LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun oleh :
Nama NPM
Kelompok : 6 Kelas : F
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2017
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
Penyusunan laporan praktikum ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pemuliaan Ternak.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Ir. Jan Alex Siwi, DES. selaku
dosen mata kuliah Pemulian Ternak, serta berbagai pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini. Penyusunan laporan praktikum ini jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sebagai bahan pembelajaran agar penulis dapat lebih baik lagi.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
1. Pendahuluan ...................................................................................... 1
6. Kesimpulan ....................................................................................... 11
1. Pendahuluan .................................................................................... 13
6. Kesimpulan ..................................................................................... 20
1. Pendahuluan .................................................................................... 23
6. Kesimpulan ..................................................................................... 30
Analisis Ragam
1. Pendahuluan .................................................................................... 32
6. Kesimpulan ...................................................................................... 39
1. Pendahuluan .................................................................................... 41
6. Kesimpulan ..................................................................................... 51
1. Pendahuluan .................................................................................... 53
6. Kesimpulan ..................................................................................... 70
PRAKTIKUM KE 1
1.1 Pendahuluan
Populasi adalah sekelompok individu dalam satu spesies yang menempati suatu
habitat yang menggunakan sumber daya dengan cara yang sama dan dipengaruhi
Populasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu populasi alamiah yang merupakan
sekelompok individu dalam satu spesies yang menempati wilayah tertentu karena
alasan kimia, yaitu kondisi geografis yang mendukung kecukupan nutrisi dan daya
merupakan populasi yang sengaja dibuat manusia dengan perlakuan dan lingkungan
pemuliaan ternak, kita tidak akan mampu mengenal pengaruh dari gen-gen satu
persatu. Oleh karena itu perhatian dan minat kita tertuju pada genetika dipandang
dari segi populasi, terutama frekuensi gen dengan efek yang diiginkan.
2
2) Untuk mengetahui data populasi dasar tersebut terdistribusi normal atau tidak.
5) Untuk mengetahui gambaran keragaman suatu sifat yang diukur dari populasi
dasar.
keberadaan suatu ternak (Warwick dkk, 1994). Namun secara umum pandangan
tentang populasi depengaruhi oleh beberapa factor, yaitu factor imigrasi yaitu
merupakan populasi yang sengaja dibuat manusia dengan perlakuan dan lingkungan
data dan penyajian data sehingga mudadipahami. Dengan kata statistic deskriptif
statistic deskriptif (jika ada) hanya ditujukan pada kumpulan data yang ada.
mencakup:
dan sebagianya)
2) Angka indeks.
c. Rata-rata Hitung
4
Rata-rata ini hanya bisa dihitung untuk data dengan skala pengukuran
paling sedikit interval. Jika ada n data maka rata-rata hitung didefinisikan
sebagai berikut:
Untuk populasi
b. Simpangan Baku
c. Koefisien Keragaman
5
3) Koefisien Korelasi
linier antar dua variabel. Koefisien korelasi biasa dilambangkan dengan huruf
r dimana nilai r dapat bervariasi dari -1 sampai +1. nilai r yang mendekati -1
atau +1 menunjukan hubungan yang kuat antara dua variabel tersebut dan
variabel tersebut.
(Sarwono, 2006)
4) Koefisien Regresi
Dalam garis besarnya analisis statistic perlu dilakukan karena asalan sebagai
berikut :
dipelajari.
6
3. Tak mungkin dan tak efisien untuk mengumpulkan data dalam jumlah
panmixia diduga menyebar normal, seperti berat lahir anak domba, nilai pemulian
untuk karakteristik berat sapihan domba, tinggi dan berat sapi potong umur tertentu,
data produksi harian per laktasi kelompok sapi perah dan lain-lain.
2) Ragam besar
4) Koefisien keragaman besar (biasanya diatas 10% data sudah tidak seragam)
1) Setiap kelompok mendapatkan satu set data. Tentukan nilai minimum, nilai
Rata-
209,68 321,60 37,627 22,53 93,184
rata
Parameter X Y
n: 10 10
41,80
Peragam
Korelasi 0,82
Regresi 1,67
1.5.2 Pembahasan
Diketahui tinggi pundak dan lingkar dada 10 ekor sapi sebagai sampel dari suatu
populasi. Pertama diperoleh data maksimum dan minimum, nilai maksimum dari
tinggi pundak sebesar 216,0 cm dan nilai terkecil 200,0 cm, sedangkan nilai
maksimum dan minimum dari lingkar dada masing-masing adalah 339,2 dan 310,4
cm.
Kedua, mencari rataan tinggi pundak dan lingkar dada sapi dari sampel
tersebut. Diperoleh data rata-rataa tinggi pundak sebesar 209,68 cm dan rata-rata
lingkar dada 321,60 cm. Hasil tersebut didapat dengan menggunakan rumus :
( )
2 =
1
Nilai standard deviasi ini merupakan akar dari ragam, sehingga dengan
menggunakan rumus :
= 2
= 25,03 = 5,002
= 103,5 = 10,173
kovarian parameter yang diukur. Analisis peragam ini menggunakan kedua nilai
( )( )
(, ) =
1
= 100%
25,03
= 100% = 11,93%
209,68
103,5
= 100% = 32,24%
321,0
kekuatan hubungan linear antara tinggi pundak dan lingkar dada. Dengan
menggunakan rumus :
(, )
=
Maka didapat nilai koefisien korelasi tinggi pundak dan lingkar dada adalah sebesar
41,80
= = 0,82
(5,002) (10,173)
Berdasarkan hasil perhitungan hubungan antara tinggi pundak dan lingkar dada
Terakhir adalah menghitung koefisien regresi tinggi pundak dan lingkar dada
(, )
=
2
41,80
= = 1,67
25,03
12
KESIMPULAN
Dari data hasil penghitungan pada saat praktikum, didapatkan hasil penghitungan
sebagai berikut :
1) Nilai maksimum dan minimum tinggi pundak 216,0 dan 200,0 cm, sedangkan
3) Ragam sampel tinggi pundak pada sampel tersebut adalah 25,03 sedangkan
ragam sampel lingkar dada adalah 103,5. Lingkar dada lebih bervariasi
4) Standard deviasi dari tinggi pundak adalah 5,002 cm dan lingkar dada
10,173 cm
7) Koefisien korelasi tinggi pundak dan lingkar dada adalah 0,82. Artinya
1,67.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Padjadjaran, Bandung.
Yogyakarta.
Ilmu, Yogyakarta
15
II
PRAKTIKUM KE 2
2.1 Pendahuluan
pakan dan program pemuliaan melalui seleksi dan persilangan. Perbaikan mutu
produktivitas dan mutu genetik, namun membutuhkan biaya besar dan harus
dilakukan secara bijak dan terarah, karena dapat mengancam kemurniaan ternak
asli. Perbaikan mutu genetik biasanya bersifat permanen dan dapat diwariskan
mengetahui daya ulang terhadap sifat-sifat yang muncul beberapa kali selama
hidup dari ternak, misalnya seperti produksi susu, produksi telur, tebal kerabang
telur, berat telur, produksi wol, jumlah anak sekelahiran, jarak beranak, bobot
Guna menduga nilai ripitabilitas dan standar error produksi susu Test day dari
dari individu dalam kelompoknya pada masa yang akan datang. Jika nilai
untuk mengulangi penotipik yang serupa dari sifat tersebut pada periode berikutnya
(Hardjosubroto, 1994).
analisis statistik adalah bentuk korelasi antar catatan (Dalton, 1980). Bedannya
dengan korelasi merupakan hubungan dengan keeratan dalam sifat yang sama
hewan akan mengulang sifat yang sama selama hidupnya. Dua konteks ini hampir
antara ukuran yang berulang-ulang suatu sifat dalam populasi (Rice. dkk, 1957).
total suatu populasi yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan antar individu yang
bersifat permanen. Oleh karena itu, ripitabilitas meliputi semua pengaruh genetik
lingkungan permanen adalah semua pengaruh yang bukan bersifat genetik tetapi
dan lingkungan akan tercermin pada setiap hasil pengamatan produksi. Apabila
17
pertama berbeda terhadap hasil pengamatan pada lingkungan kedua. Demikian pula
memunyai kinerja yang tinggi pada suatu sifat yang diukur pada tahap awal
hidupnya atau memunyai nilai lebih tinggi daripada rata-rata dalam pengukuran
sifat yang diukur berkali-kali pada ternak yang sama selama ternak tersebut hidup
suatu fraksi dari ragam penotifik yang disebabkan oleh adanya perbedaan yang
selalu lebih besar atau sama dengan nilai heritabilitas karena nilai ripitabilitas
atau ripitabilitas merupakan bagian dari ragam fenotip yang disebabkan oleh
perbedaan antar individu yang bersifat permanen. Oleh sebab itu, ripitabilitas
Lingkungan permanen adalah semua pengaruh yang bukan bersifat genetik tetapi
faktor genetik dan faktor lingkungan. Apabila pengamatan dilakukan berulang kali
maka hasil pengamata npada lingkungan yang pertama akan berbeda dengan
pertama dengan produksi yang berikutnya pada individu tersebut inilah yang
suatu sifat pada suatu populasi yang disebabkan oleh keragaman antar individu
yang bersifat permanen pada periode produksi yang berbeda (Kurnianto, 2009).
Menurut Dakhlan dan Sulastri (2002), nilai ripitabilitas berguna dalam analisis
kali pencatatan saja. Nilai ripitabilitas dapat diestimasi dengan menggunakan dua
metode yaitu:
1. korelasi antar kelas (interclass correlation), apabila hanya ada dua ukuran
2. korelasi dalam kelas (intraclass correlation), apabila ada lebih dari dua
tiga kategori yaitu rendah apabila nilainya 0,00--0,20; sedang apabila nilainya 0,20-
Sapi
Catatan Total
1 2 3 4 5 6 7 8
n = 8; K = 3; N = 24
()2 (306.89)2 94181,47
1. FK = = = = 3924.22
24 24
Sumber
db JK KT Komponen
Keragaman
Total 23 20.36
20
5. 2 = 0.4268
2 2 1.93280.4268
6. = = = 0.502
3
2
0.502
7. r = 2 + 2 = = 0.5404
0.502 + 0.4268
2(1)2 [1+(1)] 2(10.5404)2 [1+(31)0.5404]
8. S.E(r) = = = 0.1445
(1)(1) 3(31)(81)
2.5.2 Pembahasan
Pendugaan ripitabilitas mengacu pada keterampilan sifat yang sama pada waktu
yang berbeda dalam masa hidup dari individu yang sama. Perbandingan yang
dilakukan adalah produksi susu sapi betina Fries Holland dengan jumlah delapan
ekor untuk diambil susunya sebanyak tiga kali. Perbedaan data antar sapi FH
tersebut diduga merupakan dampak dari seleksi yang dilakukan. Menurut Rice dkk,
(1957) ripitabilitas berarti kemampuan seekor individu atau kelompok ternak untuk
kekuatan hubungan antara ukuran yang berulang-ulang suatu sifat dalam populasi.
Jadi, ripitabilitas digunakan dalam seleksi untuk performan yang akan dating dari
menggunakan dua metode, yaitu korelasi antar kelas, apabila hanya ada dua ukuran
atau catatan pada setiap individu, dan korelasi dalam kelas, apabila ada lebih dari
dua pengukuran tiap individu. Jadi, jika dilihat dari tabel data ini bisa disimpulkan
correlation), karena dilakukan tiga kali pencatatan tiap individu atau lebih dari dua
analisis ragam.
21
Besarnya nilai ripitabilitas berkisar antara 0 sampai 1 dan selalu lebih besar atau
ripitabilitas yang diperoleh adalah 0.5404 dan standar errornya 0.1445. Hal ini
menunjukan bahwa sebesar 54% produksi susu saat ini dapat diulang pada produksi
susu laktasi berikutnya atau suatu sifat mempunyai peluang besar untuk selalu
diulang pada periode produksi berikutnya. Pencatatan produksi susu ini termasuk
ke dalam kategori tinggi. Sesuai dengan pernyataan Noor (2010), bahwa dugaan
Ternyata nilai ripitabilitas pada pencatatan ini lebih besar jika dibandingkan
0,40; serta Hera Prahanisa (2011) di dalam Morristina K.S.P (2017) dalam
metode yang digunakan, tatalaksana serta waktu dan tempat penelitian yang
berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Aditya dkk, (2015) yang menyatakan
lingkungan temporer.
22
KESIMPULAN
Tinggi atau rendahnya nilai ripitabilitas pada suatu ternak dapat dipengaruhi
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, F., Sulastri, dan Novirzal. 2015. Pendeugaan Nilai MPPA Produksi
Dakhlan, A. dan Sulastri. 2002. Dasar Pemuliaan Ternak. Buku Ajar. Jurusan
Grasindo.
Ripitabilitas dan Daya Produksi Susu 305 Hari Sapi Perah Fries
Produksi susu 305 Hari Sapi Perah Friesian Holstein (FH) yang
Rice, V.A., F.N. Andrews, E.J Warwick and J.E. Legates. 1957. Breeding and
Warwick, E.J., J. Everett, and J.E. Legates. 1979. Breeding and Improvement
Warwick, E.J., and Legates. 1990. Breeding and Improvement of Animal. TMH
III
PRAKTIKUM KE 3
pengertianheritabilitas yaitu dalam arti luas dan arti sempit, akan tetapi yang
Salah satunya yaitu dengan menurunkan ataupun mewariskan sifat yang baik dari
suatu induk ternak adalah hal yang berkelanjutan. Dalam populasi ternak yang
besar, tidak menutup kemungkinan akan mengalami kesulitan. Maka dari itu, untuk
memudahkan dapat dilakukan perkawinan secara acak atau dapat disebut juga
random, akan tetapi sebelum dilakukan kawin acak (random) suatu ternak yang
akan dikawinkan atau induknya harus memiliki kualitas yang baik dan memiliki
produktifitas yang tinggi. Karena hal inilah yang akan diturunkan induk terhadap
keturunannya, apabila tetua dari ternak tersebut memiliki kualitas yang baik maka
itu akan diturunkan terhadap anak atau keturunanya. Dan untuk dapat mengetahui
kemampuan suatu induk atau tetua yang memiliki kualitas dan produktifitas yang
baik, maka harus ada suatu ilmu yang mempelajarinya. Yaitu salah satunya adalah
26
heritabilitas (suatu tolak ukur yang digunakan dalam suatu seleksi untuk
keturunanya).
Prinsip dasar dalam menduga nilai heritabilitas ada beberapa cara utama (
gennya akan berubah dan perubahan frekuansi gen inilah yangdiduga sebagai
Melalui perhitungan korelasi dan regresi dari induk atau orang tua
Mengukur berapa besar variasi gen aditif suatu sifat yang diturunkan dari
Heritabilitas merupakan suatu tolok ukur yang digunakan dalam suatu seleksi,
kepada keturunnya. Menurut Warwick, dkk (1983) heritabilitas adalah istilah yang
digunakan untuk menunjukan bagian dari keragaman total (yang diukur dengan
ragam) dari suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik. Secara statistik
27
hereditas diantara gen dan kombinasi gen genotipe individu-individu sebagai suatu
unit.
Ada dua pengertian heritabilitas yaitu dalam arti luas dan arti sempit, akan
tetapi yang digunakan secara umum adalah heritabilitas dalam arti sempit. Dalam
arti luas dan dalam arti sempit, akan tetapi yang digunakan secara unu adalah dalam
arti sempit. Heritabilitas dalam arti luas adalah total atau penjumlahan antara ragam
genetic, dominantt dan epistasis dibagi dengan total atau penjumlahan antara ragam
sempit yaitu : Ragam genetic per total atau penjumlahan antara ragam genetic,
sebagai suatu perbandingan antara besaran ragam genotipe terhadap besaran total
ragam fenotip dari suatu karakter. Nilai perbandingan tersebut diberi simbol h2, dan
besarnya ialah: dimana G2 merupakan total ragam genotipe, dan E2 adalah total
ragam lingkungan.
