Oleh :
Nis : 166583
Mengetahui
Manager Lab
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
Nis : 166583
Mengetahui
Pembimbing Prakerin
Zelfiarti
ii
KATA PENGANTAR
iii
10. Tim Regional Lab CPI Medan yang telah memberikan bimbingan selama
kegiatan Prakerin.
11. Seluruh staf dan karyawan Charoen Pokphand Medan.
12. Teman–teman seperjuangan Angkatan 52’ SMK SMAK Padang yang
memberi semangat dan dukungan.
13. Pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan Prakerin.
Semoga mereka mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT
sebagaimana layaknya manusia yang tak luput dari kekurangan, penulis
menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan,baik dari segi
materi,pengungkapan kalimat, maupun sistematika penyusunannya. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun untuk
laporan prakerin ini.
Akhir kata, semoga Laporan Prakerin ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas segala kekurangan
yang ada.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
2. Protein Solubility ...................................................................... 23
3. Urease Activity ......................................................................... 28
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 31
A. Hasil ............................................................................................. 31
B. Pembahasan ................................................................................. 38
BAB VI PENUTUP .................................................................................. 39
A. Kesimpulan ................................................................................... 39
B. Saran ............................................................................................. 39
DAFTAR KEPUSTAKAAN ...................................................................... 40
LAMPIRAN ................................................................................................ 42
Lampiran 1. Foto Perusahaan ............................................................ 42
Lampiran 2. Gambar Peralatan .......................................................... 42
1. Water Purifier ......................................................................... 42
2 . Foss 2300 Kjeltec analyzer distiller unit ............................... 43
3. Shaking Waterbath GFL 1068 ................................................ 43
4. pH meter Mettler Toledo ........................................................ 44
5. Mettler Toledo X205 Analitical Balance................................ 44
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan .................................................. 45
1. Soybean Meal ........................................................................ 45
2. Proses Destruksi ..................................................................... 45
3. Hasil Destruksi ...................................................................... 46
4. Destilasi dan Titrasi pada Kjeltec Foss 2300 ......................... 46
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana dijelaskan pada Pasal 15 undang-undang Sisdiknas No. 20
tahun 2003, bahwa Sekolah Menengah Kejuruan merupakan pendidikan
menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang
tertentu. Sejalan dengan itu, keberadaan Sekolah Menengah Kejuruan SMAK
Padang yang telah menyelenggarakan Pendidikan dan Latihan sejak tahun 1964
mempunyai visi yaitu Menjadi sekolah unggul, berdaya saing global dan
berwawasan lingkungan dengan salah satu misinya yaitu “menyelenggarakan
pendidikan kejuruan berbasis spesialisasi, kompetensi dan berwawasan
lingkungan”.
Demi mencapai visi dan misi Sekolah Menengah Kejuruan SMAK Padang
secara khusus dan tujuan pendirian SMK secara umum, maka suatu keharusan
untuk membangun, membina dan mengembangkan kemitraan antara Sekolah
Menengah Kejuruan SMAK Padang dengan dunia industri dan institusi terkait
lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan seorang analis kimia.
Salah satu kemitraan yang perlu dibina antara sekolah dengan institusi
terkait yaitu melalui Praktik Kerja Industri (Prakerin). Prakerin itu sendiri
merupakan kegiatan intrakulikuler yang wajib diikuti oleh seluruh siswa kelas
XIII sesuai dengan program kurikulum yang berlaku di Sekolah Menengah
Kejuruan SMAK Padang. Prakerin dilaksanakan pada lembaga-lembaga
penelitian maupun perusahaan industri yang mempunyai laboratorium kimia
analisis maupun laboratorium mikrobiologi. Pelaksanaan Prakerin tidak terbatas
pada praktik di laboratorium saja tetapi juga praktik pengenalan lingkungan kerja
yang sesungguhnya, termasuk penerapan disiplin kerja dalam membangun
kerjasama antar individu. Selain itu, juga menambah pengalaman kerja, dapat
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dalam hal metode analisis
dan penggunaan instrument yang modern juga dapat menumbuhkan dan
1
meningkatkan wawasan siswa sehingga siswa menjadi lebih siap untuk memasuki
dunia kerja yang sebenarnya.
PT Charoen Pokphand Indonesia adalah salah satu institusi yang
memberikan kesempatan bagi siswa/siswi Sekolah Menengah Kejuruan SMAK
Padang untuk melaksanakan Praktik Kerja Industri.
B. Tujuan Prakerin
I. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan untuk
bekal kerja sebagai analis kimia.
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam
menggunakan alat-alat instrument lebih modern dan lengkap untuk
analis kimia dibandingkan dengan fasilitas disekolah.
Menumbuhkan dan meningkatkan wawasan siswa tentang hal-hal
yang termasuk ruang lingkup dunia kerja, antara lain struktur
organisasi, disiplin kerja, sistem kerja, lingkungan, dan keselamatan
kerja.
