Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

BUDIDAYA AYAM BROILER UNTUK SUPLY RUMAH PEMOTONGAN


AYAM

Disusun oleh Kelompok 3:

1. Jodi Marcelliano (18021029)


2. Haris Muhajir Sewangga (18021030)
3. Assdi Ferdianse Caritis (18021031)
4. Rifqi Arrazaq Annafi (18021034)
5. Ridwan Dwi Saputra (18021040)
6. Ardy Aji Wijaya (18021041)
7. Emi Setia Wati (18021045)
8. Muhammad Purna Gunawan (18021047)
9. Ferdian Panji Saputra (18021048)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

2020
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ..................................................................................... i

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1


1.2 Tujuan ......................................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................. 4

2.1 Ayam Broiler .............................................................................. 4


2.2 Trasportasi .................................................................................. 5

BAB III.PEMBAHASAN .............................................................. 7

1. Data peternakan ........................................................................... 7


2.Analisis biaya ............................................................................... 7
3.Proyek produksi ........................................................................... 9
4.Teknik pemilihan bibit ................................................................. 10
5.Teknik pemberian pakan dan minum ........................................... 10
6.Proses panen ................................................................................. 12
7.Sanitasi/ cuci kandang ................................................................. 15
8.Kerugian dan kerusakan yang dialami paska panen .................... 16

BAB IV. PENUTUP ...................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 20

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha adalah sesuatu bentuk yang dapat menghasilkan uang dan dapat

meningkatkan taraf hidup seseorang untuk lebih baik. Suatu badan usaha yang

kita jalankan dapat menghasilkan laba, atau pendapatan yang semaksimal

mungkin, kita menyelenggarakan usaha yang bermanfaat dan menguntungkan

dalam kesejahteraan hidup. Selain itu, dalam menjalankan usaha harus mengikuti

hukum-hukum ekonomi yang rasional serta norma-norma kebiasaan dalam dunia

usaha sehingga dapat membantu pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh

pemerintah.

Jumlah penduduk sekarang semakin meningkat sehingga menyebabkan

peningkatan pada kebutuhan pangan hewani maupun nabati. Namun, kebanyakan

dari masyarakat lebih banyak mengkonsumsi pangan yang bersumber dari hewan.

Peningkatan kebutuhan pangan tersebut dipengaruhi oleh pendapatan manajemen

dan tingginya kesadaran akan perlunya gizi bagi ternak. Tingkat konsumsi ayam

potong di Indonesia sudah cukup tinggi.

Hal ini bisa dilihat dari banyaknya daerah-daerah pasar yang menjual ayam

pedaging siap konsumsi dan rumah makan siap saji yang menyediakan menunya

berupa makanan yang terbuat dari daging ayam ataupun makanan olahan dari

daging ayam itu sendiri. Tingginya tingkat konsumsi daging ayam ini dapat

dijadikan peluang besar untuk memelihara dan memasarkan daging ayam potong

1
2

siap konsumsi dengan pengawasan kualitas yang terkontrol. Pengembangan jenis

pedaging memiliki keunggulan produk daging relatif tinggi dibandingkan dengan

jenis ayam lokal.

Ayam ras pedaging atau broiler menjadi komoditas utama karena

pertumbuhannya yang cepat. Secara umum perkembangan ayam broiler

memberikan manfaat yang besar untuk para pelaku usaha peternakan. Komoditas

ayam mempunyai prospek pasar yang baik karena didukung oleh karakteristik

produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang relatif murah

dengan akses yang mudah karena sudah merupakan barang publik dan merupakan

pendorong utama penyediaan protein hewani nasional. Dalam keadaan

perekonomian keluarga yang terbatas, sementara agar sehat perlu tetap

mengkonsumsi protein hewani, daging ayam menjadi prioritas pilihan yang paling

layak sebagai sumber protein hewani bagi keluarga.

Peternakan ayam adalah salah satu andalan dalam salah satu usaha bisnis di

Indonesia. Peternakan ayam khususnya ayam pedaging mempunyai prospek yang

sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala besar maupun skala kecil.

Pembangunan peternakan ayam ras pedaging di Indonesia dapat dilihat dari

perkembangan populasinya. Lapangan usaha yang beraneka ragam bisa

dikembangkan dari komoditas ayam ini, sehingga menjadikan ayam sebagai usaha

di bidang bisnis ternak yang memiliki prospek cukup menjanjikan dan

menguntungkan bagi para pelaku usaha. Usaha yang dapat dikembangkan dengan

menggunakan ayam sebagai komoditas utamanya bukan hanya sebatas pada


3

industri hulu atau budidayanya, melainkan juga meliputi berbagai usaha,

salah satu contohnya adalah Usaha Pemotongan Ayam.

