Anda di halaman 1dari 12

ILMU PEMULIAN TERNAK

PENGARUH SELEKSI BOBOT BADAN TERHADAP UMUR PUNCAK


PRODUKSI AYAM PETELUR

Nama
Nim
Kelas

Oleh :
: Komang Widiastra
: 1407105065
:B

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Tugas Ilmu Pemulian Ternak yang bertema Seleksi dengan judul Pengaruh Seleksi Bobot Badan
Terhadap Umur Puncak Produksi Ayam Petelur. Tugas ini dibuat dengan tujuan untuk pembelajaran
sekaligus melengkapi tugas sebagai syarat untuk mengikuti UAS.
Harapan saya semoga dengan pembuatan tugas ini membantu menambah ilmu pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca maupun menulis, sehingga dapat memperbaiki bentuk maupun isi
tugas menjadi lebih baik.
Tugas yang saya buat ini memiliki banyak kekurangan karena kurangnya pengetahuan
tentang tema yang di berikan. Oleh karena itu saya harapkan member masukan yang bersifat
mendidik dalam pembuatan tugas ini.
Denpasar,08 Desember 2015
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................................1
1.2. Tujuan.....................................................................................................................................1
1.3. Manfaat...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1. Penjelasan Seleksi...................................................................................................................2
2.2. Pembahasan Jurnal..................................................................................................................2
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................9
3.1. Kesimpulan.............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................10

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Penampilan ternak saat hidup mencerminkan produksi dan kualitas karkasnya.


Ketepatan penaksir dalam menaksir nilai ternak tergantung pada pengetahuan penaksir dan
kemampuan menterjemahkan keadaan dari ternak itu. Keadaan ternak yang perlu mendapat
perhatian pada saat menaksir pro-duktivitas ternak adalah umur dan berat, pengaruh
kelamin, perdagingan, derajat kegemukan dan persentase karkas.
Penilaian ternak dilaksanakan berdasarkan atas apa yang terlihat dari segi
penampilannya saja dan terkadang terdapat hal-hal yang oleh peternak dianggap sangat
penting, akan tetapi ahli genetika berpendapat bahwa hal tersebut sebenarnya tidak ada
pengaruhnya terhadap potensi perkembangbiakan atau produksi. Penentuan seleksi ternak
sebaiknya kedua cara penilaian digunakan. Penilaian ternak tersebut dilakukan dengan cara
memberikan score kepada masing-masing ternak sehingga menghasilkan urutan atau
rangking tertinggi berdasarkan nilai rekor performanya, juga baik dalam memenuhi
persyaratan secara fisik.
1.2.

Tujuan

Tujuan dalam pembuatan tugas ini adalah untuk mengetahui pengaruh seleksi bobot
badan terhadap umur puncak produksi ayam petelur.
1.3.

Manfaat

Manfaat dalam pembuatan tugas ini adalah kita dapat mengetahui pengaruh seleksi
bobot badan terhadap umur puncak produksi ayam petelur.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penjelasan Seleksi
Seleksi dari segi genetik diartikan sebagai suatu tindakan untuk membiarkan ternakternak tertentu berproduksi, sedangkan ternak lainnya tidak diberi kesempatan
berproduksi. Ternak-ternak pada generasi tertentu bisa menjadi tetua pada generasi
selanjutnya jika terdapat dua kekuatan. Kedua kekuatan itu adalah seleksi alam dan seleksi
buatan.
Nilai pemuliaan masing-masing ternak yang diketahui dengan pasti, maka penentuan
peringkat keunggulan ternak dalam populasi dapat diketahui dengan mudah. Nilai
pemuliaan ternak tetua sangat menentukan nilai pemuliaan dan performa anaknya. Nilai
pemuliaan dapat menjadi dasar dalam melakukan seleksi dengan memilih ternak yang nilai
pemuliaannya paling tinggi untuk dijadikan tetua.
Seleksi dalam pemuliaan ternak adalah memilih ternak yang baik untuk digunakan
sebagai bibit yang menghasilkan generasi yang akan datang. Untuk bidang peternakan, yang
diseleksi adalah sifat-sifat terukur seperti kecepatan pertumbuhan, bobot lahir, produksi susu
dan bobot sapih. Sifat-sifat ini memberikan manfaat secara ekonomi disamping harus
mempunyai kemampuan mewarisi yang tinggi yang dapat ditentukan dari nilai
heritabilitasnya.
2.2. Pembahasan Jurnal
2.2.1. Abstark
Latar Belakang : Keberhasilan usaha peternakan ditentukan oleh tiga faktor yaitu
bibit, pakan dan manajemen pemeliharaan. Salah satu faktor yang kurang diperhatikan
oleh peternak adalah pengawasan dan pengontrolan pada faktor manajemen, yaitu
pengontrolan bobot badan dan seleksi. Peternak jarang yang memperhatikan bobot badan
awal pemeliharaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat
keseragaman bobot badan ayam petelur yang dilakukan seleksi

