless
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Cakalang
Phylum : Vertebrata
Superclass : Gnatostomata
Series : Pisces
Class : Teleostomi
Sub class : Actinopterygii
Ordo : Ferciformes
Sub ordo : Scombridei
Family : Scombridae
Sub family : Scombrinae
Tribe : Thunini
Genus : Katsuwonus
Species : Katsuwonus pelamis
Ikan cakalang memiliki tubuh yang membulat atau memanjang dan garis
lateral. Ciri khas dari ikan cakalang memiliki 4-6 garis berwarna hitam yang
memanjang di samping bagian tubuh. Ikan cakalang pada umumnya mempunyai
berat sekitar 0,5 – 11,5 kg serta panjang sekitar 30-80 cm.
Ikan cakalang mempunyai ciri-ciri khusus yaitu tubuhnya mempunyai
bentuk menyerupai torpedo (fusiform), bulat dan memanjang, serta mempunyai
gill rakers (tapis insang) sekitar 53-63 buah. Ikan cakalang memiliki dua sirip
punggung yang letaknya terpisah. Sirip punggung pertama terdapat 14-16 jari-jari
keras, pada sirip punggung perut diikuti oleh 7-9 finlet. Terdapat sebuah rigi-rigi
(keel) yang sangat kuat diantara dua rigi-rigi yang lebih kecil pada masing-masing
sisi dan sirip ekor.
Komposisi Kimia Ikan Cakalang
Komposis Jumlah (mg)
i
Energi 13,10
Protein 262
Lemak 21
Abu 13
Kalsium 8,0
Fosfor 220,0
Besi 4,0
Sodium 52,0
Retinol 10,0
Thiamin 0,03
Riboflavin 0,15
Proses pengolahan Cakalang Loin Masak Beku mengacu kepada SNI Tuna
Loin Masak Beku SNI 7968:2014 yaitu sebagai berikut:
Tuna yang diterima di unit pengolahan diuji secara organoleptik / sensori dan
ditangani secara cepat cermat dan saniter sesuai dengan prinsip teknik penanganan
yang baik dan benar.
2. Pelelehan
3. Pencucian 1
Tuna dicuci dengan air mengalir secara cepat, cermat dan saniter.
4. Penyiangan
Tuna disiangi dengan cara membuang isi perut. Penyiangan dilakukan secara
cepat, cermat, dan saniter. Untuk ikan dengan berat kurang dari 1 kg proses
penyiangan dapat dilakukan setelah pemasakan.
5. Pencucian 2
Tuna dicuci dengan air mengalir secara cepat, cermat dan saniter.
6. Penyusunan dalam pan
Tuna disusun dalam pan sehingga mendapatkan panas yang merata. Proses
penyusunan dilakukan secara cepat, cermat, dan saniter.
7. Pemasakan
Tuna dimasak dengan cara dikukus pada suhu dan waktu yang ditentukan
sampai tingkat kematangan sesuai spesifikasi secara cermat dan saniter.
8. Pendinginan
Tuna didinginkan di tempat tertutup pada suhu ruang sehingga tuna menjadi
dingin. Proses pendinginan dilakukan secara cepat, cermat, dan saniter.
12. Pembekuan
Produk dibekukan dengan metode pembekuan cepat sehingga suhu pusat ikan
mencapai maksimal -18˚C.
13. Pengemasan 2
Produk dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai dengan label secara cepat,
cermat, dan saniter.
b. Kimia
- Histamin mg/kg Maks. 100
c. Cemaran mikroba
- ALT koloni/g Maks. 5,0 x 103
- Escherichia coli APM/g <3
- Salmonella per 25 gr Negatif
- Vibrio cholera* per 25 gr Negatif
- Vibrio parahaemolyticus* APM/g <3
- Staphylococcus aureus koloni/g Maks. 1 x 103
d. Cemaran Logam*
- Arsen (As) mg/kg Maks. 1,0
- Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,1
- Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 1,0
- Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
- Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,3
e. Fisik
- Suhu Pusat ˚C Maks. – 18
CATATAN * Bila diperlukan
B. Udang Vannamei
Filum : Arhtropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobranchiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
2. Pencucian 1
Bahan baku dicuci menggunakan air mengalir secara cepat, cermat, dan
saniter dalam kondisi dingin.
