Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

“Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler”

Oleh :

Kelompok 5

Kelas F

Sanitya A 200110130168
Fauzi Atsani Harits 200110150149
Rizky Nur Faidzan 200110150154
Tyara Rahayuni Azizah 200110150293
Lani Sri Pujiyanti 200110150296
Arta Setyo Agung Panjaitan 200110150305
Ricko Erlangga 200110150307

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2017
I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semakin berkembangnya kehidupan yang didukung oleh jumlah manusia

yang semakin bertambah, maka kebutuhan akan pangan manusia pun harus

bertambah agar dapat menunjang aktivitas manusia untuk tumbuh dan bekerja

sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Salah satu bahan pangan yang umum

dikonsumsi oleh manusia khususnya masyarakat Indonesia adalah daging ayam.

Hal ini berimplikasi pada pola konsumsi makanan yang juga akan terus meningkat.

Disamping tujuan utama penggunaan makanan sebagai pemberi zat gizi bagi tubuh

yang berguna untuk mempertahankan hidup, manusia juga menggunakannya untuk

nilai-nilai sosial, karena penggunaan makanan telah melembaga sebagai alat untuk

berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu makanan dalam lingkungan

masyarakat menyangkut gizi dan aspek sosial. Secara ekonomi, pengembangan

pengusahaan ternak ayam boiler di Indonesia memiliki prospek bisnis

menguntungkan, karena permintaan selalu bertambah (Cahyono, B. 1995).

Daging ayam merupakan pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

protein hewani keluarga. Daging ayam banyak dipilih karena harganya lebih murah

dibandingkan jenis daging lainnya dan sesuai dengan selera masyarakat. Salah satu

jenis ayam yang permintaan dagingnya cukup banyak adalah ayam broiler. Ayam

potong/broiler merupakan ayam ras yang memiliki karakteristik ekonomi sabagai

penghasil daging dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat, konversi makanan

irit, dan siap dipotong pada relatif muda. Pada umumnya ayam ini dipelihara sampai

berusia 5 – 7 minggu dan berat tubuh sekitar 1,3 Kg - 1,8 Kg

Peranan ayam broiler di Indonesia mulai menonjol sejak tahun 1980 untuk

memenuhi kebutuhan daging ayam dimasyarakat. Hingga saat inipun usaha


tersebut tetap berprospek dan permintaan ayam broiler terus meningkat. Menurut
3

Kartika (2003) bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan ayam

pedaging /broiler terus meningkat karena harga yang relatif lebih rendah dibanding

dengan daging sejenis, pertumbuhan penduduk tinggi, peningkatan pendapatan,

peningkatan kesadaran pemenuhan gizi dan ketersediaan produk. Untuk konsumsi

rumah tangga sampai akhir tahun 2002 konsumsi daging ayam masyarakat

mencapai 964,1 Ribu ton dibanding pada tahun 1969 hanya 339,2 ribu ton atau

kenaikan sebesar 60 % dari 13 % terhadap konsumsi daging nasional.

Hingga saat ini, usaha peternakan ayam broiler merupakan salah satu kegiatan

yang paling cepat dan efisien untuk menghasilkan bahan pangan hewani yang

bermutu dan bernilai gizi tinggi. Beberapa hal yang menjadi penyebabnya antara

lain, laju pertumbuhan ayam yang lebih cepat dibandingkan dengan komoditas

ternak lainnya, permodalan yang relatif lebih kecil, penggunaan lahan yang tidak

terlalu luas serta kebutuhan dan kesadaran masyarakat meningkat akan kandungan

gizinya. Saat ini kebutuhan akan protein banyak disuplai dari dunia perunggasan,

baik yang berupa daging atau berupa telur, namun selama ini kebutuhan daging

banyak disuplai dari daging unggas terutama ayam broiler. Sehingga kondisi ini

menuntut adanya penyediaan daging ayam yang cukup, baik dari segi kualitas

maupun kuantitas

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana manajemen pemeliharaan ayam broiler?

