Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU KESEHATAN TERNAK

“Ayam Broiler pada Kandang Close House”

Oleh :
Kelompok 5B

Malik Suryo Putro 23010117130154


Maulana Muhammad Muslim 23010117120007
Iva Nur Khasanah 23010117120012
Nabila Nur Astari 23010117120015
Dea Shafria May Sarah Laily 23010117120020
Umarrudin Syahid 23010117120021
Anugerah Widi Wijaya 23010117120043
Raka Zacky Firzatullah 23010117120044
Puput Gunadi 23010117120083
Sherina Priangga 23010117120019

PROGAM STUDI S1 PETERNAKAN


DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

Kandang sistem closed house adalah kandang tertutup yang menjamin

keamanan secara biologi karena kontak dengan organisme lain semakin sedikit.

Dengan pengaturan ventilasi yang baik maka akan lebih sedikit stres yang terjadi

pada ternak. Kandang dengan sistem tersebut diharapkan dapat menyediakan

sebanyak-banyaknya oksigen dan mengeluarkan sesegera mungkin gas-gas

berbahaya seperti karbondioksida dan amonia.

Kandang Closed House secara harfiah adalah kandang tertutup. Tetapi, tidak

sekadar itu saja. Kandang closed house ideal dibuat sedemikian rupa sehingga

lingkungan di dalam kandang optimum untuk pertumbuhan ayam. Menurut Boedi

Poerwanto, Deputy Poultry Director PT. Sierad Produce, modifikasi kandang

adalah penting dan bertujuan menyelamatkan peternak. Aplikasi teknologi ini

membuat ayam dan lingkungan nyaman. Apalagi cuaca semakin ekstrim dan lahan

peternakan semakin bersaing dengan pemukiman.

Awal mulanya sistem Closed House diterapkan di daerah sub-tropis yang

memiliki empat musim, namun dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa, di

daerah tropis yang memiliki dua musim seperti Indonesia juga memberi pengaruh

yang efektif dalam mengatur kondisi lingkungan yang dibutuhkan ayam. Adapun

tipe ventilasi yang pas untuk iklim tropis adalah ‘Sistem Tunnel’.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kontruksi Kandang

Ilustrasi 1. Bangunan clouse house Fakultas Peternakan dan


Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

Kontruksi kandang yang digunakan di Clouse House FPP menggunakan

kontruksi baja dan beton karena lebih kuat dan tahan lama. Kontruksi kandang yang

baik meliputi ventilasi, dinding kandang, atap kandang dan lantai kandang. Dengan

demikian kandang harus memenuhi segala persyaratan yang dapat menjamin

kesehatan serta pertumbuhan yang baik meliputi ventilasi, dinding kandang, lantai

kandang, atap kandang dan bahan bangunan kandang ( Priyanto, 2000).

Penggunaan kontruksi kandang disyarakan 16 kuat dan tidak mudah roboh itu

menunjang keberhasilan beternak. Hal ini sesuai dengan pendapat

Prihandanu dkk (2015) menyatakan bahwa kandang merupakan salah satu bagian
dari manajemen ternak unggas yang sangat penting untuk diperhatikan, kesalahan

dalam kontruksi kandang dapat berakibat fatal yang berujung pada kerugian bagi

peternak.

2.2. Atap Kandang

Ilustrasi 2. Atap kandang Clouse House Fakultas Peternakan


dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

Atap kandang di Clouse House FPP menggunakan tipe A (gable) dengan

bahan berupa baja ringan (galvalum) karena galvalum akan mempercepat

pengerjaanya dan menghemat biaya karena harganya lebih murah. Kandang yang

beratap type A, ruangan kandang lebih panas dibandingkan dengan ruangan

kandang beratap monitor karena mempunyai kecepatan sirkulasi udara lebih tinggi

sehingga ternak merasa lebih nyaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Supriyatna

dkk (2008) yang menyatakan bahwa sirkulasi udara di dalam maupun luar kandang

sangat dipengaruhi oleh pemilihan type atap. Menurut Priyatno (1999) bahwa

kontruksi ataupun bahan yang dipasang sebagai atap perlu dipilih dari jenis yang

ringan, tahan panas, tidak menyerap atau penghantar panas. Baja ringan ini sangat

cocok digunakan di wilayah Indonesia yang cenderung rawan terjadinya gempa dan
memiliki ketahanan terhadap korosi dan suhu yang tinggi. Hal ini sesuai dengan

pendapat Kristanto dkk (2011) yang menyatakan zincalume adalah baja lapis yang

mengandung logam campuran, keunggulan produk yaitu kuat (karena mengandung

baja), memberikan perlindungan dari korosi dan tahan terhadap temperatur tinggi.

2.3. Dinding Kandang

Ilustrasi 3. Dinding Clouse House Fakultas Peternakan dan


Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

Dinding kandang pada Clouse House FPP menggunakan bata ringan

(hebel) yang dibuat menggunakan mesin pabrik. Dinding kandang tipe close house

ini tersusun dari tiang baja dan tembok hebel yang ditutup dengan tirai pada bagian

luar. Dinding kandang mempunyai fungsi sebagai pengontrol sistem sirkulasi udara

dan sebagai pelindung ancaman binatang liar. Hal ini sesuai dengan pendapat

Priyatno (1999) yang menyatakan bahwa dinding memiliki fungsi sebagai

pelindung dan penghalang dari ancaman luar kandang. Pengaturan buka tutup tirai

kandang harus sesuai dengan kondisi lingkungan terutama suhu dan kecepatan
angin sekitar kandang. Sirkulasi udara yang baik akan mengurangi bau amonia,

debu ataupun asap pemanas. Tirai memiliki fungsi sebagai pengontrol cahaya yang

akan masuk kandang dan membatasi pengaruh lingkungan luar kandang. Hal ini

sesuai pendapat Mulyantono dan Isman (2008) menyatakan bahwa dalam

pengaturan ventilasi udara, sinar matahari dan suhu sangat di pengaruhi oleh

penggunaan tirai. Sudaryani dan Santosa (2004) menyatakan bahwa tolak ukur

dinding dapat dikatakan baik apabila pada kandang close house dapat menjamin

tidak ada udara yang keluar masuk dari dinding.

2.4. Lantai Kandang

Ilustrasi 4. Lantai Clouse House Fakultas Peternakan dan


Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

Lantai kandang pada Clouse House FPP menggunakan lantai semen yang

di atasnya dilapisi litter sekam padi, adapun kebaikan dari sistem litter yaitu

menghemat biaya dan suhu 18 kandang dapat lebih merata. Lantai litter berfungsi

membantu menyerap air dari feses maupun dari tumpahan air minum sehingga
lantai kandang tidak lembab. Menurut Sudrajad (2003) litter merupakan alas lantai

kandang yang berfungsi untuk menampung dan menyerap air dari feses,

meminimalkan terjadinya lepuh dada dan kaki serta menjaga kehangatan kandang.

Lantai kandang menggunakan sistem litter berbahan sekam padi. Litter adalah

hamparan alas kandang yang berguna sebagai alas tidur , penghangat bagi ayam

dan mengurangi kelembaban lantai kandang 5 - 10 cm. Hal tersebut dijelaskan oleh

Aviagen (2013) bahwa ketebalan litter 8 - 10 cm mampu menurunkan suhu ketika

temperatur mencapai 28 – 30ºc.