3. Pemotongan Kepala
Kepala udang dipotong menggunkan atau tanpa alat pemotong dari bagian bawah
ke atas secara cepat, cermat dan saniter serta dalam kondisi dingin.
4. Pencucian 2
Bahan baku udang dicuci dengan air mengalir secara cepat, cermat dan saniter.
5. Sortasi
Bahan baku dipisahkan berdasaran jenis, mutu dan ukuran. Sortasi mutu
dilakukan secara organoleptik. Sortasi mutu dilakukan secara cepat, cermat dan
saniter serta dalam kondisi dingin.
7. Pendeteksi Logam
Produk dalam inner karton dilewatkan ke dalam metal detector sesuai
spesimennya. Proses dilakukan secara cepat, cermat dan saniter
8. Pembekuan
Produk dibekukan dengan metode pembekuan cepat sehingga suhu pusat ikan
mencapai maksimal -18˚C.
9. Penyimpanan Beku
Mempertahankan suhu pusat produk maksimal -18˚C.
Menurut SNI 2705:2014 persyaratan mutu udang headless beku yang harus
dipenuhi adalah pada Tabel sebagai berikut:
b. Kimia
- Histamin mg/kg Maks. 100
c. Cemaran mikroba
- ALT koloni/g Maks. 5,0 x 105
- Escherichia coli APM/g <3
- Salmonella per 25 gr Negatif
- Vibrio cholera* per 25 gr Negatif
- Vibrio parahaemolyticus* APM/g <3
d. Cemaran Logam*
- Arsen (As) mg/kg Maks. 1,0
- Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,5
- Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,5
- Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
- Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,5
e. Fisik
- Suhu Pusat ˚C Maks. – 18
- Filth 0
CATATAN * Bila diperlukan
B. Prinsip Pembekuan
Freezing atau yang sering dikenal pembekuan adalah proses dimana suatu
produk diturunkan suhunya hingga dibawah titik beku dan sebagian dari air yang
terkandung didalamnya telah menjadi kristal es. Dari pengertian tersebut
penggunaan suhu lebih rendah dari -20C bahkan sampai -300C atau lebih rendah
lagi digunakan dalam proses pembekuan. Titik beku air yang terkandung dalam
tubuh ikan adalah 00C sehingga kondisi diluar tubuh ikan untuk mencapai titik
beku tersebut haruslah lebih rendah dari 00C. Perbedaan penggunaan suhu inilah
yang menjadikan pembeda antara proses pendinginan dan pembekuan. Hal
penting yang perlu diperhatikan apabila akan membekukan ikan adalah :
a. Karakteristik ikan atau bahan baku (hal ini meliputi sifat biologis,
karakteristik kimiawi ikan, bentuk dan ukuran ikan, ketebalan produk, cara
penanganan ikan, cara kematian ikan dan lain sebagainya).
b. Penguasaan sistem dan proses pembekuan meliputi faktor penentu laju dan
waktu pembekuan, metode pindah panas dan termodinamika produk,
sirkulasi, kecepatan dan distribusi medium pembeku.
c. Penguasaan peralatan dan mesin pembekuan meliputi jenis dan kapasitas
mesin pembeku serta metode pengoperasiaannya.
d. Biaya produksi untuk melakukan proses pembekuan.
Pemanfaatan dengan suhu rendah selain memberikan efek positif juga dapat
memberikan efek negatif, efek negatif yang dapat ditimbulkan dari proses
pemanfaatan suhu rendah adalah denaturasi dan agregasi protein akibat aktifitas
enzim, tingkat ekstrakbilitasnya berkurang, menurunnya daya ikat air (Water
Holding Capacity) daging ikan dan pada akhirnya menyebabkan perubahan
tekstur dan sensori daging yang tidak diinginkan.
C. Rendemen
Rendemen merupakan perbandingan antara berat akhir produk yang
diinginkan dengan berat semula. Rendemen dinyatakan dalam % berat, yang
angkanya didapat berdasarkan perhitungan berat hasil proses yang dihasilkan
dibagi berat awal bahan baku, dikalikan 100. Tujuan adalah untuk mengetahui
berat bersih dari ikan yang digunakan dalam opimalisasi produksi dibandingkan
berat kotor yang tidak terpakai. Komposisi berat dapat digunakan untuk
memperkirakan atau menghitung berapa bagian dari tubuh ikan yang dapat
digunakan sebagai bahan makanan dan bahan-bahan lainnya. Komposisi berat
ikan dipengaruhi oleh jenis ikan, jenis kelamin, musim penangkapan.
