Anda di halaman 1dari 52

BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PENERAPAN SISTEM TRACEABILITY


PADA PRODUK PERIKANAN

PUSAT PENGENDALIAN MUTU


BKIPM – KKP 2021
OUTLINE
01 TENTANG TRACEABILITY

02 ATURAN TERKAIT TRACEABILITY

03 IMPLEMENTASI SISTEM TRACEABILITY

04
CONTOH PENERAPAN SISTEM TRACEABILITY
Mengapa masyarakat dunia prihatin akan
keamanan pangan yang beredar secara global?
Year Food Safety Event
2005 Salmonella in powdered infant formula from France
to 13 countries
2006 E. coli 0157 in spinach from USA to all 150 member
countries
2007 Shigella sonnei in baby corn – export from Thailand

2008 Melamine-contaminated powdered infant formula,


China
2009 Outbreak of Salmonella typhimurium in the USA
linked to domestically produced peanut butter
2010 Outbreak of Thyrotoxicosis in Australia linked to
internationally distributed soy milk from Japan
2011 Outbreak of haemolytic uraemic syndrome caused by
enterohaemorrhagic Escherichia coli in Germany

2012 S. bareilly and S. nchanga Infections in the USA


2013 Outbreak of Hepatitis A infections in Denmark linked
to frozen berries 3
4
apa itu traceability ???
I.

Acoording to the Definisi


International kemampuan untuk menelusuri sejarah, aplikasi, atau lokasi
Organization of yang ada di dalam pertimbangan. Jika mempertimbangkan
Standardization ( ISO ) produk, traceability dapat berkaitan dengan: asal bahan dan
bagian-bagiannya; sejarah pengolahan; dan peredaran dan
lokasi produk setelah dikirim.

Codex Alimentarius “kemampuan mengikuti pergerakan pangan melalui


(FAO/WHO, 1997) tahapan-tahapan tertentu dari produksi, pengolahan, dan
peredaran”

EU General Food Law adalah kemampuan untuk menelusuri dan mengikuti


(EU, 2002) pangan, pakan, hewan penghasil pangan atau bahan yang
ditujukan, atau diharapkan dimasukkan ke dalam pangan
atau pakan, melalui seluruh tahap produksi, pengolahan, dan
peredaran
Untuk melacak
adanya semua
rekaman selama
proses pada waktu
dilakukan
penyelidikan
(investigation)
terhadap masalah
yang terjadi.
Untuk melacak kedepan Untuk melacak kebelakang
(pelanggan) guna (pemasok) semua bahan
penarikan (recall) produk baku

6
7
Mengapa traceability dibutuhkan?
Traceability adalah cara memberi tanggapan/tindakan
terhadap risiko potensial yang dapat timbul dari pangan atau
pakan, untuk menjamin bahwa semua produk pangan aman
bagi konsumsi masyarakat.
Traceability adalah sesuatu yang sangat penting dimana saat
otoritas nasional atau Pelaku Usaha Pangan mengidentifikasi
suatu risiko maka mereka dapat menelusurinya kembali kepada
sumbernya agar dapat mengisolasi masalah dan mencegah
produk yang terkontaminasi mencapai konsumen.
Traceability juga memberi kesempatan untuk menarik produk
yang menjadi target dengan pemberian informasi yang akurat
kepada masyarakat sehingga mengurangi kehancuran
perdagangan.
Manfaat Traceability

Complaint Handling

Product Recall
/ witdrawl
Food froud TRACEABILITY

llegal Unregulated
Unreported (IUU)
Fishing.
SISTEM TRACEABILITY YANG EFEKTIF

Apabila pelaku usaha pangan dapat


melakukan tracking dan tracing pangan pada
seluruh rantai produksi. Pada saat ada
kejadian insiden pangan, tanpa sistem
traceability, maka penarikan produk akan
lebih sulit, mahal dan memerlukan waktu
yang lebih lama.
Siapa yang berperan dalam
Traceability ?

