Anda di halaman 1dari 4

Bahan Bangunan Kendang

Konstruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, mempunyai

sirkulasi udara yang baik, tidak lembab, tidak menyebabkan licin dan mempunyai

tempat penampungan kotoran beserta saluran drainasenya. Konstruksi kandang

harus mampu menahan beban benturan dan dorongan yang kuat dari ternak, serta

menjaga keamanan ternak dari pencurian. Mendesain konstruksi kandang harus

didasarkan agroekosistem silayah setempat, tujuan pemeliharaan dan status

fisiologi ternak. Tipe dan bentuk kandang dibedakan menjadi berdasarkan status

fisiologis ternak. Tipe dan Bentuk kandang dibedakan berdasarkan status fisiologis

dan pola pemeliharaan dibedakan yaitu kandang pembibitan, pembesaran, kandang

beranak/ menyusui, kandang pejantan (Williamson dan Payne, 1993). Atap

kandang bisa berupa genting atau asbes. Ketinggian atap setinggi 5 meter agar

sirkulasi udara berjalan dengan baik. Dinding kandang berupa semen setinggi 1,5

meter sedangkan bagian atasnya terbuka. Fungsinya untuk mencegah terpaan

angin langsung mengenai sapi. Sedangkan alas berupa tanah yang dilapisi semen

agar mudah dalam membersihkannya (Syarief dan Harianto, 2011).

Bahan yang digunakan untuk pembuatan atap antara lain asbes, rumbai,

genting dan seng. Keuntungan rumbai dan genting adalah kandang tidak terlalu

panas pada siang hari dan tidak terlalu dingin pada malam hari. Atap genting dan

rumbai memiliki kelemahan yaitu mudah rusak akibat serangan angin yang besar,

oleh karena itu perlu adanya pengikatan yang kuat pada pembuatan atap. Tetapi

bila menggunakan seng sebaiknya dicat putih pada bagian luarnya dan hitam pada

bagian luarnya agar siang hari tidak terlalu panas (Williamson dan Payne, 1983).

Siregar (1993) menyatakan bahwa kemiringan atap dari genting 30–450, asbes 15–
200, welit (daun tebu dan sebagainya) 25–300. Tinggi atap dari genting 4,5 m untuk

dataran rendah dan menengah, dan 4 m untuk dataran tinggi. Tinggi plafon emperan

berkisar antara 1,75–2,20 m dengan lebar emperan sekitar 1 m.

Lantai kandang dapat dibuat agak miring, dari bahan beton dengan

perbandingan 1 bagian semen 2 bagian pasir dan 3 bagian kerikil, atau tanah biasa

(Williamson dan Payne, 1993). Menurut Sudarmono (1993), lantai kandang

sebaiknya dibuat dari bahan yang cukup keras dan tidak licin untuk dapat menjaga

kebersihan dan kesehatan kandang. Kebersihan kandang sangat diperlukan karena

akan mempengaruhi kesehatan sapi. Lantai kandang terlalu keras dapat ditutup

dengan jerami agar menjadi tidak begitu keras. Lebih tegas Siregar (1993)

menyebutkan bahwa supaya air mudah mengalir atau kering, lantai kandang harus

diupayakan miring dengan kemiringan kurang lebih 20

Bagian kandang yang penting adalah tempat pakan dan minum. Hendaknya

tempat tersebut dibuat sekuat mungkin dan mudah dibersihkan (Ensminger,1991).

Tempat pakan dapat dibuat memanjang sepanjang kandang dan diusahakan sapi

dapat mengambil pakan yang disediakan. Tempat pakan dapat dibuat dengan

kedalaman sekitar 50 cm, dengan luas tempat pakan sekitar 1 m2. Tempat minum

dapat diletakkan pada ember plastik atau dari bahan lain, diletakkan dengan cara

digantung dengan ketinggian kurang lebih 80 cm dari lantai dengan tujuan untuk

menghindari kontaminasi dari makanan dan desakan sapi (Sudarmono, 1993).

Selokan atau drainase lebarnya minimal 30–40 cm. Kedalaman selokan atau

drainase 20–25 cm (Siregar, 1993). Muljana (1985) menyatakan agar air pembersih

kandang dan air untuk memandikan sapi mudah mengalir menuju bak

penampungan, maka lantai bagian belakang dan disekeliling kandang harus


dilengkapi selokan. Selokan dibuat dengan lebar 20 cm dan kedalaman 15 cm yang

dimaksudkan untuk memudahkan pembuangan kotoran yang cair, air minum

maupun air untuk memandikan sapi. Blakely dan Bade (1998) mengatakan bahwa

selokan harus cukup lebar agar kotoran yang berasal dari kandang dapat keluar

dengan cepat.

Perlu diketahui dalam merancang kandang sapi perah perlu digunakan


bahan yang paling murah sesuai dengan prinsip-prinsip pembuatan kandang sapi
perah yaitu menurut kebutuhan sapi dan orang yang akan melakukan kegiatan
dalam kandang. Jadi pada keseluruhan bahan untuk membangun kendang adalah
sebagai berikut :

 Atap kandang : Genteng tanah/semen, Bambu anyam berlapis


plastik, Kayu
 Tempat pakan : Beton. Plastik, Kayu
 Sekat tempat pakan : Kayu, pipa besi
 Tempat minum : Plastik, Karet, Beton, Logam
 Sekat sapi : Pipa, kayu
 Selokan : Beton
 Penutup selokan : Besi , Kayu
 Alat Penerangan : Penerangan untuk malam hari minimal 4 watt/ m2.
Penerangan memiliki dampak yang baik terhadap fertilitas, 100 watt per 20-
25 m2 lantai space(ruang gerak)
 Lantai dalam kendang : Tanah padat, bambu, kayu karet dan plaster. Lantai
kandang harus terkontrol kondisinya dan harus dalam keadaan kering, dan
harus lebih mudah dibersihkan
DAFTAR PUSTAKA

Blakely, J. dan H. Bade, D. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Bambang Srigondono).
Ensminger, M. E. 1971. Dairy Cattle Science. First Edition. The Inter State Printers
Publisher, Inc. Dancilles, Illionois
Muljana, W. 1985. Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Sapi Perah. Semarang:
Aneka Ilmu (45-67)
Siregar, Soribasya, M.S. 1990. Sapi Perah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sudarmono. 1993. Kandang Ternak Perah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Frey,
J.K.R., Frahm, J.V. Whitemen J.E., Tamer & D.F. Stephen. 1972.
Evaluation of Cow Type Classification Score and Its Relationship to Cow
Productivity. J. of An. Sci., 31 : 171 (Abstr)
Syarif, E. K dan Harianto, B. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah
Tropis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. (diterjemahkan oleh
Bambang Srigandono).

Anda mungkin juga menyukai