LEMBAR PENGESAHAN
persetujuan:
Menyetujui,
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktik
lapang ini. Laporan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, dan
praktik langsung yang penulis lakukan selama Praktik Lapang di Pusat Produksi,
Inspeksi dan Serifikasi Hasil Perikanan DKI Jakarta dengan bahasan yang
Selama pelaksanaan praktik lapang ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
1. Bapak Moh. Sabariman, Ir., M.Si selaku pembimbing akademik yang telah
Pak Woko, Ka Putri, Ka Kukuh, Ka Dilla dan Mas Agung selaku pembimbing
yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu dan menerima
Akhir kata, semoga tugas laporan Praktik Lapangan ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Tujuan...................................................................................................... 2
1. Tujuan Umum................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus.................................................................................. 2
C. Kegunaan................................................................................................. 3
BAB II METODOLOGI................................................................................. 4
A. Tempat dan Waktu................................................................................... 4
B. Metode Pengumpulan Data...................................................................... 5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 7
A. Gambaran Umum Perusahaan................................................................. 7
1. Sejarah PPISHP DKI Jakarta............................................................ 7
2. Lokasi PPISHP DKI Jakarta............................................................. 8
3. Visi, Misi dan Strategi PPISHP DKI Jakarta.................................... 9
4. Jasa Pengujian................................................................................... 13
B. Ketenagakerjaan....................................................................................... 16
1. Jumlah dan Jenis Tenaga Kerja........................................................ 16
2. Pendidikan........................................................................................ 17
3. Rekruitmen Pegawai......................................................................... 18
4. Kesejahteraan.................................................................................... 19
C. Fasilitas, Sarana dan Peralatan Pengujian................................................ 20
1. Fasilitas dan Sarana.......................................................................... 20
2. Peralatan........................................................................................... 21
D. Pengawasan Mutu Ikan Tuna Loin Beku................................................ 26
1. Ikan Tuna.......................................................................................... 26
2. Pengujian Mutu Ikan Tuna Loin Beku............................................. 37
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 52
A. Simpulan.................................................................................................. 52
B. Saran........................................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 54
LAMPIRAN.................................................................................................... 57
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan dan produk perikanan merupakan salah satu peranan penting sebagai
sumber pangan bagi masyarakat dunia. Sebagai produk pangan, ikan tetap dapat
mana setiap produk perikanan yang diekspor harus bisa memenuhi persyaratan
sebaliknya, produk perikanan asing yang masuk ke Indonesia harus juga bisa
masa yang akan datang semakin meningkat karena beberapa faktor, di antaranya
kolesterol dan tingginya asam lemak tak jenuh ganda omega-3 serta komposisi
Ikan tuna loin beku jika dibiarkan pada suhu kamar, maka segera akan
terjadi proses pembusukan serta kandungan air yang cukup tinggi pada tubuh ikan
juga merupakan media yang cocok untuk kehidupan atau pertumbuhan bakteri
2
pembusuk dan mikroorganisme yang lain, sehingga ikan sangat cepat mengalami
proses pembusukan dan menjadi tidak segar lagi. Jika ikan tuna yang telah
Oleh karena itu, pengujian mutu pada ikan tuna loin beku perlu diteliti sesuai SNI
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
dan Sertifikasi Hasil Perikanan DKI Jakarta adalah untuk melihat kesesuaian
antara praktik pengawasan mutu yang dilakukan di lapangan dengan teori yang
2. Tujuan Khusus
beku di Pusat Produksi, Inspeksi dan Serifikasi Hasil Perikanan DKI Jakarta.
c. Melatih kerja sama mahasiswa dalam dunia kerja dan berorganisasi, sehingga
C. Kegunaan
mahasiswa tentang dunia kerja yang akan dihadapi apabila telah menyelesaikan
Perbaikan yang diberikan dapat berupa saran atau usulan agar Pusat Produksi,
Inspeksi dan Serifikasi Hasil Perikanan DKI Jakarta menjadi lebih baik lagi.
4
BAB II
METODOLOGI
dan Serifikasi Hasil Perikanan DKI Jakartayang berlokasi di Jalan Pluit Permai
No.1 Penjaringan Pluit, Jakarta Utara selama satu bulan yang dimulai dari tanggal
2 Januari 2019 sampai tanggal 31 Januari 2019, dengan jam kerja praktik
lapangan dari pukul 07.30– 16.00 WIB. Jadual kegiatan selama praktik lapangan
No Waktu Kegiatan
1 02 Januari 2019 Pengenalan karyawan dan staf di Pusat Produksi,
Inspeksi dan Serifikasi Hasil Perikanan DKI
Jakarta
2 03 – 04 Januari 2019 Pengenalan lingkup kerja dan sistem uji di Pusat
Produksi, Inspeksi dan Serifikasi Hasil Perikanan
DKI Jakarta
3 07 Januari 2019 Melakukan pengambilan contoh uji ikan tuna loin
beku
4 08 – 11 Januari 2019 Melakukan uji Organoleptik
pada metode pengumpulan data primer dan sekunder di Pusat Produksi, Inspeksi
5
dan Serifikasi Hasil Perikanan DKI Jakarta. Data primer adalah data yang
secara langsung terhadap kegiatan yang berkaitan dengan proses analisa produk-
dilakukan pada saat praktik lapangan. Data sekunder diperoleh secara tidak
langsung yaitu melalui studi literatur (buku, jurnal) yang berkaitan dengan
Perikanan DKI Jakarta khususnya pada pengujian mutu Ikan tuna loin beku.
Rincian sumber data dan pengumpulan data laporan praktek lapangan pengawasan
Tabel 2. Rincian sumber data laporan praktek lapangan pengawasan mutu ikan
tuna loin beku
Jenis Data
Data Metode Pengumpulan Data
Primer Sekunder
diperoleh melalui studi pustaka dan literatur dokumen panduan mutu yang ada di
cara wawancara studi pustaka dan literatur karena merupakan jenis data sekunder,
begitu juga dengan konstruksi bangunan dan peralatan. Data pengawasan mutu
ikan tuna loin beku dikumpulkan dengan cara wawancara, pengamatan langsung
dan studi pustaka terhadap beberapa jurnal dan literatur yang ada pada
laboratorium PPISHP. Setelah semua data terkumpul maka ditulis dalam bentuk
laporan praktek lapangan yang dilengkapi dengan beberapa data berupa tabel dan
gambar.
7
BAB III
Jakarta dibentuk oleh Pemda DKI Jakarta pada September 2008 untuk
pengawasan mutu produk perikanan. Pada tahun 2016 UPT BPMPHP megalami
perubahan nama menjadi Pusat Produksi, Inspeksi dan Sertifikasi Hasil Perikanan
(PPISHP).
kompetensi yang sesuai standar ISO/IEC 17020, ISO/IEC 17025, ISO/IEC 17065
internasional, antara lain AFTA, APEC, EEC, WTO dan lain-lain. Kebijakan yang
merupakan peluang pasar terbesar barang ekspor dari Negara berkembang, yang
telah menerapkan standar mutu sebagai pengganti tarif bea masuk (tariff barrier)
8
bagi barang dan jasa, antara lain penerapan standar di bidang industry seperti ISO
9001, Council Dyrective, Bioterorism, ISO/IEC dan SNI 17025:2005, ISO IEC
berkembang dan semakin ketat dalam hal jaminan mutu dan keamanan pangan,
teknis dari setiap produk yang memperdagangkan, dengan kata lain data hasil uji
sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat digunakan untuk
proses dalam suatu materi yang berupa data hasil pengujian benar yang bersifat
Kantor atau gedung utama Pusat Produksi, Inspeksi dan Sertifikasi Hasil
Perikanan DKI Jakarta berlokasi di Jalan Pluit Permai No.1 Jakarta Utara.
lokasi yang sangat strategis karena berada tepat di depan jalan utama atau Jalan
Pluit Permai. Akses menuju PPISHP juga sangat mudah, bias dengan
menggunakan kereta, busway, bus angkutan umum, bajaj dan juga ojek online.
