Anda di halaman 1dari 27

FOOD CONVERTION EFFICIENCY

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pengendalian Pastura
Ternak

Oleh:
Kelas A
Kelompok 7

NATASHA RAMANDA 200110180124


DINI SUMARNI 200110180128
MUHAMMAD FAJAR 200110180138
IHSAN FATURRAHMAN 200110180150
TAMAMIL THOLIB 200110180142
SHAFA HAJRINA P. 200110180166

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahma dan hidayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah Manajemen Pastura dan Penggembalaan Ternak mengenai “Food

Conversion Efficiency”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan

dengan kesungguhan hati. Terima kasih kepada teman-teman kelompok 7 yang

telah berkontribusi terhadap pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar

kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah

ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Sumedang, April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB Hal
KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Maksud dan Tujuan 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 4

III. PEMBAHASAN 6

3.1 Pengertian Food Convertion Efficiency 6


3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Food Convertion Efficiency
7

3.3 Kekurangan dan Kelebihan Optimalisasi Efisiensi Pakan 8

3.4 Jenis Pakan untuk Ternak 11


3.5 Faktor-faktor Pembatas Bahan Pakan 11

3.6 Studi Kasus Optimalisasi Effisiensi Pakan 13

IV. PENUTUP 15

4.1 Kesimpulan 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 19

Hasil Diskusi 19

Pembagian Tugas 23

iii
1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ternak berbanding lurus dengan kualitas pada pakan, apabila

pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ternak maka pertumbuhan ternak

menjadi lebih cepat dan optimal sedangkan apabila jumlah serta kualitas pakan

yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan ternak maka dapat berimbas pada

kurangnya efisiensi pakan. Nilai atau jumlah efisiensi pakan dapat diketahui dengan

melakukan beberapa perhitungan diantaranya yaitu feed intake, dan feed conversion

ratio. Feed intake merupakan perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui

jumlah pakan yang dikonsumsi tiap ternak, sedangkan feed conversion ratio

digunakan untuk mengetahui berapa jumlah pakan yang diperlukan untuk

menghasilkan 1 kg berat badan. Disamping itu juga dapat dilakukan perhitungan

income over feed cost untuk mengetahui jumlah pendapatan dari penjualan yang

dikurangi dengan biaya pakan selama pemeliharaan.

Efisiensi penggunaan pakan dapat dilakukan dengan menambahkan

bahanbahan alami maupun sintesis pada pakan maupun air minum. Penambahan

bahan pada pakan tersebut disebut dengan feed additive, penambahan feed additive

dapat dilakukan pada pakan. Pemberian feed additive pada pakan diharapkan dapat

meningkatkan efektivitas nutrisi dan memaksimalkan pamanfaatan nutrisi di dalam

pencernaan. Tujuan dari efisiensi pakan untuk dapat meminimalisir pengeluaran

pembelian pakan serta mengoptimalkan pertumbuhan ternak. Efisiensi pakan juga

dapat berdampak pada peningkatan nilai income over feed cost yang dimana

semakin efisien pakan pada pemeliharaan maka biaya pakan yang dikeluarkan
2

semakin sedikit sehingga pendapatan akhir pada pemeliharaan ternak juga semakin

meningkat. Tanaman yang biasa digunakan sebagai bahan tambahan memiliki ciri

mudah ditemukan di berbagai daerah, memiliki harga terjangkau serta memiliki

kandungan gizi yang mumpuni untuk deberikan kepada ternak.

Kandungan nutrisi dalam ransum yang mencukupi kebutuhan ternak akan

mempengaruhi nilai feed intake, menurunkan nilai feed conversion ratio, serta

meningkatkan nilai keuntungan dengan tingginya nilai income over feed cost dalam

pemeliharaan. Selain itu, penambahan pegagan juga dapat meningkatkan efisiensi

penggunaan bahan-bahan pembuatan ransum. Semakin efisien penggunaan bahan

ransum dapat mengurai biaya pakan selama pemeliharaan ayam pedaging.

1.2 Perumusan Masalah

(1) Apa yang dimaksud dengan food conversion efficiency?

(2) Apa sajakah faktor yang mempengaruhi food conversion efficiency ?

(3) Mengetahui dan mempelajari kekurangan dan kelebihan optimalisasi

efisiensi pakan?

(4) Apa sajakah jenis pakan untuk ternak?

(5) Apa sajakah faktor-faktor pembatas bahan pakan?

(6) Bagaimana studi kasus optimalisasi effisiensi pakan?


3

1.3 Maksud dan Tujuan

(1) Mengetahui dan mempelajari apa yang dimaksud dengan food

conversion efficiency

(2) Mengetahui dan mempelajari faktor- faktot yang mempengaruhi food

conversion efficiency.

(3) Mengetahui dan mempelajari kekurangan dan kelebihan optimalisasi

efisiensi pakan.

(4) Mengetahui dan mempelajari jenis pakan untuk ternak.

(5) Mengetahui dan mempelajari faktor-faktor pembatas bahan pakan.

