Anda di halaman 1dari 15

Disusun Oleh :

Adilah Salamatunnisa
1543050043

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Keracunan makanan oleh makanan yang berasal dari laut(seafood)terjadi karena


adanya toksin yang dihasilkan oleh alga planktonik, bakteri, dan enzim (biasanya
dinoflagellata) Toksin diakumulasi dan dimetabolisme oleh seafood. Dari sekian banyak
spesies plankton, sekitar 80 diketahui menghasilkan toksin. Akibat yag ditimbulkan dapat
bermacam-macam tergantung pada jenis toksin yang ada.

Asosiasi mikroba
dan toksin

Amnesic shellfish
poisoning

Pseudonitzschiu pungens

Domoic acid

Ciguatera

Gumbierdiscus toxicus
Ostroepsis lenticuluris

Ciguatoxin
Maitotoxin, Scaritoxin

Scombroid poisoning

Morgunellu morgunii,
Proteus spp., Hufniu ulvei,
Klebsiellu
pneumoniue, and other
Bakteri pengkarboksilasi
asam amino ke amina
biogenik

Histamin dan amina


biogenik lainnya

Persebaran marine
toxin

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

SCOMBROID FOOD POISONING

Scombroid food poisoning adalah keracunan makanan yang ditimbulkan


karena tingginya kadar histamin dalam ikan yang telah rusak (busuk). Scombroid
= Histamine. Pertama kali dilaporkan tahun 1830 oleh Henderson Keracunan ini
diakibatkan karena tingginya kadar

Histamin dalam ikan (yang rusak)

tersebut. Histamin tersebut berasal dari Histidin yang dikonversi oleh mikroba.
Di dalam tubuh kita, histamin memiliki efek psikoaktif dan vasoaktif. Efek
psikoaktif menyerang sistem saraf transmiter manusia, sedangkan efek
vasoaktif-nya menyerang sistem vaskular. Pada orang-orang yang peka, histamin
dapat menyebabkan migren dan meningkatkan tekanan darah. Selain itu, terdapat
senyawa-senyawa kimia lain yang berasosiasi dengan keracunan tersebut, namun
belum diketahui dengan jelas.
Ikan-ikan penyebab penyakit ini berasal dari famili Scombridae dan
Scomberesocidae. Contoh: ikan tuna dan makerel. New Zealand tuna, kahawai,
kingfish, makerel, mullet, dan trevally.

Diagnosis
Gejala klinis uji klinis kadar Histamin dapat dilakukan pada sampel urin dan
plasma darah (untuk plasma jarang dilakukan). Sejarah memakan ikan

Gejala keracunan

Mulut terasa terbakar

Ruam-ruam di bagian tubuh bagian atas

Tekanan darah menurun

Gatal-gatal pada kulit

Sakit kepala

Kram pada bagian perut

Jantung berdebar-debar

Gejala lanjutan muntah-muntah

Gejala akan muncul setelah 30 menit sampai 1 jam

Gejala tersebut akan hilang dalam 3-24 jam, pada beberapa orang sampai
beberapa hari

1 jam kemudian (tanpa pengobatan)

Tabel angka keracunan


scombroid fish di Australia oleh
ikan kahawai (Arripis trutta)

Mekanisme terjadinya keracunan


Pembentukan histamin disebabkan oleh pertumbuhan beberapa jenis bakteri
yang mampu menghasilkan enzim dekarboksilase, contoh Morganella morganii.
Histidine decarboxylating bacteria merupakan salah satu mikroflora dalam tubuh
ikan, namun kontaminasi dan kerusakan ikan di kapal yang menyebabkan
meningkatnya kadar histamin. Sebagian besar bakteri yang mampu menghasilkan
histamin bersifat mesofil.
Menurut Kim (1979), species lainnya seperti Proteus morgagni, Klebsiella
pneumoniae, Clostridium perfringens, Shigella dysenteriae, serta beberapa strain
dari Escherichia coli and Aerobacter aerogenes. Enzim histidin dekarboksilase
dapat aktif pada suhu rendah (lemari pendingin). Jadi seandainya bakterinya tidak
aktif, maka enzimnya masih bisa aktif tentunya mengubah histidin menjadi
histamin. Enzim tersebut dapat aktif kembali saat pencairan (es).