HACCP HC
Produk
CPIB, SHTI, Tangkap
HASIL UJI RM

HC
HACCP
Produk
Budidaya

CPIB, CBIB,
NRMP
PENGGUNA DATA TRACEABILITY

PRODUSEN Buyer / Pelanggan


• tindakan koreksi
• historical data
• continual improvement

• Auditor/inspektor
• Otoritas Kompeten
II. REGULASI TRACEABILITY DI INDONESIA

UU No. 21 Tahun 2019 tentang tentang


Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan

Ketertelusuran (Pasal 77)


(1) Pemerintah menerapkan ketertelusuran
mulai dari praproduksi, produksi, distribusi,
pengolahan, dan pemasaran dalam rangka
memberikan jaminan terhadap:
• kesehatan Hewan, Ikan, dan Tumbuhan; dan
• Keamanan Pangan dan Mutu Pangan serta
Keamanan Pakan dan Mutu Pakan.
(2) Ketentuan mengenai ketertelusuran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
Ketertelusuran (traceability) adalah
kemampuan untuk menelusuri riwayat,
Keputusan Menteri Kelautan Menteri aplikasi atau lokasi dari suatu produk atau
Perikanan NOMOR 52A/KEPMEN- kegiatan untuk mendapatkan kembali data
KP/2013 dan informasi melalui suatu identifikasi
terhadap dokumen yang terkait

Peraturan Menteri Kelautan Menteri Pasal 5


Perikanan
NOMOR 51/PERMEN-KP/2018 Persyaratan Sistem Jaminan Mutu dan
Persyaratan Dan Tatacara Keamanan Hasil Perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) meliputi:
PenerbitanSertifikat Penerapan a. Persyaratan dasar;
PMMT/HACCP b. Penerapan sistem mutu berdasarkan
konsepsi PMMT/HACCP; dan
c. Penerapan Sistem Ketertelusuran.

PERATURAN KEPALA BADAN


Tentang
KIPM NO 170 TAHUN 2019
Penerapan Sistem Ketertelusuran
Di Unit Pengolahan Ikan
III. IMPLEMENTASI SISTEM TRACEABILITY

Diberlakukan pada:
Seluruh tahapan produksi, pengolahan dan distribusi
Termasuk : Pangan, pakan, hewan penghasil pangan dan bahan lain
yang bersatu dengan pangan.
Karakteristik dasar dari sistem traceability adalah:
- identifikasi unit/batches seluruh bahan dan produk,
- informasi ttg kapan dan dimana dipindahkan atau dirubah
- sistem yang menghubungkan data-data tsb
Dalam prakteknya, sistem traceability adalah prosedur record
keeping yang memperlihatkan pola (jalan) suatu unit/batch produk,
bahan ingredien dari supplier, melalui seluruh tahapan intermediate
yang mengolah dan menggabungkan bahan-bahan menjadi produk
baru dan melalui rantai pasokan ke customers dan konsumen
Karakteristik
Penting
Dapat diverifikasi
Diterapkan secara konsisten
Orientasi hasil nyata
Efektif dalam biaya
Secara praktek dapat dilaksanakan
Pelaksanaan sesuai dengan regulasi atau
kebijakan
Pelaksanaan sesuai dengan persyaratan
KOMPONEN - TRACEABILITY
Terdiri dari 3 komponen:

1. Mampu telusur terhadap pemasok (supplier traceability):


Untuk menjamin bahwa asal bahan baku/ingredient
dapat diidentifikasi dari rekaman (record) & dokumentasi.

2. Mampu telusur terhadap rantai proses (process traceability):


untuk menjamin bahwa semua bahan-bahan termasuk ingredient dan
kemasan, rekaman proses dari setiap produk yang dihasilkan dari
suatu pabrik dapat diidentifikasi.

3. Mampu telusur terhadap pelanggan (customer traceability):


untuk menjamin bahwa pelanggan dari semua produk yang disuplai
dapat diidentifikasi.