2. Bagaimana sisitem biosekuriti pemeliharaan ayam boiler ?

1.3. Maksud Dan Tujuan

1. Mengetahui manajemen pemeliharaan unggas ayam

2. Mengetahui sistem biosekuriti pemeliharaan unggas ayam


4

II

PEMBAHASAN

2.1. Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler

2.1.1. Persiapan Kandang Dan Peralatan Kandang

Persiapan yang baik merupakan modal pertama yang harus dimiliki sebelum

mendatangkan bibit ayam broiler yang akan dipelihara. Tersedianya sarana yang

lengkap akan memudahkan dalam pengelolaan secara baik dan sempurna. Dalam

memulai pemeliharaan ayam broiler, sebelum DOC masuk ke kandang perlu

dilakukan pembersihan dan istirahat kandang minimal 14 hari untuk mengurangi

resiko bakteri maupun virus. Langkah pertama persiapan adalah pencucian

peralatan kandang langkah-langkahnya adalah : bilas tempat pakan dan minum

dengan detergen setelah dibilas kemudian direndam dengan larutan desinfektan,

bila perlu galon dan selang minum direndam dalam larutan asam sitrat 100-300

gram per 100 liter air selam 12 jam dan dibilas bersih, pipa, selang dan tower juga

dibersihkan dengan asam nitrat seperti dosis galon, dilakukan dengan mengisi

penuh tower dengan larutan asam sitrat, ujung pipa dibuka hingga larutan mengalir

ke ujung, tutup pipa dan diamkan selama 12 jam. Dibilas dengan air bersih dan

pastikan bersih dari kotoran (sisa obat, lumut, lendir, dll). Penyekat DOC dicusi

dengan desinfektan dan dibilas sampai bersih. Untuk tirai, tirai plafon, tirai sekat,

tirai alas, tirai bawah direndam dan dicuci dengan detergen, dibilas hingga bersih

kemudian didesinfeksi agar semua bersih dan higienis serta bebas dari kuman

maupun bakteri.

Setelah peralatan kandang dipastikan bersih dan higienis, giliran kandang yang

dilakukan pembersihan secara menyeluruh. Pertama, kotoran yang ada dikandang

dibuang ke tempat yang jaraknya jauh dari areal kandang, gumpalan kotoran yang

ada pada kandang juga harus dikerok sampai bersih. Kandang yang terdapat kutu
5

maupun serangga sebaiknya diberikan insektisida sebelum dilakukan pencucian

kandang. Lantai dan dinding kandang dibasahi dengan larutan detergen sebanyak 1

kg untuk 100 liter air dan didiamkan selam 1 jam agar saat pencucian menjadi lebih

mudah. Kemudian sikat seluruh bagian kandang dan bilas dengan air bersih sampai

tidak ada kotoran lagi. Bersihkan rumput dan semak di sekitar kandang agar tidak

menjadi sarang penyakit, kegiatan ini perlu dilakukan rutin tidak hanya sebelum

pemeliharaan. Lantai tanah, tanah dibawah kandang panggung dan parit perlu

disiram dengan larutan soda api 2 kg per 100 liter air, sebaiknya menggunakan

gembor air, karena bila menggunakan sprayer soda api dapr menyebabkan korosi.

Lantai serta dinsing kandang diberi kapur dengan dosis 1 kg per 10 m2 dan dosis 15

m2 untuk slat dan panggung. Tirai kandang dipasang baik luar maupun dalam, tirai

untuk brooding jangan sampai bocor. Peralatan yang telah dibersihkan dimasukkan

ke dalam kandang dan didesinfeksi secara menyeluruh dengan formalin 40% dosis

5 liter untuk 95 liter air kemudian kandang diistirahatkan minimal 14 hari. Selama

istirahat kandang, dilakukan pengecekan terhadap pemanas serta seluruh sarana

penunjang seperti sumber air, bak air, instalasi listrik, dan lain-lain.