METODE PRAKTIKUM
2. Udang Headless
Alat:
- Meja stainless
- Pan
- Box fiber
- Keranjang
- Vacuum Seamer
- Plastik pengemas
- Timbangan
- Scoresheet udang beku
Bahan:
- Udang Vannamei segar
C. Metode Pelaksanaan
1. Proses Pengolahan Cakalang Masak Beku
Penerimaan Pembentukan
Perapihan
Bahan Baku Loin
Penyimpanan
Penyiangan Pencucian 2 Pembekuan
Beku
Penyimpanan
Pencucian 1 Sortasi
Dingin
Pemotongan
Pencucian 2
Kepala
3. Mutu
Praktik sanitasi dan hygiene dilakukan sebelum, selama dan setelah proses
pengolahan dengan tujuan agar meminimalisir resiko kontaminasi serta menjaga
kondisi ruang pengolahan tetap bersih. Praktik sanitasi dan hygiene diterapkan
pada ruangan, peralatan dan juga personil/karyawan.
BAB IV
A. Proses Pengolahan
- Penyiangan
Ikan cakalang yang telah dilelehkan, kemudian dibuang isi perut dan
kepalanya dengan cara memotong kepala ikan, dan dibelah bagian bawah
perut ikan, pada proses ini harus dilakukan dengan cepat dan hati – hati tanpa
merusak bagian tubuh ikan lainya.
- Pencucian
Pada proses pencucian ikan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu dengan
menggunakan 3 bak dimana bak pertama dan kedua berisi air dan es, dan bak
ketiga berisi air dengan suhu ruang. Ikan yang telah dibuang kepala dan isi
perutnya kemudian dicuci menggunakan air dalam bak yang bercampur es,
ikan dibersihkan dari sisa – sisa kotoran dan darah yang masih menempel
pada tubuh ikan, suhu air berkisar antara 0 oC hingga -2oC. setelah ikan dicuci
menggunakan air yang bercampur dengan es, ikan kemudian dibilas dengan
air dalam bak yang berisi air dengan suhu ruang. setelah ikan dicuci, ikan
kemudian ditiriskan untuk mengurangi kandungan air pada tubuh ikan.
- Penimbangan 1
Setelah ikan ditiriskan, ikan kemudian ditimbang untuk mengetahui
berat ikan tanpa kepala. Proses ini dilakakukan dengan menggunakan alat
bantu timbangan duduk.
- Pemasakan
Proses pemasakan ikan dilakukan dengan menggunakan alat Steamer
yang bekerja dengan menggunakan prinsip uap air yang dialirkan kedalam
ruang pengukusan. Sebelum ikan dimasukan dalam steamer, terlebih dahulu
steamer dipanaskan dahulu hingga suhu steamer mencapai 100oC, kemudian
ikan dimasukan dan dimasak. Proses pemasakan ikan ini dilakukan hingga
suhu pusat ikan mencapai suhu 80oC.
- Pendinginan
Ikan yang telah dimasak kemudian didinginkan didalam ruangan
tertutup dengan alat bantu kipas angin, agar tekstur ikan tidak kering ikan
secara berkala ikan disemprot dengan menggunakan air. Proses ini dilakukan
hingga suhu ikan mencapai suhu 30oC hingga 35oC. proses pendinginan harus
dilakukan dengan cermat, cepat dan saniter.
- Penimbangan-2
Penimbangan ini dilakukan setelah ikan melalui proses pendinginan,
proses ini bertujuan untuk mengetahui berat ikan setelah melawati proses
pemasakan. Penimbangan pada produksi ini dilakukan dua kali, ini terjadi
karena adanya kesalahan saat proses pemasakan ikan, yang berakibat ikan
pada pemasakan pertama belum masak.
