Anda di halaman 1dari 20

DISTRIBUSI IKAN, DAGING AYAM, DAN DAGING SAPI

DI PASAR GADANG KOTA MALANG

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Keamanan Pangan
Yang dibimbing oleh Ibu Dra. Hj. Nursasi Handayani, M.Si

Oleh :

Kelompok 1 / Pangan 2017

1. Anna Iriansyah Noor (170342615532)


2. Fairus Zain (170342615564)
3. Fransisca Puspitasari (170342615530)
4. Mega Berliana (170342615550)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

Oktober 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi kelautan yang sangat
besar dan produksi perikanan peringkat ke-13 terbesar di dunia (Ronny, 2011).
Sumberdaya ikan laut di Indonesia dikelompokkan menjadi sumberdaya ikan pelagis.
Sumberdaya ikan pelagis penyebarannya terutama di perairan dekat pantai, saat
terjadi proses kenaikan massa air laut (upwelling) karena makanan utamanya adalah
plankton. Sumberdaya ini dapat membentuk biomassa yang sangat besar sehingga
merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang cukup melimpah di perairan
Indonesia. (Parwinia, 2005).
Perikanan merupakan kegiatan yang terorganisir yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan serta lingkungannya, mulai dari
produksi, pengolahan, sampai dengan distribusi atau pemasarannya. Sedangkan
distribusi adalah suatu penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan
para pemakai, sewaktu dan dimana barang atau jasa tersebut diperlukan. Proses
distribusi tersebut menciptakan waktu, tempat dan pengalihan hak milik. (Casrinia,
2003). Selain distribusi ikan, permintaan akan daging sapi di Indonesia dari tahun ke
tahun juga semakin meningkat, hal tersebut selain dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah produk juga dipengaruhi oleh peningkatan pengetahuan penduduk itu sendiri
terhadap pentingnya protein hewani, sehingga pola konsumsi juga berubah, yang
semula lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat beralih mengkonsumsi daging dan
telur. (Suhardjo, 2000).
Selain daging, pemenuhan protein hewani juga bisa diperoleh dari daging
ayam, salah satunya adalah ayam ras pedaging atau ayam broiler. Perkembangan
usaha ayam broiler di Indonesia relatif lebih maju dibandingkan usaha ternak yang
lain, hal ini tercermin dari kontribusinya yang cukup luas. Komoditas ayam broiler
mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung oleh karakteristik
produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia karena harganya yang
relatif murah dan mudah diperoleh. Komoditas ini merupakan pendorong utama
penyediaan protein hewani nasional, sehingga prospek yang sudah bagus ini harus
dimanfaatkan untuk memberdayakan peternak melalui pemanfaatan sumberdaya
secara lebih optimal. (Pusdatin, 2014).
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah distribusi ikan, ayam dan daging yang ada di Pasar Gadang Kota
Malang?
2. Apakah faktor yang mempengaruhi distribusi ikan, ayam dan daging yang ada di
Pasar Kota Malang?
3. Bagaimanakah keamanan pangan pada ikan, ayam dan daging yang ada di Pasar
Gadang Kota Malang?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui distribusi ikan, ayam dan daging yang ada di Pasar Gadang
Kota Malang.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi distribusi ikan, ayam dan daging
yang ada di Pasar Kota Malang.
3. Untuk mengetahui keamanan pangan pada ikan, ayam dan daging yang ada di
Pasar Gadang Kota Malang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pasar Gadang


Pasar Gadang merupakan salah satu pasar tradisional yang cukup ramai oleh
aktivitas perdagangan dan turut berperan penting dalam memajukan pendapatan
daerah sebab pusat perdagangan di kabupaten Malang terdapat di pasar ini. Pasar
Gadang yang letaknya bersebelahan dengan Terminal Gadang ini adalah pasar yang
tidak ada istirahatnya sama sekali. Bahkan di tengah malam pun, masih ada aktivitas.
Pasar Gadang berada di Jalan Kolonel Sugiono, Kota Malang. Pasar ini telah berdiri
sejakt tahun 1982. Luas wilayah pasar pun sekitar 3 Ha. Kebanyakan pedagang di
Pasar Gadang merupakan warga sekitar.
2.2 Profil Penduduk Kota Malang
a) Jumlah Penduduk Kota Malang
Menurut Badan Pusat Statistik Kota Malang (2019), jumlah penduduk Kota
Malang adalah 870.682 jiwa pada tahun 2019. Dengan luas Kota Malang yang
mencapai 145,28 km2, kepadatan penduduk Kota Malang mencapai 6.200 jiwa/km2.
Malang merupakan kota ke-21 terbesar di Indonesia dan merupakan kota ke-18
terpadat se-Indonesia. Menurut data jumlah penduduk bahwa setiap tahun akan
mengalami peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk ini akan
mempengaruhi ketersediaan bahan pangan khususnya daging dan ikan, karena
semakin banyak penduduk maka permintaan akan bahan pangan juga semakin
meningkat.
Dari sekitar 870.682 penduduk di Kota Malang, penyumbang jumlah
penduduk terbesar adalah dari Kecamatan Lowokwaru yaitu 197.859 jiwa di tahun
2019. Sedangkan penduduk paling sedikit pada Kecamatan Klojen yaitu 102.018 jiwa
di Tahun 2019.
Gambar 1. Jumlah Penduduk Kota Malang Berdasarkan Kecamatan
Sumber : (Badan Pusat Statistik Kota Malang)