Sebelum DOC datang, kandang ditaburi dengan sekam pada lantai dengan

ketebalan 3-5 cm. Tempat pakan, minum, chick guard, lampu serta pemanas harus

terpasang 2 hari sebelum ayam masuk kandang. Tinggi chick guard yang baik

adalah 40-50 cm, dapat terbuat dari seng, kayu atau bambu. Pemanas diletakkan

ditengah chick guard dengan ketinggian 1,25 cm, perhatikan arah panas dan

temperaturnya. Pemakain koran diatas liter hanya 1 lapis dan dipaki pada hari

pertama saja. Insensitas cahaya dalam kandang minimal 20 lux, atau setara dengan

10 watt atau 60 watt lampu per chick guard dengan ketinggian 170 cm. Untuk

petugas yang keluar masuk kandang disediakan celupan desinfektan atau hand
6

sprayer. Setelah semua persiapan telah dilakukan, desinfeksi ke seluruh bagian

kandang harus dilaksanakan.

Sebelum DOC masuk, kandang perlu dipanaskan selam 2 jam, agar

temperatur brooding stabil dan liter sudah dalam keadaan hangat. Siapkan pakan

dan air minum, untuk air minum yang disarankan adalah air gula 2-3% (20-30 gram

gula per liter air). DOC yang cacat dapat langsung dikeluarkan, sedangkan DOC

yang masih lemas dapat dibantu minum dengan mencelupkan paruh ke air minum.

Amati tingkah laku ana ayam di chick guard, lakukan evaluasi crop fill, dalam 6

jam minimal 80 % tembolok berisi pakan dan air, dan setelah 12 jam berisi 100 %.

Perhatikan tembolok ayam, kondisi tembolok tidak boleh terlalu encer atau keras,

hal itu berkaitan dengan temperatur dan ketersediaan pakan. Amati kondisi secara

menyeluruh, bila perlu chick guard diketuk secara perlahan agar ayam aktif makan.

Peralatan Kandang

Peralatan kandang yang dibutuhkan untuk beternak ayam boiler:

1. Litter

Litter adalah sebutan yang disematkan pada alas kandang ayam broiler. Alas

kandang ayam broiler ini memiliki ketentuan tersendiri untuk dapat memperlancar

proses budidaya ayam broiler, tentu untuk kandang yang dibangun dengan sistem

postal. Litter dapat dibuat dengan ketebalan 10-15 cm. Selain itu, bahan untuk

membuat litter juga harus memiliki sifat-sifat tertentu yaitu harus kering, memiliki

daya serap yang tinggi, tidak berbau, serta tidak berdebu. Dengan ketentuan

tersebut, sering kali litter dibuat dengan bahan-bahan seperti sekam padi, serutan

kayu, potongan jerami, dan juga rumput kering. Litter ini bisa diterapkan pada

kandang dengan penggunaan sekali pakai atau juga bisa untuk waktu yang lama.

Namun, yang jelas peternak harus selalu mengontrol keadaan litter ini agar tidak

menyebabkan penyakit pada ayam jika terlalu banyak terdapat kotoran ayam.
7

2. Pemanas

Secara umum, pemanas ini berbentuk bundar atau segi empat dengan

jangkauan 1-3 meter, dan diletakkan di tengah kandang. Pemanas ini memiliki

fungsi untuk menghangatkan ayam broiler ketika dibutuhkan, terutama ketika ayam

broiler masih kecil. Sehingga, pemanas ini memiliki nama lain yaitu brooder.

Pemanas ini bisa menggunakan bahan apa saja yang penting dapat memberi

kehangatan untuk ayam yang dipelihara. Sebagian peternaka ada yang masih

menggunakan tong yang didalamnya diisi dengan kayu bakar.