PPISHP dekat dengan waduk pluit dan juga pasar Muara Angke dan pasar Muara
Baru. Denah lokasi PPISHP DKI Jakarta dapat dilihat pada Lampiran 1.
9
berkelanjutan.
penataan dalam pengelolaan sumber daya peternakan, perikanan dan kelautan; (2)
hewan dan ikan. (3) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan
b. Struktur Organisasi
Organisasi PPISHP DKI Jakarta dapat dilihat pada Gambar 1. Uraian tugas dan
organisasi pada PPISHP DKI Jakarta secara umum diuraikan di bawah ini.
10
PPISHP dipimpin oleh kepala PPISHP yang dibantu oleh manajer mutu.
menerbitkan Test result dan menetapkan sistem manajemen mutu SNI ISO/IEC
2) Manajer Mutu
kalibrasisesuai SNI ISO/ IEC 17025:2008 dan sesuai dengan prosedur yang
Laporan Hasil Uji Laporan Hasil Uji (LHU) dan/atau Test resultdilimpahkan
5) Manajer Umum
peralatandan media laboratorium sesuai system manajemen mutu SNI ISO/ IEC
6) Deputi Manajer
13
pelaksanaan tugas-tugas Manajer Mutu, umum dan teknis dan mewakili Manajer
7) Penyelia
metode uji, verifikasi hasil uji sesuai SNI ISO/ IEC 17025:2008 dan sesuai
8) Analis Laboratorium
4. Jasa Pengujian
Inspeksi, dan Sertifikasi Hasil Perikanan DKI Jakarta dapat dilihat pada tabel 3.
Parameter Pengujian
Organoleptik Pengujian Organoleptik dan atau sensori pada produk
perikanan
Suhu Pusat Ikan
Penentuan Bobot Tuntas pada Produk Beku
Pengujian Filth pada produk perikanan
14
mengevaluasi surat permohonan yang sudah disetujui dan membuat surat tugas
Puncak. Penerima Contoh membuat disposisi parameter pengujian yang akan diuji
berita acara serah terima contoh dari penerima contoh dan mendistribusikan
contoh. Analis laboratorium melakukan pengujian, membuat laporan hail uji yang
ditanda tangani oleh Manager Teknis dan Penyelia. Manager Puncak / Manager
Teknis menandatangani Test result berdasarkan Laporan Hasil Uji (LHU); Test
Jakarta selain menerapkan SNI ISO/IEC - 17025 : 2008 dan juga menerapkan
16
B. Ketenagakerjaan
Pegawai PPISHP DKI Jakarta sampai dengan bulan Januari 2019 seluruhnya
pegawai yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tigas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas
untuk hari Senin-Kamis sedangkan hari Jumat sampai pukul 16.30. Analisa di
17
laboratorium dilakukan selama lima hari kerja, dari Senin hingga Jum’at. Jadual
2. Pendidikan
penyelia, koordinator dan jabatan lainnya. Latar belakang pendidikan yang baik
tidak mutlak melalui jalan formal, tetapi juga dapat diperoleh dari pengalaman,
Jenis Kelamin
Pendidikan
Laki-laki Perempuan
SMK/SMA 65 49
D3 10 13
S1 12 18
S2 4 8
Jumlah 91 88
3. Rekruitmen Pegawai
Tujuannya yaitu untuk memperoleh pegawai yang berkualitas baik dan sesuai
kriteria seleksi untuk posisi yang tersedia berdasarkan kondisi yang ada. Tujuan
dari perekrutan ini bukan sekedar untuk menghasilkan sejumlah orang tertentu,
tetapi juga untuk mendapatkan pegawai yang memenuhi kualifikasi jabatan yang
pegawai PPISHP DKI Jakarta dilakukan dengan dua cara yaitu secara internal dan
secara eksternal.
Cara internal yaitu dengan cara mengambil karyawan yang ada dalam
perusahaan yang memang cocok untuk menduduki posisi yang lebih tinggi
melalui proses promosi dan mutasi, termasuk di dalamnya adalah PJLP yang
memiliki etos dan etika kerja yang baik. Cara eksternal yaitu dengan merekrut
pegawai yang ada terlebih dahulu, apabila tidak ada pegawai yang dapat
memenuhi kriteria untuk jabatan tersebut maka baru dilakukan rekrutmen secara
penerimaan pegawai meliputi wawancara dan tes kesehatan yang ditentukan oleh
perusahaan.
19
4. Kesejahteraan
a. Gaji
sebagai imbalan suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan,
dibayarkan atas dasar suatu perjanjian antara pekerja dan perusahaan. Penetapan
pangkat, golongan (golongan IA, IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB, IVA dan IVB) ,
dan kemampuan perusahaan dan tidak akan lebih rendah dari peraturan
b. Tunjangan
asuransi BPJS kesehatan dan Tunjangan Hari Raya (THR). Dan bagi Pegawai
lantai) dan gedung laboratorium (3 lantai), PPISHP memiliki fasilitas dan sarana
yang lengkap untuk gedung pengujian dan administrasi. Fasilitas dan sarana
mikrobiologi dan kimia dengan total luas bangunan 1.966,5 m2. Terdapat mushola
di gedung pengujian, toilet di setiap ruang pengujian, internet untuk akses data
pengujian, telepon untuk sarana komunikasi antar gedung dan juga ruang
pengujian, workshop yang digunakan untuk seminar dan rapat, serta isntalasi
administrasi memiliki 2 lantai dengan fasilitas ruang tata usaha, ruang pengawas
mutu, ruang arsip, ruang rapat ddan ruang manajer-manajer dengan total luas
bangunan 1.468.9 m2. Terdapat tempat ibadah, faksimil dan telpon sebagai sarana
dan juga karyawan serta pos satpam untuk menjaga keamanan lingkungan
PPISHP.
21
2. Peralatan
menunjang pengujian di dalamnya. Peralatan terdiri dari alat-alat gelas dan non-
lampu listrik yang menghasilkan spektrum dari unsur yang akan ditetapkan. Atom
logam bentuk gas normalnya tetap berada dalam keadaan terkesitasi, atau dengan
perkataan lain dalam keadaan dasar, mampu menyerap energi cahaya yang
22
panjang gelombang resonansi yang khas untuknya, yang pada umumnya adalah
panjang gelombang radiasi yang akan dipancarkan atom-atom itu bila terkesitasi
dari keadaan dasar. Jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi itu
sebagian cahaya itu akan diserap, dan jauhnya penyerapan akan berbanding lurus
dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala. Atomic
kepolarannya. Adapun prinsip kerja dari alat HPLC adalah ketika suatu sampel
yang akan diuji diinjeksikan kedalam kolom maka sampel tersebut kemudian akan
gelombang tertentu, hasil yang muncul dari detektor tersebut selanjutnya dicatat
menggunakan personal computer (PC) yang terhubung online dengan alat HPLC
gambar 3.
23
yang berasal dari lampu raksa atau lampu pijar yang telah disekat dengan
melalui filter atau monokromator. Cara pengukuran pada dasarnya sama dengan
sempit, maka perbandingan (c - d) / (a - b) tidak boleh kurang dari 0,40 dan tidak
Gambar 4. Spektrofluorometer
(Sumber : Dokumen pribadi, 2019)
d. ELISA Reader
enzim yang mudah diuji. ELISA memberikan pengukuran antigen atau antibodi
yang baik secara relatif maupun kuantitatif. ELISA dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya antigen yang dikenali oleh antibodi atau dapat digunakan
untuk menguji antibodi yang mengenali antigen. ELISA reader dapat dilihat pada
gambar 5.
koloni yang terdapat pada cawan petri menggunakan bulpoint yang terdapat pada
coloni counter dan juga menggunakan tombol check. Automatic Coloni Counter
teknologi serta manajerial. Pengawasan mutu dapat pula berupa pengujian mutu
produk sebelum diedarkan, produk pangan yang dipilih pada praktik lapang ini
1. Ikan Tuna
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Teleostei
Subordo : Scombridei
Family : Scombridae
26
Genus : Thunnus
tuna besar dan tuna kecil. Ikan tuna besar yang hidup di perairan laut Indonesia
yaitu tuna madidihang (Thunnus albacares), tuna mata besar (Thunnus obesus),
tuna albakora (Thunnus alalunga) dan tuna sirip biru (Thunnus maccoyii).