Internal traceability
Data milik sendiri
Chain traceability
Data yang kita terima dan sampaikan
Internal Traceability Systems
Komponen
 Identifikasi Produk : ID codes untuk spesifik Batch
produk

Supplier Tanggal Species


Penerimaan
A Ahmad Sn Snapper
B Budi dd/mm/yy LJ Leather Jacker
C Coki Yt Yellowtail
D Dani Oc Octopus
E Eko Cf Cuttlefish
Sq Squid
Internal Traceability Systems
 Manajemen Data
1. Transfer
Process
A A
Step
2. Penambahan
A
Process A
Step
x

3. Penggabungan
A
Process X ID baru
B Step
C X
4. Pemisahan
Process Y ID baru
A Step
Z
LANGKAH KUNCI DALAM
PENGEMBANGANSISTEM TRACEABILITY

1. Tentukan ruang lingkup sistem Traceability


2. Tentukan batch size yang optimal
3. Identifikasi informasi traceability yang diperlukan termasuk:
❖ Informasi yang harus menemani bahan baku atau ingredien yang
digunakan.
❖ Informasi proses Internal process yang diperlukan untuk
memelihara traceability sepanjang proses produksi di UPI
❖ Informasi yang harus menemani produk yang didistribusikan oleh
UPI
4. Tetapkan sistem record keeping dan retrieval
5. Tentukan prosedur untuk review dan ujicoba (mock) sistem
traceability
6. Dokumentasikan sistem traceability
UNTUK MENDUKUNG SISTEM TRACEABILITY YANG BAIK,
DIPERLUKAN:

❖ Pemahaman yang menyeluruh tentang alur material mulai


penerimaan, proses, rework, penyimpanan, hingga pengiriman

❖ IDENTIFIKASI : Pengkodean setiap bahan baku dan kemas


berdasarkan lot/tanggal kedatangan
❖ Pencatatan pemakaian setiap kode bahan pada saat proses
❖ Penerapan sistem FIFO / FEFO pada penyimpanan
❖ Pencatatan rework
❖ Sistem Pelabelan yang jelas dan terstruktur
❖ Pencatatan pengiriman barang
❖ Dokumentasi yang rapi
KETERTELUSURAN
DALAM PERIKANAN
TANGKAP
❑ Tujuan
▪ Memastikan ikan yang ditangkap
tidak berasal dari perikanan tangkap
illegal (IUU = Illegal, Unreported &
Unregulated)
▪ Bebas dari resiko cemaran kimia,
mikrobiologi dan fisik & bebas dari
resiko pemalsuan (food fraud)
PENGENDALIAN KETERTELUSURAN
DALAM PERIKANAN TANGKAP
❑ Pengendalian
▪ Pastikan kapal penangkap memiliki registrasi yang valid (Nama
Kapal dan nomor ijin)
▪ Pastikan ditangkap diarea tangkap yang legal (bukan
merupakan kawasan terlarang)
▪ Pastikan mendarat dilokasi yang sudah mendapat persetujuan
▪ Pastikan alat tangkap bukan merupakan yang dilarang
▪ Pastikan species bukan termasuk dalam biota yang dilindungi

Informasi / Data Yang Diperlukan Perikanan


Tangkap
Unit Produsen Nelayan Skala Kecil/Menengah
Pada setiap kode produksi, para nelayan mampu memberikan
informasi data : nama kapal/nelayan, alamat nelayan, tanggal
panen/penangkapan, ukuran, volume, dan mutu ikan segar. Contoh
kode data traceability menggunakan kertas :

MJ = Area
Penangkapan
TN = Jenis Ikan

MJ-TN-AH-210615-150-1
150 = Volume Ikan (kg)
1 = Mutu Ikan

AH = Kode Nelayan
210615 = tgl panen/
penangkapan
KETERTELUSURAN
DALAM PERIKANAN
BUDIDAYA
❑ Tujuan
▪ Memastikan material berasal dari
perikanan budidaya yang legal,
terjamin kualitas dan keamanan
pangan nya (bebas dari bahaya
biologi, kimia dan fisik) dan bebas dari
resiko pemalsuan (food fraud) –
Legality, Food Safety, Quality And
Authenticity
PENGENDALIAN KETERTELUSURAN
DALAM PERIKANAN BUDIDAYA