- Penghampaan Udara
Setelah ikan ditimbang dan dimasukan kedalam kemasan polyethilent,
kemudian ditutup dan dihampakan. Proses penghampaan ini dilakukan agar
daging dapat terhindar dari kontaminasi dan pengaruh kotoran. Setelah
produk ditutup dan dihampakan, kemasan kemudian diberi kode produksi dan
tanggal kadaluarsa.
- Pembekuan
Pembekuan dilakukan dengan menggunakan alat Air Blast Freezer
(ABF) pembekuan ini menggunakan udara dingin yang dihembuskan pada
produk. proses pembekuan memerlukan waktu 3-4 jam dengan suhu pusat
-18oC.
- Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan di dalam cold storage dengan suhu -25 oC
hingga -28oC agar tidak terjadi kontaminasi terhadap produk, maka
penyusunan dalam cold storage memerlukan alat palet agar produk tidak
bersentuhan langsung dengan lantai. Sistem yag digunakan dalam
penyimpanan dalam cold storage adalah FIFO (First In First Out) yaiu produk
yang pertama kali masuk Cold Storage maka produk tersebut yang akan
keluar untuk yang pertama.
2. Udang Headless
- Pencucian 1
Udang dicuci menggunakan air bersih, es dan klorin 50 ppm dengan
tujuan agar bakteri pada udang berkurang. Setelah dicuci menggunakan air
dan klorin, udang kemudian dibilas menggunakan air bersih untuk
mengurangi residu klorin dari pencucian.
- Pemotongan Kepala
Pemotongan dilakukan dari bawah ke atas agar mengurangi
kemungkinan genjernya ikut terbuang. Perlu ketelitian dalam pemotongan
kepala agar berat udang tidak susut terlalu banyak.
- Pencucian 2
Udang yang sudah dipotong kepalanya kemudian dicuci kembali
menggunakan air bersih dan klorin 30 ppm lalu kemudian dibilas
menggunakan air bersih untuk mengurangi residu klorin dari pencucian.
Pencucian dilakukan secara cepat, cermat dan saniter serta dalam kondisi
dingin untuk menghindari kemungkinan kontaminasi.
- Sortasi
Udang dipisah berdasarkan mutu dan beratnya. Ada 2 size yang
dipakai yakni size small (10-15 gram) dan size medium (15-20 gram). Sortasi
dilakukan secara cepat, cermat dan saniter dalam suhu dingin untuk
mencegah kemungkinan kontaminasi.
- Penimbangan dan Pengemasan
Udang dimasukkan dalam plastik pengemas lalu ditimbang per 500
gram. Setelah itu udang dikemas dan dimasukkan dalam vacuum seamer agar
kemasannya hampa udara. Penghampaan udara dilakukan untuk
menghilangkan bakteri aerobik pada produk.
- Pembekuan
- Penyimpanan
B. Rendemen
- Produksi 1
Tanggal : 1 Oktober 2018
Kode Produksi : 275-53A3
Berat awal : 97,09 kg
Berat setelah disiangi :-
Berat setelah pengukusan : 67,58 kg
Berat akhir : 32,5 kg
Jumlah Pack : 65 pack
Rendemen : 33,47 %
- Produksi 2
Tanggal : 2 Oktober 2018
Kode Produksi : 276-53A1
Berat awal : 100,07 kg
Berat setelah disiangi : 84,48 kg
Berat setelah pengukusan : 71,42 kg
Berat akhir : 32 kg
Jumlah Pack : 64 pack
Rendemen : 31,77 %
- Produksi 3
Tanggal : 15 Oktober 2018
Kode Produksi : 259-53A2
Berat awal : 96,40 kg
Berat setelah disiangi : 69,48 kg
Berat setelah pengukusan : 41,28 kg
Berat akhir : 29 kg
Jumlah Pack : 58 pack
Rendemen : 30,08 %
- Produksi 4
Tanggal : 16 Oktober 2018
Kode Produksi : 260-53A4
Berat awal : 141 kg
Berat setelah disiangi : 97,29 kg
Berat setelah pengukusan : 58,54 kg
Berat akhir : 47 kg
Jumlah Pack : 94 pack
Rendemen : 33,33 %
2. Udang Headless
- Produksi 1
Tanggal : 29 Oktober 2018
Kode Produksi : 303-53A2
Berat awal : 234,17 kg
Berat setelah dipotong kepala : 148,02 kg
Berat akhir : 148 kg
Jumlah Pack : Size 10-15 : 196 pack
Size 15-20 : 100 pack
Rendemen : 63,05 %
- Produksi 2
Tanggal : 7 November 2018
Kode Produksi : 312-53A
Berat awal : 337,44 kg
Berat setelah dipotong kepala : 218,73 kg
Berat akhir : 218 kg
Jumlah Pack : Size 10-15 : 232 pack
Size 15-20 : 204 pack
Rendemen : 64,8 %
C. Mutu
1. Cakalang Masak Beku
- Produksi 1
∑ x1
x́= i=1
n
8
s=
√ ∑ ( x 1− x́)
i=1
P ( x́−(1,96.