Gambar dari beberapa jenis ikan tuna besar seperti pada Gambar 7.
Ikan tuna madidihang dan tuna mata besar terdapat di seluruh wilayah
perairan laut Indonesia. Tuna albakora hidup di perairan sebelah Barat Sumatera,
Selatan Bali sampai dengan Nusa Tenggara Timur. Ikan tuna sirip biru hanya
Menurut Widiastuti (2008), ikan tuna memiliki warna biru kehitaman pada
bagian punggung dan berwarna keputih-putihan pada bagian perut. Tubuh ikan
tuna berbentuk cerutu menyerupai torpedo serta tertutup oleh sisik sisik kecil.
27
Ikan tuna pada umumnya mempunyai panjang antara 40–200 cm dengan berat
antara 3-130 kg (Novriyanti 2007). Daging yang dimiliki berwarna merah muda
sampai merah tua. Hal ini karena otot tuna lebih banyak mengandung myoglobin
Ikan tuna merupakan jenis ikan yang mengandung lemak rendah (kurang
dari 5%) dan protein yang sangat tinggi (lebih dari 20%). Komposisi gizi ikan
tuna bervariasi tergantung spesies, jenis, umur, musim, laju metabolism, aktivitas
pergerakan, dan tingkat kematangan gonad (Stansby dan Olcott 1963). Komposisi
Tuna loin beku аdаlаh tuna уаng telah mengalami perlakuan sehingga suhu
bahan baku tuna segar atau beku уаng mengalami perlakuan perlakuan ѕеbаgаі
pengepakan. Proses pembuatan tuna loin beku yang dapat dilihat pada Gambar 8.
Bahan baku
ikan tuna
Pembuatan loin
Pengulitan kulit
Pembungkusan
Pembekuan
Penimbangan
Pengepakan
Fillet ikan
tuna loin beku
cepat, cermat dan saniter dеngаn suhu pusat produk maksimal 4,4°C.
menghilangkan lendir atau kotoran уаng menempel pada tubuh ikan tuna,
Ukuran tuna уаng diterima untuk pengolahan tuna loin аdаlаh уаng
berukuran 30 kg keatas, mutu tuna уаng dараt diterima ѕеbаgаі bahan baku loin
Yellowfin tuna ѕеdаngkаn untuk jenis Big eye tuna merahnya seperti bunga rose
(dihindarkan warna daging ikan уаng pucat/putih), Elastis atau daging mаѕіh
kenyal tіdаk boleh pecah atau mudah hancur, dan kecerahan tuna bіlа diusap
seperti kaca.
dikatakan kecil apabila panjang ikan kurаng dаrі 10 cm. Ukuran panjang
30
keseluruhan seekor ikan аdаlаh panjang уаng diukur dаrі ujung mulut ikan
2) Pemotongan
Apabila ikan уаng diterima mаѕіh dalam keadaan utuh, ikan disiangi
dеngаn cara membuang kepala dan isi perut. Penyiangan dilakukan secara cepat,
pada bagian ѕаmріng kiri kanan daging punggung dan perut уаng selanjutnya
dilakukan pembelahan dаrі pangkal kapala ѕаmраі pada inlet 3 dаrі pangkal ekor,
Pada saat ikan mati, enzim pencernaan уаng ada dalam perut dan usus
mаѕіh aktif. Jіkа usus dan alat pencernaan уаng banyak mengandung enzim tіdаk
dibuang maka enzim іnі аkаn memecah jaringan saluran pencernaan dan
3) Pencucian
Ikan dicuci dеngаn hati-hati menggunakan air bersih dingin уаng mengalir
secara cepat, cermat dan saniter untuk mempertahankan suhu pusat produk
maksimal 4.4°C.
Pencucian іnі bertujuan untuk menghilangkan sisa kotoran dan darah уаng
alami (flora alami) уаng terdapat dalam bahan pangan, sehingga populasinya tіdаk
4) Pembuatan loin
bagian secara membujur. Proses pembuatan loin dilakukan secara cepat, cermat
dan saniter dan tetap mempertahankan suhu pusat produk 4,4°C. Pembuatan loin
іnі bertujuan untuk mendapatkan bentuk loin sesuai dеngаn ukuran уаng
5) Pengulitan
bentuk loin dan membuang lapisan lemak уаng mаѕіh terdapat pada permukaan
tulang, duri, daging merah dan kulit secara manual. Sortasi dilakukan secara hati-
hati, cepat, cermat dan saniter dеngаn suhu pusat produk maksimal 4,4°C.
mendapatkan bahan baku ikan dеngаn jenis, ukuran dan mutu уаng seragam.
Pemisahan іnі аkаn menjaga mutu bahan baku tetap baik. Dеngаn bahan baku
32
bermutu baik аkаn dараt dihasilkan produk pangan dеngаn mutu уаng relatif
sama.
pengolahan bahan baku harus diperiksa dan disortir dеngаn cara saniter hаnуа
bahan baku уаng memenuhi syarat kesegaran dan bersih уаng boleh diolah.
7) Pembungkusan
Loin уаng ѕudаh rapih selanjutnya dikemas dalam plastik secara individual
vakum dan tіdаk vakum secara cepat. Proses pembungkusan dilakukan secara
cepat, cermat dan saniter dan tetap mempertahankan suhu pusat produk maksimal
4,4°C.
8) Pembekuan
(freezer) seperti ABF, CDF, Brain hіnggа suhu pusat ikan mencapai maksimal
-18°C dalam waktu maksimal 4 jam. Pembekuan аdаlаh cara уаng paling banyak
bahan baku atau produk hasil perikanan tаnра harus merubah sifat asli
bakteriologis dаrі bahan baku, sehingga dараt memperpanjang daya awet atau
dаrі temperatur asal ѕаmраі mencapai -180C dan sebagian besar dalam tubuh
9) Penimbangan
Loin ditimbang satu per satu dеngаn menggunakan timbangan уаng ѕudаh
dikalibrasi. Penimbangan dilakukan dеngаn cepat, cermat dan saniter serta tetap
іnі аdаlаh mendapatkan berat loin уаng sesuai dеngаn ukuran уаng telah
10) Pengepakan
Loin уаng telah dilepaskan dаrі pan pembeku, kеmudіаn dikemas dеngаn
plastik dan dimasukkan dalam master karton secara cepat, cermat dan saniter
Menurut BSN (2006), semua jenis tuna dapat dibuat menjadi produk tuna
loin beku namun pada umumnya bahan baku yang digunakan adalah yellowfin,
bluefin, bigeye dan longfin. Produk tuna loin beku dapat dilihat pada Gambar 9 di
bawah ini.
Persyaratan mutu tuna loin beku harus sesui dengan syarat mutu
perikanan adalah suhu, lama proses penanganan, kebersihan, serta cara kerja.
1) Suhu
produk beku. Faktor suhu berperan dalam keseluruhan usaha produk, baik sejak
awal ditangkap hingga menjadi produk akhir. Suhu ikan tuna di atas 0 oC akan
(Hadiwiyoto 1993). Proses pembusukan pada ikan tuna yang disimpan pada suhu
3o-5oC terjadi pada hari ke 12. Bakteri pembusuk hidup pada suhu antara 0 o-30oC
dengan suhu optimal 15oC. Suhu yang diturunkan dengan cepat hingga di bawah
0oC atau pada kisaran suhu -1o-5oC maka proses pembusukan akan terhambat,
pada suhu ini kegiatan enzim perusak akan terhambat, sedangkan kegiatan bakteri
patogen akan terhenti (Moelyanto 1992). Dasar inilah yang digunakan untuk
proses penanganan pada tuna loin beku, yakni penggunaan suhu rendah dengan
proses fisik lainnya yang dapat mempengaruhi kesegaran mutu. Pembekuan tuna
mutudengan suhu yang digunakan yaitu -18oC sampai -30oC (Ilyas 1993).