(6) Mengetahui dan mempelajari studi kasus optimalisasi effisiensi pakan.


3

II

TINJAUAN PUSTAKA

Konversi pakan adalah perbandingan atau rasio antar jumlah pakan yang

dikonsumsi oleh ternak dengan produk yang dihasilkan oleh ternak tersebut

(Anggorodi, 1994). Konversi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi

untuk mendapatkan kenaikan satu satuan bobot hidup (Perry dkk., 2005). Konversi

pakan sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya cerna ternak, jenis kelamin,

bangsa, kualitas dan kuantitas pakan, juga faktor lingkungan (Amien dkk., 2013).

Konversi pakan dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi produksi karena erat

kaitannya dengan biaya produksi, semakin rendah nilai konversi pakan maka

efisiensi penggunaan pakan makin tinggi (Yusuf, 2018).

Konversi pakan sangat dipengaruhi oleh pertambahan bobot badan harian

ternak dan konsumsi bahan kering. Pakan yang efisien merupakan pakan yang

membutuhkan sedikit bahan kering untuk menghasilkan kenaikkan bobot badan.

Semakin besar konversi ternak maka semakin tidak efisien dalam menggunakan

ransum untuk meningkatkan pertambahan bobot badan. Efisiensi penggunaan

pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kemampuan ternak dalam

mencerna bahan pakan, kecukupan zat pakan untuk hidup pokok, pertumbuhan,

fungsi tubuh, serta jenis pakan yang digunakan (Champbell et al. 2006). Semakin

baik kualitas pakan semakin baik pula efisiensi pembentukan energi dan produksi

(Pond et al., 2005).


Konversi pakan khususnya pada ternak ruminansia, dipengaruhi oleh
kualitas pakan, besarnya pertambahan bobot badan dan nilai kecernaan (Alwi,
2015). Nilai kecernaan pakan yang rendah, menyebabkan konversi pakan tidak
efisien (Haryanto, 1992). Konversi pakan digunakan sebagai tolak ukur efisiensi
4

produksi, semakin rendah nilai konversi berarti efisiensi penggunan pakan semakin
tinggi (Siregar, 1994). Besarnya nilai konversi pakan merupakan cerminan dari
jumlah pakan yang dikonsumsi untuk meningkatkan atau menaikkan PBBH
1,0kg/ekor/ hari yaitu perbandingan antara pakan yang dikonsumsi (BK) dengan
PBBH yang dihasilkan (Carvalho dkk., 2010). Konversi pakan dapat dihitung
melalui rumus berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 (𝑘𝑔 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑖)
𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 =
𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑖)
Penggunaan pakan oleh ternak akan semakin efisien bila jumlah pakan yang

dikonsumsi rendah namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi

(McDonald dkk., 2002). Konversi pakan yang baik adalah 8,56 – 13,29 dan efisiensi

penggunaan pakan untuk sapi berkisar 7,52 – 11,29% (Siregar, 2001). Semakin

tinggi nilai konversi pakan, berarti semakin buruk kualitas nilai gizi dari pakan

tersebut (Widianto et al., 2011). Jumlah konsumsi pakan yang sama pada tingkat

pertambahan bobot badan yang semakin besar akan menghasilkan nilai konversi

pakan yang semakin kecil (Ella dkk., 2017).

Pertambahan bobot badan yang tinggi akan menghasilkan nilai konversi

semakin rendah dan semakin efisien pakan yang digunakan (Pond et al., 1995).
Penambahan probiotik terbukti efekif meningkatkan konsumsi pakan dan

pertambahan bobot badan (Theodorou dkk., 1990). Kandungan energi dan protein

pada pakan rendah akan menyebabkan pertambahan bobot badannya menjadi

terhambat sehingga konversi pakan terhadap berat badannya menjadi tinggi (Sari

dkk., 2016). Palatabilitas pakan yang berbeda akan mempengaruhi konversi pakan

yang dihasilkan (Hamdan et al., 2010)


5

III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Food Conversion Efficiency (Efisiensi Konversi Ransum)

Konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang

digunakan dengan jumlah berat bobot yang dihasilkan oleh ternak. Menurut teori

Perry, dkk (2005), konversi pakan adalah total jumlah pakan yang dikonsumsi

untuk mendapatkan kenaikan satu satuan bobot hidup. Dalam usaha peternakan,

pakan memiliki presentase biaya yang paling tinggi. Menurut Suwarta (2011),

menyatakan bahwa dalam proses produksi ternak menghabiskan rata-rata 78-80%

dari biaya pakan. Hal itu disebabkan karena pakan merupakan bagian terbesar

dalam proses produksi usaha ternak, sehingga pakan yang digunakan harus dapat di

efisensikan.