Hasil penelitian
Crop & Food Research, New Zealand memperoleh:
-

Penyimpanan pada 20oC-35oC diperoleh histamin >200 mg/kg dengan jangka

waktu 15 jam.
-

Penyimpanan pada 15oC diperoleh histamin 100 mg/kg dengan jangka waktu
24 jam.

Kesimpulan tingginya kadar histamin merupakan akibat preservasi yang


buruk.

Pencegahan
-

Enzim dan bakterinya dapat diinaktivasi dengan cara pemasakan

Organoleptik lemah

Pendeteksian secara kimia

Penerapan HACCP

Menurut FDA kadar histamin seharusnya <50 mg/kg; dianggap berbahaya jika
>200 mg/kg.

II.

CIGUATERA POISONING\
Ciguatera merupakan keracunan yang disebabkan oleh konsumsi ikan yang
mengandung oleh ciguatoxin Fish-borne disease. Ikan yang mengandung
ciguatoxin umumnya merupakan ikan-ikan yang hidup pada ekosistem terumbu
karang (coral reef), terutama tropical reef. Ciguatoxin akan mengalami
akumulasi dari ikan kecil (pemakan plankton) ikan dengan tingkatan trofik
tinggi. Ciguatoxin dihasilkan oleh mikroba yang dikonsumsi ikan
dinoflagellata terutama dari jenis Gambierdiscus toxicus.
Penghasil ciguatera toxin merupakan bakteri/mikroba lain yang berasosiasi
dengan dinoflagellata (Wilson, 2000). Spesies ikan yang umum diketahui
sebagai sumber ciguatera poisoning antara lain: sea bass, belut laut, barakuda,
ikan makarel, dll. Ciguatoxin bersifat heat stable dan lipid soluble; ciguatoxin

tidak terpengaruh oleh suhu, asam lambung, dan proses pemasakan. Keberadaan
toksin pada ikan tidak memengaruhi rasa, bau, dan warna ikan. Struktur
ciguatoxin:

Gambierdiscus
toxicus

Vektor
Ciguatera
Toxin

Gejala dan pengobatan


-

Keracunan akibat ciguatoxin pada umumnya tidak bersifat mematikan.


Tingkat kematian akibat keracunan ciguatoxin hanya sebesar 0,1%.

Gejala keracunan ciguatera timbul 15 menit 24 jam pasca mengkonsumsi


ikan yang tercemar ciguatoxin.

Gejala dapat bervariasi, namun gejala paling umum berkisar pada 3 sistem
organ: pencernaan, kardiovaskular, dan saraf.

Gejala pada sistem pencernaan merupakan gejala pertama yang muncul,


meliputi diare, muntah-muntah, mual, nyeri pada bagian abdominal.

Gejala pada sistem saraf meliputi panas dingin, vertigo, mata berkunang,
dental pain, dll.

Gejala pada sistem kardiovaskular meliputi letih (weakness) dan pening


(dizziness) akibat dari Bradycardia dan hipotensi.

Pengobatan bagi keracunan ciguatoxin meliputi (1) agen neurologi, (2)


antihistamin, (3) analgesik, dan (4) antipireutik.

Pengobatan secara tradisional melalui obat herbal menjadi alternatif lain yaitu
obat herbal yang berasal dari Vitex trifolia dan Heliotropium foertherianum.

III.

PARALYTIC SHELLFISH POISONING


PSP adalah penyakit serius yang bersifat neurotoksik, diakibatkan oleh
kerang yang terkontaminasi dengan alga beracun. PSP disebabkan oleh alga dari
golongan Dinoflagellata dan Diatom, serta dari cyanobacteria. Racun yang
dihasilkan berupa saxitoxin (C10H17N7O3.2HCl).

Patinopecten
yessoensis

Gejala yang ditimbulkan


-

Kekebalan pada wajah, bibir, dan jari-jari tangan

Gatal-gatal

Kejang mulut

Pening

Paralisis

Serangan jantung

Kegagalan sistem pernapasan

Cara mereduksi Saxitoxsin


-

Pemanasan di atas 100C

Radiasi ozon

Mekanisme retorting pada remis

IV. NEUROTOXIC SHELLFISH POISONING


Komponen utama brevitoxin. Sulit dideteksi pada makanan. Akibat
mengonsumsi kerang atau tiram. Dihasilkan oleh Ptychdiscus brevis atau
Gymnodinium breve. Tingkat kematian sangat rendah

Gymnodini
um breve

Gejala
- Mati rasa pada mulut
- Rasa gatal pada mulut, tangan, dan kaki
- Koordinasi yang buruk
- Keluhan sistem pencernaan
- Perasaan panas-dingin

Mekanisme toksisitas molekuler


1. Pembukaan ion channel Na+ pada dinding sel
2. Pelepasan neurotransmiter dari ujung saraf autonom kontraksi otot halus
trakhea
3. Inhibitor enzimatik proteinase lisosomal cathepsin pada sel fagosit

Penanganan toksisitas
- Terapi suportif dan simptomatik
- Dekontaminasi gastrointestinal karbon aktif
- Gastric lavage
- Neostigmine dan edrophonium

V.

AMNESIC SHELLFISH POISONING


Amnesic shellfish poisoning merupakan keracunan makanan yang disebabkan
oleh toksin berupa asam domoat. Asam domoat yaitu asam amino neurotoksik
yang dihasilkan oleh alga Nitzhia pungens. Keracunan disebabkan karena
memakan kerang atau ikan laut yang mengandung Nitzhia pungens.

Pseudo-nitzschia memiliki Sel panjang dan ramping,


bergabung memanjang membentuk koloni yang
tumpang tindih.
McCarron dan Hess (2006) membuktikan bahwa dengan penguapan
konvensional dan autoklaf dari jaringan kerang yang mengandung toksin hanya
mereduksi konsentrasi asam domoat total sekitar 3%. Ini menunjukkan bahwa
memasak tidak akan meningkatkan keamanan untuk memakan kerang-kerangan
yang mengandung toksin asam domoat.
Keberadaan alga ini akan memberi warna pada air dengan pigmen dalam
berbagai warna: kuning, oranye, cokelat, merah muda, merah, atau tembus. Namun
tidak semua ganggang warna-warni beracun. Noctiluca, menghasilkan warna merah
terang, tidak diketahui efek sakit pada manusia. Untuk alasan ini, para ilmuwan
umumnya

menggunakan

istilah

harmful

algal

blooms

(HABs)

untuk

mendeskripsikan alga yang mengandung toksin.


ASP diamati pertama kali pada tahun 1987 di Kanada. Pertumbuhan
ganggang berbahaya secara berlebihan disebabkan oleh buangan limbah pertanian
yang mengandung nitrat dan fosfat dari pupuk kimia dan peternakan. Meskipun
asam domoat mudah larut oleh sinar matahari dan air laut, bila HABs saling
mengikat dan tenggelam, racunnya akan tinggal di dasar lautan selama bermingguminggu dan dikonsumsi oleh kerang-kerangan, hewan berkulit keras, atau ikan
lainnya.

Gejala keracunan yang ditimbulkan


-

Kesulitan pencernaan termasuk muntah, kram, dan diare dalam waktu 24 jam.

Pasien yang sangat rentan: timbul gejala neurologis seperti sakit kepala,
pusing, gangguan koordinasi, dan kehilangan memori jangka pendek dalam
waktu tiga hari.

Dapat menyebabkan kerusakan otak dan kematian. Kerusakan otak yang


ditimbulkan bersifat tidak dapat pulih (irreversible).

VI.

Pengobatan
-

Tidak ada pengobatan khusus.

Biasanya penderita diberi Antihistamines dan Epinephrine.


CARA PENANGANAN DAN DETEKSI
Berdasarkan pada: Gejala-gejala yang muncul dan Jenis makanan yang masuk ke
dalam tubuh. Identifikasi toksin spesifik sebenarnya tidak terlalu penting untuk
dilakukan dalam mengobati pasien karena tidak ada pengobatan spesifik dalam hal ini.
Pengobatannya pada Scrombotoxic Fish Poisoning: antihistamin, ephinephrine,
Ciguatera Poisoning (Ciguatoxin): Intravenous Mannitol, Paralytic Shellfish Poisoning
(Saxitoxin): tidak ada obat penangkal yang spesifik, namun dapat dicegah dengan
pemanasan di atas suhu 100C, diinaktifkan sementara dengan senyawa alkali kuat atau
diobati melalui pengobatan penyakit pernapasan pada umumnya.

Amnesic Shellfish

Poisoning (Asam Domoat): tidak ada obat penangkal spesifik, dapat diatasi dengan
melakukan terapi zat cair dalam tubuh, misalnya memperbanyak minum susu dan air
putih. Neurotoxic Shellfish Poisoning (Brevitoxin): tidak ada obat penangkal yang
spesifik, dapat diminimalisasikan dengan melakukan pengobatan terhadap gejala-gejala
yang muncul.
Pencegahannya, Mengonsumsi makanan laut secara aman dan higienis, Mengetahui
asal usul makanan laut (kebersihan, penyakit, pakan), dan Mengetahui cara
penyimpanan makanan laut yang baik.

BAB III
KESIMPULAN
Istilah untuk toksin marin khusus digunakan untuk toksin-toksin yang berasal
dari organisme laut. Istilah lain yang ada kaitannya dengan toksin adalah racun atau
bisa. Istilah racun digunakan untuk substansi toksin yang menyebabkan keracunan
bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, sedangkan bisa masuk ke dalam tubuh
melalui sengatan atau gigitan.
Tetrodotoksin adalah toksin yang ditemukan pada beberapa spesies ikan buntal
puffer (Fugu sp). Lebih dari 100 spesies puffer fish (famili Tetraodontidae) yang
menyebar dari perairan sedang hingga tropis, tetapi hanya sekitar 10 spesies yang
dikonsumsi
Kontaminasi toksin alami pada ikan mengakibatkan keracunan bagi yang
mengkonsumsinya. Kebanyakan toksin ini diproduksi oleh alga (fitoplankton). Toksin
terakumulasi dalam tubuh ikan yang mengkonsumsi alga tersebut atau melalui rantai
makanan mengakibatkan toksin tersebut terakumulasi dalam tubuh ikan. Yang unik
dari toksin ini adalah tidak dapat dihilangkan atau tidak rusak dengan

proses

pemasakan
Spesies dari tipe yang dapat membahayakan biota laut, akibat terjadinya
penurunan oksigen terlarut atau disebut spesies "anoxious". Daft kelompok ini yang
sering ditemukan di Indonesia adalah Trichadesmium erythraeum, saIah satu spesies dari
Cyanobacterium.. Cyanobacterium ini sewaktu-waktu dapat melimpah di perairan karena
kondisi unsur hara yang berlebihan dan dapat mengikat unsur nitrogen secara langsung
dari udara. Ikan mengandung beberapa jenis mineral, tapi dibandingkan dengan hewan
lain ikan mengandung iodium dan kalsium dalam jumlah yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Angka, S.L. dan Maggy. T.S. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Pusat Kajian Sumberdaya
Pesisir dan Laut, IPB, Bogor.
Arinardi, O.H., A.B. Sutomo, S.A. Yusuf, Trianingnsih, E. Asnaryanti dan S. H. Riyono.
1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di Perairan
Kawasan Timur Indonesia. P3O-LIPI. Jakarta.
Ciavitta et al. 2007. Studies of puupehenon-metabolites of Dysidea sp. structure and
biological activity. Tetrahedron Lett 63(6):1380-1384.
Davis, C.C. 1951. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State University Press,
USA.
Nybakken, J.W. 1982. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Alih bahasa H. Muh.
Eidman. PT. Gramedia, Jakarta.
Rumpho ME, Manhart JR, Summer EJ. 2000. Solar-powered sea slugs. Mollusc/algal
chloroplast symbiosis. J Plant Physiol 123:29-38
Wojnar JM. 2008. Isolation of new secondary metabolites from New Zealand marine invertebrates
[tesis]. Wellington: Victoria University of Wellington.

Anda mungkin juga menyukai