❑ Pastikan area budidaya (tambak) terdaftar (Nama dan


nomor ijin/CBIB)
❑ Pastikan benur berasal dari sumber yang baik
(CPIB)
❑ Pastikan bebas dari antibiotika dan pestisida
❑ Pastikan pakan yang digunakan terdaftar
❑ Pastikan sistem transportasi terkendali
Unit Produsen Pembudidaya Ikan/Udang Skala
Kecil/Menengah
Pada setiap kode produksi, para pembudidaya mampu
memberikan informasi data : tanggal panen, alamat
tambak & kode petak/kolam, jenis udang, ukuran, volume,
dan mutu udang mentah segar.

BR = Nama Desa BT = Jenis Udang


Lokasi Tambak

300 = volume udang (kg)


BR-BT-02-150415-300-1 1 = mutu udang

02 = No petak Kolam 150415 = tgl panen


KETERTELUSURAN DALAM RANTAI
PASOKAN (SUPPLY CHAIN)

❑ Tujuan
▪ Memastikan pengumpul/supplier/middle-man hanya menerima
dan menjual kembali bahan baku yang berasal dari budidaya /
perikanan tangkap yang legal
▪ Memastikan pencatatan asal bahan baku terkendali termasuk
jumlah yang sesuai
▪ Memastikan persyaratan dasar fasilitas
penyimpanan/penampungan tidak menyebabkan
kontaminasi
▪ Memastikan pelabelan akurat dan benar
▪ Sistem transportasi (logistic) yang baik dan tidak
menyebabkan resiko kemanan pangan
PENGENDALIAN KETERTELUSURAN
di Tingkat SUPPLIER/PEMASOK/MIDDLE-MAN

❑ Memastikan surat jalan yang berisi: informasi spesies,


asal bahan, jumlah yang sesuai, informasi dari tambak
(pakan dan benur) yang digunakan *) khusus budidaya
❑ Memastikan akurasi Informasi kapan material di
panen atau dibeli dari nelayan atau diterima dari
tahap sebelumnya (supply chain)
❑ Memastikan tidak ada perlakuan tambahan ditingkat
pengumpul (menambahkan bahan kimia) untuk tujuan
pengawaten/menambah berat
Unit Pemasok (Supplier)
Unit Pengumpul : pelaku usaha perikanan baik perorangan maupun badan usaha
yang menyediakan atau memasok bahan baku hasil perikanan baik yang belum
diolah maupun yang sudah mengalami penanganan/pengolahan setengah jadi ke
UPI.
Dalam rantai suplai hasil perikanan di Indonesia, unit supplier inilah yang berperan
sangat besar untuk memasok bahan baku hasil perikanan ke UPI.
Penerapan alur informasi dan koleksi data untuk traceability di unit supplier dapat
menggunakan prinsip transfer data, dan atau penggabungan data sebagaimana
contoh sebagai berikut :

Koleksi data meliputi :


- Daftar nama nelayan atau kapal
= kode nelayan ID Suplai ke UPI
- Alamat nelayan terdiri dari :
- Lokasi pendaratan - Kode supplier
- Jenis Ikan - Jenis Ikan
- tanggal pembelian bahan baku - Tgl pengiriman
- Volume ikan per nelayan/ kapal - volume ikan
- Mutu Ikan - Mutu ikan
Unit Supplier :
Contoh ID bahan baku hasil perikanan
tangkap untuk suplai ke UPI