Keberhasilan dalam berusaha ternak salah satunya dapat diukur dengan

besarnya nilai konversi pakan. Seperti halnya pada penambahan pakan, ataupun

dalam penambahan input yang lain yang dapat berpengaruh baik terhadap nilai

konversi ransum. Apabila dengan penambahan input tertentu dengan proporsi

tertentu menyebabkan ternak dapat mentransfer sejumlah pakan kedalam

penambahan bobot suatu ternak dengan proporsi yang lebih besar. Hal ini sejalan

dengan teori menurut McDonald, dkk (2002), yang menyatakan bahwa penggunaan

pakan oleh ternak akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi rendah

namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi.

Konversi pakan dapat digunakan untuk menggambarkan besar kecilnya

efisiensi pakan dalam suatu usaha peternakan. Semakin kecil nilai konversi pakan

maka pakan yang diberikan pada ternak semakin efisien dan menunjukkan kondisi
6

suatu usaha peternakan semakin baik. Rendahnya nilai konversi ransum

menunjukkan bahwa penambahan sejumlah pakan dapat menghasilkan

penambahan bobot ternak dengan proporsi yang lebih besar. Menurut Allama dkk.

(2012) bahwa nilai konversi pakan yang rendah menunjukkan bahwa efisiensi

penggunaan pakan yang baik, karena semakin efisien ternak mengkonsumsi pakan

untuk memproduksi daging. Konversi pakan yang baik pada unggas tidak lebih dari

2, dan menurut Tulloh (1978), konversi pakan yang baik pada ruminansia adalah

sebesar 6–12.

Nilai konversi ransum merupakan salah satu kriteria seleksi dalam

perbaikan mutu genetik. Fungsi dari konversi ransum yaitu agar dapat efisiensi

produksi, efisiensi ransum, dan dapat menduga keuntungan suatu usaha peternakan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Yusuf (2018), yang menyatakan bahwa konversi

ransum dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi produksi karena erat kaitannya

dengan biaya produksi, semakin rendah nilai konversi pakan maka efisiensi

penggunaan pakan makin tinggi. Haryuni et al (2017), menambahkan nilai konversi

ransum juga dapat digunakan untuk dasar menghitung nilai Break Event Point

(BEP), dengan demikian nilai konversi ransum dapat digunakan untuk dasar

menduga keuntungan.

Efisiensi pakan adalah perbandingan antara pertambahan bobot badan yang

dihasilkan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi.Card dan Nesheim (1972)

menyatakan bahwa nilai efisiensi penggunaan pakan menunjukkan banyaknya

pertambahan bobot badan yang dihasilkan dari satu kilogram pakan.Efisiensi pakan

merupakan kebalikan dari konversi pakan, semakin tinggi nilai efisiensi pakan

maka jumlah pakan yang diperlukan untuk menghasilkan satu kilogram daging

semakin sedikit. Lemak dan energi dalam ransum dapat memperbaiki efisiensi
7

pakan karena semakin tinggi kadar lemak dan energi dalam ransum menyebabkan

ternak mengkonsumsi pakan lebih sedikit tetapi menghasilkan pertambahan bobot

badan yang tinggi. Nilai efisiensi pakan yang rendah disebabkan karena rendahnya

rerata PBBH yang disebabkan oleh rendahnya kandungan nutrien dari bahan pakan

yang dikonsumsi ternak.

Nilai efisiensi penggunaan pakan yang semakin tinggi menunjukkan bahwa

ransum yang dikonsumsi semakin sedikit untuk menghasilkan pertambahan bobot

badan. Efisiensi penggunaan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

kemampuan ternak dalam mencerna bahan pakan, kecukupan nutrien untuk hidup

pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh serta jenis pakan yang digunakan (Sagala,

2011), Semakin baik kualitas pakan semakin baik pula efisiensi pembentukan

energi dan produksi (Pond et al.,2005).

3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Food Conversion Efficiency

Konversi pakan adalah perbandingan atau rasio antar jumlah pakan yang

dikonsumsi oleh ternak dengan produk yang dihasilkan oleh ternak tersebut

(Anggorodi, 1994). Semakin kecil nilai konversi pakan (faktor yang lain sama)

menunjukkan kondisi usaha ternak semakin baik. Rendahnya nilai konversi pakan

menunjukkan bahwa penambahan sejumlah pakan dapat menghasilkan

penambahan bobot ternak dengan proporsi yang lebih besar. Penambahan sejumlah

pakan dapat menghasilkan penambahan bobot ternak dengan proporsi yang lebih

besar. Seperti halnya pada penambahan pakan, untuk penambahan input yang lain,

penambahan input berpengaruh baik terhadap FCR apabila dengan penambahan

input tertentu tersebut dengan proporsi tertentu menyebabkan ternak dapat

mentransfer sejumlah pakan terhadap penambahan bobot ternak dengan proporsi

yang lebih besar (suwarta, 2011).