1.2. Tujuan

Tujuan dari usaha ini antara lain:

1. Sebagai pembelajaran dalam bidang kewirausahaan.

2. Menjadikan usaha ternak Ayam Pedaging (Broiler) menjadi usaha yang

menguntungkan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayam Broiler

Ayam broiler merupakan jenis ayam ras unggulan hasil persilangan dari

bangsa-bangsa ayam yang mempunyai produksi tinggi, terutama dalam

memproduksi daging. Ayam broiler terdiri dari berbagai strain, di Indonesia

strain yang paling banyak dikembangkan diantaranya Cobb, Lohman, Ross dan

Hubbard. Pertambahan bobot badan harian ayam broiler strain Cobb pada minggu

ke 4 yang dipelihara di kandang closed house sebesar 69,1 gram (Kadim dkk.,

2008). Ayam broiler dapat mencapai bobot ± 2 kg sangat cepat yaitu pada umur 5

– 6 minggu (Pratikno, 2010)

Fase pertumbuhan ayam broiler terbagi menjadi 3 fase yaitu starter,

grower dan finisher. Fase starter yaitu fase awal dari day old chick (DOC) umur

0-7 hari. Fase grower merupakan masa pertumbuhan yang prinsipnya sama

dengan fase starter yang membedakan yaitu sudah tidak memerlukan pemanas

dan penerangan serta kandungan protein ransum yang dibatasi. Fase finisher ayam

sudah berumur 4-6 minggu yang sudah siap potong. Pertumbuhan ayam broiler

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya dari makanan (ransum yang

diberikan) dan suhu lingkungan. Suhu 28°C adalah suhu kritis ayam, jika suhu

lingkungan melebihi suhu tersebut dapat meningkatkan jumlah ayam yang sakit

dan mortalitas (Amrullah, 2004)

Ayam broiler yang menghadapi suhu tinggi akan terjadi penimbunan

panas didalam tubuhnya. Ternak akan berusaha mengurangi suhu tubuh dengan

4
5

mengeluarkan panas dari tubuhnya, hal tersebut membutuhkan energi yang tinggi

sehingga mampu menurunkan bobot badan ayam broiler (Kusnadi dan Rahim,

2009)

2.2. Transportasi

Transportasi merupakan kegiatan yang asing bagi ternak sehingga menjadi

stressor utama dalam kegiatan pemindahan ternak dan akan memberi efek negatif

pada ternak seperti ternak menjadi stres (Suryadi dkk., 2011). Energi metabolis

yang digunakan tubuh berasal dari pakan. Selama transportasi ayam tidak diberi

pakan (Sevendsen and Carter, 1984). Ayam walaupun tidak diberi pakan, tetap

memproduksi panas tubuh, ini terjadi akibat dari proses metabolisme didalam

tubuh yang terus berlangsung walaupun tanpa diberi pakan. Sehingga cadangan

pakan yang ada didalam tubuh diubah menjadi panas yang bermanfaat untuk

mempertahankan panas tubuh (Frandson and Whitten, 1981)

Saat transportasi berlangsung ayam terkena berbagai potensi stres

termasuk termal yang diakibatkan lingkungan mikro transportasi, percepatan,

getaran, gerak, puasa karena tidak diberi pakan dan minum, kehilangan cairan

tubuh, gangguan sosial dan kebisingan. Pengenaan beban termal pada unggas

dalam perjalanan akan mengakibatkan stres termal sampai berat dan akibatnya

mengurangi kesejahteraan, meningkatnya mortalitas akibat tekanan panas atau

dingin (Hunter dkk., 2001) dan diinduksi patologi termasuk kerusakan otot dan

perubahan yang terkait dalam kualitas produk (Mitchell dan kettlewell, 2009)

Stres yang terjadi akibat transportasi pada ayam pedaging membawa

beberapa resiko. Resiko tersebut diantaranya kematian, luka, kesehatan dan


6

penurunan bobot badan. Akibat stres akhirnya dapat mempengaruh kualitas karkas

dan daging (Vecerek dkk., 2006). Potensi stressor pada ayam broiler terjadi pada

beberapa titik sebelum pemotongan termasuk didalamnya proses transportasi dari

kandang menuju rumah pemotongan ayam. Jarak transportasi terbagi menjadi 3

range yaitu short (kurang dari 45 km), medium (25-50 km) dan long (lebih dari 51

km) (Vieira, 2010) sedangkan pada penelitian Arikan dkk, 2017 jarak transportasi

ayam broiler dibedakan menjadi short ≤ 50 km, medium 51-150 km dan long

≥151 km.
BAB III

PEMBAHASAN

1. Data Peternakan

Pemilik : Kelompok 3

Komoditas : Ayam broiler

Kapasitas : 5.000 ekor

Alamat : Jogja

2. Analisi biaya

A. Bangunan Kandang : ± Rp. 60.000,- / ekor

: Rp. 60.000,- x 5000 = Rp. 300.000.000,-

B. Peralatan Kandang : ± Rp. 20.000,- / ekor

: Rp. 20.000,- x 5000 = Rp. 100.000.000,-

C. Total Biaya Kandang

(Investasi) : Rp. 400.000.000,-

D. Bibit DOC : ± Rp. 5000,- / ekor (Grade Baik)

: Rp. 5000,- x 5000 = Rp. 25.000.000,-

E. Pakan : ± Rp. 7000,- / kg

: Kebutuhan : ± 3,05 kg/ekor (per periode)

: (5000 ekor x 3,05 kg) x Rp. 7000,-

: Rp. 106.750.000,-

F. Obat, Vitamin, Vaksin : ± Rp. 1000,- / ekor

: Rp. 1000,- x 5000 = Rp. 5.000.000,-

7
8

G. Operator Kandang (karyawan) : 7 Orang

: ± Rp. 1.000.000,- / orang

: Rp. 7.000.000,-

H. Bahan Supply : Material Litter (Sekam), LPG, dll

: ± Rp. 1000,- / ekor

: Rp. 1000,- x 5000 = Rp. 5.000.000,-

I. Lain-Lain : Transportasi, Pencucian Kandang,

Lingkungan

: ± Rp. 1.000.000,-

: Rp. 6.500.000,-/ Periode

J. Total Biaya Produksi : Rp. 155.250.000,- / Periode

K. Total Semua Biaya : Investasi Awal + Biaya Produksi

: Rp. 400.000.000,- + Rp. 155.250.000,-

: Rp. 555.250.000,-

Ayam broiler atau yang disebut juga ayam ras pedaging (broiler) adalah

jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya

produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Ayam broiler

yang merupakan hasil perkawinan silang dan sistem berkelanjutan sehingga mutu

genetiknya bisa dikatakan baik. Mutu genetik yang baik akan muncul secara

maksimal apabila ayam tersebut diberi faktor lingkungan yang mendukung,

misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang baik, serta

perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit.


9

Ayam broiler merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan

dengan ternak lain, kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan

pertambahan/produksi daging dalam waktu yang relatif cepat dan singkat atau

sekitar 4 - 5 minggu produksi daging sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi.

Keunggulan ayam broiler antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat dengan

bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil,

siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak.

Perkembangan yang pesat dari ayam ras pedaging ini juga merupakan

upaya penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap daging

ayam. Perkembangan tersebut didukung oleh semakin kuatnya industri hilir

seperti perusahaan pembibitan (Breeding Farm) yang memproduksi berbagai jenis

strain Broiler Modren Strain Lohman Brown Jenis pemilihan ayam yaitu Broiler

Modern Strain Lohman Brown dengan ciri-ciri warna kulit putih, kaki dan dada

besar serta Berat tubuh strain lohman brown pada umur 3-5 minggu sekitar 1,6 –

1,7 kg dan akhir produksi 1,9 – 2,1 kg.

3. Proses Produksi

Kebutuhan Kandang :

1. Arah kandang sebaiknya membujur timur-barat,

2. Tinggi tiang tengah keatap minimal 6-7 meter dan tiang tepi minimal

2.5 - 3 meter, lebar kandang maksimal 6-8 m. d.

3. Kandang memakai type open house dan menggunakan sistem liter.

4. Bentuk atapnya memakai tipe monitor.

5. Lokasi kandang yaitu sumber air besih dan mudah di dapat, sarana
10

komunikasi dan transportasi mudah terjangkau,

6. Sirkulasi udara lancar dan jarak dengan rumah penduduk tidak terlalu

dekat.

7. Kelembaban berkisar antara 60-70% .

8. Luas Kandang Populasi 5000 ekor = P x L = 40 m x 15 m = 600 m2

4. Teknik Pemilihan Bibit

Ternak yang dipelihara haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Ternak sehat dan tidak ada cacat fisik.

2. Pertumbuhan dan perkembangannya normal.

3. Ternak berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya.

4. Tidak ada lekatan tinja di duburnya.

5. Anak ayam (DOC) berasal dari induk yang sehat.

6. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .

7. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.

8. Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.

9. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.

10. Tidak ada letakan tinja diduburnya.

5. Teknik Pemberian Pakan dan Minum

Kualitas dan kuantitas pakan fase starter : kualitas atau kandungan zat gizi

pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%,

Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal. Kuantitas pakan terbagi/digolongkan

menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17

gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3


11

(umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91

gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4

minggu sebesar 1.520 gram.

Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut: kualitas

atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat

kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400

Kcal.

Kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu:

minggu ke-5(umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umur 37-43

hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan

minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per

ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.

Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yaitu:

Air minum sejuk, jernih, tidak terkontaminasi dengan bakteri terutama

Escheria coli, kandungan mineral Fe, Cu, Sulfur rendah (kualitas air = untuk

manusia). Konsumsi air minum ayam broiler per 100 ekor.


12

Umur ayam (minggu) Jumlah air minum (liter/100 ekor/hari)


1 3,80
2 5,70
3 7,60
4 9,90
5 12,90
6 16,00
7 18,00
8 20,80
9 22,70
10 24,60
Sumber: Cara Pemeliharaan Ayam Pedaging CP 707, 1980.

6. Proses Panen

Untuk panen ayam potong bisa dilakukan saat sudah berusia 35 hingga 42

hari. Ayam juga harus ditimbang secara individual dan dilakukan juga

penimbangan sisa pakan sekaligus membersihkan dan mencuci kandang sekaligus

semua peralatan hingga bersih.

a) Transportasi dari kandang ke RPA(Rumah Potong Ayam)

Kegiatan transportasi pada ayam broiler dilakukan menggunakan keranjang

yang ditumpuk pada truk pengangkut untuk dibawa dari lokasi kandang menuju

ke rumah potong ayam (RPA). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara transportasi dengan tingkat kematian pada ayam broiler.

Hasil penelitian Libranti (2017) menyebutkan pedagang mempersepsikan bahwa

penyebab paling sering kematian ayam broiler setelah keluar dari peternakan

adalah stres pada saat pengangkutan, yaitu sebesar 45 persen. Disusul penyebab

lain yaitu pengiriman yang dilakukan pada saat cuaca ekstrim sebesar 41 persen.

Stres pada saat pengangkutan ayam broiler dapat dipengaruhi oleh kepadatan

ayam dalam keranjang dan kebersihan dari keranjang dan kendaraan yang

digunakan.
13

Salah satu ukuran dimensi keranjang yang digunakan saat pengangkutan yaitu

panjang 76 cm, lebar 56 cm, dan tinggi 25 cm dengan pengisian sebanyak 12-13

ekor ayam broiler pada setiap keranjang dan rataan bobot panen sebesar 1.75-1.80

kg/ekor. Kondisi muat ternak ke dalam keranjang diakhiri dengan penyemprotan

air ke dalam tumpukan keranjang, serta beberapa pengiriman dilakukan dengan

menutup bagian atas tumpukan menggunakan terpal. Tidak adanya sirkulasi udara

yang merata pada setiap tumpukan mengakibatkan terjadinya peningkatan

kelembapan, yang dikhawatirkan akan memicu terjadinya heat stress pada saat

perjalanan dan berakhir pada tingkat kematian saat transportasi ternak.

Kusnandar et al (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kematian,

maka akan semakin tinggi beban biaya logistik karena semakin banyak produk

yang tidak dapat dijual, sehingga menyebabkan kerugian. Sehingga penanganan

transportasi yang baik sangat diperlukan untuk meminimalkan kerugian ekonomis

yang ditimbulkan selama perjalanan. Kegiatan transportasi tidak terlepas dari

pemilihan waktu yang tepat untuk melakukan pengiriman ternak.

Waktu pengangkutan akan mempengaruhi stres ternak pada saat transportasi

karena terdapat perbedaan suhu lingkungan, baik pada saat pagi hari, siang hari,

sore hari atau malam hari. Waktu pengangkutan juga akan berdampak terhadap

lama nya perjalanan karena ada perbedaan kondisi jalanan seperti tingkat

kemacetan dan keramaian. Penelitian Marzuki et al (2015) menyebutkan bahwa

waktu pengangkutan menyebabkan stres pada ternak berdasarkan adanya

peningkatan frekuensi denyut jantung ayam broiler (Tabel 1).


14

Tabel.1 Rataan frekuensi denyut jantung ayam broiler pada waktu

pengangkutan berbeda

Waktu Frekuensi Denyut Jantung (kali/menit)


Pengangkutan Sebelum Setelah Selisih
Transportasi Transportasi Transportasi

Dini Hari (02:00 92.23 138.63 46.40


WIB)
Siang Hari (12:00 92.37 141.70 49.35
WIB)
Sore Hari (16:00 117.20 173.17 55.97
WIB)

Rataan frekuensi denyut jantung merupakan salah satu respon yang

ditunjukkan oleh ternak dalam merespon heat stress saat transportasi. Heat stress

pada ternak ditandai dengan panting pada ayam. Panting yang berangsur terus

menerus akan menyebabkan terjadinya kerusakan sel-sel pernapasan. Stres yang

dialami oleh ternak akan menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dan jika

terjadi pada saat transportasi dimana tidak tersedianya air minum, pembatasan

ruang gerak, kepadatan ternak per satuan luas, waktu dan lama transportasi yang

panjang, serta sirkulasi udara yang tidak baik akan menyebabkan menurunnya

kemampuan ternak menjaga keseimbangan tubuh dan akan mengakibatkan

kematian.

b) Teknik Mengurangi Kematian saat Transportasi

Tingkat kematian ayam pada saat transportasi berhubungan dengan kegiatan

pra transportasi seperti kegiatan penangkapan ayam dari kandang, penimbangan,

dan kegiatan muat ke dalam keranjang. Saat ini teknik penangkapan ayam di

dalam kandang dilakukan dengan cara bertahap menggunakan jaring yang


15

dipasangkan di sekitar ayam untuk memudahkan penangkapan. Kegiatan

penimbangan ayam saat ini dilapangan masih menggunakan sistem timbang

gantung, dimana 6-8 ekor ayam akan diikat pada bagian kaki menggunakan tali

untuk ditimbang.

Pada tahap ini teknik penanganan yang tepat sangat diperlukan, karena

apabila operator kandang melakukan dengan cara yang tidak benar akan

ditemukan beberapa masalah seperti patah tulang kaki, memar pada sayap, dan

luka lain yang diakibatkan penanganan atau handling yang tidak tepat. Jika hal itu

terjadi, maka ayam akan mendapat stressor awal yang dikhawatirkan akan

berlanjut pada saat transportasi dan mengakibatkan kematian. Alur proses rantai

produksi daging ayam broiler secara umum adalah sebagai berikut.

Proses penangkapan dan pengumpulan ayam di kandang- proses

penimbangan – proses muat ternak ke dalam keranjang – transportasi – proses di

rumah potong ayam(RPA).

7. Sanitasi/Cuci Hama Kandang

Sanitasi kandang dilakukan setelah panen. Dilakukan dengan beberapa

tahap, yaitu:

a. Pencucian kandang dengan air hingga bersih dari kotoran limbah budidaya

sebelumnya.

b. Pengapuran di dinding dan lantai kandang.

c. Penyemprotan dengan formalin, untuk membunuh bibit penyakit.

Setelah beberapa hal diatas dilakukan, kandang dibiarkan selama 10 hari

sebelum dilakukan budidaya lagi. Hal ini dilakukan guna memutus siklus hidup
16

virus dan bakteri, yang tidak mati oleh perlakuan sebelumnya. Selanjutnya

bersihkan dan keluarkan material anorganik lainnya, seperti kotoran dan bekas

litter, bulu serta debu dari dalam kandang dengan cara dimasukkan ke dalam

karung. Semprot dengan disinfektan karung yang telah berisi materi anorganik

tersebut, sebelum diangkut keluar dari lokasi peternakan. Bersihkan dengan cara

menggaruk dengan alat khusus, lapisan kotoran yang menempel pada lantai,

dinding dan tiang kandang. Bila banyak serangga ada dalam kandang, dapat

dilakukan penyemprotan dengan insektisida.

Kesalahan yang sering dilakukan oleh peternak ayam broiler pada tahap pasca

panen adalah:

a. Tidak mengumpulkan semua peralatan kandang

b. Tidak sesegera mungkin membersihkannya.

c. Lupa menimbang pakan yang tersisa dan mencatatnya, menghitung total ayam

dan total berat ayam yang dijual,

d. Lupa melakukan evaluasi perhitungan prestasi produksi ayam

8. Kerugian & Kerusakan yang Dialami Selama Proses Pemanenan dan

Pasca Panen

Saat proses panen dan pasca panen, terdapat beberapa perlakuan pada

ayam yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan kerugian

dan kerusakan. Kerugian dan kerusakan yang dialami adalah sebagai berikut :

1. Mengantung tempat pakan dan minum pada proses penyekatan dapat

mengakibatkan kepala petugas yang menangkap terbentur tempat pakan dan

minum sehingga menganggu proses penyekatan.


17

2. Ayam dihabiskan dalam satu sekatan tanpa menggunakan sistem tangkap pilih

untuk menangkap ayam saat memanen dapat merugikan perusahaan yang

membeli karena ukuran ayam yang besar dan kecil bercampur jadi satu.

3. Penggunaan timbangan yang tidak sesuai standart dapat mengakibatkan hasil

pengukuran berbeda.

4. Penggunaan kotoran ayam secara langsung sebagai pupuk dapat mengundang

vector penyakit (lalat).

5. Pengulitan dan pencabutan bulu yang masih mengunakan teknik tradisional

dengan menyelupkan ayam dalam air panas memerlukan waktu yang lama. Lebih

baik menggunakan mesin pencabut bulu.

6. Pengeluaran jeroan yang tergesa-gesa dapat mengakibatkan pancreas pecah dan

merembes ke dalam daging ayam yang akan mengakibatkan daging ayam berasa

pahit.

7. Terlalu padatnya tempat ayam, perlakuan kasar pada ayam saat

pengangkutan/pemotongan, iritasi dan cysts pada dada, faktor genetis,

penyumbatan pembuluh darah, freezer burn, darkened bones dan black melanin

menyebabkan memar-memar pada karkas ayam.

8. Proses penyemprotan kandang dengan menggunakan formalin dapat mencemari

lingkungan dan peternak.


18
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

ayam broiler merupakan jenis ayam ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-

bangsa ayam yang mempunyai produksi tinggi, terutama dalam memproduksi

daging. Fase pertumbuhan ayam broiler terbagi menjadi 3 fase yaitu starter,

grower dan finisher. Fase starter yaitu fase awal dari day old chick (DOC) umur

0-7 hari. Fase grower merupakan masa pertumbuhan yang prinsipnya sama

dengan fase starter yang membedakan yaitu sudah tidak memerlukan pemanas dan

penerangan serta kandungan protein ransum yang dibatasi. Fase finisher ayam

sudah berumur 4-6 minggu yang sudah siap potong.

Alur proses rantai produksi daging ayam broiler secara umum adalah

sebagai berikut : Proses penangkapan dan pengumpulan ayam di kandang- proses

penimbangan – proses muat ternak ke dalam keranjang – transportasi – proses di

rumah potong ayam (RPA). Saluran distribusi/manajemen rantai pasok (supply

chain management) merupakan suatu kegiatan penyediaan bahan dan pelayanan,

pengubahan bahan mentah menjadi produk akhir dan pengiriman produk ke

pelanggan. Kegiatan saluran distribusi ini mencakup pengalihdayaan dan

pembelian, ditambah dengan fungsi lain yang menghubungkan pemasok dan

distributor

19
DAFTAR PUSTAKA

Marzuki, Ahmad., dkk.(2015). Manajemen Waktu Pengangkutan Meminimalisir


Penyusutan Bobot Ayam Boiler . Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.15. Hal. 14-
19.

Elsi,Windasari.,dkk.(2018). “Pengaruh Jarak Transportasi Yang Berbeda


Terhadap Kualitas Daging Ayam Broiler”. Tesis . Fakultas Peternakan dan
Pertanian. Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Wirabrata, Ahmad.,& Sehat, adtua.F.S.(2012). Hubungan Infrastruktur Dan


Transporatasi Biaya Logistik. Jurnal Ekonomi Kebijakan Politik. Vol.3
No.2.

Khurniyah, Hildah.(2016). “Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap


Kualitas Produk Rumah Potong Ayam Pt. Ciomas Adisatwa Kab Maros”.
Skripsi. Fakultas Peternakan. Prodi Peternakan. Universitas Hasanudin.
Makasar.

20

Anda mungkin juga menyukai