Untuk masalah gizi buruk, penyebab terjadinya gizi buruk di NTB adalah
penyakit penyerta seperti infeksi saluran pernafasan, kelainan jantung, dan diare.
Sebaran jumlah penduduk yang cukup luas berpengaruh terhadap akses pelayanan
kesehatan. Peningkatan angka kecukupan gizi harus sejalan dengan peningkatan
kesehatan keluarga. Program prioritas yang harus dilakukan terkait dengan
pembangunan kesehatan harus menyeluruh dari penurunan AKB, peningkatan gizi
masyarakat, jaminan kesehatan ibu hamil, serta pelatihan tenaga medis.
Minimnya tenaga kesehatan di NTB salah satunya dapat dipicu dari faktor
rendahnya gaji atau upah yang diberikan. Gaji tenaga kesehatan, khususnya perawat
di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) dinilai sangat rendah. Bahkan lebih rendah dari
gaji pembantu rumah tangga (PRT), yakni kisaran Rp.500.000 per bulan dengan
beban kerja yang sangat berat. Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) ,
Mahulil Ulil Amri, menjelaskan lewat Suara NTB pada tanggal 7 Januari 2017,
bahwa gaji para tenaga kesehatan ini perlu dievaluasi karena risiko yang dihadapi
para perawat cukup besar. Upah yang diterima seluruh perawat sangat jauh dari Upah
Minimum Provinsi (UMP). Mahulil Ulil Amri berharap ada penyesuaian dari
pemerintah, sehingga perawat bisa mendapatkan upah yang layak. Hal penting
lainnya yang harus diperhatikan oleh pemerintah adalah uji sertifikasi, uji
kompetensi, pelatihan magang, tugas lapangan dan lainnya agar bisa menjadi alat
ukur tentang seberapa jauh kualitas tenaga kesehatan dan juga untuk menghindari
perawat yang bekerja secara illegal khususnya di Kabupaten Lombok Timur.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan, mulai dari undang-undang kesehatan
dan keperawatan mengharuskan seluruh perawat harus mengantongi STR dulu
sebelum bekerja memberikan pelayanan kesehatan.
Seperti yang dilansir oleh Suara NTB pada tanggal 9 Januari 2017, Kabupaten
Lombok Timur masih kekurangan ratusan tenaga medis, terutama tenaga dokter.
Idealnya, jumlah dokter itu 1 : 5000 jumlah penduduk. Namun, yang ada sekarang 1 :
20.000-30.000. Setidaknya, pembagian di puskesmas ada 3 dokter tetapi yang ada
saat ini baru 1-2 orang saja. Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) Lotim, drg. Asrul Sani,
mengaku, total jumlah dokter di Lotim saat ini baru mencapai 140 orang. Sementara
yang dibutuhkan dengan perbandingan jumlah penduduk di Lotim yang seharusnya
ada 240 dokter. Selain dokter, jumlah puskesmas di Lotim juga masih sangat terbatas.
Pada tahun 2016 ada penambahan puskesmas sebanyak 3 unit, sehingga jumlahnya
menjadi 32 unit. Untuk wilayah Kabupaten Lotim yang dengan jumlah penduduk
terbesar dan terpadat, maka jumlah ideal puskesmas sebanyak 40 unit. Diharapkan 5
unit lainnya bisa segera terbangun, sehingga wilayah Lotim bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan yang merata.
Dalam buku Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN), dalam Paritas
Pembangunan Kesehatan yang disusun oleh Kementerian Kesehatan RI, 2010, NTB
dinyatakan sebagai wilayah yang paling banyak mendapatkan mitra kerjasama, bukan
artian jumlah besaran dana yang dialokasikan ke daerah. Sepanjang NTB berlabelkan
Daerah Bermasalah Kesehatan tidak menutup kemungkinan jumlah mitra yang
berminat untuk mendukung pembangunan di NTB, khususnya pembangunan
kesehatan akan tetap banyak. Kondisi ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota. Pemerintah daerah seharusnya memiliki kebijakan dan
sistem yang kuat untuk mengelola mitra yang menyediakan dukungan di wilayah
NTB agar sumber daya baik yang berasal dari mitra kerja maupun pemerintah daerah
dan pusat dapat dikelola dengan efektif dan efisien. Dalam konteks ini, Pemerintah
Provinsi hendaknya memikirkan untuk memiliki sebuah sistem yang mengelola mitra
untuk mendukung pembangunan kesehatan masyrakat di NTB. Pemerintah Provinsi
juga diharapkan untuk memberi perhatian khusus pada kebijakan sumber daya
manusia di NTB dan dalam prosesnya untuk membangun sistem pengelolaan ilmu
pengetahuan di NTB diperlukan pemerintah untuk menyediakan dukungannya,
lembaga atau mitra pembanguan proyek yang seringkali ingin memperlihatkan hasil
dukungannya secara cepat dan terlihat dengan kasat mata untuk selalu menghasilkan
inovasi baru atau best practice yang akan menjadi label atau pencapaian proyek.
http://dzulfkmundip.blogspot.co.id/2010/10/maslah-kesehatan-di-ntb.html?m=1
http://simreg.bappenas.go.id/document/Publikasi/DokPub/02.%20Analisis%20P
rovinsi%20Nusa%20Tenggara%20Barat%202015_ok.pdf
http://www.suarantb.com/news/2017/01/09/20088/lotim.masih.kekurangan.ratus
an.dokter
https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=314774841876513&id=29
2709180749746
http://www.suarantb.com/news/2017/01/07/19892/gaji.perawat.lotim.lebih.renda
h.dari.prt
http://fdwiyanto.blogspot.co.id/2011/10/masalah-mendasar-pelayanan-
kesehatan-di.html