PS = alamat Supplier
OCT = Jenis Ikan

PS-AH-OCT-150715-300-1
300 = Volume Ikan
(kg)
1 = Mutu Ikan
AH = Kode Supplier 150715= tgl pengiriman
bahan baku ke UPI
Unit Supplier :
Penggabungan data pembelian bahan
baku hasil perikanan budidaya

Lokasi Koleksi data meliputi :


Tambak 1 - Daftar nama pembudidaya
ikan/udang (Kode)
- Alamat pembudidaya ID terdiri dari :
Lokasi - Lokasi budidaya - Kode supplier
Tambak 2 - Jenis Ikan/udang - Jenis Ikan/udang
- tanggal pembelian bahan - Tgl pembelian
baku - vol. ikan/udang
Lokasi - Volume per pembudidaya
Tambak 3 - Mutu Ikan/udang : bebas
bahan kimia/antibiotik
Contoh : Kode Traceability di Unit Supplier Udang
Tambak

220= urutan jumlah


hari dalam setahun
Jenis udang

BR-BT-0281522015

15=2015
Nama Petambak
dan Lokasi
028= nomor seri
bahan baku diterima
dalam setahun
Alur Informasi & Koleksi Data untuk Traceability

Kode Kode Kolam Alamat Kolam


Container No.
Produksi di Tambak Tanggal Panen
UPI
Kode produksi :
• Tgl Penerimaan
• Nama plasma
• Alamat tambak
• Kode kolam
Setiap alamat kolam tambak,
• Jenis & size udang
• Volume mampu menelusuri data :
Kode Benur : mampu menelusuri data • Asal/Kode benur
Asal Induk (Broodstock) • No. Lot Pakan
Monitoring pembenihan • Bahan – bahan lain untuk
Bahan – bahan lain kebutuhan tambak
Tanggal panen benur, volume, & mutu • Monitoring
Tujuan Kolam Tambak
• Tanggal panen, mutu, volume &
distribusi
Alur Informasi & Koleksi Data untuk Traceability

Kode Kode Supplier Nama kapal


Container No.
Produksi di Tanggal
UPI penangkapan
Kode produksi :
• Tgl Penerimaan
• Nama supplier
• Alamat
• Kode supplier
Setiap kapal mampu menelusuri data
• Jenis & size udang
:
• Volume
• Tanggal bongkar, mutu, volume
& distribusi
• Data penanganan dan
penyimpanan di kapal
KETERTELUSURAN DALAM
UNIT PENGOLAHAN (UPI)

❑ Ketelurusan dalam tahapan penerimaan bahan baku, bahan


tambahan, bahan kemasan (Receiving)
❑ Ketelusuran dalam tahapan awal proses (Contoh:
Deheading, Sorting, washing)
❑ Ketelusuran dalam tahapan utama proses (Contoh: Peeling,
Soaking, Cooking, Freezing, Packing, Metal detecting)
❑ Ketelusuran dalam tahapan penyimpanan &
pengiriman (Cold Storage & Loading)

Storage Delivery
Processing
Receiving Penyimpanan Pengiriman
Pengolahan
Penerimaan
Pengendalian sistem ketertelusuran dalam UPI

• Data supplier (pemberian kode supplier)

Penerimaan •

Pemisahan per supplier
Identifikasi / lot / batch
• Rekaman Pengendalian proses & CCP

• Catatan kode supplier dari tahap sebelumnya


• Catatan mixing lot supplier (jika ada)
Preparasi • Identifikasi / lot / batch
• Rekaman pengendalian proses & CCP

• Catatan kode supplier dari tahap sebelumnya


• Pemberian kode lot baru (jika ada pencampuran)
Proses utama •

Identifikasi / lot / batch pada produk jadi (labeling)
Rekaman pengendalian proses & CCP

• Catatan jumlah produk jadi


Penyimpanan • Serah terima antara produksi & cold storage
• Catatan stok produk jadi setiap lot/batch/kodeproduksi