b) Pendapatan dan Pengeluaran perkapita penduduk Kota Malang


Pendapatan menjadi factor penting dalam menentukan pengeluaran rumah
tangga, termasuk pola konsumsi pangan keluarga. Apabila pendapatan meningkat,
pola konsumsi akan lebih beragam sehingga konsumsi pangan yang bernilai gizi
tinggi juga akan meningkat (Yudaningrum, 2011). Ernest Engel 1857 dalam BPS
(2014), menyatakan bahwa presentase pengeluaran untuk makan akan menurun
sejalan meningkatnya pendapatan. Oleh karena itu, komposisi pengeluaran rumah
tangga dapat dijadikan sebagai indicator untuk kesejahteraan penduduk. Semakin
rendah presentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran, maka
semakin baik tingkat perekonomian penduduk.
Menurut Walikota Malang, Sutiaji bahwa income atau pendapatan perkapita di
Kota Malang rata-rata sebesar 36 juta rupiah pertahun pada tahun 2016. Sedangkan,
pengeluaran penduduk menurut Badan Pusat Statistik (2014), rata-rata pengeluaran
penduduk perkapita sebulan pada kelompok perumahan dan rumah tangga sebesar Rp.
294.378, diikuti dengan aneka barang dan jasa sebesar Rp. 286.376 dan kelompok
makanan dan minuman sebesat Rp. 183.908.
Dari pengeluaran penduduk perkapita berdasarkan kelompok makanan dan minuman
di Kota Malang yang sebesar Rp. 183.908 tersebut untuk pengeluaran Daging sebesar
Rp 25.396/bulan dan Ikan Rp 22.495/bulan dan dapat dilihat pada tabel berikut.
Gambar 2. Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Menurut Kelompok Barang Makanan
Sumber : (Badan Pusat Statistik Kota Malang, 2014)

2.3 Distribusi Daging dan Ikan


Distribusi daging sapi di Provinsi Jawa Timur hanya melibatkan fungsi usaha
perdagang grosir dan pedagang eceran. Pola distribusi perdagangan komoditas daging
sapi di Provinsi Jawa Timur secara lengkap disajikan pada gambar berikut:

Gambar 3. Pola Distribusi Daging di wilayah Jawa Timur


Banyaknya rantai utama distribusi perdagangan daging sapi yang terbentuk
dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah dua rantai, dengan melibatkan
satu pedagang perantara, yaitu pedagang eceran. Sementara konsumen akhirnya
adalah rumah tangga. Akan tetapi, panjang pola utama tersebut berpotensi menjadi
tiga rantai ketika melalui jalur: produsen – pedagang grosir – pedagang eceran –
konsumen akhir (BPS, 2018).
Dari pola distribusi perdagangan yang terbentuk, secara umum tampak bahwa
distributor dan pedagang grosir memainkan peran cukup penting dalam
pendistribusian daging sapi. Distributor memiliki jaringan penjualan yang mampu
menjangkau ke seluruh fungsi kelembagaan yang terlibat. Setelah menerima pasokan
daging sapi dari importir, mayoritas pasokan daging oleh distributor dijual langsung
ke pedagang eceran. Selain itu, distributor juga menjual stok daging sapinya ke pelaku
usaha lain seperti sub distributor, agen, pedagang grosir, dan juga dipasarkan secara
langsung ke konsumen akhir. Sementara itu, dari jalur produsen, pasokan daging sapi
oleh produsen mayoritas dijual ke pedagang grosir. Kemudian pedagang grosir
menjual daging sapinya ke Pedagang Eceran, Industri Pengolahan, Kegitan Usaha
Lainnya, serta Rumah Tangga dengan persentase yang relatif hampir sama (BPS,
2018).
Sebuah produk perikanan dinyatakan baik jika produk tersebut dapat dilacak
asal usul-usulnya sejak mulai penangkapan di laut (atau pemanenan di dalam
budidaya) sampai ke tangan konsumen. Ada beberapa rantai distribusi yang
mempunyai konsekuensi dengan pemberlakuan aturan ini. Pertama, penangkap ikan
di laut. Kedua, port landing, atau penjualan pertama di pelabuhan. Ketiga, pengolah
utama. Keempat, distributor. Dan kelima adalah retailer. Dari mulai penangkapan ikan
di laut sampai retailer, ikan harus dapat dilacak benar berasal dari mana dan apakah
awalnya dijual utuh atau sudah dipotong-potong. Ini berdampak pada sistem
pencatatan yang harus rapih di setiap rantai distribusi (Ahmad, 2011).
Agar suatu produk dapat ditelusuri riwayat asal maupun rantai distribusinya
dengan mudah, produsen harus memiliki catatan dan mendokumentasikan informasi
yang berkaitan dengan produknya mulai dari bahan baku, proses pengolahan, selama
distribusi/penyimpanan, pemasaran hingga ke tangan konsumen. Dengan demikian,
dalam sistem ketertelusuran diperlukan metode yang handal untuk menelusuri
riwayat asal-usul suatu bahan pangan, proses produksi, pengemasan, distribusi/
trasportasi sampai kepada konsumen. Pada dasarnya, implementasi sistem
ketertelusuran mencakup 2 kegiatan pokok, yaitu tracking dan tracing. Tracking
merupakan metode penelusuran suatu produk pada tahap pasca produksi
(downstream information). Sedangkan tracing merupakan cara menelusuri riwayat
asal suatu produk sehingga juga dikenal dengan upstream information (Ahmad,
2011)
2.4 Keamanan Pangan Daging dan Ikan
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk
dikonsumsi (BPOM RI, 2015).
Pangan segar memerlukan penanganan khusus karena merupakan pangan yang
mudah rusak dan beberapa diantaranya memerlukan suhu penyimpanan tertentu
seperti suhu dingin atau beku. Pangan ini meliputi buah, sayuran, daging ayam,
daging sapi, daging hewan berkaki empat lainnya, ikan dan kerang-kerangan, serta
pangan siap saji. Pangan yang diterima harus dicek/diperiksa kebersihannya,
kemungkinan cacat atau berpenyakit. Bahan pangan segar yang diterima harus
menunjukkan kesegarannya dan bersih serta bebas dari benda asing. Berikut adalah
ciri-ciri Daging dan Ikan segar yang baik (BPOM RI, 2015) :
a) Daging
• Bau khas daging segar
• Daging sapi berwarna merah, lemaknya keras berwarna kuning,
ototnya berserat halus
• Daging kerbau berwarna merah tua, lemaknya keras berwarna kuning,
ototnya agak kasar, rasanya agak manis
• Daging babi berwarna merah jambu tua, lemaknya keras berwarna
putih, baunya tajam
• Datang dari pemasok dengan wadah atau kendaraan yang berpendingin
b) Ikan
• Keadaan bola mata cembung dan cemerlang serta korneanya masih
bening
• Warna insang merah segar
• Terdapat lendir alami menutupi permukaan ikan
• Warna kulit belum pudar
• Sisik melekat kuat dan mengkilat
• Dagingnya kenyal dan jika ditekan dengan jari tidak berbekas

Hasil analisis yang dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan (BKP)