8

Konversi pakan sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya cerna ternak,

jenis kelamin, bangsa, kualitas dan kuantitas pakan, juga faktor lingkungan (Amien

dkk., 2013). Pakan yang efisien merupakan pakan yang membutuhkan sedikit bahan

kering untuk menghasilkan kenaikkan bobot badan. Semakin besar konversi ternak

maka semakin tidak efisien dalam menggunakan ransum untuk meningkatkan

pertambahan bobot badan. Efisiensi penggunaan pakan dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya kemampuan ternak dalam mencerna bahan pakan, kecukupan zat

pakan untuk hidup pokok, pertumbuhan, fungsi tubuh, serta jenis pakan yang

digunakan (Champbell et al. 2006). Terdapat empat poin utama yang

mempengaruhi, diantaranya adalah

1) Ternak

(a) Komoditi Ternak yang Dipelihara

Lingkungan hidup ternak sangat berpengaruh terhadap FCR, sebagai

contoh hewan babi baik dipelihara pada tempat yang terdapat lumpur.

(b) Kesehatan Ternak

Ternak yang sehat akan lebih efisien mengkonversi pakan

dibandingkan dengan ternak yang sakit. Kematian ternak juga berdampak

besar terhadap meningkatnnya FCR dan menurunnya profitabilitas

2) Lingkungan

Terkait dengan suhu dan kelembapan, ternak yang hidup dengan lingkungan

optimal akan menggunakan pakan lebih efisien untuk pertumbuhan.

3) Manajemen pakan

Pakan yang diberikan harus berkualitas baik secara tampilan maupun

nutrisi. Ternak harus diberikan pakan dengan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan

nya. Karena apabila dalam memberikan pakan tidak sesuai dengan kebutuhan maka
9

akan berpengaruh terhadap nilai FCR ternak. Konversi pakan khususnya pada

ternak ruminansia, dipengaruhi oleh kualitas pakan, besarnya pertambahan bobot

badan dan nilai kecernaan (Alwi, 2015). Konversi pakan yang baik adalah 8,56 –

13,29 dan efisiensi penggunaan pakan untuk sapi berkisar 7,52 – 11,29% (Siregar,

2001). Semakin tinggi nilai konversi pakan, berarti semakin buruk kualitas nilai gizi

dari pakan tersebut (Widianto et al., 2011).

Sementara itu menurut Abror acres (2011), menemukan bahwa FCR

dipengaruhi oleh: manajemen Hatchery, manajemen on farm (bibit, pakan dan

sistem pemberian pakan, air dan pengelolaan sistem air, temperatur, ventilasi).

faktor gizi (tekstur pakan, program pakan, formulasi pakan dan manufaktur),

kematian dan penyakit, biosecurity.

3.3 Kekurangan dan Kelebihan Optimalisasi Efficien Pakan

Perusahaan perlu mengoptimalisasi usaha efisiensi pakan, hal ini berkaitan

dengan manfaat dari efisiensi pakan itu sendiri terhadap ternak dan juga

perusahaan. Menurut Siregar (2001), yang menyatakan kelebihan dari

penghitungan konversi pakan diantaranya adalah mengoptimalkan pertambahan

bobot badan dan produktivitas ternak, dapat memperkirakan secara akurat

kecukupan nutrien pada ternak, dan menghasilkan efisiensi pembentukan energi

dan produksi. Terlepas dari beberapa kelebihan diatas terdapat beberapa

kekurangan dalam optimalisasi efisiensi pakan, diantaranya terbatasnya tingkat

pemahaman dan pengetahuan peternak dalam aplikasi efisiensi pakan pada ternak,

sehingga akibatnya upaya tersebut perlu dibantu oleh tenaga ahli yang mumpuni

dalam hal ini, serta berkaitan dengan aspek ekonomi perusahaan, upaya

optimalisasi efisiensi pakan akan membuang banyak waktu dan biaya guna

menentukan kualitas dan kuantitas pakan yang tepat.


10

3.4 Jenis Pakan untuk Ternak

1) Hijauan

Hijauan merupakan bahan pakan ternak yang diperoleh dari rumput, legum,

ataupun tumbuhan lain seperti daun sebagai sumber pakan utama untuk ternak

ruminansia sehingga, penyediaan hijauan harus tersedia secara berk elanjutan baik

dalam kuantitas maupun kualitas. Menurut Akoso (2009), pakan yang diberikan

kepada ternak dalam bentuk segar pada ternak ruminansia sebanyak 10-12% dari

bobot badan. Beberapa faktor yang menghambat penyediaan hijauan, yakni

terjadinya perubahan fungsi lahan yang sebelumnya sebagai sumber tumbuhnya

hijauan pakan menjadi lahan pemukiman, lahan untuk tanaman pangan, dan

tanaman industri.

2) Konsentrat

Konsentrat merupakan pakan rendah serat kasar yang memiliki nutrisi

utama berupa protein dan dan energi. Menurut Akoso (2009), konentrat adalah

pakan penguat yang disusun dari biji-bijian dan limbah hasil industry bahan pangan

untuk meningkatkan nilai nutrisi pakan yang redah. Konsentrat memiliki manfaat

bagi ternak sebagai sumber protein dan sumber energi, meningkatkan kandungan

gizi dalam pakan, pemberian pakan menjadi lebih efisien, dan penambahan bobot

badan ternak. Menurut Cheng, dkk (1998) konsentrat dapat meningkatkan

pertumbuhan, efisiensi konversi pakan, dan dapat dicerna dan difermentasi lebih

cepat dibanding hijauan.