Menurut BSN (2006), proses penanganan tuna loin beku harus mempertahankan
suhu produk maksimal 4,4oC dan proses pembekuan maksimal -18oC. Suhu tuna
loin yang tidak diperhatikan akan berpengaruh terhadap mutu produk akhir
tersebut.
penanganan. Semakin rendah suhu yang dapat diturunkan dan semakin stabil
suhu tersebut dipertahankan selama penanganan, maka mutu atau kualitas yang
perlakuan dan waktu penyimpanan yang dialami oleh produk beku. Tertundanya
36
waktu proses penanganan dapat mempengaruhi mutu dari produk tersebut, maka
menggunakan suhu rendah antara -1o - 5oC. Semakin panjang waktu penyimpanan
produk pada suhu rendah, maka semakin besar pengaruhnya terhadap produk
beku tersebut (Ilyas 1983). Produk yang disimpan dalam waktu lama sebaiknya
digunakan suhu penyimpanan yang rendah yaitu berkisar pada -18oC untuk
3) Kebersihan
Faktor kebersihan memiliki peranan yang sangat penting dalam
pemantapan mutu produk. Faktor kesehatan dan higienis selalu ditunjukkan oleh
keadaan bakteri dari kesegaran produk dan faktor suhu produk. Indikator yang
digunakan yaitu jumlah bakteri yang terdapat pada produk beku, kondisi tempat
penanganan, peralatan, dan bahan yang terlihat dalam proses produksi (Nasution
2009).
serta kebersihan para pekerja diusahakan agar terhindar dari kontaminasi silang
dengan produk (Ilyas 1983). Faktor kebersihan ini harus diperhatikan karena akan
Proses pengujian sampel tuna loin beku di PPISHP DKI Jakarta dimulai dari
dibuatnya permohonan pengujian kepada PPISHP hingga terbitnya test result yang
dilihat pada Tabel 9. Proses pengujian PPISHP DKI Jakarta dapat dilihat pada
Gambar 10.
Keterangan :
MU : Manager Umum
MT : Manager Teknis
MP : Manager Puncak
membuat surat tugas yang ditandatangani oleh manager puncak. Manager puncak
pengujian yang akan diuji terhadap contoh. Penerima contoh memberi kode
menerima, menandatangani berita acara serah terima contoh dari penerima contoh
membuat laporan hasil uji yang ditandatangani oleh manager teknis dan penyelia.
Laporan Hasil Uji (LHU); test result yang telah ditandatangani manager puncak /
Semua rangkaian pelaksanaan pelayan direkam, diaudit secara internal dan dikaji
Setelah dilakukan pengujian terhadap mutu ikan tuna loin beku secara
Tabel 10. Data Hasil Uji Mutu Ikan Tuna Loin Beku Keseluruhan
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa hasil organoleptik ikan tuna loin beku
oleh 25 panelis terlatih. Kadar Hg pada sampel tuna loin beku sebesar 0,079
mg/kg yang berarti memenuhi standar yaitu maksimal 1 mg/kg, begitu juga
dengan kadar Pb dan Cd tuna loin beku sebesar 0,018 mg/kg dengan standar
40
maksimal 0,4 mg/kg dan 0,027 mg/kg dengan standar maksimal 0,5 mg/kg, logam
kesegaran ikan, pada sampel tuna loin beku menunjukan kesegaran ikan masih
sangat baik karena kadar histamin sampel sebesar 1,37 mg/kg yang memenuhi
syarat standar maksimal 100 mg/ kg. Syarat ALT pada suatu sampel ikan tuna loin
tuna loin beku memiliki nilai <1,8 APM/g dimana syarat standar maksimal <2
APM/g. Pada sampel tuna loin beku nilai Salmonella dan Vibrio cholerae bernilai
negatif, dan sampel yang dikerjakan memenuhi syarat karena memiliki nilai
negatif.
Prinsip pengujian kadar logam berat Pb dan Cd yaitu unsur logam Pb dan
Cd dilepaskan dari jarigan daging contoh dengan cara digesti kering (pengabuan)
pada suhu 450°C. Logam dalam abu selanjutnya diikat dalam asam klorida (HCl)
6 M dan asam nitrat (HNO3) 0,1 M secara berurutan. Larutan yang dihasilkan
dan Cd berinteraksi dengan sinar dari lampu Pb dan Cd. Interaksi tersebut berupa
pengujian mutu kadar logam berat Pb dan Cd dapat dilihat pada Lampiran 4 yang
dilakukan berdasarkan SNI 01-2354.7-2006 untuk logam berat Pb dan SNI 01-
41
2354.5-2006 untuk logam berat Cd. Data hasil pengujian logam berat Pb dan Cd
dan tereksitasi. Atom yang tereksitasi akan kembaliu ke keadaan awal (ground
state) sambil memancarkan sinar radiasi. Sinar radiasi ini didispersi oleh
komponen optik. Sinar yang terdispersi, secara beruntun muncul pada masing-
masing panjang gelombang unsur (Pb 220,353 nm; Cd 226,502 nm) dan diubah
dalam bentuk sinyal listrik yang besarnya sebanding dengan sinar yang
Prinsip pengujian kadar logam berat Merkuri yaitu unsur Merkuri (Hg)
dilepaskan dari jaringan contoh melalui tahap digesti dengan menggunakan asam
sulfat pekat dan nitrat pekat dengan bantuan pemanas listrik untuk mendapatkan
borohidrid menjadi Hg netral dalam bentuk kabut uap merkuri. Kabut uap merkuri
didorong oleh gas mulia argon menuju sel penyerapan pada AAS, dan berinteraksi
dengan sinar yang berasal dari lampu katoda merkuri (Hallow Cathode Lamp).
Interaksi tersebut berupa serapan sinar yang besarnya dapat dilihat pada layar
monitor AAS. Jumlah serapan sinar sebanding dengan kadar merkuri yang ada
dalam contoh. Prosedur pengujian mutu kadar logam berat Merkuri dapat dilihat
pengujian logam berat Merkuri (Hg) dapat dilihat pada Tabel 12.
Konsentrasi blanko contoh μg/l dari hasil pembacaan AAS (E) = 0,6211
Faktor Pengenceran (Fp) =1
Volume akhir larutan contoh yang disiapkan dalam liter (V) = 100
dan tereksitasi. Atom yang tereksitasi akan kembali ke keadaan awal (ground
state) sambil memancarkan sinar radiasi. Sinar radiasi ini didispersi oleh
komponen optik. Sinar yang terdispersi, secara berurutan muncul pada panjang
gelombang unsur Hg 184,887 nm dan dirubah dalam bentuk sinyal listrik yang
unsur.
Hasil pengujian kadar logam Hg pada sampel sesuai dengan standar yaitu
Hg maksimal 1 mg/kg.
Prinsip pengujian histamin ikan tuna loin beku yaitu histamin diekstrak
resin penukar ion dan diubah ke bentuk derivatnya dengan senyawa OPT.
gelombang exitasi 350 nm dan emisi 444 nm. Prosedur pengujian mutu kadar
histamin dapat dilihat pada Lampiran 2 yang dilakukan berdasarkan SNI 01-
2354.10-2009. Data hasil pengujian histamin dapat dilihat pada Tabel 13.