menunjukkan bahwa hingga saat ini pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia
secara umum masih didominasi oleh pangan sumber karbohidrat atau pangan nabati.
Pada tahun 2014, konsumsi protein nabati masih dominan yaitu 68,9% dari total
protein, yang berarti konsumsi protein hewani sekitar 31,1%. Keadaan enam tahun
lalu lebih buruk, yaitu konsumsi protein hewani hanya 26,6% dari total konsumsi
protein (BKP 2015). Konsumsi protein hewani Indonesia masih rendah dibandingkan
dengan negara lain. Hariyadi (2011) berdasarkan data dari Food and Agriculture
Organization (FAO) menyimpulkan bahwa pada tahun 2003-2005, konsumsi protein
hewani per kapita/hari di Indonesia baru sekitar 20-30 gram.
Tingkat partisipasi konsumsi rumah tangga untuk sumber protein hewani dari
hasil perikanan berdasarkan jenis ikan berkisar antara 6% (yang terendah adalah ikan
laut teri dan ikan mas) sampai 24% (yang tertinggi adalah ikan tongkol). Yang
populer dikonsumsi oleh masyarakat, selain ikan tongkol/tuna/cakalang adalah ikan
asin teri (21%), ikan laut kembung (15%) dan ikan air tawar mujair dan bandeng
(lebih dari 10%). Kecuali untuk udang, walaupun ada perbedaan angka partisipasi
konsumsi beberapa jenis ikan, akan tetapi perbedaan tersebut tidak melebihi 50%.
Tingkat partisipasi konsumsi pangan hasil perikanan masih relatif rendah
dibandingkan dengan pangan produk peternakan. Dari sisi penyediaan pangan sumber
protein hewani, kampanye gemar makan ikan (jenis ikan air tawar ataupun ikan laut)
masih harus ditingkatkan lebih gencar lagi melalui sosialisasi dan komunikasi yang
lebih efektif. Ikan merupakan sumber protein per gram yang lebih murah dan lebih
sehat dibandingkan dengan daging merah (Ariani, dkk. 2018).
Tabel 1 Rata-rata tingkat konsumsi pangan hewani/kapita/tahun secara nasional dan
yang mengkonsumsi, 2014Sumber: (BPS, 2014)

Tabel 1 menunjukkan pada tahun 2014 tingkat konsumsi daging, telur, dan
susu per kapita kelompok rumah tangga yang mengkonsumsi pangan tersebut masing-
masing sebesar 13,6 kg, 9,0 kg, dan 6,3 kg. Dibandingkan dengan rata-rata nasional,
tingkat konsumsi/kapita dari kelompok yang mengkonsumsi tersebut untuk daging
sekitar 2,6 kali; telur 1,4 kali; dan susu 3,2 kali dari rata-rata nasional. Untuk produk
hasil perikanan, rata-rata konsumsi per kapita dari kelompok pengkonsumsi pangan
ini untuk ikan laut sebesar 23,87 kg, ikan air tawar 15,32 kg dan ikan asin 4,60 kg,
atau 1,7; 3,1; dan 1,9 lipat dari rata-rata tingkat konsumsi per kapita secara agregat
untuk masing-masing komoditas tersebut. Dari gambaran di atas, ikan laut cukup
dominan sebagai sumber protein hewani dari perikanan, karena baik angka partisipasi
maupun tingkat konsumsi paling tinggi dibandingkan jenis ikan lainnya (Ariani, dkk.
2018).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada hari Selasa tanggal 25 September 2019 kelompok kami melaksanakan


