sirkulasi udara yang baik, tidak lembab, tidak menyebabkan licin dan mempunyai
harus mampu menahan beban benturan dan dorongan yang kuat dari ternak, serta
fisiologi ternak. Tipe dan bentuk kandang dibedakan menjadi berdasarkan status
fisiologis ternak. Tipe dan Bentuk kandang dibedakan berdasarkan status fisiologis
kandang bisa berupa genting atau asbes. Ketinggian atap setinggi 5 meter agar
sirkulasi udara berjalan dengan baik. Dinding kandang berupa semen setinggi 1,5
angin langsung mengenai sapi. Sedangkan alas berupa tanah yang dilapisi semen
Bahan yang digunakan untuk pembuatan atap antara lain asbes, rumbai,
genting dan seng. Keuntungan rumbai dan genting adalah kandang tidak terlalu
panas pada siang hari dan tidak terlalu dingin pada malam hari. Atap genting dan
rumbai memiliki kelemahan yaitu mudah rusak akibat serangan angin yang besar,
oleh karena itu perlu adanya pengikatan yang kuat pada pembuatan atap. Tetapi
bila menggunakan seng sebaiknya dicat putih pada bagian luarnya dan hitam pada
bagian luarnya agar siang hari tidak terlalu panas (Williamson dan Payne, 1983).
Siregar (1993) menyatakan bahwa kemiringan atap dari genting 30–450, asbes 15–
200, welit (daun tebu dan sebagainya) 25–300. Tinggi atap dari genting 4,5 m untuk
dataran rendah dan menengah, dan 4 m untuk dataran tinggi. Tinggi plafon emperan
Lantai kandang dapat dibuat agak miring, dari bahan beton dengan
perbandingan 1 bagian semen 2 bagian pasir dan 3 bagian kerikil, atau tanah biasa
sebaiknya dibuat dari bahan yang cukup keras dan tidak licin untuk dapat menjaga
akan mempengaruhi kesehatan sapi. Lantai kandang terlalu keras dapat ditutup
dengan jerami agar menjadi tidak begitu keras. Lebih tegas Siregar (1993)
menyebutkan bahwa supaya air mudah mengalir atau kering, lantai kandang harus
Bagian kandang yang penting adalah tempat pakan dan minum. Hendaknya
Tempat pakan dapat dibuat memanjang sepanjang kandang dan diusahakan sapi
dapat mengambil pakan yang disediakan. Tempat pakan dapat dibuat dengan
kedalaman sekitar 50 cm, dengan luas tempat pakan sekitar 1 m2. Tempat minum
dapat diletakkan pada ember plastik atau dari bahan lain, diletakkan dengan cara
digantung dengan ketinggian kurang lebih 80 cm dari lantai dengan tujuan untuk
Selokan atau drainase lebarnya minimal 30–40 cm. Kedalaman selokan atau
drainase 20–25 cm (Siregar, 1993). Muljana (1985) menyatakan agar air pembersih
kandang dan air untuk memandikan sapi mudah mengalir menuju bak
maupun air untuk memandikan sapi. Blakely dan Bade (1998) mengatakan bahwa
selokan harus cukup lebar agar kotoran yang berasal dari kandang dapat keluar
dengan cepat.
Blakely, J. dan H. Bade, D. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Bambang Srigondono).
Ensminger, M. E. 1971. Dairy Cattle Science. First Edition. The Inter State Printers
Publisher, Inc. Dancilles, Illionois
Muljana, W. 1985. Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Sapi Perah. Semarang:
Aneka Ilmu (45-67)
Siregar, Soribasya, M.S. 1990. Sapi Perah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sudarmono. 1993. Kandang Ternak Perah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Frey,
J.K.R., Frahm, J.V. Whitemen J.E., Tamer & D.F. Stephen. 1972.
Evaluation of Cow Type Classification Score and Its Relationship to Cow
Productivity. J. of An. Sci., 31 : 171 (Abstr)
Syarif, E. K dan Harianto, B. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah
Tropis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. (diterjemahkan oleh
Bambang Srigandono).