44
Keterangan :
A : Konsentrasi (x) yang didapat dalam perhitungan (μg/ml)
Pengujian histamin pada tuna loin beku ini menggunakan metode
Hasil pengujian kadar histamin pada sampel TNL I sebesar 1,37 µg/g
Prinsip pengujian Angka Lempeng Total pada ikan tuna loin beku yaitu
kondisi aerob atau anaerob pada suhu dan waktu yang sesuai hingga tumbuh dan
pengujian mutu Angka Lempeng Total dapat dilihat pada Lampiran 5 yang
Medium PCA
Matriks Bobot Inkubasi Hasil
10-1 10-2 10-3
TNL 1.1 50 g 100 5 0 35°C, 48 1000 koloni/g
jam
TNL 1.2 50 g 100 3 0 35°C, 48 1000 koloni/g
jam
K(+) - + + + 35°C, 48 Positif
jam
K(-) - 0 0 0 35°C, 48 Negatif
jam
digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba pada suatu sampel. ALT aerob
mesofil atau anaerob mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir
berupa koloni yang dapat diamati secara visual dan dihitung, intepretasi hasil
berupa angka dalam koloni (CFU) per koloni/g (BPOM RI, 2009).
Pada metode ALT, hanya bakteri hidup yang dapat dihitung sehingga hasil
pengujian ALT pada sampel tidak didapatkan adanya koloni pada media PCA
46
sehingga hasil ALT dinyatakan10 koloni/g yang sesuai dengan standar maksimal
5,0×105 koloni/g.
Prinsi pengujian Coliform dan E.coli pada ikan tuna loin beku yaitu
sesuai tabel APM berdasarkan jumlah tabung yang positif setelah diinkubasi pada
suhu dan waktu tertentu. Prosedur pengujian mutu Coliform dan E.coli dapat
hasil pengujian Coliform dan E.coli dapat dilihat pada Tabel 15.
Medium LST
Matriks Bobot Inkubasi Hasil
10-1 10-2 10-3
TNL 1.1 25 g --- --- --- 35°C, 48 <3 APM/g
jam
TNL 1.2 25g --- --- --- 35°C, 48 <3 APM/g
jam
K(+) - +++ +++ +++ 35°C, 48 Positif
jam
K(-) - --- --- --- 35°C, 48 Negatif
jam
bakteri fekal dan bakteri non fekal. Prinsip penentuan angka bakteri coliform
terbentuknya gas pada tabung Durham, setelah diinkubasikan pada media yang
sesuai.
test). Media pada tabung yang digunakan untuk uji praduga adalah LST dan
ditambah tabung durham. Media ini mengandung laktosa dan garam empedu (bile
memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas. Hasil positif pada uji ini dapat
dilihat dari pembentukan gas yang terdapat pada tabung durham, dan terbentuknya
asam yang ditandai dengan perubahan warna pada media (Bambang., et al. 2014).
gelembung udara pada tabung durham. Sehingga hasil dinyatakan <1,8 APM/g,
Escherichia coli karena dalam media ini mengandung eosin yang dapat
bakteri gram negatif. Laktosa dan zat pewarna eosin serta metilen biru mampu
Koloni E. coli tersebut akan bewarna biru kehitaman dengan kilat hijau
untuk mengetahui jenis coliform yang terdapat di dalam contoh adalah uji IMViC,
yang merupakan singkatan dari uji Indol, Methyl Red, Voges-Proskauer, dan
nilai<1,8 APM/g, hasil tersebut sesuai dengan standar yaitu <2 APM/g.
Prinsip pengujian Vibrio cholerae pada ikan tuna loin beku yaitu contoh
yang diuji ditumbuhkan terlebih dahulu pada media pengkayaan dan dideteksi
konfirmasi melalui uji biokimia dan uji serologi untuk meyakinkan ada atau
tidaknya V. cholerae. Prosedur pengujian mutu Vibrio cholerae dapat dilihat pada
Spesies Vibrio, seperti juga bakteri gram negative lainya, tumbuh dalam
fakultatif aerobic dan tumbuh dengan baik dalam media alkaline. Vibrio akan
tumbuh pada media-media laboratorium rutin, akan tetapi isolasi dari makanan
telah dibuktikan sebagai media yang paling baik untuk isolasi Vibrio cholerae dan
Vibrio parahaemolyticus. Kedua spesies tersebut dapat tumbuh dengan baik pada
TCBS agar dibuat khusus untuk mengisolasi vibrio. Hasil uji pada sampel tidak
ada pertumbuhan koloni pada media TCBS sehingga hasil vibrio dapat dinyatakan
Prinsip pengujian Salmonella sp. pada sampel ikan tuna loin beku yaitu
sampel yang akan diuji ditumbuhkan terlebih dahulu pada media pengkayaan dan
koloni yang diduga Salmonella sp. pada media selektif kemudian diisolasi dan
dilanjutkan dengan konfirmasi melalui uji biokimia dan uji serologi untuk
meyakinkan ada atau tidaknya bakteri Salmonella sp. Prosedur pengujian mutu
Salmonella sp dapat dilihat pada Lampiran 8 yang dilakukan berdasarkan SNI 01-
2332.2-2006. Data hasil pengujian Salmonella sp dapat dilihat pada Tabel 17.
positif danbakteri gram negatif seperti salmonella dapat tumbuh. XLD dapat
dan sukrosa hadir dalam medium ke tingkat yang akan mencegah pH reversi
berwarna merah jambu dengan atau tanpa inti hitam pada XLD, koloni berwarna
hijau kebiruan dengan atau tanpa inti hitam pada HE, koloni berwarna coklat, abu-
abu sampai hitam pada BSA.Hasil uji pada sampel tidak ada pertumbuhan koloni
BAB IV
A. Simpulan
perikanan. Sampel yang diuji adalah ikan dan hasil olahan ikan. PPISHP
dibentuk oleh Pemda DKI Jakarta yang memiliki lokasi strategis. Pelayanan
PPISHP DKI Jakarta merupakan laboratorium uji produk perikanan yang saat
ini telah berkembang. Pengujian mutu produk perikanan perlu dilakukan untuk
dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Pusat Produksi, Inspeksi dan Sertifikasi
penimbangan dan pengepakan. Pengujian mutu ikan tuna loin beku dapat
standar SNI 01-4104-2006 sehingga aman dan layak untuk dipasarkan dan
bernilai 8, kadar logam berat merkuri sebesar 0,79 mg/kg, kadar logam berat
Pb dan Cd sebesar 0,018 mg/kg dan 0,027 mg/kg, kadar histamin 1,37 mg/kg,
Angka Lempeng Total sebesar 10 koloni/g, Escherivhia coli dan coliform <1,8
B. Saran
Produksi Inspeksi dan Sertifikasi Hasil Perikanan Jakarta ini yaitu dibuatkan
pengujian dan keluar hasil, sehingga mutu sampel dapat dijaga dengan baik.
53
DAFTAR PUSTAKA
Collette BB dan Nauen CE. 1983. Scombrids of the world. An annotated and
illustrated catalogue of tunas, mackerels, bonitos and related species
known to date. Fish. Synopsis 125(2). FAO.
Eitenmiller RR, Orr JH dan Wallis WW. 1982. Histamine formation in fish:
microbiological and biochemical condition. Martin RE, Flack GJ, Hebard
CE, Ward DR, editor. Chemistry and Biochemistry of Marine Product.
Connecticut: AVI Publishing Company. Eskin NAM. 1990. Biochemistry
of Foods. Canada.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 1995. Quality and Quality Changes in
Fresh Fish. Huss HH, editor. Rome: FAO.
[FDA] Food and Drug Administration. 2002. Fish and Fisheries Products
Hazards and Control Guidance. Ed ke-3. Washington DC. www.fda.gov
[3 Agustus 2010].
Fletcher GC, Summer G, Winchester RV dan Wong RJ. 1995. Histamine and
histidine in New Zealand marine fish and shellfish species, particularly
Kahawai (Arripis trutta). J. Aquat. Food prod. Technol. 4(2): 533-574.