observasi distribusi daging dan ikan di Pasar Gadang, Kota Malang. Berdasarkan hasil
observasi kami mewawancarai beberapa ruko yang menjual daging ayam, sapi dan
ikan dengan total 6 ruko. Ruko yang kami observasi terletak acak di Pasar Gadang.
Pada tempat pertama dengan nama pemilik ruko Bapak Muzaini menjual
daging sapi. Penjual tidak memiliki peternakan sapi sendiri melainkan mendapatkan
pasokan daging sapi dari RPH Kelurahan Gadang. Tiap harinya penjual mengambil
berat bersih ± 75 kwintal daging sapi. Pengambilan daging sapi dilakukan pada jam 2
pagi. Ruko ini memiliki pelanggan tetap yakni penjual bakso keliling di daerah
Malang dan juga rumah makan untuk soto dan rawon. Biasanya setiap hari daging
yang terjual habis, namun juga terkadang masih ada sisa. Sisa daging akan dibawa ke
rumah untuk disimpan di freezer khusus daging. Sapi yang dijual adalah jenis daging
limousin. Harga standar dari penjual yang diberikan ke pembeli adalah 105.000 per
kg. Keuntungan yang diperoleh penjual adalah 5.000 per kg yang dijual.
Pada tempat kedua dengan nama pemilik ruko Bapak Jianto menjual daging
sapi. Penjual memiliki peternakan sapi sendiri yang bertempat di Kelurahan Wagir.
Tiap harinya penjual membawa stok dengan berat kotor 2 ekor sapi dengan ras
limousin. Pemotongan sapi dilakukan sendiri di rumah penjual pada jam 10 malam
tiap harinya. Penjual mulai membuka ruko pada jam 12 malam. Ruko ini memiliki
pelanggan tetap yakni penjual bakso, soto iga, dan rumah makan padang. Daging
yang dijual di ruko ini umumnya selalu habis, namun terkadang juga sisa yang akan
dibawa ke rumah untuk disimpan di freezer khusus daging. Harga daging yang diberi
penjual adalah 108.000 per kg, paru dengan harga 70.000 per kg, usus dengan harga
35.000 per kg, dan hati dengan harga 50.000 per kg. Penjual memiliki karyawan
sebanyak 8 orang yang bertugas memotong dan menjual daging. Keuntungan yang
didapatkan penjual yaitu 5.000 per kg daging yang dijual.
Pada tempat ketiga dengan nama pemilik ruko Ibu Irawati menjual daging
ayam. Penjual tidak memiliki peternakan sendiri melainkan mengambil stok dari
peternakan ayam yang bertempat di daerah Kebalenwetan Keluharan Kotalama.
Ayam yang dijual adalah ayam jenis boiler. Tiap harinya ayam diantar ke rumah
penjual pada jam 3 sore, yang selanjutnya akan dibersihkan sendiri oleh penjual di
rumah. Tiap harinya penjual mengambil stok sebanyak ± 75 kg. Penjual membuka
ruko pada jam 1 malam. Tidak ada pelanggan tetap yang membeli daging ayam pada
penjual. Pembeli biasanya berasal dari ibu rumah tangga biasa dengan pembelian
yang umum untuk kebutuhan memasak. Penjual tidak memperkerjakan karyawan.
Apabila ayam yang dijual tidak habis dalam sehari, maka akan dibawa pulang dan
dimasukkan ke dalam freezer. Harga yang diberikan penjual adalah 30.000 per kg.
Keuntungan yang diperoleh penjual adalah 1.000 per kg daging ayam yang terjual.
Pada tempat keempat dengan nama pemilik ruko Ibu Enes menjual daging
ayam. Penjual tidak memiliki peternakan sendiri melainkan mengambil stok dari
peternakan ayam yang bertempat di daerah Kebalenwetan Keluharan Kotalama.
Ayam yang dijual adalah ayam jenis boiler. Tiap harinya ayam diantar ke rumah
penjual pada jam 3 sore, yang selanjutnya akan dibersihkan sendiri oleh penjual di
rumah pada jam 11 malam. Tiap harinya penjual mengambil stok sebanyak ± 50 kg.
Penjual membuka ruko pada jam 2 malam. Tidak ada pelanggan tetap yang membeli
daging ayam pada penjual. Pembeli biasanya berasal dari ibu rumah tangga biasa
dengan pembelian yang umum untuk kebutuhan memasak. Penjual memperkerjakan
saudara sebagai karyawan sebanyak 1 orang. Apabila ayam yang dijual tidak habis
dalam sehari, maka akan dibawa pulang dan dimasukkan ke dalam freezer. Harga
yang diberikan penjual adalah 30.000 per kg. Keuntungan yang diperoleh penjual