Memperkenalkan calon lulusan tenaga kerja analis kimia Sekolah
Menengah Kejuruan SMAK Padang kepada instansi tempat prakerin.
Mendapatkan masukan dan umpan balik untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan di Sekolah
Menengah Kejuruan SMAK Padang.
2
C. Manfaat Prakerin
1. Memantapkan siswa/siswi dalam pengembangan dan penerapan pelajaran
dari sekolah di tempat Prakerin.
2. Sebagai salah satu syarat kelulusan.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam dunia kerja.
3
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
A. Sejarah Perusahaan
PT. Charoen Pokphand Indonesia didirikan pada tahun 1921 oleh dua
bersaudara Chia Ek dan Chia Seow Whooy yang meninggalkan negeri China
untuk mendapatkan kesempatan berusaha di Thailand. Usaha keluarga ini
berkembang pesat dengan mulai berdagang ternak dan telur disamping bibit dan
pupuk. Usaha terus berkembang dan pada tahun 1951 perusahaan ini resmi
terdaftar dengan nama Charoen Pokphand yang berarti tangan berlimpah dalam
bahasa Thailand.
4
Dewasa ini PT. Charoen Pokphand Indonesia merupakan produsen pakan unggas
terkemuka di Indonesia dengan suatu jaringan pabrik produksi, fasilitas penelitian
dan pengembangan, serta pusat-pusat pembibitan unggas yang tersebar hampir
diseluruh Indonesia.
B. Struktur Organisasi
Stuktur organisasi PT. Charoen Pokphand Indonesia adalah berbentuk gabungan lini
dan fungsional. Hubungan fungsional karena pembagian tugas dilakukan dalam
bidang pekerjaan perusahaan berdasarkan fungsi-fungsi organisasi. Hubungan lini
karena perusahaan memiliki pabrik yang tersebar hampir di seluruh Indonesia, yang
masing-masing dipimpin oleh Branch Manager dan memiliki kedudukan yang sama
di dalam perusahaan. Struktur Organisasi PT. Charoen Pokphand Indonesia dapat
dilihat pada Gambar 2.
5
3. Pelaksanaan tugas tidak tumpang tindih
4. Meningkatkan keahlian dan kreatifitas pegawai
2. Penyaringan
3. Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan hanya untuk bahan baku jagung basah yang
memiliki kadar air 17% - 25%, dimana standar kualitas jagung yang
digunakan dalam proses produksi memiliki kadar air maksimal 15%. Oleh
karena itu, jagung harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum diolah agar
tidak busuk dan dapat bertahan lama. Jagung basah yang masuk melalui
intake, dimasukkan ke wet silo kemudian dikeringkan dengan menggunakan
dryer, kemudian dibawa ke dry silo dengan menggunakan chain conveyor dan
bucket elevator. Selanjutnya udara akan dialirkan ke dry silo dengan
6
menggunakan blower agar jagung tidak panas akibat bertumpuknya jagung-
jagung, dan dari dry silo, jagung ini akan dibawa ke bin raw material dengan
menggunakan chain conveyor dan bucket elevator.
4. Penimbangan (Dosing)
Bahan baku yang berada di bin raw material kemudian ditimbang terlebih
dahulu sesuai dengan formula yang diinginkan sampai mencapai kuantitas 1
batch. Bahan baku ditimbang dengan menggunakan 2 buah timbangan, yaitu
timbangan I dengan kapasitas 3000 kg dan timbangan II dengan kapasitas
1500 kg. Bahan yang telah ditimbang dibawa ke bin hopper dengan
menggunakan chain conveyor dan bucket elevator.
5. Penggilingan (grinding)
Bahan baku yang berada di bin hopper dibawa ke dalam vibrator shifter
(saringan bergetar) dengan menggunakan chain conveyor melalui slide gate
untuk memisahkan bahan baku yang kasar dengan bahan baku yang halus.
Bahan baku yang halus akan langsung jatuh ke dalam bin tower hammer mill
sedangkan bahan baku yang kasar akan melalui proses penggilingan terlebih
dahulu sebelum masuk ke dalam bin tower hammer mill. Proses penggilingan
dilakukan dengan menggunakan mesin hammer mill dengan kapasitas 22
ton/jam , kecepatan putar 3000 rpm, dan daya 132 kW. Putaran yang terjadi
dalam mesin, membuat bahan baku terpukul dan terlempar ke sepanjang sisi
mesin penggiling. Proses penggilingan yang terjadi pada mesin akan
menghasilkan udara panas, dimana udara panas ini akan dihisap oleh blower
melalui jet filter dan dibuang ke udara.
6. Pencampuran (mixer)
Bahan baku yang berada di bin tower hammer mill masuk ke mixer melalui
slide gate untuk dicampur hingga rata. Pada proses ini, terjadi penambahan
obat-obatan seperti Rhodimet, CPO, Choline, garam, dan zat additive sampai
tercampur dengan semua bahan. Mesin mixer yang digunakan berkecepatan
22 rpm dengan daya 30 kW. Pisau-pisau pengaduk pada mesin ini berbentuk
7
solenoide yang berputar pada sumbunya secara berlawanan. Hasil
pencampuran pada mesin ini berbentuk mess yang kemudian akan dibawa ke
bin finish product dengan menggunakan chain conveyor dan bucket elevator.
Akan tetapi, untuk produk berbentuk pellet, maka bahan campuran dari mixer
ini akan mengalami proses pelletizing dan untuk produk yang berbentuk
crumble, maka mess (tepung) hasil olahan mesin ini akan melalui proses
pelletizing dan crumbling sebelum masuk ke bin finish product.
7. Pembutiran (pelletizing)
8
8. Proses Crumble (crumbling)
9. Pengepakan (packing)
Produk jadi dari proses pengolahan pakan ternak ini terdiri atas 3 bentuk yaitu
mash, pellet, dan crumble, dimana semuanya akan masuk ke bin finish
product yang telah ditentukan sesuai dengan jenisnya. Produk jadi ini akan
dicurahkan ke karung plastik melalui slide gate sebanyak 50 kg/karung.
Proses ini berlangsung secara otomatis melalui sebuah mesin yang telah di
program terlebih dahulu. Karung yang telah diisi kemudian dijahit dengan
menggunakan sewing machine dan kemudian dibawa ke gudang produk jadi
dengan menggunakan alat angkut forklift untuk disimpan sementara sebelum
dilakukan proses pengiriman.
D. Disiplin Kerja
Waktu kerja di PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk adalah berdasarkan
waktu kerja normal (lima hari kerja), dengan perincian sebagai berikut:
9
E. Fasilitas dan Sarana
Fasilitas utama dalam menjalankan fungsi dan tugas Regional Lab CPI
Medan, yaitu:
F. Administrasi Laboratorium
Sesuai dengan pengembangan dan teknologi, PT Charoen Pokphand
Indonesia melakukan kegiatan produksi pakan dangan kapasitas >45000 ton/bulan
dengan kualitas produk yang dikontrol melalui Departemen QC dan Lab. Adapun
prosedur yang dilalui oleh setiap contoh yang masuk dapat dilihat sebagai berikut:
10
2. Petugas penerima contoh uji melakukan registrasi contoh uji yang
memenuhi persyaratan keberterimaan dalam proses analisa. Maka sebelum
dilakukan registrasi contoh uji dilakukan kaji ulang terlebih dahulu. Kaji
ulang meliputi: kesiapan sumber daya, reagen, kondisi lab dan kondisi
contoh uji.
3. Setelah proses registrasi selesai contoh uji dikirim ke Lab untuk dilakukan
analisa sesuai dengan permintaan dari pelanggan,
4. Setelah analisa selesai hasil akan diperiksa oleh verifikator yang kemudian
diinput ke LIMS sesuai dengan no. Register dari contoh uji.
5. Hasil analisa yang telah diinput diverifikasi oleh pimpinan laboratorium dan
dilaporkan ke pelanggan Regional lab.
6. Report dalam bentuk soft copy sedangkan hasil analisa yang berupa lembar
kerja dalam bentuk hard copy disimpan sebagai dokumentasi.
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pakan Ternak
Hal yang harus diperhatikan dalam mengenai pakan yaitu pakan tidak boleh
disimpan dalam 2 minggu, tempat penyimpanan pakan sebaiknya kering (tidak
lembap). Apabila pakan dibeli di pabrik sebaiknya dipastikan pabrik tersebut
memproduksi pakan dengan kualitas yang baik. Kualitas pakan dapat menentukan
kualitas ternak. Jika pakan disimpan dalam wadah, sebaiknya wadah tersebut
ditutup rapat dan tidak ada udara yang masuk. Pakan yang terkontaminasi udara
lembap akan berjamur (Purwadi, 2006)
Bahan Baku pakan adalah segalah sesuatu yang dapat diolah menjadi
makanan ternak baik yang berupa bahan organik maupun anorganik yang
sebagian atau semuanya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak dan
mengandung senyawa nutrisi yang dibutuhkan ternak. Kandungan nutrisi pada
pakan ternak dan bahan baku pakan dapat diketahui dengan melakukan analisis
proximat yang dilakukan di laboratorium dengan teknik dan alat yang spesifik
(Anonim, 2009).
12
bone Meal), dan tepung darah (Blood Meal). Bahan tambahan yang dipakai
adalah CPO, premix, garam, dan monocalsium. Sebelum digunakan, Bahan baku
tersebut harus memenuhi standar mutu tertentu, salah satunya protein. Walaupun
tidak merupakan sumber energy primer, Protein berperan sebagai antibodi dalam
tubuh sekaligus memperbaiki sel- sel yang rusak pada tubuh. Untuk itu, Sumber
protein pada pakan harus dikontrol sebaik mungkin, salah satunya adalah Soy
Bean Meal/ Bungkil kedelai.
SBM atau bungkil kedelai adalah produk sampingan dari hasil pemerasan
kacang kedelai guna diambil minyaknya. Ampas kedelai yang sudah diperas lalu
dikeringkan terlebih dahulu sehingga bisa disebut bungkil kedeli atau soy bean
meal. Pada pembuatan pakan ternak, biasanya kandungan bungkil kedelai sebesar
7-10% dari total seluruh komposisi pakan ternak. Selain mengontrol kadar
protein, pengujian pada soy bean meal juga dilakukan guna mengontrol
kandungan zat antinutrisi. Untuk itu, dilakukan beberapa parameter pengujian,
diantaranya Crude Protein, Protein Solubility, dan Urease Activity dalam soy bean
meal.
3. Protein
Protein terdiri atas rantai-rantai asam amino (20 jenis asam amino) yang
terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Dari dua puluh macam asam amino,
tubuh orang dewasa membutuhkan delapan jenis asam amino esensial yaitu lisin,
leusin, isoleusin, valin, triptofan, fenilalanin, metionin, treonin, sedangkan untuk
anak-anak yang sedang tumbuh, ditambahkan dua jenis lagi yaitu histidin dan
arginin. Adapun contoh asam amino non esensial yaitu prolin, serin, tirosin,
13
sistein, glisin, asam glutamat, alanin, asam aspartat, aspargin, ornitin (Irianto dan
Waluyo, 2004).
5. Urease
Urease adalah suatu enzim yang tergolong protein, ditemukan pada bakteri,
kapang, dan beberapa jenis tanaman tertentu. Urease aktif secara optimal pada pH
7,4 dan Temperatur 600C dan menjadi tidak aktif bila dipanasi 24 jam pada
1050C. Enzim Urease berperan membantu proses pencernaan, bekerja sebagai
katalis dalam reaksi hidrolisis urea menjadi karbon dioksida dan ammonia
(Nursiam, 2010).
14
Berdasarkan Laboratory Procedures for Assessing Quality of Soybean Meal, (
Universal ), UA= 0.05 - 0.2
Berdasarkan Insta-Pro International Standart for Urease Activity in Soybean
Meal, UA= 0.02 - 0.06
Berdasarkan Rekomendasi Dr. Nelson Ruiz, MS, PhD for Soybean Meal
Standart, UA=0.00- 0.05
15
BAB IV
PELAKSANAAN PRAKERIN
1. Pengujian Proximate
Seluruh analisis yang berkaitan dengan kandungan nutrisi dalam sample,
seperti: Kadar Air, Protein, Serat Kasar, Lemak Kasar dan Kadar Abu.
2. Pengujian Enzimatik
Analisis yang berhubungan dengan enzim baik itu berupa raw enzim atau
feed (pakan) yang ditambahkan enzim kedalamnya. Dalam analisa ini kita melihat
aktivitas dari enzim yang ditambahakan kepakan sesuai dengan ekspektasi yang
diinginkan. Pengujian Phytase Activity, Xylanase Activity, Protease activity,
Amylase activity.
3. Pengujian Mineral
Seluruh analisis yang berhubungan dengan jumlah suatu mineral dalam
sampel, Seperti analisis Kalsium, Phosphor, Sodium, Khlorida (dalam bentuk
Natrium Chlorida).
16
4. Pengujian Anti nutricional factor
Seluruh Analisis yang berhubungan dengan zat- zat yang dapat menghambat
penyerapan nutrisi oleh organ pencernaan, contohnya pengujian Tripsin Inhibitor
dan Urease Activity.
5. Pengujian Mycotoxin
Seluruh analisis yang menyangkut keberadaan racun yang bersumber dari
metabolit sekunder dari beberapa jenis jamur, seperti pengujian Fumonisin,
Ochratoxin, Aflatoxin, Zearalenone, Deoxynivalenol dan T-2 Toxin.
7. Analisis Digestibility
Analisis yang berhubungan dengan kemampuan bahan pangan untuk dapat
tercerna oleh organ pencernaan mkhluk hidup, seperti analisis Pepsin digest,
Protein Solubility, Protein Dispersibility index (PDI).
9. Analisis Kesegaran
Pengujian kesegaran bahan pakan yang digunakan dalam pembuatan pakan
berdasarkan jumlah volatile basic nitrogen (senyawa nitrogen yang mudah
menguap), yaitu uji Total Volatile Basic Nitrogen (TVBN).