3. Tempat Pakan dan Minum

Tempat Pakan akan kita bahas terlebih dahulu. Tempat pakan adalah alat yang

memiliki fungsi sebagai tempat untuk memberi pakan terhadap ayam broiler yang

dipelihara. Peternak dapat membeli tempat pakan tersebut, atau juga bisa membuat

sendiri. Syarat tempat pakan ini adalah terbuat dari bahan yang tidak mudah

berkarat serta tidak mudah terkena feses.

Tempat minum adalah pasangan dari tempat pakan diatas, sehingga juga harus

dipersiapkan oleh peternak. Tempat ini akan lebih baik jika ditempatkan di tempat

yang mudah dijangkau oleh ayam broiler yang dipelihara. Selain itu, peternak harus

selalu siaga untuk mengontrol kebersihan tempat minum sehingga air yang

diebrikan untuk ayam broiler selalu dalam keadaan bersih. Oleh sebab itu,

membersihkan tempat minum setiap pengisian air terkadang diperlukan.

2.1.2. Starting Manajemen

Pada fase awal (starter) kondisi tubuh ayam masih lemah dengan organ tubuh

yang belum berfungsi secara optimal sehingga ayam memerlukan perhatian yang

lebih intensif agar dapat tumbuh secara optimal. Banyak hal yang harus

diperhatikan, terutama bagaimana suhu tubuh DOC dapat tetap terjaga dan stabil,
8

kebutuhan minum dan juga makannya. Karena saat ini adalah masa permulaan bagi

perkembangan dan pertumbuhan ayam.

Pemeliharaan ayam pedaging (broiler) ditujukan untuk mencapai beberapa

sasaran yaitu tingkat kematian serendah mungkin, kesehatan ternak baik, berat

timbangan setiap ekor setinggi mungkin dan daya alih makanan baik (hemat). Dan

pada fase starter yang dillihat juga yaitu tingkat kematian yang serendah mungkin.

Untuk mencapai hal-hal tersebut ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan

yaitu perkandangan dan peralatan serta persiapannya, pemeliharaan dari minggu

pertama hingga ketiga, pemberian pakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit.

1. Perkandangan dan Peralatan

Pada saat DOC datang, perkandangan harus sudah disiapkan, dan sudah

disediakan tempat makan dan juga minum, dan juga suhu yang harus di selalu

dikontrol. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1987) yang menyatakan

persiapan yang diperlukan saat kedatangan DOC yaitu tersedianya boks atau

kandang DOC, boks ini diletakkan di atas lantai kandang, tirai plastik dipasang pada

keempat sisi boks, lampu pemanas digantung 15 cm dari lantai boks, termometer

untuk mengontrol panas bisa digantung atau diikat pada kandang.

2. Pemeliharaan Minggu Pertama

Pada saat DOC datang pertama kali, DOC dibiarkan dulu selama beberapa saat

supaya bisa mengenali lingkungannya terlebih dahulu, dan dipindahkan ke indukan

atau pemanas setelah itu bisa diberi air minum yang dicampur dengan gula agar

dapat mengganti energi yang hilang selama di perjalanan. Pakan yang diberikan

berupa butiran kecil (crumbles). Dan pada hari ke-4 DOC diberi vaksin ND. Hal ini

sesuai dengan pendapat Murtidjo (1987) yang menyatakan DOC yang barudibeli

satu-persatu dipindahkan ke kandang yang sudah terdapat lampu sebagai pemanas.

Jangan diberi minum atau pakan lebih dahulu, dibiarkan selama 25 menit untuk
9

mengenali lingkungan yang baru. Selanjutnya dapat diberikan air minum dicampur

gula pasir dengan perbandingan 20 gram gula pasir dicampur 4 liter air putih untuk

100 ekor DOC. Gunakan tempat minum tabung ukuran 1 liter. Peranannya sangat

penting untuk pengembalian kondisi DOC selama perjalanan. Pada hari kedua air

minum dicampur dengan antibiotik, dan pada hari keempat diberi vaksin ND.

3. Pemeliharaan Minggu Kedua

Pemeliharaan minggu kedua, meskipun masih memerlukan pengawasan,

namun lebih ringan dibandingkan pada minggu pertama. Pemanas masih

diperlukan. Koran atau tirai yang berada pada sisi kandang bisa dibuka untuk

memperlancar sirkulasi udara. Suhu dari pemanas bisa diturunkan, dengan

menaikkan lampu atau pemanasnya. Penambahan jatah pakan dan air minum.

4. Pemeliharaan Minggu Ketiga

Pada pemeliharaan minggu ketiga, pemanas sudah dapat dimatikan di siang

hari, karena sudah panas dari udara diluar kandang, terutama saat terik matahari.

Koran atau tirai di sisi kandang punsudah bisa dibuka seluruhnya. Saat minggu

ketiga pakan yang diberikan bisa 48 gram per ekor. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Murtidjo (1987) yaitu, pemeliharaan minggu ketiga masih memerlukan

pemanas. Ayam sudah lincah dan nafsu makan tinggi. Selain itu pertumbuhan bulu

sudah cukup baik sehingga tirai plastik penutup sisi boks dapat dibuka. Temperatur

diturunkan sehingga 290C. penambahan jatah makan dan minum. Pakan dibutuhkan

sebanyak 48 gram/ekor. Air minum dicampur antibiotik dan pada minggu dilakukan

vaksinasi ND II.

5. Ransum Starter (0-3 Minggu)

Pemberian ransum pada ayam fase starter, diberikan berbentuk halus/tepung

(crumble). Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah (2004) yang menyatakan bahwa

pemberian ransum dilakukan secara adlibitum dengan pemberian ransum


10

berbentuk: tepung pada periode starter, butiran pecah pada periode finisher dan

terkadang diberikan ransum yang berbentuk pellet.

Penyusunan ransum ayam broiler, didasarkan pada kandungan energi dan

protein. Untuk ayam broiler, pada umur 0-3 minggu, ransum yang digunakan harus

mengandung protein 23% dan energi metabolis 3.200 kkal/kg (NRC, 1984).

Tabel 1. Kebutuhan zat makanan broiler fase starer dan fase finisher

Zat Nutrisi Starter Finisher

Protein Kasar (%) 23 20

Lemak Kasar (%) 4-5 3-4

Serat Kasar (%) 3-5 3-5

Kalsium (%) 1 0,9

Pospor (%) 0,45 0,4

EM (Kkal/kg) 3200 3200

Lisin (%) 1.2 1.0

Metionin (%) 0.50 0.38

Sumber : NRC (1984)

6. Vaksinasi

Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti tetes mata,

hidung, mulut (cekok), atau melalui air minum. Vaksinasi harus dilakukan dengan
benar sehingga tidak menyakiti, unggas dan mempercepat proses vaksinasi, dan

tidak meninggalkan sisa sampah dari peralatan vaksinasi seperti suntikan, sarung

tangan, masker maupun sisa vaksin yang digunakan (botol vaksin). Unggas yang

divaksin harus benar- benar dalam keadaan sehat tidak dalam kondisi sakit maupun

stress sehingga akan mendapatkan hasil yang maksimal dan tidak terjadi kematian

dalam proses vaksinasi.


Vaksinasi pada ayam broiler yang sangat penting dilakukan yaitu vaksinasi
11

ND/tetelo. Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan

vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui

suntikan atau air minum.

2.1.3. Finishing Manajemen

Pada minggu kelima dilakukan penambahan jatah makan dan minum. Ayam

diberi pakan 88 gram/ekor. Air minum ditambah dengan obat cacing untuk

menyiapkan periode pertumbuhan yang cepat. Obat cacing cukup diberikan sekali

saja dengan dosis sesuai anjuran penggunaan merk obat cacing yang dibeli.

Pada pemeliharaan minggu keenam, pengawasan yang berkaitan dengan

performan ayam broiler mulai dilakukan khususnya bagi ayam yang akan

dipasarkan pada akhir minggu keenam, sehingga dengan pengawasan rutin dan

program yang baik bisa dicapi berat badan optimal. Selain itu perlu dilaksanakan

program penerangan tambahan pada malam hari. Dilakukan penambahan jatah

makan dan minum yaitu jatah makan 117 gram/ekor. Program penambahan

penerangan pada malam hari dilakukan mulai pukul 02.00 – 06.00 dengan intensitas

cahaya 30 watt/20m2 luas kandang. Sebelum ayam dikeluarkan, alat-alat kandang

dikeluarkan terlebih dahulu. Penanggkapan ayam hendaknya dilakukan pada

malam hari. Penangkapan dilakukan dengan bantuan penerangan lampu pijar warna

biru/hijau. Hindarkan perlakuakn kasar, ambil satu-persatu, dan pegang kakinya.

Tempat untuk ayam hasil penangkapan dianjutkan keranjang yang bertepi bulat.

Isilah keranjang sesuai kapasitas dan jangan terlalu padat.

Ransum Fase Finisher

Pada periode finisher (umur 3-6 minggu), kondisi pertumbuhan ayam broiler

mulai menurun. Untuk itu, protein dalam ransum diturunkan menjadi 20% (NRC,

1994), sedangkan energi ransum, yang digunakan 3000-3200 kkal/kg. Bahan-bahan

penyusun ransum untuk starter tidak berbeda dengan bahan penyusun ransum untuk
12

finisher. Bentuk fisik ransum yang biasa diberikan pada ayam broiler bisa

berbentuk pellet, mash, atau crumble. Ransum ayam broiler banyak dijual dengan

merk dagang yang berbeda-beda, tergantung pabrik yang mengeluarkan.

Penggantian ransum starter dengan ransum finisher sebaiknya tidak dilakukan

sekaligus, tetapi secara bertahap. Pada hari pertama mula-mula deberi ransum

starter 75% di tambah ransum finisher 25%, pada hari berikutnya diberi ransum

finisher 75% dan pada hari berikutnya baru diberikan ransum finisher seluruhnya.

Jika tahapan ini tidak dilakukan maka nafsu makan ayam menurun untuk beberapa

hari dan dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan.

Kadang-kadang para peternak tidak membeli ransum yang sudah jadi, tetapi

membeli konsentrat dan mencampurnya dengan bahan pakan yang mereka miliki

misalnya jagung. Konsentrat adalah campuran bahan pakan yang mengandung gizi

tinggi untuk dicampur dengan bahan pakan lain sehingga tercapai kebutuhan untuk

ternak yang akan diberi makan sesuai dengan tujuan produksinya.


Tabel 2. Susunan Ransum Broiler Finisher

Bahan PK LK SK CA P EM
No Jumlah
Pakan (%) (%) (%) (%) (%) (kkal/kg)
Jagung
1 60,0 5,16 2,34 1,20 0,01 0,06 2.022,00
kuning
Bungkil
2 15,0 6,75 0,13 0,90 0,04 0,04 336,00
kedelai
Dedak
3 5,5 0,66 0,71 0,66 0,01 0,01 89,65
halus
Tepung
4 11,0 6,71 0,44 0,31 0,60 0,30 311,30
ikan
Bungkil
5 5,0 1,05 0,09 0,75 0,01 0,01 84,70
kelapa
13

Minyak
6 2,0 - 2,00 - - - 172,00
kelapa
7 grit 1,0 - - - 0,38 0,20 -
8 premix 0,5 - - - - - -
Jumlah 100,0 20,33 5,71 3,62 1,05 0,62 3.015,65

Penghitungan Angka Konversi Ransum

Efisiensi ransum yang diberikan kepada ayam bisa dilihat dari angka konversi

ransum. Konversi ransum didenifisikan sebagai banyaknya ransum yang


dihabiskan untuk menghasilkan setiap kilogram pertambahan bobot badan. Angka

konversi ransum yang rendah (kecil) berarti banyaknya ransum yang digunakan

untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit, begitu pula sebaliknya.

Pada minggu pertama, angka konversu ransum ayam broiler ini rendah.

Pada minggu-minggu berikutnya akan meningkat sesuai dengan kecepatan

pertumbuhannya.

Tabel 3 memperlihatkan bahwa jantan lebih efisien dalam mengubah

ransum menjadi daging dibandingkan betina. Hal ini karena pertumbuhan jantan

lebih cepat dibandingkan betina. Pada umur 6 minggu, konfersi ransum pada jantan

maupun betina diatas angka dua. Jika konversi ransum jauh di atas angka dua maka

kurang menguntungkan. Oleh karena itu ayam broiler dipasarkan maksimal umur

6 minggu.
Tabel 3. Konversi Ransum Ayam Broiler Selama 6 Minggu

Umur (Minggu) Jantan Betina Jantan Dan Betina


1 0,80 0,80 0,80
2 1,20 1,22 1,21
3 1,37 1,41 1,39
4 1,70 1,78 1,74
14

5 1,98 2,08 2.03


6 2,29 2,35 2.32

Pola Usaha Budidaya Ayam Pedaging

Sistem usaha ternak ayam pedaging yang umum saat ini ada dua yakni:

1. Sistem kemitraan, dalam kemitraan ayam broiler sama saja dengan kemitraan

pada ternak ikan lele, dimana dalam kemitraan ada yang berindak sebagai inti

dan ada yang bertindak sebagai plasma. Inti dalam kemitraan ternak ayam

pedaging harus dalam bentuk badan hukum yang jelas (perusahaan), apakah itu

PT atau CV. Kewajiban perusahaan inti disini adalah menyediakan bibit,

menediakan pakan, menyediakan tenaga penyuluh, menyediakan obat-obatan

dan menjamin pemasaran hasil panen ayam pedaging dari plasma. Namun

demikian inti juga memiliki banyak hak yang diatur jelas dalam sebuah MOU

(kontrak kerjasama/kesepakatan). Hak dan kewajiban plasma dan inti kemitraan

ternak ayam broiler ini berbeda-beda pada setiap kemitraan, namun yang pasti

hak dan kewajiban tersebut akan tercantum jelas pada kontrak kesepakatan.

Plasma dalam kemitraan ayam pedaging adalah para peternak. Keuntungan

utama budidaya ayam broiler sebagai plasma (peternak) dengan sistem

kemitraan ini adalah pemasaran hasil panen terjamin dan harganya sesuai dengan

kontrak dengan perusahaan inti yang ditetapkan diawal kerjasama kemitraan.

2. Sistem mandiri, dimana peternak ayam broiler membudidayakan ternaknya

secara mandiri baik itu pendirian kandang, penyediaan DOC ayam broiler,

pakan, obat-obatan hingga pemasaran harus dijalankan sendiri oleh si peternak

ayam pedaging tersebut. Keuntungan budidaya ayam pedaging secara mandiri

salah satunya adalah harga jual ayam sesuai dengan harga pasaran, jadi ketika

harga daging ayam sangat tinggi seperti saat ini sudah bisa dipastikan peternak

ayam pedaging mandiri akan memperoleh untung yang berlipat-lipat. Namun


kerugiannya juga ada yakni pemasaran harus dilakukan sendiri oleh peternak
15

sehingga hasil panen belum tentu terjual tepat pada waktu yang optimal,

sehingga dapat menyebabkan kerugian besar akibat biaya pakan yang semakin

hari semakin meningkat. Biaya perawatan (budidaya) ayam pedaging (broiler)

yang paling besar adalah biaya pakan.

Dua hal tersebut diatas harus dipertimbangkan sebelum menjalankan bisnis ayam

pedaging, Jika ada kesulitan dalam akses pemasaran maka sebaiknya pilihan

mendirikan usaha ternak ayam pedaging sebaiknya dengan sistem kemitraan.

Namun jika peternak menguasai akses pemasaran dan memahami teknik budidaya

ayam pedaging (broiler) maka sebaiknya dirikanlah peternakan ayam secara

mandiri.

2.2. Sistem Biosekuriti pada Pemeliharaan Ayam

1. Kontrol Lalu Lintas

Biosekuriti ini secara umum memberlakukan kontrol tehadap lalu lintas orang,

seperti mengunci pintu dan melarang semua pengunjung, atau mengizinkan

masuk orang tertentu dan personil yang dibutuhkan (profesional) setelah mereka

didesinfeksi, mandi semprot, lalu memakai sepatu khusus, baju penutup, dan topi

khusus yang telah didesinfeksi.

2. Vaksinasi

Aspek lain dari biosekuriti adalah mencegah penyakit melalui vaksinasi.

Antibiotika digunakan untuk memberantas infeksi bakteri. Karena tidak ada obat

yang dapat melawan infeksi virus, maka vaksinasi sebelum infeksi terjadi di

dalam flok ayam menjadi pilihan utama untuk melindungi ayam .

3. Pencatatan Riwayat Flok

Mencatat riwayat flok adalah cara yang mudah untuk menjaga kesehatan flok

ayam.

4. Pencucian Kandang Ayam Broiler


16

Pencucian kandang ayam broiler bisa dilakukan secara total atau menyeluruh.

5. Kontrol Terhadap Pakan

Biosekuritas terhadap pakan harus dilakukan terutama ditingkat pabrik

pengolahan. Hal ini harus secara ketat dilakukan mengingat banyaknya agen

penyakit dan toksin yang dapat mencemari makanan.


17

III
KESIMPULAN

3.1. Manajemen pemeliharaan ayam broiler terdiri dari Persiapan kandang dan
peralatan kandang, starter manajemen dan finisher manajemen karena ayam
broiler dibagi menjadi dua fase, dimana Fase starter merupakan fase yang harus
diawasi dengan benar, karena merupakan kunci keberhasilan pemeliharaan di
minggu-minggu berikutnya kemudian fase finisher performan ayam broiler
mulai dilakukan khususnya bagi ayam yang akan dipasarkan pada akhir
minggu keenam.
3.2. Sistem Biosekuriti pada peternakan ayam diantaranya control lalu lintas,
vaksinasi, pencatatan riwayat flock, pencucian ayam broiler dan kontrol terhadap
pakan
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Manajemen Ayam Broiler : Persiapan Kandang Ayam Broiler.

http://ayambroiler.com/manajemen-ayam-broiler-persiapan-kandang-

ayam-broiler/(diakses tanggal 24 Oktober 2017 pukul 19.47 WIB)

_______. 2017. Peralatan Kandang Ayam Broiler Yang Dibutuhkan.

http://urbanina.com/peternakan/ayam-broiler/peralatan-kandang-ayam-

broiler-yang-dibutuhkan/ (diakses tanggal 24 Oktober 2017 pukul 19.57

WIB)

Cahyono, B. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler).


Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Fadilah, R. 2004. Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka. Jakarta.


Hasnaeni, B. 2004. Fungsi pengaman dan estetika jalur hijau jalan (studi kasus di
Jalan Pajajaran – Bogor). Skripsi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi
Fakultas Matematika dan IPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

North dan Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. New York.

N.R.C; 1984. Nutrient Requirement of poultry. 8 th Ed. National Academy of


Science.
Rasyaf, M. 1995-2007. Pengelolaan Peternakan Usaha Ayam Pedaging.
Gramedia. Jakarta.

Siregar A.P. 1982. Tehnik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Margie Group
:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai