Anda di halaman 1dari 9

“PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI POTONG DI

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)”

OLEH:
FRANSISKUS Y. DHEWA KADJU

PROGRAM STUDI ILMU TERNAK


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIMOR
KEFAMENANU
2020
Sistem Agribisnis Sapi Potong

• Kegiatan ekonomi berupa produksi dan • Penggunaan sarana


perdagangan. produksi peternakan
• Menghasilkan sarana produksi untuk menghasilkan
komoditi peternakan
peternakan.
primer.

HULU BUDIDAYA
(UP STREAM) (ON FARM)

HILIR
PENUNJANG
(DOWN
(SUPPORTING)
STREAM)

• Menyediakan jasa bagi kegiatan agribisnis • Kegiatan ekonomi yang


(perbankan, transportasi, penyuluhan, lembaga mengolah komoditas primer
penelitian, dan pendidikan). menjadi produk yang siap
guna.
HULU (UP STREAM)
Luas lahan di NTT mecapai
4.734.990 Ha yang
digunakan untuk pertanian,
perkebunan, dan padang
penggembalaan.

Populasi sapi di NTT


Sebagian besar
pada tahun 2015
masyarakat NTT
KONDISI sekitar 902.326 ekor
bermata pencaharian
EKSISTING (tumbuh rata-rata
sebagai petani-
5,8% selama 5 tahunt
peternak.
erakhir).

Daya dukung lahan masih dapat


menampung ternak sapi sebanyak
2.664.819 ST. Baru dimanfaatkan
sebesar 259.545 ST.
• Pola pemeliharaan sapi potong di NTT kebanyakan masih bersifat ekstensif dan
• Pola
semi pemeliharaan sapi potong di NTT kebanyakan masih bersifat ekstensif dan
intensif.
semi
• Sebagian intensif.
besar pakan yang diberikan kepada ternak masih rendah nutrisi.
• Sebagian
• Minimnya besar pakan(SDM)
pengetahuan yang diberikan kepada ternak
peternak mengenai pola masih rendah nutrisi.
pemeliharaan ternak sapi
• Minimnya pengetahuan
yang baik dan benar. (SDM) peternak mengenai pola pemeliharaan ternak sapi
yang baik
• Banyak dan benar.
peternak menjual betina unggul yang masih produktif sehingga pasokan
TANTANGAN sapi dengan kualitasmenjual
• Banyak peternak
sapi tuntasnya
• Belum
betina
gen terbaik
dengan kualitas
unggul yang masih produktif sehingga pasokan
berkurang.
gen terbaikpenyakit
berkurang.
penanggulangan hewan menular seperti brucellosis, SE,
Belum
•dan tuntasnya
anthraks. penanggulangan penyakit hewan menular seperti brucellosis, SE,
dan anthraks.

•• Pengembangan
Pengembangan Village
Village Breeding
Breeding Center
Center (VBC)
(VBC) karena
karena didukung
didukung oleh
oleh sumber
sumber daya
daya
alam yang baik.
alam yang baik.
•• Pembangunan
Pembangunan pastura
pastura dan
dan pengolahan
pengolahan pakan
pakan didi kawasan
kawasan pembibitan
pembibitan dan
dan
penggemukan sapi potong.
penggemukan sapi potong.
•• Pembangunan
Pembangunan sarana
sarana dan
dan prasarana
prasarana pada
pada kawasan
kawasan pembibitan
pembibitan seperti
seperti
puskeswan,
puskeswan, laboratorium IB dan transfer embrio, kandang, jalan, dan
laboratorium IB dan transfer embrio, kandang, jalan, dan peralatan
peralatan
SOLUSI pendukung lainnya.
pendukung lainnya.
•• Meningkatkan
Meningkatkan pengetahuan
pengetahuan masyarakat
masyarakat melalui
melalui program
program penyuluhan.
penyuluhan.

Meningkatkan
Perbaikan Pendapatan
Perbaikan Sistem
Sistem Hulu
Hulu
Peternak
BUDIDAYA (ON FARM)
KONDISI EKSISTING
• Berupa peternak rakyat dengan skala jumlah kepemilikan ternak antara 2-5
ekor.
• Masih menggunakan pola pemeliharaan tradisional (digembalakan) dan
perkawinan ternak dilakukan secara alami.
• Memiliki sumber daya alam (pakan ternak) dan lahan tidur yang melimpah.

