Anda di halaman 1dari 11

TUGAS TERSTRUKTUR – Bioreproduksi dan Pemuliaan Ternak

PENYEBAB TERLAMBATNYA DEWASA KELAMIN PADA AYAM PETELUR (Layer) DAN STRATEGI
MENGATASINYA

Agus Darmanto (D2A020024)


S2 ILMU PETERNAKAN
PENGAMPU : Prof. Ir. Dadang Mulyadi Saleh, M.S.,M.Agr.Sc.Ph.D

Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto


agus.darmanto269@gmail.com

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan peternakan menjadi aspek penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan
protein hewani masyarakat serta meningkatkan taraf kesejahteraan peternak. Salah satu
produk peternakan yang sangat digemari oleh masyarakat dan merupakan sumber gizi lengkap
adalah telur ayam. Telur ayam yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah telur ayam ras
petelur. Ayam ras petelur banyak diusahakan oleh masyarakat baik dalam skala kecil yang
dikelola keluarga maupun sekelompok peternak sampai dengan skala industri. Jenis ayam ras
petelur yang banyak dipelihara oleh peternak adalah strain isa brown dan lohmann brown.
Perkembangan ayam ras petelur saat ini sudah berjalan sangat cepat dan banyak memberikan
dampak perekonomian di masyarakat. Usaha peternakan ayam ras petelur sering dihadapkan
dengan permasalahan terlambatnya produksi/ dewasa kelamin yang merugikan peternak.
Dewasa kelamin pada ayam petelur rata-rata tercapai pada usia 18 minggu yang
ditandai dengan suatu perubahan fisik dan perilaku yang cukup mencolok. Perubahan fisik yang
sangat terlihat adalah pada kondisi jengger maupun pial yang terlihat lebih besar, tebal, dan
berwarna merah. Selain itu, ayam ras petelur yang sudah mencapai fase dewasa kelamin juga
ditandai dengan kondisi tubuh yang mulai berisi diselimuti bulu yang lengkap berwarna
mengkilap. Perubahan perilaku yang nyata yaitu ayam mulai suka berkotek dan ketika didekati
tidak menghindar tetapi justru mendekat kepada peternak/ semakin jinak. Perubahan fisik dan
perilaku tersebut merupakan pengaruh dari perkembangan organ reproduksi yang semakin
masak. Ayam ras petelur yang telah mencapai dewasa kelamin juga ditandai dengan bertelur
pertama kali (Trisiwi, 2017).

1|Page
TUGAS TERSTRUKTUR – Bioreproduksi dan Pemuliaan Ternak

Terlambatnya dewasa kelamin pada ayam ras petelur akan memberikan dampak
kerugian materil kepada peternak. Usia dewasa kelamin yang terlalu awal akan menyebabkan
berat telur menjadi lebih ringan. Sedangkan dewasa kelamin yang terlalu lambat menandakan
bahwa adanya gangguan metabolisme, organ reproduksi ayam yang belum matang, bobot
badan tidak mencapai standard dan keseragaman ayam rendah. Bobot badan ayam pullet yang
rendah akan menyebabkan produksi telur menjadi mundur dan keseragaman bobot badan yang
rendah akan membuat ketidakseragaman awal bertelur antar ayam maupun ukuran telur yang
bervariasi. Terlambatnya dewasa kelamin pada ayam ras petelur disebabkan oleh kurang
optimalnya pemeliharaan pullet yang dipengaruhi oleh beberapa faktor manajemen
diantaranya kualitas dan kuantitas pakan yang tidak sesuai standar, manajemen pencahayaan
yang kurang baik, dan adanya infeksi penyakit yang menyerang pullet. Oleh karena itu dalam
artikel ini, akan membahas mengenai penyebab terlambatnya dewasa kelamin pada ayam ras
petelur dan strategi menanggulanginya.

PEMBAHASAN
Sistem Reproduksi Ayam Ras Petelur
Organ reproduksi ayam ras petelur betina terdiri dari ovarium dan oviduk/ saluran
reproduksi yang terdiri dari infundibulum, magnum, isthmus, uterus, dan vagina (Suprijatna,
dkk., 2005). Organ reproduksi ayam ras petelur betina seperti ovarium memiliki peranan yang
sangat penting dalam proses reproduksi. Ovarium merupakan organ reproduksi yang berfungsi
sebagai penghasil folikel telur. Ovarium ayam ras petelur betina biasanya terdiri dari 5-6 folikel
yang sedang berkembang berwarna kuning besar (yolk) dan terdapat banyak folikel kecil yang
berwarna putih (belum dewasa) (Salang, dkk., 2015). Oviduk merupakan saluran reproduksi
yang terdiri dari Infundibulum yang merupakan tempat untuk menangkap kuning telur yang
telah mengalami ovulasi, magnum tempat mensekresikan putih telur, istmus mensekresikan
kerabang, uterus mensekresikan cangkang dan vagina tempat dimana telur untuk sementara
ditahan dan dikeluarkan bila tercapai bentuk semnpurna (Horhoruw, 2012).
Penyebab Terlambatnya Dewasa Kelamin Ayam Ras Petelur
Terlambatnya dewasa kelamin pada ayam ras petelur dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya kualitas dan kuantitas pakan dan air yang tidak sesuai standar, manajemen

2|Page
TUGAS TERSTRUKTUR – Bioreproduksi dan Pemuliaan Ternak

pencahayaan yang kurang baik, dan adanya infeksi penyakit yang menyerang pullet. Pengaruh
kualitas dan kuantitas pakan terhadap dewasa kelamin ayam ras petelur sangat ditentukan oleh
kadar protein, lemak, protein, dan kalsium karena akan menyebabkan peningkatan hormon
estrogen yang diperlukan untuk pembentukan sel telur, merangsang peregangan tulang pubis
dan pembesaran vent untuk mempersiapkan ayam betina bertelur. Pola pemberian pakan dan
nilai gizi yang terkandung didalamnya sangat menentukan kondisi menjelang dewasa kelamin
terutama organ reproduksi dari ovarium sampai kloaka (Horhoruw, 2012). Menurut Siahaan,
dkk., (2013), kekurangan asupan protein dan asam amino dalam pakan pada masa
pertumbuhannya selain akan memperkecil ukuran telur juga akan memperlambat dewasa
kelamin ayam ras petelur.
Pertumbuhan organ reproduksi sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan yang di
konsumsi unggas selama fase pertumbuhan/ pullet. Hasil penelitian Suprijatna dan
Natawihardja (2005), menunjukkan bahwa taraf protein ransum berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap bobot relative ovum, jumlah folikel yang memasuki fase pendewasaan (yellow yolk)
dan bobot hidup saat awal peneluran serta umur awal peneluran. Pertumbuhan ovarium
terutama terjadi karena adanya pertumbuhan folikel yang menjadi dewasa (yolk). Pada kondisi
ini berlangsung penimbunan bahan yolk (lipoprotein) yang berasal dari protein dan lemak yang
dikonsumsi, sehingga tersedianya protein dan lemak yang cukup dalam ransum akan
berpengaruh terhadap proses pendewasaan folikel telur. Pemberian protein dalam pakan yang
berlebihan dilain sisi juga akan mengakibatkan ayam ras petelur mengalami dewasa kelamin
dini sehingga berdampak pada puncak produksi yang tidak optimal. Leeson and Caston (1996),
menambahkan bahwa terbatasnya konsumsi protein pada saat periode pertumbuhan
mengakibatkan awal peneluran terlambat karena terlambatnya pertumbuhan jaringan dan
terbatasnya persediaan cadangan material untuk proses pembentukan telur pertama. Selain
kualitas pakan, pencahayaan juga berpengaruh terhadap dewasa kelamin unggas.
Program pencahayaan sangat penting untuk merangsang kematangan organ reproduksi/
dewasa kelamin untuk menghasilkan telur. Durasi program pencahayaan pada ayam ras petelur
disesuaikan dengan fase perkembangannya (Tabel 1). Pencahayaan dengan intensitas dan
durasi yang tepat akan merangsang konsumsi ransum sehingga mempercepat kematangan

3|Page
TUGAS TERSTRUKTUR – Bioreproduksi dan Pemuliaan Ternak

organ reprduksi. Sebaliknya, pencahayaan yang kurang mengakibatkan terlambatnya


pencapaian bobot badan ideal dan dewasa kelamin diumur yang tepat, sehingga awal produksi
akan mundur. Cahaya yang diterima oleh fotoreseptor, baik melalui jalur retina maupun ekstra-
retina menjadi stimulan positif bagi hipotalamus. Hipotalamus memiliki tiga area yang berperan
dalam fungsi normal reproduksi, yaitu kompleks nucleus infundibular yang mengandung sel-sel
fotoreseptor hipotalamus, area preoptic berisi sel-sel yang memproduksi gonadotropin
releasing hormone (GnRH), dan area supraoptik sebagai tempat sekresi GnRH-terinduksi
progesterone. GnRH ditranspor ke dalam hipofisis anterior lewat sistem sirkulasi portal hipofisis
yang menghubungkan antara hipotalamus dan kelenjar hipofisis. Kehadiran GnRH dalam
hipofisis anterior akan menstimulasi pelepasan luitenizing hormone (LH) dan folicle stimulating
hormone (FSH) (Kasiyati, 2018).

Gambar 1. Kontrol Cahaya pada Unggas Tabel 1. Program Pencahayaan Unggas Petelur

Cahaya merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat menstimulasi hipotalamus
untuk mensintesis dan mensekresikan GnRH (Gambar 1), baik melalui jalur retinohipotalamus
maupun penetrasi langsung pada tulang kranial dan jaringan otak (Lewis and Morris, 2006).
Hipotalamus mempunyai peran penting dalam regulasi sekresi LH melalui umpan balik positif
terkait dengan produksi progesterone dari folikel ovari yang berukuran paling besar pada folikel

4|Page
TUGAS TERSTRUKTUR – Bioreproduksi dan Pemuliaan Ternak

hierarki (Kasiyati, 2018). Menurut Negara, dkk., (2011), cahaya berfungsi merangsang pola
sekresi beberapa hormon yang mengontrol pertumbuhan, pendewasaan, reproduksi, dan
tingkah laku. Cahaya mengatur ritme harian dan beberapa fungsi penting di dalam tubuh
seperti suhu tubuh, dan beragam tahapan metabolisme yang terkait dengan pemberian pakan
dan pencernaan. Pencahayaan yang cukup dan sesuai akan membantu memaksimalkan
pertumbuhan dan pendewasaan ayam ras petelur. Cahaya mempunyai beberapa fungsi bagi
ternak unggas terutama ayam ras petelur diantaranya untuk mengetahui letak pakan,
merangsang ternak unggas untuk selalu berada pada sumber panas, mempengaruhi dan
memberikan kesempatan untuk mengkonsumsi pakan pada kondisi malam hari sehingga feed
intake akan meningkat.
Terlambatnya dewasa kelamin pada ayam ras petelur juga disebabkan oleh infeksi
penyakit yang menyerang ayam pada masa pullet. Infeksi penyakit yang disebabkan oleh virus
tertentu seperti Newcastle Disease (ND), Infectious Brochitis (IB), dan Avian Inflenza (AI) dapat
mengganggu masa pertumbuhan dan menyerang organ reproduksi ayam petelur sehingga
ayam tidak mampu berproduksi dengan baik. Ayam ras petelur yang semasa pullet pernah
terserang oleh penyakit karena virus seperti Newcastle Disease (ND), Infectious Brochitis (IB),
dan Avian Inflenza (AI) akan mengalami keterlambatan pertumbuhan maupun kerusakan organ
reproduksi seperti pengecilan ukuran folikel telur, selaput telur membengkak, membubur, serta
mengalami perdarahan. Hal tersebut karena virus tersebut menyerang bagian ovarium/ bakal
calon folikel (Ditjen PKH, 2016). Menurut Pranatha, dkk., (2018), perdarahan terjadi karena
peregangan sel endotel,sehingga apabila jaraknya terlalu lebar sel darah merah dapat keluar
dari pembuluh darah.

Strategi Mengatasi Terlambatnya Dewasa Kelamin Ayam Ras Petelur


Keterlambatan dewasa kelamin pada ayam ras petelur dapat di antisipasi dengan
mempersiapkan dan merawat pullet secara optimal. Tercapainya dewasa kelamin yang normal
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor genetik, manajemen pemeliharaan, nutrisi
pakan, maupun faktor lingkungan/ penyakit. Strategi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki
kualitas ayam ras petelur yang mengalami keterlambatan dewasa kelamin adalah dengan cara
melakukan pengecekan dan treatment terhadap pullet yang dipelihara seperti :

5|Page
TUGAS TERSTRUKTUR – Bioreproduksi dan Pemuliaan Ternak

 Periksa Bobot Badan Ayam Ras Petelur, idealnya bobot badan ayam ras petelur harus sudah
mencapai bobot badan standar saat memasuki fase dewasa kelamin/ bertelur pertama kali
(bobot badan ± 1,5 kg). Apabila bobot badan ayam kurang dari standar maka perlu adanya
peningkatan konsumsi ransum dengan cara meningkatkan frekuensi pemberian ransum,
mengurangi faktor stress dan menambahkan premix ke dalam ransum untuk mengejar
bobot badan. Ayam-ayam yang belum menunjukan dewasa kelamin dari perkembangan
organ sekunder seperti jengger kecil/ tidak tumbuh dapat di beri vitamin tambahan untuk
mengoptimalkan fungsi dan kematangan saluran reproduksi. Apabila masih tidak ada
perubahan, lakukan seleksi dan culling untuk efisiensi biaya produksi.
 Konsumsi dan Nutrisi Ransum Seimbang, pastikan nutrisi ransum sesuai kebutuhan ayam
dan konsumsi harian meningkat sesuai dengan kebutuhan setiap minggunya dari umur 18
minggu sampai 25 minggu. Mulai dari 84 gram/ekor/hari di umur 18 minggu sampai 112
gram/ekor/hari di umur 24 minggu. Penambahan vitamin perlu dilakukan untuk
meningkatkan konsumsi ransum.
 Program Pencahayaan yang Tepat, berikan pencahayaan yang tepat sesuai kebutuhan ayam
per umurnya (Tabel 1). Pencahayaan sangat penting untuk merangsang kematangan organ
reproduksi dalam menghasilkan telur.
 Pengendalian Infeksi Penyakit, periksa status kesehatan ayam yang terlambat dewasa
kelamin. Ada beberapa penyakit spesifik seperti ND, AI, dan IB yang menyerang organ-organ
reproduksi ayam petelur sehingga ayam belum mampu berproduksi. Apabila ayam
menunjukan gejala sakit, lakukan pemeriksaan bedah bangkai sehingga penanganan tepat
dapat segera dilaksanakan. Lakukan monitoring titer anibodi secara rutin satu bulan sekali
terutama untuk uji titer antibody ND, AI, dan IB untuk mengetahui status kesehatan tubuh
ayam serta membantu penentuan jadwal vaksinasi ulang yang tepat (Medion, 2018).

KESIMPULAN
Terlambatnya dewasa kelamin pada ayam ras petelur disebabkan oleh kurang
optimalnya pemeliharaan ayam pada fase pullet yang dipengaruhi beberapa faktor manajemen
diantaranya kualitas dan kuantitas pakan yang tidak sesuai standar, manajemen pencahayaan
yang kurang baik, dan adanya infeksi penyakit yang menyerang pullet.

6|Page
TUGAS TERSTRUKTUR – Bioreproduksi dan Pemuliaan Ternak

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen PKH. 2016. Newcastle Disease: Tak Habis di Makan Waktu. Kementerian Pertanian:
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/newcastle-disease-tak-habis-dimakan-waktu.

Horhoruw, W. M. 2012. Ukuran Reproduksi Ayam Petelur Fase Pullet yang di beri Pakan dengan
Campuran Rumput Laut (Gracilia edulis). Universitas Pattimura: Ambon.

Kasiyati. 2018. Peran Cahaya Bagi Kehidupan Unggas: Respon Pertumbuhan dan Reproduksi.
Buletin Anatomi dan Fisiologi. Volume 4, No.1.

Leeson, S. and L.J. Caston. 1996. Response of Laying Hens to Diets Varying In Crude Protein or
Available Phosphorus. J. Appl. Poult. Res. 5: 289-296.

Lewis, P., T. Morris. 2006. Poultry lighting the theory and practice. Northcot, Hampshire UK.

Medion. 2018. Ayam Layer Terlambat Bertelur. https://www.medion.co.id/id/ayam-layer-


terlambat-bertelur/.

Negara, A.H.S., E. Sudjarwo, dan H.S. Prayogi. 2011. The Effect of Duration of Lighting and Light
Intensity on Feed Intake, Body Weight Gain and Feed Conversion Ratio of Japanese ,
Quail (Coturnix coturnix japonica). Universitas Brawijaya: Malang.

Pranata, W.D., R. Irhas, H.N.P. Arhiono, N.W.H. Widyasanti, dan I.M. Kardena. 2018. Laporan
Kasus Newcastle Disease dan Avian Influenza pada Ayam Buras. Indonesia Medicus
Veterinus. Volume 7 (5), Halaman 498-507.

Salang, F., L. Wahyudi., E. d. Queljoe, D. Y. Katili. 2015. Kapasitas Ovarium Ayam Petelur Afkir.
Jurnal MIPA UNSRAT. Volume 4, Nomor 01.

Siahaan, N.B., E. Suprijatna, dan L.D. Mahfudz. 2013. Pengaruh Penambahan Tepung Jahe
Merah (Zingiber Officinale Var. Rubrum) dalam Ransum Terhadap Laju Bobot Badan dan
Produksi Telur Ayam Kampung Periode Layer. Animal Agriculture Journal. Volume 2.
Nomor 1.

Suprijatna, E. dan D. Natawihardja. 2005. Pertumbuhan Organ Reproduksi Ayam Ras Petelur
dan Dampak terhadap Performans Produksi Telur Akibat Pemberian Ransum Taraf
Protein Berbeda saat Periode Pertumbuhan. JITV. Volume 4, Nomor 4.

Tristiwi, H. F. 2017. Pengaruh Level Protein Pakan pada Masa Pertumbuhan Terhadap
Penampilan pada Awal Peneluran Ayam Betina Hasil Persilangan Ayam Kampung Jantan
dan Ayam Ras Petelur Betina. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. Volume 1.
Halaman 61 - 68.

7|Page
TUGAS TERSTRUKTUR – Bioreproduksi dan Pemuliaan Ternak

LAMPIRAN PUSTAKA

8|Page
TUGAS TERSTRUKTUR – Bioreproduksi dan Pemuliaan Ternak

9|Page
TUGAS TERSTRUKTUR – Bioreproduksi dan Pemuliaan Ternak

10 | P a g e
TUGAS TERSTRUKTUR – Bioreproduksi dan Pemuliaan Ternak

11 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai