DAGING
DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS PERTANIAN
Assalamulaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita
nikmat dankesehatan, sehingga kelompok kami, diberi kesempatan untuk
menyelesaikan tugas penulisanmakalah tentang“Daging.”
Kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk Ibu
Asmawati S.TP., M.Sc. dosen mata kuliah Kimia Pangan yang telah menyerahkan
kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan makalah ini. Kami juga berharap
dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu berguna serta bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait penggolongan pangan.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan
banyak sekalikekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Di akhir kami berharap
makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang membaca. Kami
mohon maaf apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di
hati.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Nilai kalori daging banyak ditentukan oleh kandungan lemak intraseluler di dalam
serabut-serabut otot yang disebut lemak marbling atau intramuskular. Nilai kalori
daging juga tergantung pada jumlah daging yang dimakan. Secara relatif, kandungan
gizi daging dari berbagai bangsa ternak dan ikan berbeda, tetapi setiap 100 gr daging
dapat memenuhi kebutuhan gizi seorang dewasa setiap hari sekitar 10% kalori, 50%
protein, 35% zat besi (Fe), atau 100% zat besi bila daging berasal dari hati dan 25-60%
vitamin B kompleks (Forrest et al., 1975). Hati banyak mengandung Fe, vitamin A, B,
dan asam sukinat (Lawrie, 2003).
2.3. Efek Pada Daging dan Manusia Akibat Salah Pengolahan Daging
Salah satu metode pengolahan/pengawetan daging adalah dengan marinasi.
Marinasi adalah proses perendaman daging didalam bahan maridane sebelum diolah
lebih lanjut. Apabila ada kesalahan dalam melakukan pengolahan akan berdampak pada
keempukan daging, menurunkan kesan juiceness, menurunkan daya ikat air dalam
daging dan membuat daging mudah busuk (Alvarado dan sams, 2003). Dan jika
pengolahan daging yang tidak baik yaitu menggunakan boraks maka akan berdampak
pada kesehatan tubuh konsumen. Boraks menjadi pilihan penjual karna biaya beli nya
murah dan juga mempunyai keuntungan seperti tahan lama, memperbaiki tekstur
makanan, dapat membuat makanan lebih kenyal dan dapat menghambat proses
fermentasi (Cahyadi, 2008).
b) Fase Pre-Rigor
Setelah hewan mati, maka pernafasan dan sirkulasi darah akan terhenti sehingga
suplai oksigen ke jaringan otot juga terhenti. Akibatnya, proses oksidasi glikogen
melalui siklus KREB untuk menghasilkan ATP juga terhenti. Sisa glikogen yang
terdapat dalam jaringan otot akan dipecah menjadi asam lektat melalui proses
glikosilisis anaerobik sehingga pH jaringan otot akan menurun secara perlahan-lahan.
Segera setelah hewan mati (fase pre-rigor), dalam jaringan otot masih terdapat
kompleks ATP- Mg++ yang cukup untuk menjaga agar tidak terjadi persilangan
filamen-filamen aktin pada sarkomersarkomer serabut otot sehingga jaringan otot tetap
lunak, lemas dan halus. Fase ini berlangsung sekitar 8 – 12 jam setelah hewan mati.
c) Fase Rigor-Mortis
Setelah hewan mati, serabut retikuler tidak dapat berfungsi sehingga ion-ion
Ca++ terlepas yang mengakibatkan kompleks ATP- Mg++ dipecah menghasilkan ATP
bebas dan enzim ATP-ase diaktifkan untuk memecah ATP bebas menghasilkan energi
yang diperlukan untuk terjadinya persilangan filamenfilamen aktin pada sarkomer-
sarkomer serabut otot. Proses ini berlangsung secara perlahan-lahan dan pada fase rigor-
mortis, persilangan filamen-filamen aktin pada sarkomer-sarkomer serabut otot terjadi
secara sempurna sehingga jaringan otot menjadi keras, kasar dan kaku. Fase ini
berlangsung sekitar 15 – 20 jam setelah fase pre-rigor.