3.5 Faktor-faktor Pembatas Bahan Pakan

Setiap bahan pakan punya faktor pembatas yang perlu di atasi dalam upaya

menoptimalkan pemakaian dalam ransum, seperti :

1) Nsp enzym
11

Pencernaan yang dilakukan oleh enzim-enzim pencernaan. Pada pencernaan

hidrolitik ini polimer dipecah menjadi monomer, misalnya karbohidrat dipecah

menjadi glukosa, atau protein dipecah menjadi asam amino.

2) Phytases

Hampir semua tanaman mempunyai aktivitas phytase namun jumlah dan

aktivitasnya sangat bervariasi cukup besar antar tanaman. Enzime hydrolitik yang

menguraikan asam phytat dihasilkan oleh berbagai macam mikroorganisme.

3) Anti jamur

Menggunakan bahan pakan aditif adalah bahan yang ditambahkan kedalam

ransum dengan jumlah sedikit dengan tujuan tertentu. Adapun hubungan antara

bahan pakan dengan bahan aditif ini adalah bahwasanya bahan aditif digunakan

untuk meningkatkan kualitas produk.

4) Pengikat toksin

Kontrol terhadap mikotoksin sangat penting dilakukan terutama bagi

produsen peternakan dan pabrik pakan. Kontrol terhadap timbulnya jamur dapat

dilakukan dengan menjaga kadar air di dalam pakan rendah, menjaga pakan selalu

segar serta menjaga peralatan agar tetap bersih.

Biji-bijian yang telah dikeringkan harus disimpan di tempat yang kering

dimana kadar airnya kurang dari 14 % untuk mrncegah tumbuhnya jamur.Aliran

udara atau venttilasi yang baik pada tempat penyimpanan pakan (biji-bijian)

Penting untuk mengurangi kadar air dan menjaga agar bahan pakan tetap kering.

Dan penghambat jamur antaranya Asam organik atau kombinasi beberapa asam-

asam organik (Propionat, sorbat, benzoat, dan asam asetat), Garam dari asam

organik (contohnya: kalsium Propionat dan potasium sorbat), Tembaga sulfat.

Bahan-bahan kimia ini baik bentuk padat ataupun cair cara kerjanya sama dan
12

menyebar rata keseluruh paka. Umumnya bentuk asam lebih efektif dibanding

bentuk yang lainnya. penggunaan feed additive dan suplemen sangat penting untuk

meningkatkan profit dan mengurangi dampak strees karena lingkungan, teknologi

ensilase perlu ditingkatkan penerapannya dalam mendukung konsep ketahanan

bahan pakan.

3.6 Studi Kasus Optimalisasi Efisiensi Pakan

Studi kasus pada penelitian berjudul Pengaruh Penambahan Campuran Sari

Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) dan Multi Enzim dalam Air Minum Terhadap

Konsumsi Pakan, Konversi Pakan dan Quil Day Production Ternak Puyuh Periode

Layer. Burung puyuh merupakan ternak dengan nama latin Cortunix-cortunix

japonica. Pakan dan air merupakan faktor yang penting dalam pemeliharaan puyuh

yang berakibat pada peningkatan produktivitasnya. Produktivitasnya akan

meningkat bila tingkat konsumsi pakannya meningkat dan tidak ada hambatan dari

patogen. Penghambatan patogen dapat dilakukan dengan pemberian fitobiotik

sehingga akan ada efisiensi dalam menyerap nutrisi pada pakan.

Penelitian yang dilakukan pada 15 desember 2020 sampai 25 januari 2021

di Peternakan Bapak Eko menggunakan ternak ayam puyuh betina dengan populasi

320 ekor yang diberi sari buah mengkudu dan multi enzim yang dicampurkan pada

air minum dengan dosis yang berbeda-beda. Hasilnya menunjukan dalam konsumsi

pakan tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan rataan 20,94 gr/ekor/hari –

20,96 gr/ekor/hari. Konversi pakan dari 4 perlakukan memperlihatkan adanya

pengaruh secara nyata dimana dipengaruhi oleh tingkatan penambahan campuran.

Konversi pakan pada perlakuan D memiliki nilai terendah (2,70) dan konversi

tertinggi pada perlakuan A (3) karena tidak ada campuran sari mengkudu dan multi

enzim.
13

Konversi ini menjadi tolak ukur dalam pendeteksian kualitas dari pakan

puyuh sebagai upaya dalam pemenuhan gizi. Konversi pakan dengan nilai yang

tinggi mengindikasikan bahwa pakan tersebut memiliki kualitas gizi yang buruk.

Sistem pencernaan yang baik akan menyerap nutrisi dengan baik sehingga akan

meningkatkan produktivitas telur serta daging dan menurunkan konversi pakan.

Lalu pada quil day menunjukan hasil yang berpengaruh nyata dimana quil day dari

setiap perlakukan mengalami peningkatan secara numerik pada perlakuan yang

menggunakan sari buah mengkudu dan multi enzim pada air yang meningkatkan

penyerapan pakan.
14

IV

KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan

Konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang

digunakan dengan jumlah berat bobot yang dihasilkan oleh ternak. Konversi pakan

dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

a) Ternak meliputi komoditas, dan kesehatan ternak,

b) Lingkungan, dan

c) Manajemen pakan.

Kelebihan dari optimalisasi efesiensi pakan adalah pertambahan bobot badan

dan produktifitas menjadi optimal, dapat menghitung kecukupaan nutrient ternak,

menghasilkan efisiensi pembentukan energy dan produksi. Kelemahannya

keterbatasan pengetahuan peternak dalam pengaplikasian, membutuhkan tenaga

ahli, memakan banyak waktu untuk menentukan kualitas dan kuantitas pakan yang

digunakan. Jenis pakan ternak terdiri dari hijauan dan konsentrat. Faktor-faktor

pembatas bahan pakan yaitu zat antinutrisi, berjamur, akses dan penyimpanan.

Penggunaan feed additive dan suplemen sangat penting untuk meningkatkan profit

dan mengurangi dampak strees karena lingkungan, teknologi ensilase perlu

ditingkatkan penerapannya dalam mendukung konsep ketahanan bahan pakan.

Studi kasus pada penelitian ternak ayam puyuh betina dengan populasi 320 ekor

yang diberi sari buah mengkudu dan multi enzim yang dicampurkan pada air

minum dengan dosis yang berbeda-beda. Hasilnya menunjukan dalam konsumsi

pakan tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan rataan 20,94 gr/ekor/hari –

20,96 gr/ekor/hari.
15
16

DAFTAR PUSTAKA

Abror Acres. 2011. Optimizing Broiler Feed Conversion Ratio


(http://cn.aviagen.com/assets/Uploads/AAServiceBulletinFCRJuly2011.pf

Allama, H., O. Sofyan, E. Widodo dan H. S. Prayogi. 2012. Pengaruh penggunaan


tepug ulat kandang (Alphitobius diaperinus) dalam pakan terhadap
penampilan produksi ayam pedaging. J. Ilmu – Ilmu Peternakan. 22 (3): 1-8.

Alwi, M. A. 2015. Pertambahan Bobot Badan Dan Konversi Pakan Ternak


Kambing Peranakan Etawa Yang Diberi Pakan Silase Jerami Padi Dan Daun
Gamal (Gliricidia Sepium). Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.

Amien, I., M. Nasich, dan Marjuki. 2013. Pertambahan Bobot Badan Dan Konversi
Pakan Sapi Limousin Cross Dengan Pakan Tambahan Probiotik. Fakultas
Peternakan, Universitas Brawijaya.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan ke 4. PT gramedia.


Jakarta.

Campbell JR, Kenealy MD, and Campbell KL. 2006. Animal Sciences, 4th Edition.
McGraw Hill, New York.

Card, L. E. and M. C. Nesheim. 1972. Poultry Production. 11th Ed. Lea and
Febiger. Philadelphia. California.

Carvalho, M. C., Soeparno, dan Nono N. 2010. Pertumbuhan Dan Produksi Karkas
Sapi Peranakan Ongole Dan Simmental Peranakan Ongole Jantan Yang
Dipelihara Secara Feedlot. Buletin Peternakan, Vol. 34 (1): 38 – 46.

Ella A, Pasambe D, dan Nurhayu A. 2017. Penggemukan Sapi Bali dengan


Substitusi Jerami Fermentasi dan Konsentrat Tepung Kepala Udang di
Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner, Hal 109 – 117.

Hamdan, A., A. Subhan, E.S. Rohaeni, R. Qomariah, dan D. Pamungkas. 2010.


Pemanfaatan Jerami Padi Melalui Teknologi Fermentasi Pakan Untuk
Penggemukan Sapi Dengan PBBH >B0.5-0,8 Kg Di Kabupaten Tanah Laut.
Laporan Akhir Pengkajian Tahun II. BPTP Kalimantan Selatan. Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Banjarbaru.
Haryanto, B. 1992. Pakan Domba Dan Kambing. Prosiding Saresahan Usaha
17

Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II. Ikatan Sarjana Ilmu-
ilmu Peternakan Indonesia (ISPI) Cabang Bogor dan Himpunan Peternak
Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Cabang Bogor. Bogor.

Haryuni. N., E. Widodo dan E. Sudjarwo. 2017. Efek Penambahan Jus dan Daun
Sirih (Piper bettle linn) Sebagai Aditif Pakan Terhadap Peforma Ayam
Petelur. BRILIANT : Jurnal Riset dan Konseptual Vol. 2 No. 4: 430-434.

McDonald, P. R.A, Edwards. and Greenhalg, JFD. 2002. Animal Nutrition 6nd Ed.
Longman Scientificand Technical, John Willey and Sons Inc. NewYork. Hlm
90-95.

Perry, T. W., A. E. Cullison and R. S. Lowrey. 2005. Feed and Feeding. 6nd Ed.
Pearson Education, Inc. Upper Saddle River. New Jersey.

Pond, W.G., Church, D.C., Pond, K.R., & Schoknet, P.A. 2005. Basic Animal
Nutrition and Feeding. 5th revised edition. New York: John Willey and Sons
Inc.
Pond, W.G., D.C. Church & K.R. Pond. 1995. Basic Animal Nurition And Feeding.
4th Ed. John Willey and Sons, Canada.
Pond, W.G., D.C. Church, K.R. Pond, and P. A Schoknet. 2005. Basic Animal
Nutrition And Feeding. 5th Revised Edition. John Willey and Sons Inc, New
York.

Sagala, W. 2011. Analisis Biaya Pakan dan Performa Sapi Potong Lokal Pada
Ransum Hijauan Tinggi yang Disuplementasi Ekstrak Lerak (Sapindus
rarak) (Skripsi S1). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sari, D. D. K., Maria H. A., dan Lilies S. A. 2016. Pengaruh Pakan Tambahan
Berupa Ampas Tahu Dan Limbah Bioetanol Berbahan Singkong (Manihot
Utilissima) Terhadap Penampilan Sapi Bali (Bos Sondaicus). Buletin
Peternakan Vol. 40 (2): 107-112.
Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Siregar, S. B. 2001. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suwarta, 2011. Produktivitas, Efisiensi dan Risiko Usaha Ternak Ayam Broiler
Pola Kemitraan Inti-Plasma dan Mandiri Di Kabupaten Sleman. Disertasi S3
(tidak dipublikasikan).
Theodorou, M. K., D. E. Boever., M. J. Haines and A. Barcoks. 1990. The Effect of
Fungal Probiotic on Intake and Performance of Early Weaned Calves. Anim
prod 53. 577.

Tulloh, N.M. 1978. Growth, Development, Body Composition, Breeding, and


Management. In: W.A.T.Bowker., R.G. Dumsday., J.E. Frisch.,R.A. Swan
18

and N.M.Tulloh (Editor). A Course Manual in Beef Cattle Management and


Economics. Press Etching Pty.Ltd.,Brisbane

Widianto B, Prayogi HS, Nuryadi. 2011. Pengaruh Penambahan Tepung Buah


Mengkudu (Morinda citrifolia l) Dalam Pakan Terhadap Penampilan
Produksi Itik. J Anim Sci. 25: 28 – 35.

Yusuf, M. 2018. Konsumsi, Pertambahan Berat Badan Harian, Konversi Dan


Efisiensi Pakan Sapi Bali Jantan Muda Yang Diberi Pakan Lamtoro Dan
Campuran Lamtoro Dan Gamal. Fakultas Peternakan, Universitas Mataram.
19

LAMPIRAN

Hasil Diskusi

049_Akbar Afrianto_Kenapa pada saat musim panas asupan pakan pada suatu

ternak dapat menurun begitupun sebaliknya, khususnya pada ternak ruminansia?

Jawab :

124_Natasha Ramanda Aditya

Peningkatan suhu lingkungan memiliki efek negatif langsung pada pusat nafsu

makan hipotalamus untuk mengurangi asupan pakan pada ternak. Asupan pakan

mulai menurun pada suhu udara 25-26 ° C pada sapi menyusui dan berkurang lebih

cepat di atas 30 ° C dapat menurun sebanyak 40%, 22-35 % dalam kambing perah,

atau 8-10% pada sapi dara dan kerbau. Mengurangi asupan pakan adalah cara untuk

mengurangi produksi panas di lingkungan.

011_Laelatun Hasanah

Bagaimana efesiensi konfersi ransum yang baik untuk hewan ternak kambing?

Jawab:

128_Dini Sumarni

FCR terbaik untuk ternak kambing menurut hasil penelitian Nuraini, dkk. (2014)

menyatakan yaitu bahwa FCR terbaik diperoleh pada pemberian pakan kontrol

yang ditambahkan 35% pakan penguat yaitu 5,35. Menghasilkan PBB 34,92

g/ekor/hari dengan biaya pakan Rp. 36.908,25.

245_Muhammad Rizky Fajriawan Pertanyaan untuk kelompok 7: Dalam ternak

ruminant apa yang sangat berpengaruh dalam konversi pakan selain pakan itu

sendiri?
20

142_Tamamil Tholib

Jawaban : selain pakan aspek terpenting dalam peningkatan FEC bagi ternak

ruminan adalah aspek ternaknya sendiri yang meliputi jenis komoditas, kesehatan

ternak, dan fisiologi ternak. selain itu juga ternak ruminan seperti sapi yang peka

terhadap kondisi lingkungan, menajdikan aspek lingkungan juga sangat penting,

diantanya lokasi bangunan kandang, iklim micro dan macro luar dan dalam

kandang.

232_Jilan Rahma, izin bertanya bagaimana cara mengetahui food efficiency pada

unggas?

138_Muhammad Fajar Jawaban: Feed Convertion Ratio (FCR) merupakan

perbandingan antara jumlah pakan yang digunakan dengan jumlah bobot unggas

yang dihasilkan. Semakin kecilnilai FCR (faktor yang lain sama) menunjukkan

kondisi usaha ternak unggas semakin baik. Rendahnya nilai FCR menunjukkan

bahwa penambahan sejumlah pakan dapat menghasilkan penambahan bobot unggas

dengan proporsi yang lebih besar. Untuk mengelola usaha ternak unggas agar

mempunyai prestasi yang baik (FCR rendah) maka perlu diketahui faktor- faktor

yang mempengaruhinya, atau menentukan fungsi FCR. Fungsi FCR, dengan

pengertiannya di atas maka faktor-faktor yang mempengaruhi FCR sama dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usaha ternak unggas. Seperti halnya

pada penambahan pakan, dalam penambahan input yang lain, penambahan input

yang dimaksud dikatakan berpengaruh baik terhadap FCR apabila dengan

penambahan.
21

228_Rissa Astriana_Apakah tingkat efisiensi ransum pada ternak ruminansia besar

dan ternak ruminansia kecil berbeda?

166_Shafa Hajrina P

Jawaban:

Efisiensi ransum merupakan perbandingan antara pertambahan bobot badan yang

dihasilkan dengan jumlah ransum yang dikonsumsi. Efisiensi ransum dapat

diketahui dengan cara pertambahan bobot badan harian yang diperoleh dibagi

konsumsi bahan kering ransum. Hal yang dapat membedakan adalah dari segi

faktor yang berpengaruh dimana Basri (1981) berpendapat bahwa faktor lain yang

berpengaruh terhadap koefisien penggunaan pakan adalah kecernaan dari bahan

pakan serta kemampuan alat pencernaan untuk mengabsorbsi zat zat pakan yang

terkandung dalam ransum. Selain itu juga, kandungan energi dan protein yang

tinggi akan membuat ternak mengkonsumsi ransum secara efisien.

Anisah: 054_Anisah_izin bertanya bagaimana cara meningkatkan feed conversion

efficiency?

142_Tamamil Tholib

Jawaban : Cara meningkatkan FEC adalah dengan penambahan bahan pangan (feed

additive) yang sifatnya mampu mengoptimalkan pertumbuhan dan efisiensi pakan

ternak, lalu bahan pakan yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik karena

kualitas pakan berbanding lurus dengan pertumbuhan dan efisiensi pakan.

259_Yolan Yolanda_Hal apa saja yang mempengaruhi konversi efisiensi pakan

pada setiap ternak?

166_Shafa Hajrina P
22

Jawaban:

Konversi pakan sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak (komoditi yang dipelihara

dan kesehatan ternak), daya cerna ternak, jenis kelamin, bangsa, manajemen pakan

(kualitas dan kuantitas pakan), serta faktor lingkungan (suhu dan kelembaban).

082_Mala Kemalasari_Apa yang harus diperhatikan untuk memperoleh konversi

pakan yang efisien?

Jawaban:

150_Ihsan Faturrahman

hal yang hrs diperhatikan untuk memperoleh konversi pakan diantaranya kualitas

dan kuantitas dari pakan tersebut serta dipengaruhi oleh tingkat konsumsi pakan.

Hal ini sesuai dengan Tarmidi (2004) menambahkan bahwa selain konsumsi pakan

dan pertambahan bobot badan, kualitas dan kuantitas dari pakan juga

mempengaruhi, karena zat-zat yang dapat dicerna dalam pakan tersebut.

099_Fatimah Azzahra_Dipengaruhi oleh apa saja konversi pakan pada ternak?

Jawab :

124_Natasha Ramanda Aditya

Konversi pakan dapat dipengaruhi oleh Ternak (komoditi dan kesehatan ternak),

lingkungan, dan Manajemen pakan. Menurut Amien dkk (2013), konversi pakan

sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya cerna ternak, jenis kelamin, bangsa,

kualitas, dan kuantitas pakan, juga faktor lingkungan.


23

Lampiran Pembagian Tugas

No. Nama NPM Pembagian Tugas


1. Natasha Ramanda 200110180124 BAB II (Pembahasan 3.1 dan
3.4)
2. Dini Sumarni 200110180128 Cover, Daftar Isi, Lampiran, dan
Editor
3. Muhammad Fajar 200110180138 Kata Pengantar dan BAB I
4. Ihsan Fatturahman 200110180150 BAB III (Pembahasan 3.2 dan
3.5)
5. Tamamil Tholib 200110180142 BAB IV, Daftar Pustaka, dan
PPT, pembahasan 3.3
6. Shafa Hajrina P. 200110180166 BAB II dan Pembahasan 3.6

Anda mungkin juga menyukai