dengan yang tidak

dilakukan seleksi terhadap puncak produksi dan perbedaan puncak produksi dari
peternakan yang tidak melakukan seleksi bobot badan.
Metode : Materi yang digunakan adalah ayam petelur strain ISA periode layer.
Metode yang digunakan adalah metode survey dan data yang yang diperoleh dianalisis
dengan uji t.
1

Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan ayam yang dilakukan seleksi puncak


produksi lebih cepat yaitu tercapai pada umur 23 sampai 24 minggu dengan HDP puncak
produksi sebesar 94%. Disarankan kepada praktisi untuk melakukan seleksi bobot badan
pada umur 8 dan 16 minggu dengan melakukan penimbangan secara total sehingga
diketahui ayam ayam yang bobot badannya tidak standart. Dengan demikian diperoleh
ayam-ayam yang bobot badannya seragam sehingga dapat bertelur serempak dan cepat
mencapai puncak produksi.
Kata Kunci: puncak produksi, seleksi, bobot badan
2.2.2. Pendahuluan
Keberhasilan usaha peternakan ditentukan oleh tiga faktor yaitu bibit, pakan dan
manajemen pemeliharaan. Ketiga faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan usaha peternakan unggas, dimana masing-masing
faktor berperan sebesar 20% bibit, 30% pakan dan manajemen sebesar 50%.6
Keberhasilan usaha peternakan ayam sangat tergantung dari bagaimana pelaksanaan
pemeliharaan yang tepat dan cermat karena pemeliharaan yang keliru atau tidak tepat
pada masa awal (starter), masa pertumbuhan (grower) dan produksi (layer), maka
produksi yang dihasilkan akan tidak bisa maksimal.
Salah satu faktor yang kurang diperhatikan oleh peternak adalah pengawasan dan
pengontrolan pada faktor manajemen, yaitu pengontrolan bobot badan dan seleksi.
Peternak jarang yang memperhatikan bobot badan awal pemeliharaan. Untuk mengetahui
tingkat pertumbuhan dari unggas apakah sudah sudah sesuai dengan standart dari
strainnya atau tidak, maka perlu dilakukan penimbangan secara rutin,3 Seleksi pada ayam
pullet sangat penting dilakukan pada semua peternakan, karena dengan seleksi kita
memperoleh ayam-ayam yang seragam dalam hal performan (Anonimous, 2005).
Seandainya melakukan penimbangan biasanya cukup mengambil sample 10% jarang
yang melakukan penimbangan secara total. Padahal penimbangan secara total akan
mempunyai keuntungan yaitu bisa langsung dilakukan seleksi yaitu ayam-ayam yang
bobot badannya kurang dari standar dan melebihi standart disisihkan tersendiri.
Kemudian masing-masing mendapat perlakuan tersendiri dengan target menjelang
produksi mendapat bobot badan yang seragam, sehingga ayam dapat berproduksi secara
2

bersamaan dan puncak produksi dapat dicapai lebih awal dan lebih tinggi. Ayam yang
bobot badannya kurang dari standart bisa dipacu dengan meningkatkan kandungan
nutrisi/protein pakan sedangkan ayam bobot badannya melebihi standart diberi pakan
dengan mengurangi kandungan proteinnya (Leeson, S., dan J.D. Summers, 1997).
Berbeda dengan ayam-ayam yang tidak dilakukan seleksi/penimbangan secara
total dan hanya melakukan penimbangan sample 10% dari jumlah ayam. Ayam yang
dihasilkan tidak akan bisa seragam, sehingga dewasa kelamin juga tidak dapat tercapai
secara bersamaan. Akibat selanjutnya adalah ayam akan mengalami awal produksi yang
tidak sama pula. Dengan melakukan seleksi bobot badan maka bobot badan ayam yang
dihasilkan akan seragam sehingga ternak akan mengalami dewasa kelamin secara
bersamaan dan ini akan memungkinkan ayam memulai bertelur pada waktu yang
bersamaan tepat pada waktunya. Dampak selanjutnya adalah puncak produksi dicapai
lebih awal dan lebih maksimal.

2.2.3. Materi dan Metoda Penelitian

Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam petelur strain ISA di dua

peternakan yang melakukan manajemen seleksi terhadap ayamnya berbeda, yaitu


peternak yang melakukan kontrol bobot badan dan peternak yang tidak melakukan
kontrol bobot badan.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang dugunakan adalah metode survey dengan mengambil data

di dua peternak yang melakukan manajemen seleksi bobot badan yang berbeda. Data
yang diperoleh berupa data primer dan skunder. Data yang meliputi umur puncak
produksi dan HDP.
Data yang diperoleh dilakukan analisis untuk membandingkan umur puncak produksi
antara dua manajemen yang berbeda dengan menggunakan uji t.
2.2.4. Hasil dan Pembahasan
Umur Puncak Produksi
Setelah memasuki umur 18 minggu ayam petelur mempunyai pertumbuhan yang
baik, organ reproduksinya sudah dewasa ditandai dengan berkembangnya kelamin
3

skunder ayam betina yaitu jengger dan pial mulai memerah, mata bersinar, dan postur
tubuh sebagai ayam petelur mulai terbentuk% (North, M.O. dan D.D. Bell, 1990). Ayam
dewasa kelamin pada umur 19 minggu dan ditandai dengan telur pertama. Pada
prinsipnya produksi akan meningkat dengan cepat pada bulan-bulan pertama dan
mencapai puncak produksi pada umur 7 sampai 8 bulan (Malik, A., 2003).
Dari data terlihat bahwa umur puncak produksi terjadi perbedaan yang sangat
menyolok antara ayam yang dilakukan seleksi bobot badan dengan ayam yang tidak
dilakukan seleksi. Pada ayam yang dilakukan manajemen seleksi umur puncak produksi
dicapai pada umur 23,8 minggu, sedangkan yang tidak diseleksi umur puncak produksi
dicapai pada umur 37,6 minggu. Dari hasil perrhitungan dengan menggunakan uji
kesamaan rata-rata (t) diperoleh nilai t: 8,44. Sedangkan menurut distribusi student
diperoleh bahwa nilai t adalah 2,07. dengan menggunakan taraf nyata 0,05 persen dan
derajat kebebasan (dk) 23. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai t berada
diluar nilai distribusi student. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan umur puncak
produksi dari dua pola manajemen yang berbeda. Selisih umur puncak produksi antara
kedua pola manajemen seleksi bobot badan adalah sevesar 15 minggu.
Tabel 1. Umur Puncak Produksi Dari Dua Manajemen Seleksi Bobot Badan (mgg)

No.
Kandang
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Dilakukan

Seleksi

Tanpa Seleksi (mgg)

(mgg)
23
24
24
24
-

37
33
34
33
34
39
40
37
35
40
33
41
43
41
44
38
35

18.
19.
20.
Rata-rata

23,8

42
39
34
37,6

Ayam yang dilakukan seleksi bobot badan maka bobot badan ayam yang
dihasilkan akan seragam sehingga ternak akan mengalami dewasa kelamin secara
bersamaan dan ini akan memungkinkan ayam memulai bertelur pada waktu yang
bersamaan tepat pada waktunya. Dampak selanjutnya adalah puncak produksi dicapai
lebih awal dan lebih maksimal.
Puncak Produksi
Puncak produksi adalah produksi telur yang dihasilkan pada waktu mencapai titik
tertinggi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan puncak produksi
dari ayam yang dilakukan seleksi dengan yang tidak dilakukan seleksi. Puncak produksi
dari ayam yang diseleksi dapat dicapai dengan maksimal, yaitu mencapai puncak
produksi dengan rata-rata HDP 94%. Sedangkan ayam yang tidak diseleksi puncak
produksi sebesar 90% sebagaimana terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Grafik perbedaan laju produksi telur dari pola manajemen seleksi
bobot badan fase grower.
Dari Gambar 1. terlihat ayam yang dilakukan seleksi selain produksi puncaknya
lebih tinggi dari ayam yang tidak diseleksi juga kecepatan mencapai puncak produksi
puncak lebih cepat, sehingga puncak produksi dicapai pada umur yang lebih singkat.Pola
produksi dari ayam yang dilakukan seleksi juga lebih beraturan. Kondisi ini dikarenakan
ayam yang dilakukan seleksi menghasilkan bobot badan yang seragam, dan ini berarti
5

dewasa kelamin juga seragam, sehingga laju produksi akan cepat meningkat pada minggu
pertama dan setelah mencapai titik tertinggi akan menurun secara perlahan-lahan.
2.2.5. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
Terdapat perbedaan umur puncak produksi yang nyata antara ayam yang
diseleksi dengan ayam tidak dilakukan seleksi. Ayam yang dilakukan seleksi umur
puncak dicapai rata 23.8 minggu sedang yang tidak dilakukan seleksi terjadi pada
umur 37,6 minggu.
HDP puncak produksi pada ayam yang dilakukan seleksi sebesar 94%,
sedangkan yang tidak dilakukan seleksi sebesar 90%.

Saran.
Berdasarkan pada hasil penelitian di atas, maka disarankan kepada para
praktisi agar melakukan seleksi bobot badan pada ayam periode grower.Ayam yang
tidak masuk standar harus diberi perlakuan khusus agar saat pullet diperoleh bobot
badan yang seragam. Keseragaman bobot badan ayam akan menghasilkan puncak
produksi yang tinggi dan dicapai pada awal produksi.

2.2.6. Daftar Pustaka


Leeson, S., and J.D. Summers. 1997. Commercial

Poultry Nutrition. 2 nd ed.

University Books, Guelph, Ontario, Canada.


Malik, A. 2001. Manajemen Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Perikanan.
Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
Malik, A., 2003. Dasar Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Perikanan. Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang.
National Research Council, 1994. Nutrient Requirements of Poultry. USDA,
Wasington, DC.
North, M.O. and D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production of the Chickens. 3
th

ed. Ithaca, N.Y

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan

Seleksi dalam pemuliaan ternak adalah memilih ternak yang baik untuk digunakan sebagai
bibit yang menghasilkan generasi yang akan datang. Jadi dalam seleksi ayam yang diseleksi dan
tidak seleksi miliki puncak produksi yang berbeda. Terdapat perbedaan umur puncak produksi yang
nyata antara ayam yang diseleksi dengan ayam tidak dilakukan seleksi. Ayam yang dilakukan seleksi
umur puncak dicapai rata 23.8 minggu sedang yang tidak dilakukan seleksi terjadi pada umur 37,6
minggu.

DAFTAR PUSTAKA
Noor, R. 2004. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Bourdon. R. M. 1997. Understanding Animal Breeding. Prentice Hall. Inc., New Jersey.
Falconer, D. S. 1972. Introduction To Quantitative Genetics. Longman. London.p. 365

Anda mungkin juga menyukai