n
s
√n
) ¿ ≤ µ ≤( x́ +(1,96.
s
√n
)¿
Rata-rata = 7.04
Simpangan = 0.78
Interval =6.49 ≤ µ ≤ 7.58
- Produksi 2
∑ x1
i=1
x́=
n
8
s=
√ ∑ ( x 1− x́)
i=1
P ( x́−(1,96.
n
s
√n
) ¿ ≤ µ ≤( x́ +(1,96.
s
√n
)¿
Rata-rata = 6,65
Simpangan = 0,817
Interval = 6.08 ≤ μ ≤ 7.21
- Produksi 3
Hasil Uji Organoleptik Produksi 3
Mat Insan Lendi Dagin Tekstu Rata-
Nama Panelis Bau
a g r g r rata
Andi Ainul Qadri 5 6 6 6 5 5 5.5
Aldamal Tri Gusti 6 8 8 6 5 6 6.5
Ami Sulasmi 7 8 8 6 6 7 7
Lulux Isratina Sari 6 8 6 5 5 7 6.2
Naurah Nabila
6 7 7 6 5 3 5.6
Utami
Olivia Silvia
5 8 7 5 5 3 5.5
Manalu
Tri Putri
5 6 3 6 5 3 4.6
Mayangsari
Wahyu Purna
5 7 6 7 5 5 5.8
Ariadi
8
∑ x1
x́= i=1
n
8
s=
√ ∑ ( x 1− x́)
i=1
P ( x́−(1,96.
n
s
√n
) ¿ ≤ µ ≤( x́ +(1,96.
s
√n
)¿
Rata-rata = 5,83
Simpangan = 0.24
Interval = 5.66 ≤ μ ≤ 6
- Produksi 4
Hasil Uji Organoleptik Produksi 4
Mat Insan Lendi Dagin Tekstu Rata-
Nama Panelis Bau
a g r g r rata
Teuku Heri 7 9 9 8 8 8 8,16
Ahadin 7 7 7 9 9 8 7,83
Dwi Hartono 7 7 7 9 9 9 8
Akhirunnisa 7 9 9 7 8 8 8
Indri Widyastutik 5 7 7 7 8 8 7,3
Mardina Ananda 9 7 9 7 8 8 8
Nurul Afra 9 9 9 9 9 8 8,8
Riska Dayanti 7 7 9 8 7 7 7,6
∑ x1
x́= i=1
n
8
s=
√ ∑ ( x 1− x́)
i=1
P ( x́−(1,96.
n
s
√n
) ¿ ≤ µ ≤( x́ +(1,96.
s
√n
)¿
Rata-rata = 5,83
Simpangan = 0.24
Interval = 5.66 ≤ μ ≤ 6
2. Udang Headless
- Produksi 1
Qadri 7 9 9 8,3
Aldamal 7 7 7 7
Ami 7 7 7 7
Lulux 7 9 9 8,3
Naura 5 9 7. 7
Olivia 9 7 9 8,3
Mayang 9 9 9 9
Wahyu 7 7 9 7.6
∑ x1
x́= i=1
n
8
s=
√ ∑ ( x 1− x́)
i=1
P ( x́−(1,96.
n
s
√n
) ¿ ≤ µ ≤( x́ +(1,96.
s
√n
)¿
Rata-rata = 7,04
Simpangan = 0,78
Interval = 6,49 ≤ μ ≤ 7,58
- Produksi 2
Teuku Heri 8 8 8 8
Ahadin 9 9 8 8,6
Dwi Hartono 9 9 9 9
Akhirunnisa 7 8 8 7,6
Indri Widyastutik 7 8 8 7,6
Mardina Ananda 7 8 8 7,6
Nurul Afra 9 9 8 8,6
Riska Dayanti 8 8 7 7,6
∑ x1
x́= i=1
n
8
s=
√ ∑ ( x 1− x́)
i=1
P ( x́−(1,96.
n
s
√n
) ¿ ≤ µ ≤( x́ +(1,96.
s
√n
)¿
Rata-rata = 7,04
Simpangan = 0,78
Interval = 6,49 ≤ μ ≤ 7,58
1. Membersihkan alat alat yang kontak langsung dengan bahan baku seperti
pisau, meja, talenan, pan dan box fiber. Pembersihan dilakukan menggunakan
air mengalir dan sabun untuk menghindari resiko kontaminasi.
2. Membersihkan tempat produksi meliputi membersihkan lantai,
menghilangkan genangan air di lantai dengan wiper dan mengepel lantai.
3. Mempersiapkan perlengkapan personal seperti hairnet, masker, apron, gloves
dan sepatu boot. Perlengkapan personal ditaruh di luar ruang produksi agar
pekerja sudah memakai perlengkapan personal ketika masuk ruang produksi.
4. Menyiapkan air dingin dalam box fiber untuk pencucian ikan. Box fiber diisi
dengan air bersih lalu diberi es curai. Kami menggunakan 3 box fiber untuk
pencucian dimana 2 box berisi air es sedangkan 1 box berisi air biasa agar
ikan benar benar bersih saat dicuci.
5. Menyiapkan larutan klorin untuk bak cuci kaki. Larutan klorin untuk bak cuci
kaki berkonsentrasi 200 ppm. Dengan menggunakan rumus penghitungan
klorin serta ukuran bak cuci kaki dan jumlah air yang digunakan, jumlah
klorin yang kami masukkan dalam 135 liter air sebanyak 618 ml.
6. Memastikan semua pekerja memasuki ruang produksi dengan menggunakan
pakaian lengkap dan melewati bak pencuci kaki.
Selama produksi, kondisi sanitasi ruang dan alat pengolahan harus selalu
dikontrol agar proses produksi berjalan dengan lancar. Suplai air bersih harus
selalu berjalan agar proses produksi dan sanitasi tidak terhambat. Beberapa
tindakan sanitasi yang dilakukan saat produksi berlangsung antara lain:
1. Menjaga lantai ruang produksi tetap dalam keadaan bersih dengan cara
menyapu genangan air dan darah dengan wiper.
2. Menjaga kondisi kebersihan meja produksi dengan cara senantiasa
membersihkan meja dengan wiper serta menyiapkan wadah untuk limbah
tulang, kulit dan daging hitam.
3. Mengganti air pencucian ikan yang sudah kotor serta mengganti es yang
digunakan.
4. Memastikan pengemas yang digunakan untuk packing bersih dan saniter
untuk menghindari resiko kontaminasi.
1. Mencuci semua alat yang sudah digunakan menggunakan sabun lalu disusun
ditempat yang kering.
2. Mencuci box fiber yang digunakan untuk pencucian dan thawing
menggunakan air bersih dan sabun lalu ditiriskan dengan disusun terbalik.
3. Membersihkan lantai dari kotoran sisa produksi dengan menyikat lalu
menyapu genangan dengan wiper lalu dipel.
4. Meletakkan sepatu boot, apron dan perlengkapan personal lainnya di tempat
semula.
5. Menguras bak cuci kaki.
6. Membuang limbah sisa produksi di tempat pembuangan akhir.
7. Memastikan tempat produksi dalam kondisi bersih seperti sebelum produksi.
Demi terjaganya kondisi yang saniter, sanitasi dan hygiene harus selalu
dikontrol baik itu pada pangan, peralatan, lingkungan maupun karyawan. Praktik
sanitasi dan hygiene yang baik juga akan memberi rasa nyaman serta aman pada
karyawan sehingga proses pengolahan akan berjalan dengan lancar.
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
Anonim (2014), SNI 7968:2014 Tentang Tuna Loin Masak Beku, Badan
Standardisasi Nasional.