Keragaman yang teramati pada sesuatu sifat harus dapat dibedakan apakah
akhir atau fenotipe yang kita amati. Heritabilitas yang demikian, kita sebut sebagai
heritabilitas dalam arti sempit, yang besarnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
28
genotipe, dan E2 adalah total ragam lingkungan. Besar kecilnya nilai heritabilitas
(h2), berkisar antara 0 sampai 1,0. heritabilitas untuk sifat yang ekstrim jarang
diperoleh untuk sifat kuantitatif ternak. Nilai heritabilitas sama dengan nol artinya
heritabilitas sama dengan satu berarti semua keragaman sifat ditentukan oleh faktor
genetik. Sehingga untuk kedua nilai ekstrim tersebut tidak mungkin, karena setiap
nilai yang lebih dari satu, penaksiran ini secara genetik tidak mungkin. Kelainan
atau induk,
e. keragaman data yang terlalu ekstrim atau metode statistik yang tidak tepat.
8 21.90 25.51 0
4.1.1 Pembahasan
nilai heritabilitas dengan pola regresi, dalam pengukuran performa produksi susu
Test Day anak dan induknya sebesar 0,43. Ini sesuai dengan literatur bahwa besar
oleh keragaman genetik additif. Semakin tinggi nilai h2 dapat diartikan bahwa
keragaman sifat produksi lebih banyak dipengaruhi oleh perbedaan genotipe ternak
Dari persamaan tersebut di atas juga dapat dilihat bahwa nilai h2 dapat
atau VP(ragam fenotipik) yang mengecil. Oleh karena itu, dalam pendugaan
disebabkan oleh karena adanya perbedaan genotipe di antara ternak yang diamati.
Secara teoritis nilai heritabilitas berkisar dari 0 1, namun jarang ditemukan nilai
ekstrim nol atau 1 pada sifat kuantitatif ternak. Sifat produksi yang memiliki nilai
heritabilitas nol adalah sifat dimana semua keragaman fenotipik pada ternak
pengaruh genetik tidak ada sama sekali. Nilai heritabilitas 1 menunjukkan sifat
Nilai heritabilitas dibedakan atas tiga kategori yaitu kecil, sedang dan besar.
Nilai heritabilitas dikatakan kecil (rendah) jika nilainya 0 0,2; sedang: 0,2 0,4
31
dan besar (tinggi) jika bernilai lebih dari 0,4. Preston dan Willis (1974)
praktikum ini dapat digolongkan kedalam kategori tinggi yaitu, sebesar 0,43.
32
KESIMPULAN
heritabilitas berdasarkan pola regresi adalah 0.43 atau 43% dan termasuk
tinggi.
33
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta.
Grasindo. Preston, T.R., and M.B. Willis. 1974. Intensive Beef Production.
IV
PRAKTIKUM KE 4
ANALISIS RAGAM
4.1 Pendahuluan
Fungsinya seleksi yaitu untuk memilih individu mana yang terbaik dan pantas untuk
dikawinkan. Hal tersebut sangat penting agar dapat ternak yang miliki produktivitas
maksimal.
ternak, karena faktor genetik tersebut diwariskan dari generasi tetua kepada
anaknya. Selanjutnya perlu diketahui sampai sejauh mana fenotipe seekor ternak
dapat digunakan sebagai indikator dalam menduga mutu genetik ternak. Untuk
itulah kemudian dikembangkan suatu konsep berupa koefesien yang dikenal dengan
heritabilitas.
ragam.
sebapak.
menunjukan bagian dari keragaman total dari suatu sifat yang diakibatkan oleh
pengaruh genetik. Heritabilitas dapat diperhitungkan dalam dua konteks secara luas
35
pengaruh keturunan termasuk semua pengaruh gen, yaitu aditif, dominan, dan
lingkungan untuk suatu sifat pada suatu populasi. h2 sebagai ukuran yang
Suatu sifat dikatakan mempunyai nilai heritabilitas tinggi bila ternak-ternak dalam
suatu populasi mempunyai penampilan yang baik untuk sifat tersebut cendrung
Poespodarsono (1988), bahwa makin tinggi nilai heritabilitas satu sifat makin besar
kaitannya dengan sifat yang dituju, maka diperlukan informasi hubungan antara
fenotipik yang dikontrol oleh gen. proporsi ini dapat diwariskan pada generasi
Menurut Falconer (1981) bahwa heritabilitas besar dari 0.3 tergolong kategori
tinggi. Heritabilitas disebut dalam kategori tinggi adalah besar dari 0.5.
36
Heritabilitas berat badan 1 tahun pada Sapi Bali berkisar 0.35-0.8. besar kecilnya
heritabilitas dalam suatu populasi yang dianalisis akan tergantung pada jumlah
pejantan yang diamati, cara pengambilan sample dan metode perhitungan yang
digunakan.Nilai heritabilitas dikatakan kecil atau rendah jika memiliki nilai 0,00
sampai 0,2 atau kurang dari 0,10 (Hardjosubroto, 1994), sedangkan dikelompokkan
tinggi jika nilai heritabilitas lebih besar dari 30 (Preston dan Willis, 1979).
memberikan respon yang lebih baik terhadap perlakuan seleksi (Kurnianto, 2009).
suatu sifat dikatakan rendah jika berada antara 0-0,02. Sedang antara 0,2-0,4 tinggi
untuk nilai lebih dari 0,4. Sifat yang memiliki heretabilitas tinggi adalah yang
berhubungan dengan fertilitas, misalnya daya tetas telur (Noor, 1996). Nilai
heritabilitas negatif atau lebih dari satu secara biologis tidak mungkin. Hal tersebut
yang berbeda untuk keluarga kelompok yang berbeda, metode yang digunakan
tidak tepat sehingga tiadak dapat menunjukkan antara ragam genetik dan ragam
1995).
Poespodarsono (1988), bahwa makin tinggi nilai heritabilitas satu sifat makin besar
kaitannya dengan sifat yang dituju, maka diperlukan informasi hubungan antara
genetik dan fenotipik. Sejak tahun 1985 analisis ini tidak dipakai lagi dengan mulai
sekarang REML bisa dikatakan sebagai analisis standar dunia untuk menduga
tetuanya, baik yang jantan maupun yang betina, yang dikawinkan secara
random/acak dalam suatu populasi. Pola half-sib dengan jantan sebagai tetua
bersama lebih populer dibandingkan dengan betina sebagai tetua bersama karena
Pejantan
Total
Pejantan 1 Pejantan 2 Pejantan 3
n=3
N = 18
()2 (92,85)2
1. FK = = = 478,95
18
Total 17 1,389
5. 2w = 0,079
6. 2s = 0,0035
39
0,0035
7. t = 0,079 +0,0035 = 0,042
4.5.2 Pembahasan
Praktikum mengenai heritabilitas dengan pola half-sib ini kami mempunyai data
hasil pengukuran performa anak dari 3 ekor pejantan, dan masing-masing anaknya
mempunya nilai heritabilitas tinggi bila ternak-ternak tersebut dalam suatu populasi
mempunyai penampilan atau perfomans yang baik untuk sifat tersebut cenderung
menghasilkan keturunan dengan penampilan yang baik juga, dan begitu juga
sebaliknya. Intinya tujuan untuk kita mencari heritabilitas ini untuk mengetahui
Maksud dari pola hals-sib yaitu, heritabilitas ini dicari dengan cara mencari
kemiripan ternak dalam suatu kelompok, yaitu saudara tiri yang sebapak. Seperti
pada data yang diberikan, didapatkan pola half-sib dengan jantan sebagai tetuanya
yaitu sebanyak tiga ekor dengan masing-masing anaknya berjumlah enam. Hal
tersebut karena menurut pernyataan Hammond (1992) bahwa pola half-sib dengan
jantan sebagai tetua bersama lebih populer dibandingkan dengan betina sebagai
tetua bersama karena jantan biasanya mempunyai anak lebih banyak dibandingkan
dengan betina.
oleh faktor genetik dengan ragam fenotipik. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
diperoleh nilai heritabilitas sebesar 0.16. Nilai heritabilitas sebesar 0,16 dapat
40
digolongkan ke kategori heritabilitas yang kecil atau bisa dibilang sedang karena
menurut Hardjosubroto (1994), nilai heritabilitas dikatakan kecil atau rendah jika
tetua ke anaknya sebesar 16% dipengaruhi oleh genetik dan 84% dipengaruhi oleh
satu sifat makin besar pengaruh genetiknya dibanding lingkungan, yang berarti nilai
heritabilitas 0,16 ini menunjukkan pengaruh lingkungan lebih besar dari pengaruh
genetic karena berarti 16% dipengaruhi oleh genetik sedangkan 84% dipengaruhi
oleh lingkungan
41
KESIMPULAN
Semakin tinggi nilai heritabilitas satu sifat makin besar pengaruh genetiknya
dibanding lingkungan
42
DAFTAR PUSTAKA
Washington, D.C.
Grasindo.Jakarta.
163p
Preston, T.R., and M.B. Willis. 1979. Intensive Beef Production. Pregamon
Yogyakarta.
43
PRAKTIKUM KE 5
5.1 Pendahuluan
kesempatan dari kelompok lain untuk memperoleh hal yang sama.Seleksi individu
paling berguna untuk sifat2 yang dapat di ukur pada kedua jenis kelamin sebelum
dewasa atau sebelum umur perkawinan pertama. Beberapa sifat yang termasuk
adalah laju pertumbuhan, skor tubuh ternak, berat bulu, wol, ketebalan lemak
punggung dan lain-lain. untuk satu program yang efektif yang diperlukan catatan
penampilan produksi yang dibuat pada selulruh populasi dimana seleksi akan
dilakukan.
ternak yang baik itu yang mempunyai rangking baik pula di dalam populasinya.
Nilai pemuliaan pun dapat menentukan performa suatu individu. Dimana jika
performa individu yang sebagai tetuanya baik, maka turunannya pun minimal
performanya sama dengan tetuanya dan bahkan seharusnya lebih baik lagi dari
tetuanya.
44
kita dapat memperbaiki kualitas genetik ternak dan mempertahankan bibit unggul
menghitung indeks.
Seleksi ialah memilih serta mencari keturunan tanaman atau ternak yang
memiliki karakter baik, yang berguna untuk meningkatkan hasil serta mutunya.
factor lingkungan. Karena itu dalam memilih serta mencari sifat genetis yang baik,
sekaligus harus disertai dengan menentukan lingkungan yang cocok dan paling
ekonomis terhadap yang di seleksi. Seleksi dapat juga disebut usaha pemuliaan.
(Warwick, 1987).
diambil oleh para pemulia (breeder), pada tiap generasi untuk menentukan ternak
mana yang akan dipilih sebagai tetua pada generasi berikutnya dan mana yang akan
tersebut maka akan terjadi perubahan baik frekuensi gen maupun genotype sesuai
dengan gen yang diharapkan, hal ini pun sejalan dengan teori dari hukum Hardy
Tujuan dari seleksi pada ternak adalah mengubah frekuensi gen dari suatu
yang akan digunakan sebagai bibit atau yang akan disisihkan dari populasi hanya
disebabkan karena sifat-sifat kuantitatif pada ternak hampir tak mungkin ditetapkan
genotipenya secara pasti. Oleh karena itu pengukuran fenotipe seekor ternak harus
1987).
Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen dan kromosom yang dimiliki
individu dari orang tuanya. Faktor lingkungan dapat dikatakan sebagai kesempatan
yang dimiliki individu, yang meliputi faktor nongenetik antara lain pakan, suhu,
lingkungan dapat diartikan ternak dengan genotipe tertentu lebih adaptif pada suatu
Dasar dari pemilihan atau seleksi yang dipakai adalah mutu genetic. Mutu
genetic tidak tampak dari luar, yang tampak adalah yang dapat diukur dari luar yaitu
performans.
P=G+E
dalam seleksi yang diharapkan adalah mutu genetiknya. Jadi performans yang
bergantung pada cara atau metode dari pendugaan itu. Oleh karena itu harus dicari
cara atau metode yang paling baik agar kecermatan diperoleh sangat tinggi sehingga
Fungsi dari seleksi yaitu mengubah frekuensi gen yang mengatur beberapa
sifat baik kualitatif maupun kuantitatif. Adapun syarat dari seleksi yaitu:
2. beragam fenotipiknya
4. tolak ukur
Seleksi ada dua macam yaitu seleksi alam dan seleksi buatan. Seleksi alam
adalah seleksi yang ditentukan oleh alam, sedangkan seleksi buatan adalah bila
pengamatan atau penentuan dilakukan oleh manusia. Seleksi alam terjadi melalui
suatu proses ketahanan dari yang paling tegar dalam suatu lingkungan tertentu.
Sedangkan seleksi buatan dilakukan oleh manusia dan diarahkan sedemikian rupa
Suatu seleksi akan efektif bila mempunyai populasi yang cukup besar serta
mempunyai keragaman fenotip yang besar pula sehingga kita akan lebih leluasa
akan dilakukan seleksi dari populais terenking tersebut, sehingga kita dapat
Pada umumnya dalam peternakan salah satu jenis ternak, terdapat lebih dari
satu sifat penting yang perlu ditingkatkan melalui seleksi. Berarti bahwa suatu
program seleksi harus mencoba meningkatkan semua sifat-sifat tersebut. Ada tiga
Menurut Lasley (1978) pada dasarnya seleksi dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
a. Seleksi Alam Yaitu pemilihan hewan atau ternak menjadi tetua untuk generasi
selanjutnya, yang dilakukan oleh alam. Seleksi alarn yang berlangsung beratus
b. Seleksi Buatan Seleksi yang dilakukan oleh manusia dengan tujuan tertentu.
Yaitu seleksi untuk ternak bibit yang didasarkan pads catatan produkti fitas
masing-masing ternak. Seleksi individual pada ternak sapi adalah cara seleksi
yang paling sederhana dan mudah dilakukan di pedesaan dengan dasar bobot
saudara tiri sebapak atau saudara kandung). Seleksi kerabat dilakukan untuk
memilih calon pejantan sapi perah dengan tujuan untuk meningkatkan produksi
susu yang tidak dapat diukur pada ternak sapi jantan, dengan mengukur produksi
Seleksi yang dilakukan berdasarkan pada silsilah seekor ternak. Seleksi ini
dilakukann untuk memilih ternak bibit pada umur muda, sementara hewan muda
a. Memilih bibit
b. Mencari lngkungan dan cara yang paling cocok dan ekonomis bagi
pembiakan bibit.
c. Mengadakan breeding.
e. Memilih hasil breeding atau mutasi yang paling baik dan cocok pada suatu
daerah.
Seleksi pada berbagai sifat termasuk nilai ekonomis ternak tersebut yang
dihitung berdasarkan indeks tertentu. Nilai atau batasan karakter dari ternak pada
umumnya mempunyai kisaran tertentu, dari yang kurang baik sampai yang paling
49
baik. Metode indeks ini lebih baik untuk mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan
culling levels. Dalam sistem indeks karakter yang satu akan terkompensasi oleh
karakter lainnya . Dengan adanya sistem indeks, suatu prilaku yang kurang baik
dapat dikompensasi dengan yang baik selama perilaku tersebut tidak bersifat fatal
Seleksi ini dapat mengatasi kekurangan dua metode sebelumnya. Pada seleksi ini,
diperlukan nilai ekonomis relatif, penduga ragam fenotipe, ragam fenotipe, serta
indeksnya. Hanya individu yang berindeks tertinggi yang dipilih untuk diteruskan
saling bebas. Jadi individu-individu yang mungkin harus dibuang menurut metode
(Adjisoedarmo, 1989).