TANTANGAN SOLUSI
• Produktivitas rendah; CI tinggi, pubertas lambat, • Pengembangan kawasan khusus penggemukan
angka kematian pedet tinggi. sapi potong.
• PBB relatif rendah karena kurangnya tindakan pada • Penerapan sistem integrasi agroforestri yang
sistem pembibitan, pakan, penyakit, dan manajemen. dimana disediakan pakan suplemen guna
• Pendapatan peternak masih rendah dan tidak mempersingkat waktu penggemukan.
berorientasi komersil sehingga minat pembibitan • Pengembangan kawasan peternakan sapi
menjadi rendah. terintegrasi dengan tanaman.
• Sumberdaya yang tersedia belum dimanfaatkan • Program IB terprogam untuk mencegah inbreeding.
secara optimal. • Penerapan koperasi peternak dan peternakan
mitra untuk meningkatkan pendapatan peternak.
HILIR (DOWN STREAM)
KONDISI EKSISTING
• Setiap tahun jumlah pemotongan ternak sapi meningkat.
• Permintaan produk olahan daging sapi selalu bertambah.
• Berkembangnya minat masyarakat dalam menggunakan pupuk organik.

TANTANGAN
• Tingkat kemampuan pasokan produksi daging sapi lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan permintaan daging sapi.
• Tingginya harga bahan baku untuk proses pengolahan produk daging sapi.
• Harga daging sapi selalu meningkat dari tahun ke tahun.
• Minimnya manajemen pengelolaan limbah ternak.

SOLUSI
• Pengembangan kawasan sentra produksi olahan hasil ternak sapi potong (se’i sapi,
dendeng sapi, kerupuk kulit sapi, kerajinan kulit, dan sebagainya).
• Pengembangan Rumah Potong Hewan (RPH) dengan memenuhi standar produk
yang aman, sehat, utuh, dan halal.
• Pengembangan industri kompos danbiogas sebagai sumber energi lokal yang
berkelanjutan.
PENUNJANG (SUPPORTING)

KONDISI EKSISTING TANTANGAN SOLUSI


• Terdapat kebijakan • Usaha peternakan dipandang • Penguatan SDM Peternakan
pemerintah yang medukung cukup berisiko dibandingkan (peternak, vaksinator,
usaha ternak sapi potong. dgn jenis usaha lain. inseminator, penyuluh, dan
• Banyaknya lembaga • Kebijakan penguatan modal aparat pengelola
keuangan yang tersedia saat belum dinikmati oleh seluruh pembangunan peternakan).
ini dalam hal menunjang peternak dan cenderung • Penguatan kelembagaan
persediaan modal bagi para memihak. peternakan melalui eksistensi
peternak. • Lembaga pendidikan dituntut Dinas Peternakan Provinsi
• Adanya peran perguruan menghasilkan lulusan dengan dan Kabupaten/Kota
tinggi untuk meningkatkan SDM yang berkualitas dan • Meningkatkan pelayanan
SDM peternak. berjiwa wirausaha dalam distribusi dan transportasi
• Tersedianya teknologi bidang peternakan. peternakan sapi.
peternakan untuk perbaikan
mutu genetik dan produksi
ternak sapi potong.
• Banyak tenaga penyuluh
dalam bidang peternakan.
KESIMPULAN

Strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan agribisnis sapi potong di


Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu:
Pengembangan usaha ternak sapi potong melalui penerapan kawasan
peternakan terpadu (cluster).
Peningkatan koordinasi dengan semua pihak yang terkait (stakeholders)
dalam memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA), perkembangan teknologi
dan informasi.
Peningkatan Sumber Daya Manusia Peternakan (peternak, penyuluh,
inseminator, paramedis) melalui pola pembinaan kelompok peternak,
pelatihan-pelatihan, magang dan studi banding.
Penerapan pola kemitraan usaha peternakan sapi potong yang
berkesinambungan yang dikontrol dengan baik oleh Dinas Kesehatan
Hewan dan Peternakan Provinsi NTT serta kabupaten/kota.

Anda mungkin juga menyukai