DISUSUN OLEH
1. Odilia Banur, S.Pt
2. Hilarius Delis, S.Pi
3. Robertus Apul
LAPORAN MAGANG
Disusun oleh:
Pembimbing Uji:
Basirun, S.Pi
NIP. 19630209 198903 1 003
Mengetahui,
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan Rahmat dan
Karunianya kami dapat menyelesaikan Laporan Magang ini yang telah dilaksanakan di
Laboratorium Organoleptik Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan (BBP2HP), Jl. Raya
Laporan ini disusun sebagai informasi bahwa kami telah melaksanakan magang pengujian
Kegiatan Magang pengawasan mutu produk perikanan yang dilakukan di laboratorium ini
dimaksudkan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan Sumber Daya Aparatur yang diperlukan dalam
rangka pengawasan mutu produk perikanan dan mendapatkan keterampilan mengenai proses uji
formalin, Boraks dan Rhddamin serta uji yang lainnya yang sesuai dengan Standart Nasional
Indonesia (SNI) dalam rangka pengawasan produk perikanan yang beredar di masyarakat baik ikan
Sehubungan dengan terlaksananya Magang ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama
dengan berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada : Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk
Kelautan dan Perikanan Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan (BBP2HP) Jakarta Timur
Ibu Dra. Prihastini Ngudi Lestari, MM selaku Kepala Bidang Pengujian dan Sertifikasi
Produk BBP2HP
Ibu Mintut Silowati,S.Pi, M.Tr,Pi selaku Kepala Seksi Pengujian Lab Organoleptik BBP2HP
Bapak Basirun,S.Pi selaku Analis dan Pembimbing Uji Formalin, Boraks, Rhodamin B dan Uji
Filth
Bapak Ismarsudi dan Ibu Nia yang telah berkenan memberi arahan dan sharing kepada peserta
Semua pihak yang telah membantu dan bekerjasama dalam terlaksananya kegiatan Magang di
BBP2HP ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar laporan ini bisa lebih baik dan
Penyusun,
DAFTAR ISI
Kan aNan man amamungnanNa Mann sa Ka Mma ai ia esa aa benar mna noah Nana PA PA UAN
bni arena bekam Ba Baba esa AE IS sabeaba nan mean amen 1.2 Tujuan dan
cuba kowebm oma saban neon naa NN Naa BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN DAN
HASIL DAN PEMBAHASAN ............oooooooooWooW mna SA PENS ena Nat bima mmm
mabA Mam Me maM han ha mms mmm marka nenen Tots PEMANAS inti! enosrb oo kebaikan
BARIY PENUTUP et be ema mimasbmnsn anne ea oobeninnbbon some PN Sau makanan Ah ban
ebi
Se Meet alias tan bel dian ieaiia ek kenlasan beoneba nii etrbaelaennl mard so a
BAB I
PENDAHULUAN
Pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi manusia untuk bisa tetap
mempertahankan hidup. Tidak heran jika saat ini industri pangan di Indonesia menjadi usaha yang
banyak digeluti masyarakat. Namun, Jaminan mutu dan keamanan pangan merupakan hal yang
sangat penting dalam penyediaan bahan pangan. Ikan termasuk bahan pangan yang sangat mudah
mengalami pembusukan (high perishable product) dan kerusakan lainnya yang disebabkan oleh
kontaminasi mikroba, bahan kimia yang berasal dari habitat hidupnya maupun dari cara penanganan
Ikan yang merupakan bahan makanan yang mudah mengalami pembusukan memerlukan
upaya pengolahan dan pengawetan untuk menjaga kualitas ikan agar sampai ditangan konsumen
dalam keadaan baik dan layak dikonsumsi sebagai makanan. Selama ini usaha memperendah suhu
ikan dengan menerapkan teknik pendinginan hasil perikanan sudah terbukti berhasil dalam
Pendapat lain mengatakan, Usaha untuk membuat ikan tetap selalu segar ataupun
meningkatkan kesegarannya adalah tidak mungkin, walau begitu kesegaran ikan masih bisa
dipertahankan. Melalui penanganan yang baik dan benar, penghambatan proses pembusukan daging
ikan sangat memungkinkan untuk dilakukan. Hingga saat ini penanganan yang dianggap baik
adalah dengan penerapan rantai dingin, yaitu mengusahakan agar ikan tetap dingin (berada dalam
suhu rendah). Penanganan yang dianggap paling ekonomis dan efektif adalah menggunakan es, bisa
juga dengan melakukan pembekuan ikan agar dapat bertahan lebih lama lagi.
Pada daerah tropis, proses kerusakan ikan berlangsung lebih cepat karena suhu dan
kelembaban harian yang tinggi. Proses kemunduran mutu tersebut makin dipercepat dengan cara
penangkapan, Penanganan dan pengolahan yang kurang baik, fasilitas yang kurang memadai serta
perikanan yang tidak bertanggung jawab. Pemberian bahan tambahan terkadang dilakukan agar
kualitas fisik tetap terlihat baik. Bahan tambahan seperti formalin sebagai pengawet banyak
diberikan pada ikan segar dan kering tanpa memikirkan dampak yang akan dialami konsumen yang
mengkonsumsi ikan. Selain itu, pada produk perikanan bahan kimia berbahaya yang sering
Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di sektor industri
sebenarnya formalin sangat banyak manfaatnya. Namun Formalin sangat berbahaya Jika dihirup,
mengenai kulit dan tertelan. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang maka formadehid dapat
merusak hati, ginjal, limpa, pankreas, dll. Formaldehid mempunyai banyak manfaat untuk
pembersih lantai, kapal, gudang-gudang, pakaian, pembasmi lalat dan berbagai serangga. Umumnya
formalin lebih sering digunakan pada industri kimia antara lain industri resin, tekstil, plastik
(melamin), kertas dan pupuk. Dalam bidang medis formalin biasanya digunakan untuk
mengawetkan mayat.
Penggunaan bahan kimia berbahaya pada produk perikanan saat ini banyak ditemukan, salah
satunya adalah penggunaan formalin sebagai bahan pengawet karena bahan ini memiliki daya
desinfektan/antiseptik yang sangat tinggi, selain itu mudah didapat dan harganya relative murah.
Berdasarkan UU Perikanan No.31 tahun 2004 dalam pasal 23 dinyatakan bahwa adanya
larangan mengenai penggunaan bahan tambahan makanan yang dapat membahayakan kesehatan
manusia dalam penanganan dan pengolahan produk perikanan. Dan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.33 Tahun 2012 tentang larangan penggunaan formalin dan boraks sebagai
Bahan Tambahan Pangan (BTP). formalin dilarang untuk digunakan sebagai bahan pengawet pada
produk perikanan karena akan menimbulkan bahaya keracunan, yang menyebabkan gangguan
pencernaan akut, gangguan saluran pernafasan, iritasi pada selaput membran mata dan pada dosis
berisi bahwa boraks termasuk dari salah satu bahan kimia yang penggunaannya dilarang untuk
produk makanan. Penggunaan boraks sebagai komponen dalam makanan saat ini sudah meluas di
dunia bahkan di Indonesia. Boraks tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan dalam dosis
berlebihan, tetapi ironisnya penggunaan boraks dalam dosis berlebihan sebagai komponen dalam
makanan tetap dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab/para pedagang nakal yang
Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan, sehingga menghasilkan
rupa yang bagus. Boraks sebenarnya boleh dijadikan bahan untuk mencampur makanan, asal dalam
jumlah takaran yang aman. Jika penggunaan boraks pada makanan berlebihan atau tidak sesuai
dengan takarannya maka akan bersifat berbahaya dan dapat merusak tubuh konsumen.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks dalam jumlah berlebihan akan menyebabkan
gangguan otak, hati, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak
terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis,
Boraks sebenarnya memiliki banyak manfaat jika digunakan dengan benar yaitu sebagai zat
pengawet yang berfungsi untuk mengawetkan sesuatu agar lebih tahan lama, untuk pembersih alat
dapur, pengawet kayu, pengontrol kecoa, bahan solder, antiseptik kayu, hingga membuat benda
Bahan kimia berbahaya lain yang juga sering digunakan yaitu Rhodamin B, yang biasa
digunakan pada industri tekstil dan kertas. Rhodamin B adalah salah satu bahan pewarna sintesis
makanan yang dilarang penggunaannya di Indonesia utamanya sejak 1985 melalui Peraturan
Menteri Kesehatan. Namun penggunaan Rhodamin sebagai zat pewarna dalam makanan masih
banyak ditemukan di Indonesi. WHO secara resmi juga telah mengumumkan bahwa zat tersebut
berbahaya karena kandungan logam berat dan sifat kimiawinya. Di Eropa, zat ini telah lama
dilarang karena digolongkan dalam kategori karsinogen yang dapat memicu kanker. Karena efek
samping yang begitu besar, zat ini bahkan tidak hanya berbahaya jika dijadikan pewarna makanan,
akan tetapi juga pada produk kosmetik. Bahkan, unsur berbahaya dalam Rodhamin B tidak hanya
terdapat dalam senyawa organiknya, akan tetapi juga senyawa anorganik ataupun ketika
terkontaminasi oleh senyawa anorganik lainnya. Untuk itu, sangat penting kiranya mengetahui
Dalam struktur Rhodamin diketahui mengandung klorin (senyawa halogen). Sifat halogen
adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi sehingga senyawa yang radikal
tersebut akan berusaha mencapai ketidakstabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-
senyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia.
Dalam penentuan standar mutu produk perikanan diperlukan suatu pengujian terhadap produk
tersebut. Pengujian bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti Uji organoleptic, Uji . Fisika, Uji
kimiawi maupun Uji mikrobiologi. Pengujian organoleptik merupakan cara pengujian dengan
menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap
makanan. Sasaran alat indera ini ditujukan terhadap kenampakan, bau, rasa dan konsistensi serta
beberapa faktor lain yang mungkin diperlukan oleh produk tersebut. Uji kimiawi dilakukan untuk
mengetahui bahan-bahan kimiawi yang terkandung dakin produk seperti formalin, boraks, dan lain-
lain. Uji Fisika dilakukan untuk mengetahui bahan-bahan asing yang terkandung di dalam produk
seperti Filth, dan lain-lain. Uji mikribiologi diperlukan untuk mengetahui produk pangan yang
tercemar mikorobia-mikrobia tertentu yang menyebabkan produk pangan tidak layak konsumsi.
Oleh karena itu, untuk menjamin keamanan dan kesehatan produk perikanan yang beredar di
Pasaran baik dalam bentuk segar, kering maupun olahan, maka diperlukan suatu pengawasan mutu
yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah secara ketat dengan melakukan uji formalin, boraks
ataupun Rhodamin-B, agar bahan pangan termasuk produk perikanan bebas dari segala bentuk
Magang pengawasan mutu produk perikanan dilakukan dengan maksud agar Kabupaten
Manggarai Barat khususnya Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan memiliki sumber daya
aparatur untuk melaksanakan pemantauan sekaligus menguji kualitas produk perikanan yang
beredar di Wilayah Kabupaten Manggarai Barat, terutama untuk uji formalin yang terkandung
Tujuan magang pengawasan mutu produk perikanan yang dilakukan di laboratorium ini adalah:
1. untuk meningkatkan ilmu pengetahuan Sumber Daya Aparatur yang diperlukan dalam rangka
2. Mengetahui dan mampu melakukan kegiatan dan prosedur kerja yang digunakan dalam
pengujian mutu hasil perikanan di bidang pengujian formalin, Boraks. Rhodamin dan
3. Menambah wawasan tentang pegujian mutu hasil perikanan pada produk ikan segar, ikan
2. Memahami cara pengujian pada laboratorium sesuai dengan Standart Nasional Indonesia (SNI)
Pelaksanaan magang ini berlangsung dari tanggal 10 sampai 12 Juli 2019, bertempat di
2. Waktu
Magang dilaksanakan dari jam 07.00 Pagi — 16.00 sore, selama 3 (tiga) hari dari &
(BBP2HP) yang terletak di Jl. Raya Setu No.70 Cilancap - Cipayung — Jakarta Timur. Yang telah
diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional No: LP-197-IDN. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri
dari pengujian formalin, aa Boraks, pengujian Rhodamin B, dan Pengujian Filth serta Pengujian
sensori.
Metode Pengujian yang dilakukan pada pengujian Formalin bersifat Semi Kuantitatif,
Pengujian Boraks bersifat Kualitatif dan Rhodamin-B bersifat kualitatif, dilaksanakan pada jam
07.00 — 16.00 WIB, bertempat di Laboratorium Organoleptik BBP2HP. Adapun Bahan dan
Timbangan
Blender/Ulekan
Sentrifuge
Corong
Gelas Ukur
Beaker Glass
Aguadest
NaOHIN
HCLIN
Uji Formalin adalah pengujian untuk mengetahui kandungan formalin pada produk perikanan
baik segar maupun olahan menggunakan metode testkit yang bersifat semikuantitatif.
Ukur pH antara 7,5 — 8, cek dengan kera pH (sesuaikan dengan 1 N NaOH dan 1 N HCI
untuk mengatur pH). Jika pH belum 7,5 maka tambahkan NaOH. Jika pH lebih dari 8 maka
tambahkan HCI.
Saring dengan kertas saring kasar dan tamping fitrat dalam beaker glass.
Ambil fitrat/cairan masing-masing 5 ml, masukkan ke dalam botol contoh dan botol blanko
Tambahkan reagensia Fo-l sebanyak 5 tetes, kocok perlahan kemudian atur pH minimal 13
Letakkan botol contoh dan botol blanko pada wadah hitam yang tersedia kemudian baca di
Amati perubahan warna, jika berubah menjadi warna ungu berarti positif mengandung
Telenan
Uji Boraks adalah pengujian untuk mengetahui kandungan boraks pada produk
Celupkan ujung Pereaksi II Boraks (kertas) ke dalam tabung reaksi sampel Angin-anginkan
Lihat perubahan warna, bila berubah menjadi kemerahan/merah berarti positif mengandung
boraks
Telenan
Sampel
Uji Rhodamin B adalah pengujian untuk mengetahui kandungan Rhodamin B pada produk
Masukan kedalam Elenmeyer dan Tambahkan air sebanyak 3 ml, kocok dengan hati-hati
Ambil # 1 ml cairan dari laruan sampel, masukkan ke tabung reaksi Tambahkan sebanyak
Lalu diamati perubahan warna yang terjadi, bila terjadi perubahan warna violet pada lapisan
Selain 3 pengujian tersebut di atas, pada saat magang ini dilakukan juga pengujian Filth
pada produk ikan kaleng dan uji organoleptic pada sampel ikan bandeng isi dan
bandeng lunak.
1. Uji Filth
Uji Filth adalah pengujian untuk mengetahui dan mendeteksi kotoran/benda-benda asing ikutan
yang terkandung dalam produk perikanan seperti serpihan logam, besi, rambut, semut, batu, dan
benda asing lainnya. Bahan dan peralatan yang digunakan pada uji Filth antara lain:
Gelas Baker
Pingset
Propanol
Sulfit
Alkohol
Aguadest
Vacum
Magnet stires
Hotplek
Parafin Oil
Kertas saring
Microskop
dll
Siapkan sampel, catat kode produk, timbang sampel, tuangkan ke baker glass Hancurkan
sampai ferdhaniher dengan sendok lab (tidak boleh di blender/giling, dil) lakukan di dalam
gelas beker.
Deteksi logam dengan besi magnet stirel, panaskan selama 20 menit di hotplek dengan suhu
Buka kran, biarkan keluar bahan-bahan ikan dan air, sisakan sampai Y4 corong Tambahkan
air panas lagi sampai 2 liter, endapkan, buka kran dan biarkan keluar bahan-bahan ikan dan
air, sisakan
Ulangi proses tersebut dengan menambahkan air panas sampai benar-benar terlihat bening
Masukan ke vakum\
Cermati kertas saring di bawah mikroskop untuk melihat benda-benda asing yang menempel
2. Uji Sensori/Organoleptik
Sedangkan uji organoleptic/sensori adalah cara pengujian menggunakan indera manusia sebagai alat
utama untuk menilai mutu sensori, yang dibantu dengan menggunakan lembar penilaian dengan
spesifikasi tertentu, melibatkan panelis yang ditentukan (panelis terlatih, panelis tidak terlatih),
Uji sensori terdiri dari macam — macam pengujian seperti uji afektif, uji skor/rating, uji
Uji afektif pada uji organoleptic adalah Pengujian sensori yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengukur tingkat kesukaan terhadap produk, dan dilakukan oleh panelis tidak terlatih dalam jumlah
yang banyak.
Lembar Penilaian Uji sensorik mempunyai spesifikasi untuk diisi seperti Kenampakan produk, Bau,
Sebelum sampel diuji sampel ikan bandeng beku di thawing terlebih dahulu.
Kemudian lakukan pengamatan secara indrawi untuk bagian luar (mata, warna, bau dan
tekstur).
Setelah itu ikan difillet dan dilakukan pengamatan kenampakan, bau dan pengecapan/test
Sambil melakukan pengamatan score sheet yang telah disediakan diisi, sesuai hasil
pengamatan terhadap sampel. - Pengisian score sheet dengan standar nilai tertinggi 9 dan
terendah 3.
Setelah melakukan pengamatan dan pengisian score sheet dilakukan perhitungan
Setelah data dalam score sheet dari panelis ditabulasi. Maka nilai mutu di tentukan dengan mencari
hasil rata-rata setiap panelis pada tahap kepercayaan 95 Y6 artinya nilai mutu rata-rata yang
nilai. Mutu rata-ratanya dan setiap panelis pada taraf kepercayaan 95 Yo. Maka diperlukan rumus
sebagai berikut :
Keterangan :
N = Banyaknya panelis
S2 = Simpanan baku
Setelah dilakukan pengujian terhadap kandungan formalin, Boraks, Rhodamin B, yang dilakukan
pada Magang ini, dapat dilihat hasilnya pada tabel berikut yang terdiri dari Data Uji Semi Kuntitatif
Kandungan Formalin, data uji kandungan boraks, Rhodamin B dan uji Filth serta uji sensori
3.2. Pembahasan
Pada praktek pengujian semikuantitatif kandungan formalin pada sampel ikan ini, dilakukan dengan
cara mengambil ekstrak sampel ikan yang sengaja dibeli di Pasar, lalu diambil ekstraknya 5 ml dan
mengandung formalin (negative), ekstrak sampel ikan warnanya tidak berubah menjadi warna ungu.
Namun pada praktek pengujian tersebut dilakukan pengujian sebagai pembanding dengan
menambah formalin pada sampel untuk membanding sampel tersebut jika terdapat formalin dalam
produk. Hasilnya terjadi perubahan warna ekstrak sampel dari bening menjadi warna ungu muda.
Pada pengujian kandungan Boraks pada sampel bakso ikan, dilakukan dengan cara mengambil air
larutan sampel sebanyak 1 ml lalu ditambahkan 20 tetes pereaksi I Boraks pada sampel ikan,
dikocok-kocok, lalu Pereaksi II Boraks sebanyak 1 lembar dicelupkan ke dalam sampel, dan
diamati perubahan warnanya. Dari 2 sampel hasilnya tidak terdeteksi mengandung boraks
(negative), kertas pereaksi II Boraks warnanya tidak berubah menjadi warna kemerahan.
Untuk pengujian kandungan Rhodamin B, dilakukan dengan cara mengambil 1 ml air dari larutan
sampel terasi ikan lalu ditambahkan sebanyak 20 tetes pereaksi I Rhodamin B kemudian dikocok,
lalu ditambahkan pereaksi II Rhodamin B sebanyak 5 tetes dan dikocok, lalu ditambahkan lagi
Sebanyak 20 tetes pereaksi III kemudian dikocok dan diamati perubahan warna yang terjadi,
membentuk lapisan warna violet pada lapisan atas. Dari 2 sampel hasilnya tidak terdeteksi
mengandung Rhodamin B (negative), sampel tidak mengalami perubahan membentuk lapisan violet
Begitu pula pada pengujian Filth yang dilakukan pada produk ikan kaleng, dari dua sampel yang
diuji hasilnya tidak terdapat kotoran ataupun benda-benda asing dalam produk ikan kaleng tersebut,
Untuk uji sensori, dilakukan pada sampel ikan bandeng. Ada empat sampel ikan yaitu dua sampel
ikan Beridbsla Isi dan dua sampel ikan Bandeng Lunak. Pada uji ini peserta magang ikut diminta
menjadi salah satu panelis (panelis tidak terlatih) yang melakukan pengamatan pada sampel-sampel
ikan tersebut dan mengisi form score yang telah disediakan. Ini merupakan praktek tambahan untuk
peserta magang. Uji sensoris dilakukan dengan mengisi ' score spesifikasi yang terdiri dari
kenampakan produk/sampel ikan utuh, membaui sampel ikan, mencoba rasa dan tekstur sampel
ikan yang ada. Hasilnya akan dihitung setelah semua panelis melakukan pengamatan dan mengisi
form score.
sebagai alat utama untuk menilai mutu produk. Penilaian menggunakan alat indera ini meliputi
spesifikasi mutu, yaitu kenampakan, bau rasa dan tekstur. Dengan menggunakan score sheet.
Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting sebagai pendeteksi awal dalam mutu untuk
mengetahui peryimpangan dan perubahan dalam produk. Pelaksanaan uji organoleptik ini dapat
dilakukan dengan cepat dan langsung serta kadang-kadang penilaian ini dapat memberikan hasil
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
2. Pengujian mutu dan kandungan bahan kimia pada magang ini dilakukan sekedar untuk
mengetahui cara dan langkah-langkah dalam pengujian kandungan bahan kimia dalam
produk perikanan khususnya kandungan formalin, boraks dan rhodamin. Sedangkan uji
lainnya seperti Uji Filth dan uji sensori merupakan uji tambahan untuk peserta magang.
bahan kimia dalam produk perikanan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)
4.2. Saran
Untuk Pemerintah Daerah khususnya Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten
Manggarai Barat,
1) Perlu ditingkatkan pengawasan terhadap peredaran dan penggunaan formalin, boraks dan
2) Perlu untuk selalu menyediakan bahan dan peralatan yang digunakan dalam melakukan
3) Perlu dilaksanakan pengawasan dan monitoring untuk memantau penggunaan bahan kimia
berbahaya pada produk perikanan, sehingga dapat lebih menjamin mutu dan keamanan produk
perikanan.
4) Perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah khususnya Dinas Ketahanan
Pangan dan Perikanan Kabupaten Manggarai Barat dengan instansi terkait dalam peredaran
kimia berbahaya pada bahan pangan khususnya produk perikanan kepada pelaku usaha bidang
perikanan.
6) Perlu adanya peningkatan SDM Aparatur secara terus menerus dalam pengujian mutu produk
perikanan