adalah 1.000 per kg daging ayam yang terjual.
Pada tempat kelima dengan nama pemilik ruko Bapak Hari yang berprofesi
sebagai pedagang yang menjual ikan-ikan segar. Bapak hari ini biasanya
mendapatkan ikan-ikan segar tersebut dari penyetor ikan yang berasal dari pantai
selatan di Malang Selatan dan di Probolinggo. Pendistribusiannya sendiri langsung
dari nelayan, kemudian ikan-ikan segar ini disimpan didalam gentong plastik yang
berisi air (jika ikan tersebut masih hidup) dan es (jika ikan tersebut sudah mati)
kemudian diangkut menggunakan pickup dan dipasarkan. Ikan-ikan segar yang dijual
biasanya macam-macam, seperti ikan tuna, ikan tengiri, ikan dorang, ikan kakap, ikan
bandeng, ikan nila, ikan gurami, ikan patin, ikan salmon, dan lain-lain. Biasanya
Bapak Hari ini, memasok masing-masing jenis ikan per kuintal banyaknya dan
berhubung banyaknya ikan yang dipasok maka Bapak Hari ini dibantu dengan 3/4
karyawannya. Pembeli biasanya ibu-ibu rumah tangga, dan bahkan jadi langganan
rumah makan padang. Toko ikan segar Bapak Hari ini buka selama 24 jam. Jika, ikan-
ikan ini tidak laku terjual maka ikan-ikan ini disimpan dengan diberi es supaya tetap
segar.
Pada tempat keenam dengan nama pemilik ruko Ibu Eli yang berprofesi
sebagai pedagang yang menjual ikan-ikan segar. Ibu Eli ini biasanya mendapatkan
ikan-ikan segar tersebut dari penyetor ikan yang berasal dari Sidoarjo, Lamongan, dan
Pasuruan. Pendistribusiannya sendiri langsung dari nelayan, kemudian ikan-ikan segar
ini disimpan didalam gentong plastik yang berisi air (jika ikan tersebut masih hidup)
dan es (jika ikan tersebut sudah mati) kemudian diangkut menggunakan pickup dan
dipasarkan. Ikan-ikan segar yang dijual biasanya macam-macam, seperti ikan tuna,
ikan tengiri, ikan dorang, ikan kakap, ikan bandeng, ikan nila, ikan gurami, ikan patin,
ikan salmon, dan lain-lain. Biasanya Ibu Eli ini, memasok masing-masing jenis ikan
per 50kg banyaknya dan berhubung banyaknya ikan yang dipasok maka Ibu Eli ini
dibantu dengan 1 orang karyawannya. Pembeli biasanya ibu-ibu rumah tangga,
warung-warung, restoran, dan bahkan jadi langganan rumah makan padang. Toko
ikan segar Ibu Eli ini buka selama 24 jam tapi biasanya ikan-ikan segar toko Ibu Eli
ini, masih pagi hari bisa langsung habis terjual. Ikan yang sering diborong oleh
pembeli ialah ikan gurami, ikan mujaer, dan ikan patin karena harganya terjangkau.
Ikan gurami per kg nya 34 ribu dan ikan patin per kg nya 30 ribu. Apabila, ikan-ikan
ini tidak laku terjual maka ikan-ikan ini disimpan dengan diberi es supaya tetap segar.
Lokasi observasi yang digunakan oleh kelompok kami adalah Pasar Gadang
yang terletak di Kelurahan Gadang Kecamatan Sukun Kota Malang. Jumlah
penduduk di Kecamatan Sukun pada tahun 2015 adalah 190.05 penduduk dengan laju
pertumbuhan 0,8-0,9. Kepadatan penduduk di Kecamatan Sukun adalah 9.063 per
km2. Ketersediaan energi pangan per kapita di Kota Malang untuk kelompok bahan
pangan daging adalah 327 kkal/hari. Ketersediaan energi pangan per kapita di Kota
Malang untuk kelompok bahan pangan ikan adalah 21,67 kal/hari. Populasi ternak
dengan jenis ternak sapi potong di Kecamatan Sukun adalah 500 ekor, sedangkan
populasi unggas dengan jenis ternak ayam pedaging (broiler) di Kecamatan Sukun
adalah 25.000 ekor, sedangkan populasi ikan jenis ikan lele di Kecamatan Sukun
adalah 60.500 ekor. Jumlah ternak yang dipotong dengan jenis ternak sapi potong di
Kecamatan Sukun adalah 13.318 ekor, paling banyak diantara Kecamatan lainnya,
sedangkan jumlah ternak yang dipotong dengan jenis unggas ayam broiler di
Kecamatan Sukun adalah 1.112.937 ekor (Sarjan, 2016).
Pengeluaran rata-rata perkapita dalam sebulan menurut golongan pengeluaran
dan kelompok barang di Kota Malang tahun 2015 adalah :