2.5. Ventilasi Kandang

Ventilasi kandang di Clouse House FPP menggunakan sistem ventilasi

colling pad dengan tinggi 4m, lebar 15m dan ketebalan 15 cm yang dipasang di

sebelah depan. Disusun bergelombang berbentuk wafer yang di sebut cell deck

berukuran tinggi 150 cm dan lebar 60 cm dan exhaust fan atau kipas dipasang

dibagian belakang setiap kandang 3 buah fan dioperasikan tergantung pada suhu di

dalam kandang. Colling pad berfungsi sebagai pendingin otomatis dan penyaring

udara yang akan masuk ke dalam kandang, atas kerja sinyal dari perubahan suhu

kemudian diteruskan ke panel set point sehingga ayam akan merasa tetap nyaman

pada suhu lingkungan dalam kandang. Exhaust fan atau kipas adalah alat untuk

menarik udara yang mengandung karbondioksida, debu dan amonia dan digantikan

udara segar yang masuk melalui 19 colling pad. Hal ini sesuai dengan pendapat

Rahayu dkk (2011) bahwa penggunaan colling pad dan kipas yaitu udara di dalam

kandang bisa dikontrol melalui tenaga listrik. Suhu didalam kandang terasa nyaman
sesui dengan kebutuhan ayam. Kartasudjana dan Suprijatna (2010) menyatakan

bahwa kandang dengan dua sisi tertutup dengan menggunakan exhaust fan dan

colling pad berfungsi untuk mengatur kecepatan angin serta temperatur di dalam

kandang.

2.6. Desain Kandang

Desain kandang yang digunakan di Clouse House FPP menggunakan

kandang type tertutup (close house), kandang type ini lebih aman ditinjau dari segi

biosecurity dengan adanya ventilasi yang baik agar pengaturan suhu lingkungan di

dalam kandang sesuai dengan kenyamanan ayam dan ayam tidak mudah stres. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan Hameed dkk (2004) desain perkandangan pada

ayam broiler secara umum terdapat dua jenis type kandang yaitu kandang tertutup

(close house) atau sistem kandang dengan lingkungan kandang yang disesuaikan

(enviromentally controlled housing system) dan type terbuka (open housing

system). Sudaryani dan Santosa (2004) menyatakan bahwa keuntungan

menggunakan kandang tertutup yaitu memudahkan pengawasan, pengaturan suhu

dan kelembaban udara, pengaturan cahaya,mempunyai sistem ventilasi yang baik

serta penyebaran peyakit mudah diatasi.


2.7. Peralatan Kandang

Ilustrasi 5. Peralatan Clouse House Fakultas Peternakan dan Pertanian


Universitas Diponegoro, Semarang.

Peralatan kandang yang digunakan di Clouse House FPP antara lain sebagai

berikut box pakan, nippel (tempat minum otomatis, tirai plastik,tandon air, blower,

instalasi listrik, jenset, penutup dinding, pompa air dan pipa. Fadillah dkk (2007)

menyatakan bahwa peralatan kandang harus mudah dibersihkan agar menjaga

kandang dari penyakit.

2.8. Tempat Pakan

Ilustrasi 6. Tempat Pakan di Clouse House Fakultas Peternakan dan


Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
Tempat pakan yang digunakan di Clouse House FPP tergantung pada umur,

pada saat (DOC) sampai umur 4-5 hari menggunakan feeder tray. Satu feeder tray

bisa digunakan 30 – 50 ekor ayam. Baby chick feeder digunakan untuk memberi

pakan antara 4-10 hari tergantung perkembangan ayam, jika ayam sudah bisa

makan di tempat makan maka baby chick feeder sudah tidak perlu digunakan lagi.

Keuntungan memakai baby chick feeder adalah mengurangi jumlah pakan yang

tumpah saat dimakan ayam. Pada masa ini ayam harus sering diberikan pakan

dalam jumlah yang sedikit agar ayam cepat berdaptasi dengan lingkungan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Fadillah dkk (2007) menyatakan bahwa ayam pada periode

starter masih dalam tahap belajar dan adaptasi dengan lingkungan sehingga

pemberian pakan dalam jumlah sedikit demi sedikit dimaksudkan agar banyak

terbuang dan tidak tercampur dengan kotoran ayam. Tingkat konsumsi pakan tiap

ternak berbeda-beda karena faktor yang mempengaruhi bobot badan, tingkat

produksi, tingkt cekaman, aktivitas ternak, kandungan energi dalam pakan dan suhu

lingkungan. Pemberian pakan dapat 21 dilakukan pada waktu yang tepat dengan

kebutuhan ayam, misalnya pada pagi dan sore hari. Idayat dkk (2012) menyatakan

waktu pemberian pakan di pilih pada saat yang tepat dan nyaman sehingga ayam

dapat makan dengan baik dan tidak banyak pakan yang terbuang.
2.9. Tempat Minum

Ilustrasi 7. Tempat Minum dan Tendonan Clouse House Fakultas Peternakan


dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

Tempat minum yang digunakan di Clouse House FPP yaitu tipe galon

otomatis dan nipple sehingga dalam pemberian air minum hanya mengisi tempat

penampungan air atau tendonan kemudian mengalirkannya. Penggunaan nipple

juga dapat mencegah air tumpah ke lantai kandang dan air minum tidak

terkontaminasi kotoran, lebih mudah dalam pemberian nya, tidak boros air dan

tidak perlu di bersihkan tiap hari. Tamalludin (2012) menyatakan bahwa nipple

adalah tempat minum otomatis yang digunakan di kandang closehouse khususnya

breeding, bentuknya memanjang seperti pipa lalu air akan keluar dari pipa menjulur

yang disentuhparuh ayam. Kelemahan menggunakan nipple, memerlukan investasi

yang tinggi dan perawatan yang baik, selain itu diperlukan pengamatan secara teliti

untuk memastikan nipple berfungsi dengan baik. Nipple harus selalu rutin di cek

ketinggianya dandisesuaikan agar nipple sejajar dengan paruh ayam dan


disesuaikan dengan pertumbuhan tinggi ayam sehingga dalam kurun 22 waktu lebih

satu minggu sekali ketinggian nipple ditambah. Hal ini sesuai dengan pendapat

Aviagen (2013) menyatakan bahwa ketinggian nipple harus menyesuaikan

ketinggian dan umur ayam. Tamalludin (2012) juga menambahkan bahwa nipple

harus disesuaikan dengan tinggi badan ayam, harus diupayakan agar menghadap ke

atas tidak membungkuk dan kaki harus rata dengan litter.

2.10. Pencahayaan Kandang

Pencahayaan kandang yang digunakan di Clouse House FPP menggunakan

bolam lampu, terutama berguna untuk ayam sehingga ayam dapat bergerak untuk

makan dan minum. Tingkat intensitas cahaya yang diperlukan di kandang close

house sangat tinggi dan lebih mudah dikontrol dibandingkan kandang terbuka,

karena kalau pencahayaan kurang atau lampu mati bisa membuat ayam mati

menumpuk. Hal ini sesuai pendapat Fadilah (2005) menyatakan bahwa karena

intensitas dan kontinuitas cahaya lampu harus dijaga, dan lampu harus selalu dicek

sehingga tidak ada ayam yang mati. Lama pencahayaan dengan periode gelap

menunjukan mengurangi konsumsi pakan dan membantai pertumbuhan Setianto

(2009). Perlu diketahui bahwa pencahayaan yang di berikan pada ayam broiler

berpengaruh pada proses kematangan organ reproduksi dan pertumbuhan ayam.

Karena jika lalai memperhatikan program pencahayaan, maka tak ayal

produktivitas ayam akan terganggu. Fungsi cahaya dalam kandang antara lain

meningkatkan waktu makan pada ternak dan meningkatkan pertambahan berat

badan pada ternak. Sulistyoningsih (2004) menambahkan pemberian cahaya terus


23 menerus selama 24 jam akan meningkatkan tingkah laku waktu makan dan

minum serta aktivitas lainya khususnya di malam hari, sehingga meningkatkan

pertambahan bobot badan pada ternak.

2.11. Sanitasi Kandang

Sanitasi kandang Clouse House FPP cukup baik menerapkan sistem sanitasi

melalui program biosecurity. Sanitasi adalah sebagai upaya yang ditujukan untuk

25 membunuh patogen dan kuman dengan menjaga kebersihan luar dan dalam

kandang. Sanitasi juga berarti upaya pengendalian hama yang bertujuan untuk

mencegah hama seperti burung liar dan serangga membawa patogen. Implementasi

sanitasi harus dilakukan secara tertata baik untuk kandang, peralatan kandang dan

lingkungan sekitar kandang, kendaraan, maupun karyawan. Menurut Sholikin

(2011) bahwa sanitasi merupakan upaya yang ditujukan untuk membunuh patogen

dengan tindakan pembersihan dan desinfeksi yang digunakan untuk membunuh

kuman. Ditambahkan Metasari (2015) bahwa sanitasi yang baik dapat mengurangi

populasi serangga maupun transmisi agen penyakit yang berdampak pada

penurunan angka kematian pada ayam. Disekitar kandang harus banyak ditanami

pepohonan agar dapat menunjang ketersediaan udara segar dan sebagai sekat udara.

Sudaryani dan santoso (2004) menyatakan penanaman pepohonan disekitar

kandang berfungsi untuk mencegah polusi udara. Hembusan udara segar dari luar

kandang dapat menambah oksigen (berguna untuk produksi) didalam kandang

Rasyaf (2003).
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Simpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

kandang Clouse House Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

memiliki tatalaksana lingkungan perkandangan yang baik. Kandang type

closehouse dengan kondisi yang cukup lengkap di dalam kandang, sehingga ayam

bisa merasa nyaman dan bertumbuh secara cepat.

3.2. Saran

Sebaiknya litter yang basah lebih cepat diganti, karena litter yang basah

menyebabkan mikroba berkembang dan dapat menular kesehatan ternak.


DAFTAR PUSTAKA

Aviagen. 2013. Breeder Management Guide Cobb-vantress. (E-book). Ardana, l. B.


K. 2011. Setrategi pada Peternakan Ayam Broiler. 1 (3):51-59.

Fadilah, R., P. Agustin, A. Sjamsirul dan Eko P. 2007. Sukses Beternak Ayam
Broiler. PT . Agromedia Pustaka. Jakarta.

Idayat, A., U. Atmomarsono dan W. Sarengat. 2012. Pengaruh berbagai frekuensi


pemberian pakan pada pembatasan pakan terhadap performans ayam broiler.
J. Anim. Agric.1 (1): 379-388.

Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2010. Manajemen Ternak Unggas. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Kristanto, L., H. Sugiharto, A. D. Atmojo dan L.B.D. Leokito. 2011. Studi reduksi
bunyi pada material insulasi atap zincalum. J. of Architecture and Built
Environment. 38(2) : 101-110.

Metasari, T., S. Dian dan V. Wanniatie. 2015. Pengaruh berbagai jenis bahan litter
terhadap kualitas litter broiler fase finisher di closed house. J. Ilmiah Pet
Terpadu. 2 (3) : 23-29.

Mulyantono, B.dan Isman. 2008. Bertahan di Tengah Krisis.Cetakan I.


AgromediaPustaka, Jakarta.

Prihandanu, A. Trisanto dan Y. Yuniati. 2015. Model sistem kandang ayam closed
house otomatis menggunakanomron sysmac CPM1A 20-CDR-A-V1. J.
Rekayasa dan Teknologi Elektro. 9 (1) : 54-62

Priyatno, M. A. 1999. Membuat Kandang Ayam. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rahayu, I., T. Sudaryani dan H. Santosa. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Rasyaf, M. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta

Setianto, J. 2009. Program pencahayaan untuk ayam pedaging. J. Sain Peternakan


Indonesia. 3 (1) : 24-29

Sholikin, H. 2011. Manajemen pemeliharaan ayam broiler di peternakan ud hadi ps


Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Universitas Sebelas Maret
(Skripsi).
Sudaryani, T. dan H. Santoso. 2004. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Sulistyoningsih, M. 2004. Respon fisiologis dan tingkah laku ayam broiler periode
starter akibat cekaman temperatur dan awal pemberian pakan yang berbeda.
Program Studi Magister Ilmu Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas
Diponegoro, Semarang. (Tesis)

Suprijatna, E. U.Atmomarsno dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak


Unggas. Cetakan Kedua. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tamalludin, F. 2012.Ayam Broiler 22 Hari PanenLebihUntung. PenebarSwadaya,


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai