TERNAK KELINCI
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
mencerna serat kasar dengan baik. Fermentasi hanya terjadi di sekum (bagian pertama
dari kolon) yang kurang lebih merupakan 50% dari seluruh kapasitas saluran
Setelah melewati lambung, pakan akan berlanjut ke usus halus. Usus halus
terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, ialah yang menghubungkan dengan
lambung, jejenum adalah bagian tengah dan ileum yang menghubungkan dengan
usus besar. Ke dalam usus halus masuk empat sekresi yaitu cairan duodenum,
empedu, cairan pankreas dan cairan usus. Selanjutnya pakan yang belum tercerna
akan masuk ke usus besar, pencernaan dalam usus besar adalah sisa-sisa kegiatan
pencernaan oleh enzim dari usus halus. Di usus besar dan sekum terdapat banyak
kegiatan mikrobia. Selulosa dihidrolisa disini, selain itu juga vitamin B yang
sebagian besar disekresikan dalam feses.
Ternak kelinci mempunyai 2 jenis macam feses, yaitu feses normal yang biasa
ditemukan di bawah sangkarnya, dan feses berbentuk lebih kecil dan lunak serta
menggumpal. Feses lunak adalah feses yang tidak mengalami pengabsorbsian di dalam usus,
artinya berlalu dengan cepat dari caecum langsung ke anus, yang kemudian ternak kelinci
akan mengkonsumsinya (Setyawan, 2013). Kelinci biasanya melakukan coprophagy fesesnya
yang lunak (lembek) dan dimakan secara langsung dari anusnya. Feses tersebut berwarna
hijau muda dan memiliki konsistensi lembek. Hal ini memungkinkan kelinci mampu
memanfaatkan kerja bakteri di saluran pencernaan yaitu mengkonversi protein asal hijauan
menjadi energi yang berkualitas tinggi, mensintesis vitamin B dan memecah selulosa atau
serat menjadi energi. Kelinci memakan kembali fesesnya biasanya dilakukan pada malam
hari, dimana feses masih dalam keadaan lembek. Feses tersebut mengandung banyak nutrien
yang diperlukan oleh kelinci yaitu protein (asam amino) dan kelompok vitamin B. Jadi dalam
memenuhi asam amino serta vitamin B komplek kelinci melakukan coprophagy yang mulai
dilakukan pada umur 3–4 minggu, setelah kelinci memakan pakan yang solid. Hal ini terjadi
berdasar pada kontruksi saluran pencernaannya, walaupun memiliki sekum yang besar,
kelinci ternyata tidak mampu mencerna bahan bahan organik dan serat kasar dari hijauan
sebanyak yang dapat dicerna oleh ternak ruminansia murni (sapi, kambing). Melahap tinjanya
sendiri bukanlah tanda ketidak wajaran atau ketidak warasan pada kelinci. Corprophagy
merupakan perilaku normal, sehat, dan sangat perlu dilakukan kelinci untuk menjaga
kesehatannya secara menyeluruh (Puspita et al, 2016).
PENUTUP
Albab, U., A. Purnomoadi, dan S. Sutaryo. 2017. Tingkah Laku Harian dan Coprophagy
Kelinci New Zealand White Betina yang diberi Pakan Pelet dengan Sumber Energi
yang Berbeda .Fakultas Peternakan Dan Pertanian. Universitas Diponegoro. Semaranag
(thesis)
Setyawan, A. W. 2018. Pengaruh penggunaan ampas tahu dalam ransum terhadap kinerja
kelinci lokal jantan. Universitas Mercu Buana Yogyakarta. (thesis)
Puspita, P. D., S. Mukodiningsih, S., dan B. I. Tampoebolon. 2016. Uji Mikrobiologis Feses
Kelinci Periode Pertumbuhan yang Diberi Pakan Pellet dengan Penambahan Limbah
Kubis Fermentasi. Fakultas Peternakan & Pertanian Undip. (thesis)
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusuma, dan S. Lebdosoekojo.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.