d) Fase Pasca-Rigor
Mulai dari sejak hewan mati proses pemecahan ATP dan glikogen berlangsung
terus selama masih ada yang tersisa dalam jaringan otot. Produk akhir dari pemecahan
ATP adalah senyawa-senyawa “precusor” cita-rasa daging yang menyebabkan cita-rasa
spesifik pada daging dan produk akhir pemecahan glikogen adalah asam laktat yang
menyebabkan penurunan pH jaringan otot. Pada fase pasca-rigor, pH jaringan otot yang
normal sekitar 6,5 – 6,6 akan turun menjadi pH sekitar 5,3 – 5,5. Apabila pH jaringan
otot mencapai 5,5 maka sel-sel otot akan melepaskan dan mengaktifkan suatu enzim
proteolitik “cathepsin”. Enzim “cathepsin” ini akan mengendorkan serabut-serabut otot
yang tegang, melonggarkan struktur molekul protein sehingga daya ikatnya terhadap air
meningkat dan menghancurkan ikatan-ikatan diantara serabut-serabut otot yang mana
kesemuanya ini akan menyebabkan jaringan otot yang tegang dan kaku pada fase rigor-
mortis akan kembali menjadi empuk dan halus pada fase pasca rigor.
Reaksi-reaksi kimia pada jaringan otot setelah hewan mati dipengaruhi
temperatur penyimpanan karkas. Semakin rendah temperatur, semakin lambat reaksi-
reaksi biokimia tersebut berlangsung. Apabila temperatur sedemikian rendahnya,
terdapat kemungkinan terjadi penciutan serabut-serabut otot sedangkan konsentrasi
ATP dalam jaringan masih cukup tinggi sehingga proses pengempukan pasca-mortem
tidak sempurna dan daging akan lebih kenyal. Kondisi ini yang disebut “cold
shortening”. Demikian juga halnya, apabila jaringan otot pada fase pre-rigor disimpan
beku, maka reaksi-reaksi biokimia pada jaringan otot akan terhenti atau berlangsung
sangat lambat. Pada waktu “thawing”, reaksi-reaksi biokimia tersebut berlangsung
sangat cepat oleh karena kerusakan sel-sel otot sehingga persilangan filamen-filamen
aktin pada sarkomer-sarkomer serabut otot berlangsung lebih intensif dan daging akan
lebih kenyal. Oleh karena itu, apabila daging dibekukan pada fase pre-rigor (segera
setelah penyembelihan), sebaiknya daging tersebut langsung dimasak tanpa terlebih
dahulu di “thawing”. Kondisi ini dikenal sebagai “thaw rigor”.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Daging merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki nilai gizi berupa
protein yang mengandung susunan asam amino yang lengkap. Daging didefinisikan
sebagai urat daging (otot) yang melekat pada kerangka, kecuali urat daging bagian bibir,
hidung, dan telinga yang berasal dari hewan yang sehat sewaktu dipotong. Perbedaan
pengertian daging dan karkas terletak pada kandungan tulangnya.
B. SARAN
Makanlah daging untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian Anda. Karenadaging
adalah sumber terbaik elemen nutrisi esensial dan berbagai vitamin yangdibutuhkan
oleh tubuh. Pastikan terlebih dahulu kualitas daging sebelum Andamengonsumsinya.
Perhatikan kriteria-kriteria daging segar, seperti: keempukan,warna, rasa, aroma, serta
kelembaban daging. Simpanlah daging selagi masih segar. Potong daging menjadi
bagian yanglebih kecil sehingga ketika disimpan pembekuan daging merata.
Bungkuslah dagingdengan kemasan plastik tebal agar daging tidak dehidrasi. Karena
daging yangdehidrasi akan mengalami perubahan warna menjadi cokelat kehitaman
serta terjadi penyimpangan rasa bila diolah.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, W. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi 2.
Cetakan I. Bumi. Aksara : Jakarta.
Ferasyi, T. R. et. at. Prediksi Kadar Protein dan Lemak Daging Sapi Aceh
Menggunakan Aplikasi Near Infrared Reflectunce Spectroscopy (NIRS).
Jimvet. 01 (4) : 666-673.
Heri Warsito, Rindiani, F.N., 2015. Ilmu Bahan Makanan dasar I., Yogyakarta: Nuha
Medika.