54
Huss H.H. 1986. Fresh fish quality and quality changes. Roma: FAO-DANIDA.
Price RJ, Melvin EF dan Bell JW. 1991. Postmortem changes in chilled round
bled and dressed albacore. J. Food Sci. 35(8): 318-321.
Tampubolon SM. 1983. Ikan Tuna dan Perdagangannya. Jakarta. Gaya Baru.
55
LAMPIRAN
1. Prosedur analisis
a) Blender contoh hingga homogeny.
b) Timbang seksama lebih kurang 10 g contoh dalam beaker glass 250 mL dan
tambahkan 50 mL methanol, blender hingga homogen.
c) Panaskan diatas waterbath selama 15 menit pada suhu 60 °C dijaga sampel
dalam kondisi tertutup, dinginkan hingga suhu kamar.
d) Tuangkan contoh ke dalam labu takar 100 mL dan tepatkan hingga volume
labu dengan methanol.
e) Saring menggunakan kertas saring dan filternya ditampung dalam botol
contoh. Pada tahap ini filtrate contoh dapat disimpan dalam refrigator.
2. Persiapan resin
a) Timbang 3 g resin untuk setiap kolom dalam beaker glass 250 mL.
b) Tambahkan 15 mL NaOH 2 N/g resin untuk mengubah resin menjadi bentuk
OH.
c) Aduk menggunakan stirrer-plate selama 30 menit.
d) Tuang cairan pada bagian atas dan ulangi penambahan NaOH 2 N dengan
jumlah yang sama.
e) Cuci/bilas resin dengan aquades sebanyak 3 kali.
f) Saring melalui kertas saring No.588 atau yang setara dan cuci kembali
dengan aquades.
g) Siapkan resin setiap minggu dan simpan dalam aquades.
3. Persiapan kolom resin
a) Masukan glasswool ke dalam kolom resin setinggi ± 1,5 cm.
b) Masukan resin dalam medium air ke kolom resin setinggi ± 8 cm,
pertahankan volume air yang berada diatas resin ± 1 cm, jangan dibiarkan
kering.
c) Letakkan labu takar 50 mL yang sudah berisi 5 mL HCl 1 N di bawah kolom
resin guna menampung elusi contoh yang dilewatkan pada kolom resin.
Diperlihatkan dalam Gambar 1.
58
4. Pemurnian contoh
a) Pipet 1 mL filtrate contoh, masukkan dalam kolom resin, kran kolom resin
dalam posisi terbuka biarkan aliran menetes (hasil elusi) ditampung dalam
labu takar 50 mL.
b) Tambahkan aquades pada saat tinggi cairan ± 1 cm di tas resin dan biarkan
cairan terelusi. Lakukan seterusnya hingga hasil elusi dalam labu takar tepat
50 mL. Hasil elusi (contoh) dapat disimpan dalam refrigator.
5. Pembentukan senyawa turunan (derivatisasi)
Siapkan tabung reaksi 50 mL masing-masing untuk contoh, standard an blanko.
a) Pipet masing-masing 5 mL filtrate contoh, larutan standar kerja dan blanko
(HCl 0.1 N)
b) Tambahkan kedalam tabung reaksi diatas berturut-turut:
- 10 mL HCl 0,1 N, kocok.
- 3 mL NaOH 1 N, kocok, dalam waktu 5 menit harus sudah ditambah 1
mL OPT 0,1% kocok dan biarkan selama 4 menit.
- 3 mL H3PO4 3,57 N, kocok.
c) Lakukan pengukuran fluorosence terhadap contoh, standar dan blanko
sesegera mungkin dengan alat spektrofluorometer pada panjang gelombang
exsitasi: 350 nm dan emisi: 444 nm dalam jangka waktu 90 menit.
6. Perhitungan
a) Masukkan harga konsentrasi dan fluorosensi dari larutan standar kerja ke
dalam program linear kalkulator. Nilai: koefisien korelasi regresi (r), slope
59
Keterangan:
A: Konsentrasi (X) yang didapat dalam perhitungan (μg/mL)
Perhitungan Sampel
Bobot contoh
Ulangan Fluoresensi contoh (y) x
(gram)
Histamin TNL I.1 1,516 10,0774 0,0028
Histamin TNL I.2 1,463 10,0754 0,0027
Keterangan :
A : Konsentrasi (x) yang didapat dalam perhitungan (μg/ml)
60
1. Preparasi contoh
W (g)
Dengan,
Perhitungan Sampel
1. Preparasi contoh
g/g =
Keterangan:
D adalah konsentrasi contoh µg/l dari hasil pembacaan AAS
E adalah konsentrasi blanko contoh µg/l dari hasil pembacaan AAS
Fp adalah factor pengenceran
V adalah volume akhir larutan contoh yang disiapkan (ml), harus diubah ke dalam
satuan liter
W adalah berat contoh (g)
64
CATATAN Jika hasil pembacaan konsentrasi contoh dan spiked pada AAS lebih
tinggi darikonsentrasi larutan standar yang digunakan, maka lakukan
pengenceran. µg/g setara mg/kg.
Perhitungan Sampel
1. Persiapan pengujian
a. Untuk contoh dengan berat lebih kecil atau sama dengan 1 kg atau 1 L
sampai dengan 4,5 kg atau 4,5 L timbang contoh padat sebanyak 25 g
atau contoh cair sebanyak 25 mL dari contoh yang akan diuji, kemudian
masukkan dalam wadah atau plastic steril dan tambahkan 225 mL larutan
Butterfield’s Phosphate Buffered.
b. Untuk contoh dengan berat lebih besar dari 4,5 kg atau 4,5 L timbang
contoh padat sebanyak 50 g atau contoh air sebanyak 50 ml, kemudian
dimasukkan dalam wadah atau plastic steril dan tambahkan 450 ml
Larutan Butterfield’s Phosphate Buffered.
c. Homogenkan selama 2 menit. Homogenat ini merupakan larutan dengan
pengenceran 10-1.
d. Dengan menggunakan pipet steril, ambil 10 ml homogenate diatas dan
masukkan ke dalam 90 ml Larutan Butterfield’s Phosphate Buffered
untuk mendapatkan pengenceran 10-2 .
e. Siapkan pengenceran selanjutnya (10-3) dengan mengambil 10 ml contoh
dari pengenceran 10-2 ke dalam 90- ml Larutan Butterfield’s Phosphate
Buffered.
f. Pada setiap pengenceran dilakukan pengocokan minimal 25 kali.
g. Selanjutnya lakukan hal yang sama untuk pengenceran 10-4, 10-5 dst
sesuai dengan kondisi contoh.
2. ALT aerob
3. ALT anaerob
Keterangan:
N Jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni per mL atau koloni
per g
ƩC jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung
n1 jumlah cawan pada pengenceran pertama yang dihitung
n2 jumlah cawan pada pengenceran kedua yang dihitung
d pengenceran pertama yang dihitung
CONTOH:
pengenceran 1:100 1:1000
Jumlah koloni 232 dan 244 33 dan 28
67
24.409
24.000
Bila jumlah koloni per cawan lebih besar dari 250 koloni pada seluruh
pengenceran maka laporkan hasilnya sebagai terlalu banyak untuk dihitung
(TBUD), tetapi jika salah satu pengenceran mempunyai jumlah koloni
mendekati 250 koloni laporkan sebagai perkiraan ALT.
CONTOH:
Pengenceran : 1 : 100 1:1000
Jumlah koloni : TBUD 640
Perkiraan ALT koloni per mL atau per g : 640.000
c. Spreader
Bila pada kedua pengenceran yang digunakan diperoleh koloni kurang dari
25 koloni, catat koloni yang ada, tetapi nyatakan perhitungan sebagai kurang
dari 25 koloni dan dikalikan dengan 1/d, dimana d adalah factor pengenceran
pertama yang digunakan dan dilaporkan sebagai perkalian ALT.
CONTOH :
Pengenceran : 1:100 1:1000
Jumlah koloni : 18 dan 0 2 dan 0
Perkiraan ALT koloni per mL atau : ˂2.500 ˂2.500
koloni per g
5. Pelaporan
Untuk menghasilkan perhitungan yang akurat dan teliti, maka laporkan
hasilnya dengan dua angka (digit) pertama sebagai hasil pembulatan.
Bulatkan keatas dengan cara menaikkan angka kedua menjadi angka yang
lebih tinggi bila angka ketiga adalah 6,7,8, atau 9 dan gunakan angka 0 untuk
masing-masing angka pada digit berikutnya.
Bulatkan ke bawah bila angka ketiga adalah 1,2,3, atau 4. Bila angka ketiga 5,
bulatkan keatas bila angka kedua ganjil dan bulatkan kebawah bila angka
kedua genap.
CONTOH:
Hasil perhitungan ALT
12.700 13.000
12.400 12.000
15.500 16.000
14.500 14.000
Beri tanda (*) untuk cawan yang kurang dari 25 koloni.
CONTOH:
Pengenceran : 1:100 1:1000
Jumlah koloni : 18 dan 0 2 dan 0
Perkiraan ALT koloni per mL atau koloni per g : ˂2.500* ˂2.500*
69
Jika seluruh cawan berisi spreader atau cawan terkontaminasi oleh sesuatu
yang tidak diketahui, maka laporkan hasil sebagai ‘Kegagalan dalam
pengujian’
Contoh perhitungan:
Keterangan :
N Jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni per mL atau koloni per g
ƩC jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung
n1 jumlah cawan pada pengenceran pertama yang dihitung
n2 jumlah cawan pada pengenceran kedua yang dihitung
d pengenceran pertama yang digunakan
CONTOH:
Pengenceran : 1:1000 1:1000
Jumlah koloni : 232 dan 244 33 dan 28
= 537 / 0,022
= 24.409
= 24.000
2. Seluruh cawan berisi spreader dan atau kegagalan dalam pengujian. Laporkan
hasil sebagai “Spreader” (SPR) atau kegagalan dalam pengujian.
3. Seluruh cawan berisi lebih dari 100 koloni/cm 2. Perkiraan jumlah ALT adalah
lebih besar dari (>) 100 dikalikan pengenceran tertinggi dan kalikan dengan
luas cawan. Contoh dibawah berdasarkan pada penghitungan rata-rata
110/cm2.
CONTOH:
Pengenceran : 1:100 1:1000 Perkiraan ALT
koloni/mL
atau koloni/g
Jumlah koloni : TBUD 7.150 a ˃6.500.000
: TBUD 6.490 c ˃5.900.000
a
berdasarkan luas area 65 cm2
b
perkiraan jumalh ALT
70
c
berdasarkan luas area 59 cm2
CATATAN Untuk perhitungan koloni yang menggunakan metode cawan agar
sebar/ spread plate, jumlah koloni yang dihitung dikalikan dengan 10 dr
pengenceran yang digunakan.
71
1. Persiapan Pengujian
a) Untuk contoh dengan berat lebih kecil atau sama dengan 1 kg atau 1 L
sampai dengan 4,5 kg atau 4,5 L timbang contoh padat sebanyak 25 g
atau contoh cair sebanyak 25 mL dari contoh yang akan diuji, kemudian
masukkan dalam wadah atau plastik steril dan tambahkan 225 mL larutan
Butterfield’s phosphate buffer.
b) Untuk contoh dengan berat lebih besar dari 4,5 kg atau 4,5 L timbang
contoh padat sebanyak 50 g atau contoh cair sebanyak 50 mL, kemudian
masukkan dalam wadah atau plastic steril dan tambahkan 450 mL larutan
Butterfield’s phosphate buffer.
c) Untuk shellfish, siapkan 200 g cairan dan daging shellfish yang berasal
dari 10 – 12 shellfish. Masukkan dalam wadah atau plastic steril dan
tambahkan 200 mL larutan buffered phosphate water atau 0,5% peptone
water.
d) Homogenkan selama 2 menit. Homogenat ini merupakan larutan dengan
pengenceran 10-1.
2. Uji pendugaan koliform (Presumptive coliform)
Waterbath harus dalam keadaan bersih, air di dalamnya harus lebih tinggi
dari cairan yang ada dalam tabung yang akan diinkubasi. Tabung positif
ditandai dengan kekeruhan dan gas dalam tabung Durham.
d) Tentukan nilai angka paling memungkinkan (APM) berdasarkan jumLah
tabung-tabung EC yang positif dengan menggunakan Angka Paling
Memungkinkan (APM). Nyatakan angka fekal koliform sebagai
“APM/g” untuk produk perikanan selain shellfish dan “APM/100g”
untuk produk shellfish. Apabila pengujian menggunakan 3 seri tabung
pengenceran gunakan tabel A.2 pada Lampiran A dan apabila pengujian
menggunakan 5 seri tabung pengenceran gunakan tabel A.3 pada
Lampiran A.
5. Uji penegasan E.coli(confirmed E.coli)
f) Interpretasi hasil
75
Indol + -
Methyl Red + +
Voges Prouskauer - -
(VP)
Sitrat - +
Uji Pengkayaan
1. Ditimbang contoh sebanyak 25 gram di dalam 225 ml mediaLB(Lactose
Broth), homogenkan.
2. Inkubasikan selama 24 jam pada suhu 35°C
3. Pipet 10 ml contoh ke dalam 100 ml medium TTB (TetraThionate Broth)
4. Inkubasikan pada suhu 35°C selama 24 jam.
Uji Konfirmasi
1. Homogenkan medium TTB yang berisi contoh.
2. Goreskan medium TTB ke dalam medium XLD, HE atau BSA.
3. Inkubasikan cawan petri XLD, HE, BSA selama 24 jam pada suhu 35°C.
4. Amati adanya pertumbuhan koloni Salmonella sp. yaitu koloni berwarna
merah jambu dengan atau tanpa inti hitam pada media XLD, koloni berwarna
hijau kebiruan dengan atau tanpa inti hitam pada media HE, dan koloni
berwarna coklat abu-abu sampai hitam pada media BSA.
5. Inokulasikan koloni tersangka ke dalam medium TSIA dan LIA dengan
menggores dan menusuknya dengan ose.
6. Inkubasikan pada suhu 35°C selama 24 jam.
7. Amati pertumbuhan yang terjadi, terbentuknya gas hitam pada media TSIA
dan warna tusukan menjadi kuning dan agar goresanberwarna merah, pada
LIA terbentuknya gas hitam dan tidak terjadi perubahan warna pada agar
goresan (tetap ungu).
8. Koloni pada TSIA di inokulasikan pada medium-medium biokimia, yaitu
Urease, LDB, IMVIC, pereaksi gula-gula dan uji aglutinasi/serologi.
9. Salmonella dinyatakan positif bila semua uji biokimia sesuai dengan hasil
pada tabel.
10. Didapatkan hasil per 25 gram contoh.
77
1. Persiapan contoh
a. Timbang secara aseptis 25 g contoh dan 7.2.2.2 kemudian
tambahkan 225 ml larutan Alkaline Pepton Water Homogenasi selama 2
menit - 3 menit.Homogenat ini merupakan larutan dengan pengenceran
1: 10.
b. Timbang secara aseptis 50 g contoh, kemudian tambahkan 450
ml larutan Alkaline Pepton Water Homogenasi selama 2 menit - 3 menit.
Homogenat ini merupakan larutan dengan pengenceran 1: 10.
2. Pengkayaan
Siapkan 1 set pengenceran dengan cara melarutkan I ml Homogenat (butir
8.1.1) kedalam 9 ml APW. Lakukan pengenceran sesuai dengan pendugaan
kepadatan populasi contoh. Inkubasi pada suhu 36°C ± 1°C selama 6 jam - 8 jam.
Goreskan larutan pengkayaan (APW) ke TCBS agar (Iihat butir 8.3.1).
Inkubasikan kembali APW yang telah digoreskan tersebut selama 13 jam - 24
jam, lalu goreskan kembali ke TCBS agar.
3. Isolasi V. cholerae
a. Tanpa mengocok tabung (8.2.1 dan 8.2.2), ambil 1 ose dari
setiap tabung yang positif (keruh) pada setiap pengenceran sedalam 1 cm
dari permukaan cairan dan goreskan ke dalam TCBS agar. Inkubasikan
TCBS agar pada suhu 36°C ± 1°C selama 18 jam -24 jam.
b. Amati keberadaan v. cholerae pada TCBS agar. Koloni V.
cholerae besar, permukaan halus, agak datar, bagian tengah buram, dan
bagian pinggir terang, berwarna kuning (sukrosa positif).
4. Pemurnian
Secara hati-hati ambil 3 koloni terduga atau lebih dari setiap TCBS agar,
goreskan ke dalam T1N1 agar atau TSA + NaCl 1.5 % (total mengandung NaCl
sebanyak 2 %). Inkubasikan selama 18 jam – 24 jam pada suhu 360C ± 10C.
Goreskan 1 ose dari T1N1 agar atau TSA + NaCl 1.5 % atau medium lain yang
tidak memfermentasikan karbohidrat ke dalam cawan Petri yang berisi TSA
78
agar. Inkubasikan pada suhu 360C ± 10C selama 18 jam – 24 jam. Teteskan 2
– 3 tetes pereaksi oksidase pada koloni bakteri dan amati hasil reaksinya.
Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru tua pada koloni.
Uji oksidase dapat juga dilakukan dengan menggunakan kertas oksidase
denagn cara menggoreskan koloni dari T1N1 agar atau TSA + NaCl 1.5 % ke
atas permukaan kertas oksidase menggunakan tusuk gigi (jangan
menggunakan ose yang terbuat dari nikel atau krom). Reaksi positif
ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru tua secara cepat.
Goreskan 1 ose dengan cepat dari T1N1 agar atau TSA + NaCl 1.5% ke dalam
cawan Petri yang berisi TSA dengan rapat. Letakkan disk 0/129 10 µg dan
150 µg pada gorersan yang paling ratpat dan inkubasikan pada suhu 360C ±
10C selama 18 jam – 24 jam. Amati pertumbuhan di sekitar disk. Reaksi
sensitive ditunjukkan dengan terbentuknya zona di sekitar disk (S),
sedangkan reaksi resisten ditandai dengan adanya pertumbuhan di sekeliling
disk (R). v. cholerae sensitive terhadap 0/129 10 µg dan 150 µg.
c. Triple Sugar Iron (TSI) agar dan Kliger Iron Agar (KIA)
Inokulasikan koloni dari agar atau TSA + NaCl 1.5% dengan cara menggores
agar miring dan menusuk agar tegak media TSI agar dan KIA. Inkubasikan
pada suhu 360C ± 10C selama 18 jam – 24 jam. V. cholerae menghasilkan
asam (warna kuning) pada agar miring, asam (warna kuning) pada agar tegak
dan tidak menghasilkan gas serta H2S. reaksi vibrio spp dalam beberapa
media agar miring yang berbeda dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Reaksi Vibrio spp dalam beberapa media agar miring yang berbeda
KIA TSI
Bakterti Agar Agar
Agar miring Agar tegak
miring tegak
V. cholerae K A A (K jarang) A
V. mimicus K A K (A jarang) A
V. parahaemolyticus K A K A
V. alginolyticus K A A A
V. vulnificus K atau A A K (jarang) A
A. hydrophilia K atau A A K atau A A
P. shigeloides K atau A A K atau A A
79
d. Uji ONPG
Untuk uji ONPG gunakan kultur dari TSI atau media lain yang mengandung
lactose. Inokulasikan 1 ose kultur dari TSI ke dalam tabung yang berisi 0.5 ml
larutan physiological saline. Masukkan 1 disk ONPG lalu inkubasikan pada
suhu 360C ± 10C selama 20 menit dengan 1 jam. Reaksi positif ditunjukkan
dengan terbentuknya warna kuning pada media dalam tabung.
f. Pewarnaan Gram
Buat pewarnaan gram dari setiap koloni terduga V. cholerae. Kultur diambil
dari T1N1 agar miring atau TSA miring yang telah diinkubasikan selama 24
jam. Bakteri V. cholerae termasuk gram-negatif, berbentuk batang pendek
atau koma.
T1N1 agar atau TSA + 1.5% NaCl ke TSA dan TSB. Inkubasikan pada suhu 360C
± 10C selama 18 jam – 24 jam.
Inokulasikan kultur dari TSA 1.5% NaCl ke dalam 3 tabung media dasar
dekarboksilase yang masing-masing mengandung arginin, lysine dan ornithin
serta ke dalam 1 tabung control media dasar dekarboksilase yang tidak
mengandung asam amino. Tambahkan masing-masing tabung dengan mineral
oil setinggi 1 cm – 2 cm. Inkubasikan pada suhu 36 0C ± 10C selama 4 hari.
Lakukan pengamatan setiap hari. Reaksi dekarboksilase terhadap asam amino
menghasilkan pH alkaline dengan mengubah media menjadi ungu cerah
(reaksi positif). Sedangkan reaksi fermentasi glukosa menghasilkan asam dan
mengubah media menjadi warna kuning (reaksi negatif). Tabung control yang
tidak mengandung asam amino berubah menjadi warna kuning. V. cholerae
menghasilkan reaksi negatif pada arginin, sedangkan pada media lysine dan
ornithin menghasilkan reaksi positif dan ornithin Decarboxylase positif.
Inokulasikan 1 ose dari TSB yang telah diinkubasikan selama 24 jam kedalam
TSB yang telah dihangatkan dalam waterbath 420C. Inkubasikan pada suhu
420C dalam waterbath selama 24 jam. Reaksi positif ditandai dengan
terjadinya kekeruhan yang menunjukkan adanya pertumbuhan. V. cholerae
mampu tumbuh pada suhu 420C (tabel 2)
e. Uji Voges-Proskauer
Inokulasikan 1 ose dari TSA + 1.5 NaCl kedalam MR-VP Broth inkubasikan
pada suhu 360C ± 10C selama 2 hari. Pindahkan 1 ml dari setiap MR-VP broth
yang menunjukkan pertumbuhan ke dalam tabung reaksi ukuran 13 mm x 100
mm steril. Tambahkan 0.6 ml larutan alpha naphtol dan 0.2 ml KOH 40 %
lalu kocok. Tambahkan sedikit kristal keratin untuk mempercepat reaksi.
Kocok kembali dan diamkan selama 2 jam. Reaksi positif ditandai dengan
terbentuknya warna merah muda sampai merah mirah delima (ruby) pada
media V. cholerae menghasilkan reaksi variabel.
7. Uji serologi
Ambil 1 ose kultur dari T1N1 agar atau TSA + 1.5% NaCl yang telah
diinkubasikan selama 16 jam – 24 jam dan letakkan di atas gelas preparat. Tetesi
denagn larutan saline 0.85% dan emulsikan. Letakkan 1 tetes antiserum Poly
Hikojima Inaba-Ogawa disamping suspensi koloni. Campurkan anti serum sedikit
– demi sedikit dengan suspensi koloni sampai tercampur sempurna. Lakukan
control dengan menggunakan larutan saline dan antiserum. Goyangkan campuran
82
tersebut ke kiri dank e kanan dan amati reaksi penggumpalan pada latar belakang
yang gelap sebagai berikut:
Positif apabila terjadi penggumpalan pada larutan kultur dan tidak terjadi
penggumpalan pada larutan control.
Negatif apabila tidak terjadi penggumpalan baik pada larutan kultur maupun
larutan control.
8. Interpretasi hasil