Nilai Pemuliaan
Nilai pemulian merupakan suatu ukuran potensi genetik ternak. Semakin tinggi
nilainya, semakin baik ternak tersebut. Sayangya kita tidak bisa mengetahui secara
pasti nilai pemuliaan seekor ternak, tapi kita hanya bisa menduga. Rumus yang
NP = h2 (Pi P)
h2 = nilai heritabilitas
Nilai Indeks
()
I=
Pi = performa ternak
P = nilai rata-rata
NP = h2 (Pi P)
h2 = nilai heritabilitas
5.5.1 Hasil
A 86 69 0,34 2 2,34 1
B 75 67 -1,86 1 -0,86 7
F 85 65 0,14 0 0,14 5
G 80 71 -0,86 3 2,14 2
H 84 61 -0,06 -2 -2,06 9
J 88 63 0,74 -1 0,26 6
Rata- 84,3 65
rata
5.5.2 Pembahasan
indeks, hal pertama yang kami lakukan yaitu menduga nilai pemuliaannya terlebih
NP = h2 (Pi P )
Setelah kami menduga nilai pemuliaan (NP) produksi telur dan berat telur
Setelah kami menghitung indeks dari 10 individu ternak seperti yang ada di
ternak A dengan indeks NP total 2,34 dan rangking yang terendah (rangking 10)
performa masing masing individu itu berbeda dan tentunya performa ini didapat
dari tetua, genetik maupun faktor lainnya. Dari 10 individu yang diamati ini,
nantinya individu ini pun akan menghasilkan keturunan yang paling baik diantara
KESIMPULAN
10 individu ternak yang ada, jika dilihat dari Indeks NP produksi telur yang
Untuk NP berat telur yang tertinggi adalah ternak A yaitu 69 . Untuk indeks
DAFTAR PUSTAKA
Purwokerto
VI
PRAKTIKUM KE 6
Seleksi merupakan suatu usaha untuk memilih ternak yang disukai untuk
merupakan suatu keputusan yang diambil oleh breeder pada setiap generasi, untuk
menentukan ternak mana yang akan dipilih sebagai tetua pada generasi berikutnya
dan mana yang akan disisihkan sehingga tidak memberikan keturunan. Pada
dasarnya penilaian ternak dilaksanakan berdasarkan bukan hanya atas apa yang
terlihat dari segi penampilan saja akan tetapi harus dilihat dari pengaruhnya
rangking tertinggi dari segi performa juga baik dalam memenuhi persyaratan secara
fisik.
Pelaksanaan seleksi harus diikuti dengan melihat respon dari seleksi yang
telah dilakukan. Respon seleksi akan menentukan keberhasilan dari seleksi yang
telah dilakukan dengan cara membandingkan performan tetua dengan anak, jika
perfoman dari anak lebih baik dari tetua ini menandakan seleksi yang dilakukan itu
7.3 Tinjauan
Memperbaiki mutu genetik dengan metode silang luar yaitu dengan persilangan
antar ternak yang memiliki hubungan kekerabatan lebih jauh dari rataan hubungan
kekerabatan kelompok asal ternak, atau paling tidak dua ekor ternak tidak memiliki
ternak yang memiliki karakter baik, yang berguna untuk mencngkatkan hasil serta
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Oleh karena itu. dalam mencari serta memilih
sifat genetk yang baik, sekaligus disertai dengan menentukan lingkungan yang
cocok dan paling ekonomis terhadap yang diseleksi. Seleksi dapat juga disebut
berikutnya, sebagai akibat dari adanya seleksi terhadap populasi. Respon seleksi
(R) juga merupakan kenaikan mutu genetik ternak, sehingga sering pula dinyatakan
(Hardjosubroto, 1994).
diikuti dengan penurunan respon sampai batas seleksi tercapai. Penurunan respon
selanjutnya muncul karena adanya random drift dalam populasi terbatas ketika
pengaruh dominan muncul. Respon seleksi dan batas seleksi sangat tergantung pada
intensitas seleksi, struktur genetik dalam populasi, dan lingkungan tempat seleksi
R=Sh2
S = seleksi diferensial
h2 = heritabilitas
Intensitas seleksi
untuk generasi berikutnya, atau persentasi individu yang akan diberi peluang untuk
=
+
Atau :
= (
0 + )
Jadi : S=
I = intensitas seleksi
ternak yang disukai yang akan dijadikan sebagai tetua untuk generasi berikutnya.
Tujuan umum dari seleksi adalah untuk meningkatkan produktivitas ternak melalui
58
perbaikan mutu bibit. Dengan seleksi ternak yang mempunyai sifat yang diinginkan
akan dipelihara, sedangkan ternak yang mempunyai sifat yang tidak diinginkan
Ada dua hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan seleksi, yaitu
tujuan seleksi harus jelas dan seleksi perlu waktu. Kemajuan seleksi dipengaruhi
penurunan suatu sifat. Kata ini digunakan untuk mengungkapkan kekuatan suatu
sifat diturunkan pada generasi berikutnya. Dalam pemuliabiakan ternak nilai ini
diketahuinya nilai heritabilitas adalah untuk mengetahui kekuatan suatu sifat yang
akan diturunkan oleh tetua pada anaknya, merupakan suatu petunjuk tentang
akan semakin baik program perbaikan mutu bibit yang diharapkan. Interval
dilahirkan. Setiap jenis ternak mungkin mempunyai interval generasi yang berbeda.
Interval generasi dipengaruhi oleh umur pertama kali ternak tersebut dikawinkan
dan lama bunting, dengan demikian interval generasi oleh faktor lingkungan seperti
pakan dan tatalaksana. Pemberian pakan yang jelek dapat memperpanjang interval
generasi. Semakin cepat interval generasi, semakin cepat perbaikan mutu bibit yang
Seleksi pada dasarnya memilih ternak yang mempunyai potensi genetik baik
untuk dijadikan induk pada generasi berikutnya. Pada dasarnya, seleksi dapat
59
dibedakan menjadi : seleksi individu, seleksi famili dan uji zuriat. (Bandiati, dkk
;2013).
berasal dari ternak itu sendiri, berdasarkan informasi fenotip dari saudara
saudaranya, atau gabungan keduanya. Secara garis besar seleksi dapat dibedakan
menjadi :
catatan dari ternak itu sendiri atau dari saudara-saudaranya. Dalam suatu analisis,
semua informasi tersebut diolah. Hasilnya semua ternak baik yang mempunyai
catatan atau ternak yang tidak mempunyai catatan asal mempunyai hubungan
dengan ternak yang mempunyai catatan, dapat diseleksi. BLUP telah banyak
dipakai di seluruh dunia. Para peternak sangat jarang melakukan seleksi yang hanya
berdasarkan satu sifat, tapi mereka juga mempertimbangkan sifat-sifat yang lain.
(Putra, 2013).
Ada 3 metoda jika kita ingin mempertimbangkan banyak sifat dalam suatu
seleksi :
1. Seleksi tandem.
dahulu, kemudian setelah sifat yang pertama mencapai tingkat yang diinginkan,
sifat kedua baru dimulai diperbaiki. Seleksi ini baik jika sifat-sifat yang menjadi
tujuan perbaikan tidak salingterikat. Jika saling terikat keadaan ideal akan sulit
dicapai.
Dengan cara ini seluruh sifat yang akan dipertimbangkan secara bersamaan
dengan diberi tingkat/batas ideal yang didinginkan. Keputusan yang sulit akan
3. Seleksi indeks
Seleksi ini mungkin lebih baik dibandingkan dengan kedua cara terdahulu,
No Generasi ke 1
6 Fertilitas 80%
No Generasi ke 2
Betina Jantan
6 Fertilitas 80%
No Generasi ke 3
Betina Jantan
6 Fertilitas 80%
Generasi
Jenis kelamin
2 3 4
Perhitungan :
64
No Generasi ke 1
6 Fertilitas 77,5%
No Generasi ke 2
Betina Jantan
6 Fertilitas 77.5%
No Generasi ke 3
Betina Jantan
6 Fertilitas 77,5%
Mulai Generasi 2 Produksi Telur Menurun dan Fertilitas 2,5% per Generasi
Generasi
Jenis kelamin
2 3 4
Perhitungan
6.5 Pembahasan
yang akan diseleksi, semakin banyak populasi yang akan diseleksi maka sifat yang
akan diseleksi (bobot badan) akan semakin bervariasi. Menurut Reddy (1966),
respon seleksi dan batas seleksi sangat tergantung pada intensitas seleksi, struktur
ada perubahan parameter produksi, maka dugaan bobot badan ayam lokal tersebut
pada generasi 2, 3 dan 4 yang bisa dilihat pada tabel 4 yaitu untuk generasi ke-2
68
jantan 638 gram betina 600 gram, lalu pada generasi ke-3 jantan 657 gram betina
613 gram, kemudian generasi ke-4 jantan 656 gram betina 612 gram.
generasi dan didapat dugaan bobot badan ayam lokal tersebut yaitu pada generasi
2,3 dan 4 bisa dilihat di tabel 8 yaitu untuk generasi ke-2 jantan 637 gram betina
600 gram, generasi ke-3 jantan 636 gram betina 612 gram, dan generasi ke 4 jantan
686 gram betina 612 gram. Pada simulasi 2 ini, terdapat generasi ke-2 sampai
dengan generasi ke-4. Adapun cara perhitungan untuk generasi ke-3 dan generasi
ke-4 pun sama dengan perhitungan pada generasi ke-2, tidak ada parameter yang
diubah, hanya saja diingat bahwa setiap generasi mengalami peningkatan populasi
induk jantan dan betina awal dimana jumlah populasi tersebut diperoleh dari hasil
yang telah didapatkan pada generasi sebelumnya yaitu pada persentase survival (%
ayam yang hidup) dari umur 60 hari sampai usia bertelur sekitar 25 minggu,
sehingga otomatis bobot badan ayam usia 60 hari pada saat seleksi pun berubah
dimana hasilnya didapatkan dari hasil generasi sebelumnya yaitu dugaan bobot
badan pada generasi sebelumnya. Dengan begitu, setiap generasi pasti mengalami
Hal lain yang mempengaruhi dugaan respon seleksi adalah nilai heritabilitas
sifat yang akan diseleksi, jika nilai heritabilitas sifat yang diseleksi makin tinggi
maka ternak pada generasi selanjutnya akan memiliki dugaan respon seleksi yang
lebih tinggi pula karena nilai heritabilitas yang tinggi menunjukan seberapa besar
makin tinggi nilai heritabilitas satu sifat makin besar pengaruh genetiknya
sifat yang dituju, maka diperlukan informasi hubungan antara sifat-sifat tersebut
dengan sifat-sifat yang akan diperbaiki. Penentuan standar deviasi juga akan
berpengaruh terhadap dugaan respon seleksi bobot badan ayam karena semakin
besar standar deviasi maka semakin besar rentang bobot badan ayam yang akan
diseleksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hammod (1992) menurutnya standar
Berdasarkan data yang diolah, terdapat faktor bobot awal ayam. Bobot ayam
yang diambil pada bobot ayam umur 60 hari. Bobot pada generasi sebelumnya akan
berpengaruh terhadap bobot generasi selanjutnya. Bobot ayam yang besar akan
memberi respon bobot ayam yang besar pula terhadap generasi selanjutnya.
70
71
KESIMPULAN
populasi ternak yang akan diseleksi, nilai heretabilitas dari sifat yang
diseleksi, rentang kesalahan dari ternak yang diseleksi dan bobot badan
DAFTAR PUSTAKA
Hammond, K., H.U. Grasser, C.A. McDonald. 1992. Animal Breeding in Modern
Grasindo.