17
11. Pengujian yang berkaitan dengan kwalitas minyak.
Seperti: Free Fatty Acid, Acid Value, Iodine Value dan Peroxyde Value
C. Parameter Pengujian
1. Crude Protein
a) Tujuan
b) Alat
c) Reagen
18
Biarkan dingin dan tuangkan kedalam jirigen berlabel. Tulis nama
larutan, konsentrasi larutan, tanggal pembuatan dan nama pembuat
pada label jerigen.
6) Receiver Solution
Timbang asam borat seberat 20 g ± 0.01 g.
Larutkan dengan aquades sebanyak 2 L dalam beaker glass sampai
asam borat larut sempurna.
Ukur dengan gelas ukur dan tuang 20 mL larutan bromo cresol green
0.1 % ke dalam larutan asam borat.
Ukur dengan gelas ukur dan tuang 14 mL larutan indikator metil
Merah 0.1 % ke dalam larutan asam borat, aduk sampai merata
dengan batang pengaduk.
19
Tuang dalam jerigen plastik berlabel. Tulis tanggal pembuatan dan
nama pembuat pada label jerigen.
20
Kocok sampai larutan homogen, tuang dalam botol kaca yang
berlabel, dan standarisasi dengan Kalium Hidrogen Phthalate.
Tulis nama pembuat, normalitas larutan, dan tanggal standarisasi.
21
Tuang ke dalam botol kaca coklat berlabel. Tulis nama larutan,
konsentrasi larutan, tanggal pembuatan dan nama pembuat dalam
label.
d) Prosedur Kerja
e) Perhitungan
Keterangan :
22
2. Protein Solubility
a) Tujuan
Untuk menentukan kadar protein yang dapat terlarut dalam basa encer
untuk mengetahui kemampuan bahan pakan untuk dapat dicerna oleh
organ pencernaan makhluk hidup.
b) Alat
1) Timbangan analitis dengan kepekaan 0.0001 g, kapasitas 200 g
2) Digestion System
3) Kjeltec Auto System
4) Cooling Water
5) Magnetic stirrer
6) Pipet volume 50 mL
7) Pipet volume 25 mL
8) Tabung Kjeldhal
9) Kertas Saring bebas Nitrogen
10) Stirer vessel/ beaker glass
c) Reagen
1) Hidrogen peroxide
23
4) Tablet Kjeltabs yang mengandung 3.5 g K2SO4, 0.4 g CuSO4.5H2O atau
yang setara.
5) Larutan Natrium Hidroksida 40% (w/v) (Larutan Alkali)
Larutkan 8 kg Natrium Hidroksida (Sodium hydroxide – NaOH) teknis
dengan 20 L aquades dalam sebuah drum di Ruang Asam.
Aduk dengan pengaduk besi panjang sampai semua butiran Natrium
Hidroksida larut sempurna.
Beri label nama larutan, konsentrasi larutan, tanggal pembuatan dan
nama pembuat.
Waktu penyimpanan maksimum 2 bulan.
24
Ukur dengan pipet ukur 14 mL larutan indikator metil Merah 0.1 % ke
dalam larutan asam borat, aduk sampai merata dengan batang
pengaduk.
Tuang dalam jerigen plastik berlabel. Tulis tanggal pembuatan dan
nama pembuat pada label jerigen.
9) Larutan Phenolphthalein 1%
Larutkan 10 ± 0.01 g Phenolphthalein – C20H14O4 dengan etanol
((Ethanol – C2H6O) dalam labu ukur 1000 mL sampai larut sempurna.
Tambahkan etanol sampai tanda batas.
Simpan dalam botol kaca berlabel, tulis tanggal pembuatan dan nama
pembuat. Waktu penyimpanan maksimum 1 tahun.
25
Titrasi larutan Asam Khlorida dengan larutan Natrium Hidroksida
sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah
muda (VNaOH).
Catat hasil dalam Buku Standarisasi Larutan.
Keterangan :
NNaOHxVNaOH
NHCl =
VHCl
NHCl : Normalitas larutan Asam Klorida (ek/L, N)
VHCl : Volume larutan Asam Klorida (mL)
NNaOH : Normalitas larutan Natrium Hidroksida (ek/L, N)
VNaOH : Volume larutan Natrium Hidroksida (mL)
26
Isi gelas ukur dengan aquades bebas CO2 sampai volume 50 mL,
tuang ke dalam erlenmeyer.
Aduk dan larutkan Kalium Hidrogen Phthalate dalam erlenmeyer
sampai larut sempurna.
Tambahkan 2 tetes larutan indikator phenolphthalein ke dalam tiap
erlenmeyer.
Isi buret 50 mL dengan larutan Natrium Hidroksida ± 0.02 N.
Titrasi larutan Kalium Hidrogen Phthalate dengan larutan Natrium
Hidroksida sampai muncul warna merah muda (VNaOH).
Catat hasil dalam Buku Standarisasi Larutan.
Keterangan :
Sx1000
NNaOH =
VNaOHx 204.22
NNaOH : normalitas larutan Natrium Hidroksida (ek/L, N)
S : bobot Kalium Hidrogen Phthalate (g)
VNaOH : volume larutan Natrium Hidroksida (mL)
d) Pengujian
1) Lakukan penetapan crude protein
2) Timbang 1,5 g contoh uji ke dalam erlenmeyer 150 mL (jika kandungan
Fat > 5%, defatted terlebih dahulu dengan menggunakan cold
extraction).
3) Tambahkan 75 ml larutan KOH 0,036 mol/L dan magnetik stirer bar ke
dalam Erlenmeyer screw cup lalu tutup
4) Aduk (stirrer) dengan kecepatan 1200 rpm, selama 20 menit, kondisikan
agar semua padatan tetap berada dalam suspensi (tidak ada pada dinding
beaker glass).
5) Pindahkan semua larutan kedalam tabung cetrifuge, lalu cetrifuse selama
10 menit pada relative acceleration 800 g.
6) Keluarkan tabung centrifuse.
27
7) saring larutan menggunakan kertas saring bebas nitrogen atau gunakan
kapas untuk menghindari adanya partikel yang terikut dalam larutan.
8) Pipet 25 mL filtrat ke dalam tabung kjeldahl dan tambahkan 2 mL
Hidrogen Peroxide, lakukan penetapan crude protein pada contoh uji
larutan sesuai FTC-02.01 hitung sebagai (CP sol)
9) Lakukan pengujian contoh uji bersama in-house reference material untuk
setiap satu batch pengujian.
e) Perhitungan
Display Kjeltec Auto System = VHCl x NHCl x BENitrogen x faktor konversi
Keterangan :
VHCl : Volume larutan HCl yang dipakai untuk menitrasi contoh uji (mL)
NHCl : Normalitas larutan HCL (ek/L)
BENitrogen : 14 g/ek
V1 : Volume pelarut yang ditambahkan pada contoh uji(mL).
V2 : Volume filtrat yang dipipet untuk penetapan crude protein (mL).
S : bobot contoh uji (g).
3) Urease Activity
a) Tujuan
Untuk dapat mengetahui indikasi tingkat kematangan dalam
pemprosesan bahan pakan beserta dampaknya terhadap kandungan nutrisi
dalam bahan pakan.
28
b) Alat
1) Timbangan analitis kepekaan 0.0001 g, kapasitas 200 g
2) Water bath
3) pH meter
4) Gelas ukur 50 mL
5) Stopper bottle
6) Beaker glass
c) Reagen
1) Larutan buffer phosphate
Timbang Kalium dihidrogen phosphate seberat 3.403 ± 0.001 gr,
larutkan dengan aquades bebas CO2 100 mL.
Timbang di-Kalium hidrogen phosphate anhidrat seberat 4.355 ±
0.001 gr larutkan dengan aquades 100 mL.
Campurkan larutan dalam labu ukur 1000 mL. Tambahkan aquades
sampai volumenya tepat 1000 mL.
Kocok sampai larutan homogen, tuang dalam botol plastik yang
berlabel. Tulis tanggal pembuatan dan nama pembuat pada label,
sebaiknya larutan digunakan kurang dr 3 bulan setelah
pembuatan.
Untuk analisa urease activity, ambil larutan buffer phosphate
secukupnya dan atur pH larutan supaya 7 ± 0.05.
d) Prosedur Kerja
1) Timbang contoh uji sebanyak dua kali masing-masing seberat 0.8 g ±
0.001 g, masukkan ke dalam stopper bottle yang bertanda S (Sample)
dan B (Blank).
2) Tambahkan 40 mL larutan buffer urea ke dalam stopper bottle S,
kocok dan masukkan dalam water bath yang bersuhu 30 ºC ± 2 ºC
selama 30 menit ± 1 menit. Kocok botol S tiap 5 menit.
3) Interval 5 menit kemudian, tambahkan 40 mL larutan buffer
phosphate ke dalam stopper bottle B, aduk dan masukkan dalam water
bath yang bersuhu 30 ºC ± 2 ºC selama 30 menit ± 1 menit. Kocok
botol B tiap 5 menit
4) Setelah 30 menit, angkat stopper bottle dari water bath, dinginkan
sampai suhu ruangan.
5) Pindahkan supernatan ke beaker glass sebanyak 20 mL - 30 mL, ukur
pH larutan, setelah 4-5 menit contoh uji keluar dari water bath.
e) Perhitungan
29
Keterangan :
Urease activity : Indeks dari Urease activity
pHS : pH Sample.
pHB : pH Blanko.
30
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada tanggal 08 Oktober 2019
terhadap sample SBM, didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Crude Protein
2. Protein Solubility
Berat Protein
V. KOH V. Filtrat V. HCl Protein
Sample N. HCl Solubility
(mL) (mL) (mL) (%)
(g) (%)
1.5001 75 10 3.971 0.2069 46.30 77.59
1.4996 75 10 3.9984 0.2069 46.30 78.23
1.5009 75 15 6.1701 0.2000 46.30 77.73
1.5002 75 15 6.1544 0.2000 46.30 77.57
1.5007 75 15 6.1975 0.2000 46.30 78.08
1.5006 75 15 6.2012 0.2069 46.30 78.14
1.4996 75 10 3.971 0.2069 46.30 77.69
Rata-rata 77.86
31
3. Urease Activity
Urease Activity
Berat Sample ( g ) pH Sampel pH Blank
(▲pH)
0.8003 7.02 7.00 0.02
0.8007 7.03 7.01 0.02
0.8012 7.02 7.00 0.02
0.8009 7.03 7.01 0.02
0.8000 7.01 7.00 0.01
0.8001 7.02 7.01 0.01
0.8003 7.03 7.01 0.02
0.8011 7.03 7.01 0.02
Rata-rata 0.02
I. Dixon
Salah satu uji outlier yang digunakan untuk melakukan seleksi data
ekstrim pada sekumpulan data. Yang dimaksud data ekstrim adalah data yang
mentimpang terlalu jauh dengan sebagian besar data. Berikut cara melakukan uji
Dixon:
1. Urutkan data dari yang terendah sampai yang tertinggi.
X 2 X1 X n X n1
D3↔7lowest = atau D3↔7highest =
X n X1 X n X1
3. Bandingkan nilai D yang diperoleh dengan tabel berikut. Jika nilai D lebih
kecil dari nilai tabel, maka data dianggap tidak outlier secara Statistik
32
Test criteria n 95% 99%
3 0.970 0.994
D3 ↔7lowest = X2 - X1 atau D3 ↔7highest = Xn - Xn-1 4 0.829 0.926
Xn - X1 Xn - X1 5 0.710 0.821
6 0.628 0.740
7 0.569 0.680
8 0.608 0.717
D 8 ↔12lowest = X3 - X1 atau D 8 ↔12highest = Xn - Xn-1 9 0.564 0.672
Xn-2 - X1 Xn - X2
10 0.530 0.635
11 0.502 0.605
12 0.479 0.579
13 0.611 0.697
14 0.586 0.670
D 13 ↔40lowest = X3 - X1 atau D13↔40highest =Xn - Xn-1 15 0.565 0.647
Xn-2 - X1 Xn - X2 16 0.546 0.627
17 0.529 0.610
18 0.514 0.594
19 0.501 0.580
20 0.489 0.567
33
II. Grub
Uji ini digunakan untuk mendeteksi data outlier dengan menggunakan data
rata-rata dan standar deviasi. Persamaannya sebagai berikut :
x x1 xn x
Glowest
Ghighest
s s
Nilai (G)hitung kemudian dibandingkan dengan nilai (G)tabel dengan keyakinan 95%
atau 99% (seperti pada tabel dibawah) Data dianggap oulier jika (G)hitung >
(G)tabel
α= α=
N
95% 99%
3 1.153 1.155
4 1.463 1.492
5 1.672 1.749
6 1.822 1.944
7 1.938 2.097
8 2.032 2.221
9 2.110 2.323
10 2.176 2.410
11 2.234 2.485
12 2.285 2.550
13 2.331 2.607
14 2.371 2.659
15 2.409 2.705
16 2.443 2.747
17 2.475 2.785
18 2.504 2.821
19 2.532 2.854
20 2.557 2.884
21 2.580 2.912
22 2.603 2.939
23 2.624 2.963
24 2.644 2.987
25 2.663 3.009
setelah dilakukan uji Grub pada data sample test, didapat hasil sabagai
berikut:
34
Replicate Crude Protein (%) Protein Solubility (%) Urease Activity
5 46.02 77.57 0.01
6 46.11 77.59 0.01
1 46.11 77.69 0.02
3 46.17 77.73 0.02
2 46.26 78.08 0.02
4 46.44 78.14 0.02
7 46.45 78.23 0.02
8 46.49 0.02
S 0.18 0.28 0.0046
GLow 1.2977 1.045 1.620
GHigh 1.2840 1.322 0.540
α = 99% 2.221 2.097 2.221
Result Tidak Outlier Tidak Outlier Tidak Outlier
Hasil dari uji outlier menunjukan bahwa data tidak outlier dan dapat
diterima, dengan demikian kita dapat melakukan perhitungan selanjutnya seperti:
Akurasi, Recovery, Bias dan Presisi.
1. Akurasi
Akurasi merupakakan ukuran penyimpangan suatu data analisis dengan data
sebenarnya. Semakin kecil penyimpangan data, maka makin baik akurasi data
pengujian tersebut. Akurasi dapat dihitung dengan rumus:
Xa Xr
% Akurasi = x100%
Xa
2. Recovery
Recovery dapat didefinisikan sebagai perolehan kembali analit dari contoh uji. Uji
recovery dilakukan untuk mengetahui efisiensi dalam suatu analisis. Recovery
dihitung dengan rumus:
35
Xr
% Recovery = x100
X CRM
3. Bias
Bias adalah penyimpangan atau kesalahan sistematik yang timbul karena
perbedaan cara dalam pengumpulan data, baik disengaja ataupun tidak disengaja.
Bias dapat dihitung dengan rumus:
Bias = X a X r
Xa = nilai standar
X r = Rata- rata data analisis
4. Presisi
Presisi merupakan ukuran penyimpaangan data terhadap data lain dalam
serangkaian data analisis. Semakin kecil penyimpangan data, maka semakin baik
presisi data tersebut. Presisi dapat dihitung menggunakan persamaan HORRAT
(Horwitz Ratio), dengan perumusan:
%𝑅𝑆𝐷
HORRAT = %𝑃𝑅𝑆𝐷
𝑆𝑡𝐷𝑒𝑣
Dimana, %RSD = *100
𝑀𝑒𝑎𝑛
36
Setelah dilakukan perhitungan, maka didapat data:
37
B. Pembahasan
Pada analisa Protein, didapat kadar protein dalam sample adalah sebesar 46,3%
(Average). Seluruh data pada analisis protein tidak outlier, sehingga dapat
diterima. Secara HorRat, presisi data dikategorikan baik karena nilai HorRat < 2,
yaitu 0.12 sedangkan untuk Akurasi data dapat dikatakan sudah baik karena nilai
akurasi kecil, yaitu 0.576. Artinya, secara presisi data memiliki repeat yang baik
dan akurasi menunjukkan penyimpangan data jika dibandingkan dengan nilai
standar kecil. Bias data bernilai 0.27 ,dan Recovery 100.58% sehingga dapat
disimpulkan analisis dilakukan dengan baik dan efisien.
Pada analisa Protein Terlarut, didapat kadar protein terlarut sebesar 77,86%
(Average). Seluruh data pada analisis protein terlarut tidak outlier, sehingga dapat
diterima. Presisi dikategorikan baik karena nilai HorRat < 2, yaitu 0.12 sedangkan
untuk Akurasi data dapat dikatakan sudah baik karena nilai akurasi kecil, yaitu
0.349. Artinya, secara presisi data memiliki repeat yang baik dan akurasi
menunjukkan penyimpangan data jika dibandingkan dengan nilai consensus value
kecil. Bias data bernilai 0.27 ,dan Recovery 100.35% sehingga dapat disimpulkan
analisis dilakukan dengan baik dan efisien.
38
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengujian tanggal 8 Oktober 2019 terhadap soy bean meal/ bungkil
kedelai (Reference Material) dengan nomor sampel 22, didapat hasil ;
Presisi dalam melaksanakan analisis dapat dikatakan sudah baik karena nilai
HorRat <2, Akurasi dan Bias ≈0 (untuk protein dan protein solubility) dan StDev
≈0 (untuk Urease Activity).
B. Saran
Pada setiap pengujian, gunakanlah alat pelindung diri/ personal protective
equipment yang sesuai dengan kebutuhan pengujian.
Untuk penggunaan asam/ basa kuat, lakukan di fume hood/ ruang asam
dan gunakan alat pelindung diri yang sesuai. Asam dan basa kuat bersifat
sangat korosif dan dapat merusak jaringan makhluk hidup apabila terkena
kontak langsung.
Pada saat analisa, perhatikan critical point tiap-tiap analisis yang dapat
mempengaruhi data hasil pengujian.
Untuk pengerjaan Protein, Critical point terletak pada penimbangan
sample, waktu dan suhu destruksi, kondisi alat, dan kondisi reagen.
Untuk Protein Solubility, critical point terletak pada penimbangan sample,
ukuran partikel, pemipetan, suhu dan waktu destruksi, kondisi alat, dan
kondisi reagen.
Untuk Urease Activity, critical point terletak pada pH, Suhu inkubasi,
Suhu lingkungan, Waktu inkubasi & pengujian, ukuran partikel, serta
penimbangan sample.
39
DAFTAR KEPUSTAKAAN
40
Sediaoetama AD. 2008. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di
Indonesia Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat.
Setyarini, A. 2000. Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. Infovet
edisi 074.
41
LAMPIRAN
1. Water Purifier
42
2 .Foss 2300 Kjeltec analyzer distiller unit
43
4. pH meter Mettler Toledo
44
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan
2. Proses Destruksi
45
3. Hasil Destruksi
46