• Loading report/laporan eksport


Stuffing • Packing list setiap lot/batch/kode produksi
• Health Certificate & kelengkapan dokumen ekspor
Implementasi Sistem Traceability di
UPI
❖ UPI memiliki tanggung jawab dalam menjamin mutu dan keamanan produk akhir
serta penerapan kemampuan telusur (traceability) secara konsisten melalui
upaya membangun kerjasama dengan para supplier (building alliances with
suppliers) dalam rangka Approved Supplier
❖ UPI membina dan menilai para supplier sampai mereka memenuhi persyaratan
jaminan mutu dan keamanan pangan.
❖ Selanjutnya unit supplier mendapatkan Approved Supplier dari UPI
❖ UPI lalu melakukan audit secara berkala dan evaluasi para supplier, dan
bukannya UPI hanya meminta surat garansi (letter of guarantee).
❖ Apabila terjadi kasus penolakan produk oleh otoritas kompeten di negara
importir, maka UPI bersama unit supplier yang akan bertanggung jawab atas
terjadinya kasus penolakan.
❖ Identifikasi lapangan menunjukkan UPI telah menerapkan traceability sesuai
dengan desain dan prosedur masing-masing
Dalam Praktek : Paper-based Traceability Systems

➢ Metode Tradisional
➢ Secara manual dimana informasi dikirim dari beberapa
media sementara ke dokumen/catatan kertas (paper
based record)

Label :
Nama middlemen
Nama tambak
Nama petani tambak Operasional harian tambak di white board
Nama desa Pond id, age of prawn, pH, feed quantity, total feed quantity, FCR,
Nama kabupaten
Nama provinsi
shrimp weight per piece
Id petak kolam
MASS BALANCE
Neraca Keseimbangan

Quantity Input = Quantity Output


• Quantity input

• Jumlah Raw Material yang diterima


• Quanity output:

• Jumlah Produk jadi


• Jumlah By-Product (Broken, BS, Out off Spec)
• Jumlah Waste (kulit, kepala, sisik, tulang, dll)
• Jumlah Loss on process (toleransi)
Neraca Massa
Mass Balance

In (A) Out (B)


Overall

Out (C)
A=B+C
Neraca Massa pada
Proses Produksi

Pre-Process

RM R. RM Sizing
Butchering & Cooking
Racking
(A) (A) (A) (B)

Waste Loses Cook


(X) (Y)

A=B+X+Y
Neraca Massa pada
Proses Produksi

(B) (B) (−) (−)


Cooling Skinning Cleaning Filling

(C)

X₁ Y₁ Freezing

B (kg) = C (kg) + X₁ + Y₁
Ekspor
Bagaimana sistem Traceability di UPI bekerja :
Data : Nomor Container
Data Produksi pada kemasan
Contoh : Kode Produksi 301270021252 pada kemasan dan tabel dibawah
ini :

30127 00 2 1 252
Produksi Basis Kode Diproduksi di Unit Di produksi oleh ID Spesifik
tanggal Kolam 00 Pengolahan 2 Group pekerja Produk
30/12/2007 Shift 1
CONTOH APLIKASI PENGKODEAN

BARCODE

QR CODE
Label pada beef steak, Belgium Contoh Sistem Traceability
Penandaan faktor sangat penting
45

• Traceability bar code


• Negara dimana hewan dilahirkan
• Negara dimana hewan digemukkan
• Negara dimana hewan disembelih

Label pada jeruk, Belgium


• Negara asal

• Category

• Bobot
• Traceability code
CONTOH TRACEABILITY INTERNAL

46
26/30 COOKED P&D TAIL-ON

PREMIUM COOKED SHRIMP


FARM RAISED SHRIMP PRODUCT
OF INDONESIA
Distributed by
Frozen Foods
El Segundo, CA xxxxx USA

28 Production day of the month


M Month, COSFF Format (M=June)
V Year, COSFF Format (V=2013)

621/28MV/800

Supplier Code
800 Seseorang,
Cirebon,
Indonesia
Packer Code
Jenis barcode UPC-A 621 PT. Contoh Seafoods Co.
INFORMASI TAMBAHAN

DRAFT REGULASI TRACEABILITY USFDA


(Requirements for Additional Traceability for Certain Foods)

Draft peraturan ini adalah kelanjutan dari Food Safety Modernization Act
(FSMA) 2011,bertujuan untuk meningkatkan traceability (enhanced traceability)
yang semula atau berlakusaat ini berdasarkan prinsip “1-up, 1 down menjadi
“end-to-end” traceability, atau kalau di EU disebut sebagai “from farm to fork”.

At the core of this proposal is a requirement for those who manufacture, process,
pack or hold foods on the Food Traceability List (FTL) to establish and maintain
records containing Key Data Elements (KDEs) associated with different Critical
Tracking Events (CTEs).
Food Traceability List

Finfish, including smoked finfish Includes all finfish species, such as


cod, haddock, Alaska pollack, tuna,
mahi mahi, mackerel, grouper,
barracuda, and salmon; except does
not include siluriformes fish, such
as catfish [1]
Crustaceans Includes all crustacean species,
such as shrimp, crab, lobster, and
crayfish
Mollusks, bivalves Includes all species of bivalve
mollusks, such as oysters, clams,
and mussels; does not include
scallop adductor muscle
ASPEK TEKNIS “TRACEABILITY” RULES
a. CTE dan KDE: Kerangka (framework) teknis traceability adalah menggunakan CTE
(CriticalTracking Event) dan KDE (Key Data Elements). CTE adalah tahapan2 mana saja
sepanjang supply chain yang perlu dimasukkan dalam traceability system dan jenis data
apa saja (KDE) yang perlu di record pada setiap CTE.
b. CTEs (tahapan yang perlu ditelusuri): Growing (e.g budidaya/farm/catch); receiving;
creating (perubahan produk menjadi bentuk lain; transformation (termasuk pengolahan,
re packing dll); shipping

KDE di setiap CTE:


• Growing: Koordinat dari growing area;
• Receiving/First receive: batch/lot; tanggal panen, lokasi (daerah penangkapan); IDlokasi; entry
number (import), quantity, identitas produk (product identifier);reference record number;
transporter name; previous location identifier(transhipment dll).
• Tranformation (e.g processor): Batch/lot code; quantity; unit of measures;
locationidentification; new product batch/lot code; new product identifier
• Shipment: entry number; quantity; unite measures; product identifier; referencerecord number;
transporter
Creation and Transformation Example
Peanut butter is an example of a food that is created.
• Peanut butter is a food on the Food Traceability List (FTL) that is made from
peanuts and additional ingredients that may include salt, sweeteners, and/or
emulsifiers.
• Since the individual ingredients of peanut butter do not appear on the FTL,
peanut butter is considered a created food for the purposes of traceability
Peanut butter sandwich crackers are an example of a food that is
transformed.
• Peanut butter sandwich crackers are a product made from a food on the
FTL.
• Peanut butter is added between baked crackers and packaged without
further processing and is considered a transformed food for the purposes
of traceability. Peanut butter cookies are an example of a food that is
transformed,
RECORD DAN PELAPORAN

Mengingat peraturan ini nanti untuk meningkatkan food safety


dan kecepatan penulusuran apabila ada kasus, FDA mensyaratkan
perusahaan untuk membuat system traceability yang mampu
memproduksi/menunujukkan traceability record (bisa dalam
bentuk electronic) dari semua KDEs di setiap CTE untuk specifik
lots dalam waktu kurang dari 24 jam.

➢ records be maintained as either original paper records, electronic records,


or true copies; they all must be legible and stored to prevent deterioration
or loss.
➢ traceability records be provided to FDA as soon as possible but no later
than 24 hours after a request is made.
➢ an electronic sortable spreadsheet containing relevant traceability
information be provided to FDA within 24 hours of a request when
necessary to assist FDA during an outbreak, recall or other threat to public
health.

Anda mungkin juga menyukai