Tabel 1. Pengeluaran Rata-Rata Perkapita Dalam Sebulan Menurut Golongan


Pengeluaran Dan Kelompok Barang Di Kota Malang Tahun 2015

Dapat disimpulkan bahwa pengeluaran rata-rata perkapita dalam sebulan


untuk kelompok makanan adalah sekitar 140.000-600.000 rupiah, jumlah tersebut
lebih besar daripada kebutuhan non-makanan. Berdasarkan penghitungan tersebut
dapat dihitung rata-rata pengeluaran tiap penduduk untuk pemenuhan kebutuhan
daging. Dapat dilihat pada hasil diatas bahwa harga daging adalah 105-108 per kg.
Sedangkan pengeluaran rata-rata untuk kelompok ikan adalah 43.352 per bulan.
Apabila pengeluaran untuk makanan saja hanya 140.000-160.000 maka dalam
sebulan hanya dapat membeli daging sapi sekurang-kurangnya 1,5 kg. Sedangkan
untuk daging ayam tiap bulannya masih dapat mengonsumsi 4-5 kg daging ayam.
Sedangkan untuk ikan tiap bulannya masih dapat mengonsumsi 3-4 kg ikan. Wali
Kota Malang Drs. H. Sutiaji mengungkapkan saat ini tingkat konsumsi ikan
masyarakat Kota Malang masih sangat rendah. Tercatat hanya 28 persen per tahunnya
dari ketentuan idealnya minimal sebesar 70 persen per tahun. Padahal tubuh kita harus
mengonsumsi protein dari daging sapi, ayam, dan ikan agar tetap mempertahankan
gizi baik dalam tubuh. Menurut Hardinsyah (2013), kecukupan protein yang harus
dikonsumsi dalam sehari adalah 14% dari total makanan yang dikonsumsi tubuh.
Protein tersebut ada di dalam daging ayam dan sapi namun masih terbatas karena
harga yang masih melambung tinggi, sehingga kecukupan pangan masih kurang.
Sedangkan protein yang ada dalam ikan dapat cukup dikonsumsi karena harga ikan
tidak terlalu mahal, sehingga kecukupan pangan dapat dikatakan dalam arti cukup,
namun sudah dikatakan sebelumnya, bahwa konsumsi ikan oleh masyarakat malang
masih cukup rendah.
Keamanan pangan menurut UU No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu
dan Gizi menyebutkan bahwa keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran bioloigs, kimia, dan
benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
manusia. Pengelolaan keamanan pangan harus dilakukan secara terintegrasi di
sepanjang rantai pasok, agar pangan tetap terjaga kualitasnya sampai di tangan
konsumen (Wahyuni, H.C. dan Sumarmi, W. 2018).
Menurut Anwar (2011) rantai pasok terlibat dalam proses transformasi dan
distribusi barang mulai dari bahan baku sampai dengan konsumen akhir.
Implementasi manajemen rantai pasok berpengaruh terhadap :
• Biaya (cost), rantai pasok yang baik akan mengefisiensi biaya
• Kecepatan/kemampuan penyediaan barang yang tepat waktu
• Fleksibilitas, waktu yang sedikit
Menurut Sparringa (2014) sumber resiko dalam tahapan rantai pangan
(distribusi pangan) dapat berasal dari pestisida, obat hewan, toksin alami, kontaminan
lingkungan (pengolahan), alergen, penyalahgunaan bahan berbahaya, bahan tambahan
yang berlebih, senyawa yang terbentuk saat proses, migrasi bahan kontak
pangan/kemasan.
Berdasarkan hasil obervasi dikemukakan bahwa distribusi daging sapi, ayam,
dan ikan di Pasar Gadang hampir sama. Pada daging sapi distribusi menggunakan
pick up, namun daging yang diantar masih segar sehingga tidak perlu menggunakan
es sebagai pengawet. Sisa daging yang dijual akan diawetkan dengan menggunakan
freezer dan sama sekali tidak menggunakan bahan kimia. Distribusi daging sapi tidak
terlalu jauh, sehingga waktu yang dibutuhkan juga sedikit dan daging sapi masih
segar. Pengantaran daging sapi dilakukan pada jam malam untuk menjaga daging sapi
dari polusi udara karena jalanan masih sepi dan suhu udara tidak setinggi pagi atau
siang hari. Ruko tempat penjualan masih kotor dan belum sepenuhnya higienis.
Karena Pasar Gadang termasuk pasar yang sangat ramai, daging yang digantung dapat
saja terkontaminasi dengan udara kotor dan juga asap kendaraan.
Pada daging ayam distribusi menggunakan sepeda motor. Ayam yang telah
dibersihkan dimasukkan ke dalam plastik dan dimasukkan ke keranjang belanja.
Distribusi daging ayam juga tidak terlalu jauh sehingga waktu yang dibutuhkan tidak
banyak. Pengangkutan dilakukan pada malam hari agar daging ayam tidak
terkontaminasi suhu tinggi seperti pada siang hari yang juga banyak polusi karena
ramainya lalu lalang kendaraan bermotor. Ruko tempat penjualan masih kotor karena
sehingga mengundang banyak lalat berdatangan.
Pada ikan pendistribusiannya menggunakan pickup. Ikan-ikan segar yang
masih hidup setelah dipancing oleh nelayan dimasukkan kedalam gentong plastik
besar yang berisi air dan es, tujuannya supaya ikan-ikan ini agar masih tetap segar
saat berada di konsumen. Distribusi ikan-ikan segar ini juga tidak terlalu jauh
sehingga waktu yang dibutuhkan juga tidak banyak. Pengangkutan pada malam hari
karena setelah para nelayan memancing, maka langsung di distribusikan ke pasar-
pasar di seluruh Kota Malang. Ruko tempat penjualan masih kotor karena tempatnya
berada di pinggir jalan dan belum sepenuhnya higienis. Karena Pasar Gadang
termasuk pasar yang sangat ramai, ikan-ikan yang dipajang di meja yang terbuka
dapat saja terkontaminasi dengan udara kotor dan juga asap kendaraan yang melintas.
BAB IV
PENUTUP

1. Keamanan pangan pada pendistribusian ikan dari nelayan laut hingga sampai
penjual ikan dapat dikatakan cukup higienis dan bersih, dikarenakan ikan-ikan
setelah dipancing dari nelayan langsung dimasukkan ke dalam gentong plastik
yang diberi air dan es supaya tetap segar. Tetapi hanya saja pada saat di pasar
penjual ikan memajang ikan-ikan tersebut begitu saja di ruangan terbuka sehingga
keamanan pangan pada saat di tangan konsumen dapat dikatakan masih belum
baik, karena penjualan yang kurang bersih.
2. Harga ikan untuk pengeluaran bulanan masyarakat dapat dikatakan cukup murah,
dan harga masih bisa dijangkau, tetapi hanya saja masyarakat nya yang tidak
banyak mengkonsumsi ikan sehingga dapat dikatakan kebutuhan pangan ikan
masih cukup rendah.
3. Keamanan pangan pada distribusi daging ayam masih belum baik karena tempat
penjualan yang kurang bersih.
4. Harga daging ayam dan sapi masih terlalu tinggi untuk pengeluaran penduduk tiap
bulan untuk kebutuhan makanan, sehingga konsumsi daging sapi dan ayam juga
masih sangat minim.
5. Keamanan pangan pada distribusi daging sapi masih belum baik karena tempat
penjualan yang kurang bersih.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,R. 2011. Analisis dan Desain Sistem Informasi untuk Penerapan Dokumentasi
Program Traceability pada Rantai Distribusi Produk Tuna Loin Beku,
Skripsi. IPB. Bogor
Anwar, K. 2011. Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management) : Konsep
dan Hakekat. Jurnal Dinamika Informatika, Vol. 3 No. 2
Ariani M.2012. Rekontruksi Pola Pangan Masyarakat dalam Upaya Percepatan
Diversifikasi Pangan Mendukung Program MP3EI. Dalam: Ananto EE, S
Pasaribu, M Ariani, B Sayaka, NS Saad, K Suradisastra, K Subagyono, H
Soeparno, F Kasryno, E Pasandaran, R Hermawanto., editors. Kemandirian
Pangan Indonesia dalam Perspektif Kebijakan MP3EI. Jakarta (ID): IAARD
Press.
Badan Ketahanan Pangan. 2015. Direktori Perkembangan Konsumsi Pangan. Jakarta.
BPOM RI. 2015. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Pedoman Cara Ritel Pangan Yang
Baik Di Pasar Tradisional.
BPS Kota Malang. 2014. Jumlah Penduduk Kota Malang Berdasarkan Kecamatan di
Kota Malang. (online). (https://bps.go.id). Diakses pada 30 September 2019.
BPS Kota Malang. 2014. Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Menurut
Kelompok Barang Makanan di Kota Malang. (online). (https://bps.go.id).
Diakses pada 30 September 2019.
BPS Indonesia. 2018. Distribusi Perdagangan Komoditi Daging Sapi di Indonesia
2018. Jakarta : CV. Dharmaputra
BPS. 2014. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Per Provinsi. Survei
Sosial Ekonomi Indonesia. Buku 3. Jakarta.
Casrinah. 2003. Sitem Pemasaran Hasil-Hasil Perikanan Laut di Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) Tanjungsari Kabupaten Pemalang. Skripsi. Fakultas Perikanan
Universitas Pancasakti. Tegal.
Hardinsyah, Riyadi, H, dan Napitupuhu, V. 2013. Kecukupan Energi, Protein, Lemak
dan Karbohidrat. Jakarta : Departemen Gizi FK Universitas Indonesia
Hariyadi P. 2011. Importance and Role Of Protein In The Indonesia Daily Diet.
Presented at “Whey Protein Health and Fitness Seminar. (online).
(http://www.seafast.ipb.ac.id /publication/ presentation/ USDEC-Protein-
Whey-Jakarta2011-handouts.pdf). Diakses pada 30 September 2019.
Parwinia. 2005. Makalah Falsafah Sains Evaluasi Perikanan Mengenai
Pengembangan Agribisnis Terpadu. Program Pasca Sarjana S3 ITB. Bogor.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin). 2014. Buletin Konsumsi
Pangan. Pusdatin Volume 5 No 2.
Ronny, 2011. Tingkat Konsumsi Ikan: Peluang, Hambatan dan Strategi. Warta Pasar
ikan. 14 : 1-2.
Sajan, M. 2016. Kota Malang dalam Angka (Malang Municipality in Figures).
Malang : Badan Pusat Statistik Kota Malang
Suhardjo. 2000. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.
Wahyuni, H. C. dan Sumarmi, W. 2018. Pengukuran Risiko Keamanan Pangan pada
Sistem Rantai Pasok Ikan Segar. Sidoarjo : FT Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai