Anda di halaman 1dari 28

USULAN PRAKTEK MAGANG

TEKNIK PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA IKAN BELIDA


(Chitala hypselonotus) DI SPEECTRA RAWA BANJIRAN PATRA TANI
BALAI RISET PERIKANAN PERAIRAN UMUM DAN PENYULUH
PERIKANAN (BRPPUPP) PALEMBANG, SUMATERA SELATAN

OLEH :
ANNISA FATIMAH AZ ZAHRA

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
ii

USULAN PRAKTEK MAGANG

TEKNIK PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA IKAN BELIDA


(Chitala hypselonotus) DI SPEECTRA RAWA BANJIRAN PATRA TANI
BALAI RISET PERIKANAN PERAIRAN UMUM DAN PENYULUH
PERIKANAN (BRPPUPP) PALEMBANG, SUMATERA SELATAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Praktek Magang Pada
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Riau

OLEH :

ANNISA FATIMAH AZ ZAHRA


2004111410

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, DAN KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

PENGESAHAN USULAN PROPOSAL MAGANG

Judul : Teknik Pengelolaan Kualitas Air Pada


Ikan Belida (Chitala hypselonotus) di
SPEECTRA Rawa Banjiran Patra Tani
Balai Riset Perikanan Perairan Umum
dan Penyuluh Perikanan (BRPPUPP
Palembang), Sumatera Selatan
Nama : Annisa Fatimah Az Zahra
Nomor Mahasiswa : 2004111410
Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh

Ketua Jurusan, Dosen Pembimbing,

Dr. Muhammad Fauzi, S.Pi, M.Si Isma Mulyani, S.Pi, M.Si


NIP. 196804111994031002 NIP. 198804042018032001
2

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Praktek Magang
ini dengan judul “Teknik Pengelolaan Kualitas Air Pada Ikan Belida (Chitala
hypselonotus) di SPEECTRA Rawa Banjiran Patra Tani Balai Riset
Perikanan Perairan Umum dan Penyuluh Perikanan (BRPPUPP)
Palembang, Sumatera Selatan”. Penulis menyadari bahwa penyelesaian
Proposal ini tidak terlepas dari motivasi dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu,
terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Dosen pembimbing praktek magang, Ibu Isma Mulyani, S.Pi, M.Si yang
telah bersedia memberikan waktu dan bimbingan kepada penulis dalam
mengerjakan proposal ini, serta ucapan terimakasih kepada orang tua
penulis dan semua pihak yang telah membantu dan memberi motivasi
kepada penulis hingga proposal ini selesai.
2. Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan
(BRPPUPP) Palembang, yang telah memberikan kesempatan waktu dan
tempat kepada penulis untuk melaksanakan praktek magang ini.
3. Kepada teman-teman seangkatan yang bersedia membantu dan
memberikan masukan yang bersifat membangun demi penyelesaian dan
kesempurnaan proposal praktek magang ini.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari segi sistematika penulisan maupun dari segi penyajian. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca. Atas
perhatian, saran, dan kritikan dari pembaca penulis ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, Desember 2022

Annisa Fatimah Az Zahra


3

DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktek Magang .............................................................. 2
1.3 Manfaat Praktek Magang ............................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Chitala hypselonotus .................................................................... 4
2.2 SPEECTRA Rawa Banjiran ......................................................... 4
2.3 Parameter Pengukuran Kualitas Air ............................................. 5
2.3.1 Parameter Fisika ................................................................ 6
2.3.1.1 Suhu ...................................................................... 6
2.3.1.2 Kecerahan ............................................................. 6
2.3.1.3 Kedalaman ............................................................ 7
2.3.2 Parameter Kimia ............................................................... 7
2.3.2.1 Derajat Keasaman (pH) ......................................... 7
2.3.2.2 Oksigen Terlarut (DO) .......................................... 7
2.3.2.3 Karbondioksida (CO2) ........................................... 8
2.3.2.4 Nitrat (NO3-) ......................................................... 8
2.3.2.5 Ammonia (NH3) .................................................... 9
2.3.2.6 Orthofosfat (PO43-) ............................................... 9
2.3.2.7 Total Organic Matter (TOM) ................................ 10
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................... 11
3.2 Metode Magang .......................................................................... 11
3.3 Jadwal Magang............................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Jadwal Kegiatan Praktek Magang ......................................................... 12
5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Peta Lokasi Praktek Magang ................................................................ 18
2. Anggaran Biaya Praktek Magang ......................................................... 19
2. Organisasi Praktek Magang .................................................................. 20
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan sumber daya alam yang berperan penting bagi makhluk
hidup. Perairan di Indonesia sangat luas, salah satunya adalah perairan tawar.
Umumnya wilayah perairan tawar dimanfaatkan sebagai kegiatan transportasi,
habitat ikan, industri listrik, pertanian, pariwisata, dan sebagai sumber untuk
kebutuhan rumah tangga.
Menurut LiPI (2000) dalam Noordiningroom et al. (2012), Kondisi luas
wilayah Indonesia dimana dua pertiga bagian wilayahnya adalah berupa perairan,
dengan luas perairan umum adalah 50 juta ha, yang terdiri dari perairan sungai
beserta lebaknya 11,95 ha, danau alam dan danau buatan (waduk) seluas 2,1 juta
ha, serta perairan rawa 39,4 juta ha. Perairan yang termasuk ke dalam perairan
umum adalah danau, sungai, waduk, rawa. Perairan umum merupakan bahan alam
yang relatif luas dan dimanfaatkan untuk kepentingan kehidupan manusia, hewan,
tanaman, dan berbagai jenis makhluk hidup lainnya.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 73 Tahun 2013
dalam Supriadi et al. (2016) Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yang
terkandung di dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk
secara alami di lahan yang relatif datar atau cekung dengan endapan mineral atau
gambut, dan ditumbuhi vegetasi, yang merupakan suatu ekosistem. Perairan rawa
Indonesia banyak terdapat di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Luas perairan rawa di Indonesia sangat luas namun masih belum banyak
dimanfaatkan dan dikelola dengan baik terutama dalam bidang perikanan.
Perairan rawa yang tergenang secara musiman disebut dengan rawa banjiran.
Berdasarkan welcome (1985) dalam Ditya et al. (2013) menyatakan bahwa
ciri khas rawa banjiran adalah fluktuasi air yang sangat berbeda antara musim
penghujan dan kemarau. Pada musim penghujan air sungai meluap hingga
menggenangi sebagaian besar arealnya kecuali bagian tanah yang tinggi,
sebaliknya pada musim kemarau air sungai menjadi surut dan sebagain besar
arealnya kering kecuali bagian yang dalam meliputi sungai utama dan lebung.
2

Salah satu provinsi di Indonesia yang mengelola potensi rawa banjiran yang
cukup besar adalah Palembang, Sumatera Selatan.
Rawa banjiran merupakan perairan yang produktivitasnya tinggi dan subur
karena kaya unsur hara yang berasal dari dekompiosisi vegetasi disekitarannya.
Disamping itu, rawa banjiran berperan sebagai penghasil ikan air tawar. Perairan
tersebut apabila dikelola dengan baik dan benar maka dapat berfungsi sebagai
tempat tinggal, tempat mencari makan, tempat pemijahan, dan daerah tempat
asuhan bagi ikan-ikan.
Berbagai jenis ikan air tawar dapat hidup diperairan rawa banjiran ini. Ikan
dapat hidup dengan baik di suatu perairan apabila kondisi perairan dalam keadaan
baik atau normal. Kondisi perairan dapat dikatakan baik apabila kualitas airnya
berada pada kondisi normal. Secara umum, karakteristik kualitas air rawa banjiran
dicirikan dengan pH cenderung asam, kandungan oksigen rendah, kekeruhan
tinggi serta konsentrasi total nitrogen dan total fosfor yang tinggi (Jubaedah et al.,
2015).
Kualitas air yang baik akan memberikan dampak yang positif terhadap ikan
yang dipelihara. Penurunan kualitas air akan menganggu pertumbuhan dan bahkan
menyebabkan infeksi penyakit yang tumbuh dan berkembang dalam perairan yang
bermutu tidak baik (Syamsunarno, 2016). Oleh karena itu, penting untuk
mengetahui kualitas air pada suatu perairan, terutama rawa banjiran di Patra Tani,
Palembang yang merupakan salah satu tempat yang mengelola rawa banjiran
menjadi suaka perikanan.

1.2. Tujuan Praktek Magang


Tujuan dari praktek magang ini adalah untuk meningkatkan keterampilan
mahasiswa baik secara soft skill yaitu berupa etika, tata krama, dan komunikasi,
serta secara hard skill yaitu berupa penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kerja lapangan yang berkaitan dengan teknik pengelolaan kualitas air pada ikan di
Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP)
Palembang, Sumatera Selatan.
3

1.3. Manfaat Praktek Magang


Manfaat dari praktek magang ini adalah agar dapat menambah pengetahuan,
pengalaman, serta wawasan pengetahuan yang menyangkut tentang teknik
pengelolaan kualitas air pada ikan di Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan
Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP) Palembang, Sumatera Selatan. Selain itu, juga
sebagai suatu pembelajaran turun langsung ke lapangan.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Chitala hypselonotus


Chitala hypselonotus adalah ikan belida yang berasal dari Indonesia
bagian Sumatra (Nugroho et al., 2019). Di Indonesia, ikan belida menghuni
perairan Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Ikan belida merupakan spesies ikan air
tawar yang menghuni perairan umum Indonesia. Ikan ini tergolong ikan purba
yang memiliki bentuk yang unik (Wibowo et al., 2010). Ikan belida bersifat
predator yang juga akan bermigrasi dari sungai utama ke perairan rawa banjiran
untuk aktivitas pertumbuhan (Wibowo et al., 2006). Klasifikasi ikan belida adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Osteoglossiformes
Family : Notopteridae
Genus : Chitala
Spesies : Chitala hypselonotus (Bleeker, 1852)
Chitala hypselonotus memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, kepala kecil,
dan bungkuk di bagian tengkuk. Sirip ekor langsung bersambung dengan sirip
anal. Sirip dorsal kecil berbentuk seperti bulu dengan tubuhnya yang agak licin.
Warna ikan ini pada bagian atas hitam keabu-abuan sedangkan bagian bawah
berwarna keperakan. Terdapat 1 buah linea literalis yang menyambung.
Ikan belida hidup pada perairan danau, rawa, dan sungai yang memiliki
banyak hutan rawa. Hal ini disebabkan ikan ini menggunakan kayu atau ranting
pohon sebagai tempat pemijahan (Adjie et al., 2017). Induk belida menempelkan
telur-telurnya pada benda-benda di bawah permukaan air. Ikan belida dalam
sektor perikanan memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebagai ikan konsumsi
maupun hias.

2.2 SPEECTRA Rawa Banjiran


Daerah rawa banjiran memiliki ekostem yang sangat beragam. Faktor
utama yang mendorong tingginya produktivitas biota perairan di rawa banjiran
adalah karena fluktuasi tinggi air sungai (flood pulse). Aliran air yang masuk ke
5

rawa banjiran mendorong terjadinya dekomposisi bahan organik dari hasil run off.
Banyaknya bahan organik yang terakumulasi pada rawa banjiran menyebabkan
meningkatnya nutrient di perairan sehingga terjadinya peningkatan produksi
plankton, tanaman air, dan avetebrata air yang merupakan sumber makanan dari
ikan,
Rawa banjiran mempunyai posisi strategis dan memiliki fungsi yang
beragam. Perairan rawa banjiran merupakan sumber ekonomi bagi nelayan serta
sebagai sumber pangan untuk mencukupi kebutuhan gizi masyarakat sekitar.
Dalam memanfaatkan rawa banjiran lebih lanjut, Balai Riset Perikanan Perairan
Umum dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP) Palembang membuat suaka
perikanan SPEECTRA dalam rangka pencegahan kepunahan pada biota perairan
endemik.
SPEECTRA (Special Area For Conservasition And Fish Refugia)
merupakan model pengelolaan perikanan terintegrasi yang diaplikasikan di rawa
banjiran yang berada di Palembang. Agar kelestarian ikan endemik tetap terjaga,
Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP)
Palembang membangun taman perikanan ini di Desa Patra Tani, Kabupaten
Muara Enim. SPEECTRA berfungsi untuk menjaga keberlangsungan
biodiversitas dan peningkatan ikan di perairan darat. Dengan adanya SPEECTRA,
indukan dari jenis suatu ikan akan tetap berada di SPEECTRA sedangkan anakan
ikan akan dikembalikan ke habitat aslinya melewati kanal menuju Sungai Musi.

2.3 Parameter Pengukuran Kualitas Air


Dalam mengelola suatu lingkungan perairan perlu untuk memperhatikan
kondisi perairan tersebut melalui pengelolaan kualitas air. Parameter kualitas air
terbagi menjadi parameter biotik dan abiotik. Parameter biotik terdiri dari
plankton, vegetasi tumbuhan air, dan benthos. Sedangkan parameter abiotik terdiri
dari parameter fisika (suhu, kecerahan, dan kedalaman) dan kimia (pH, DO, CO2,
NO2, NH3, PO43-, TOM)
6

2.3.1 Parameter Fisika


2.3.1.1 Suhu
Pengamatan suhu dilakukan agar mengetahui kondisi perairan dan
interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan habitat dan biota air lainnya.
Perubahan suhu mempengaruhi tingkat kesesuaian perairan sebagai habitat
organisme akuatik, karena itu setiap organisme akuatik mempunyai batas kisaran
maksimum dan minimum. Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat
seperti : jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun, kecepatan reaksi kimia
meningkat, kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu, jika batas suhu yang
mematikan terlampaui maka ikan dan hewan air lainnya akan mati (Simarmata at
al., 2022).
suhu air mempunyai berpengaruh terhadap proses pertukaran atau
metabolisme makhluk hidup. Selain mempengaruhi proses pertukaran zat, suhu
juga berpengaruh terhadap kadar oksigen yang terlarut dalam air, juga
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Pada umumnya suhu
permukaan air yang normal berkisar antara 27-29oC (Hamuna et al., 2018).

2.3.1.2 Kecerahan
Kecerahan merupakan parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses
fotosintesis pada suatu ekosistem perairan (Rosarina at al., 2018). Kecerahan
menggambarkan sejumlah atau sebagian cahaya yang diteruskan pada kedalaman
tertentu (Rosarina at al., 2019). Kecerahan yang tinggi menunjukan daya tembus
cahaya matahari ke dalam perairan.
Apabila kecerahan disuatu perairan rendah maka dapat menghambat
proses fotosintesis, sehingga menyebabkan kurangnya kadar oksigen terlarut di
suatu perairan. Lalu, jika kadar oksigen rendah maka akan menghambat proses
oksidasi dan reduksi, sehingga menyebabkan nutrient yang dibutuhkan oleh
organisme perairan juga berkurang. Hal ini juga berdampak padda kurangnya
organisme di perairan tersebut. Oleh karena itu, pentingnya mengukur kadang
kecerahan pada suatu perairan. Berdasarkan Asmawi (1985) dalam Sofarani
(2012) menyatakan bahwa kecerahan optimum bagi perairan adalah >45 cm.
7

2.3.1.3 Kedalaman
Menurut Yumame et al. (2013), Kedalaman perairan dimana proses
fotosintesis sama dengan proses respirasi disebut kedalaman kompensasi.
Kedalaman kompensasi biasanya terjadi pada saat cahaya di dalam kolom air
hanya tinggal 1 % dari seluruh intensitas cahaya yang mengalami penetrasi di
permukaan air.
Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi
tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar
akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya kedalaman perairan lebih
dari 3 m dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya kedalaman perairan lebih
dari dasar jaring (Sriyanti et al., 2021). Kedalaman bagi organisme perairan yang
normal adalah 0-25 meter (Sanusi, 2004).

2.3.2 Parameter Kimia


2.3.2.1 Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion
hidrogen dalam perairan. pH suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia
yang cukup penting dalam memantau kestabilan perairan. Perairan dengan nilai
pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan
pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa. Nilai pH yang normal bagi suatu
perairan payau adalah antara 7-9, sementara pH air laut antara 8,0-8,5 (Widigdo,
2013).

2.3.2.2 Oksigen terlarut (DO)


DO (Dissolved Oxygen) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang
bersumber dari udara melalui proses difusi dan hasil fotosintesis (Patty et al.,
2022). DO di perairan digunakan dalam proses respirasi, degradasi bahan organik
maupun anorganik, proses metabolisme dan pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan. Semakin banyak
jumlah oksigen terlarut maka kualitas air akan semakin baik. Laju difusi oksigen
dari udara bebas ke dalam perairan dipengaruhi oleh suhu air, tekanan udara,
salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus atau gelombang serta
kedalaman air.
8

Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah proses fotosintesis dari
fitoplankton. Semakin subur perairan, semakin banyak fitoplankton yang hidup di
dalamnya. Semakin banyak fitoplankton akan semakin banyak oksigen yang
dihasilkan dan terlarut di dalam air (Widigdo, 2013).
Kandungan Dissolved Oxygen (DO) minimum di perairan adalah 2 ppm
dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (Aruan et al.,
2017). Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menegaskan
bahwa kadar DO minimum yang harus ada pada air adalah >2 mg/L.

2.3.2.3 Karbondioksida (CO2)


Karbondioksida (CO2) mempunyai peranan yang sangat besar bagi
kehidupan organisme air. Karbondioksida merupakan unsur utama dalam proses
fotosintesis yang dibutuhkan oleh fitoplankton dan tumbuhan air (Prakoso et al.,
2017). Selain itu, dapat membantu dalam proses dekomposisi atau perombakan
bahan organik oleh bakteri. Namun jika dalam keadaan yang berlebihan dapat
mengganggu bahkan menjadi racun bagi beberapa jenis ikan. Kandungan CO2
dalam perairan maksimal 20 mg/L. Apabila melebihi 20 mg/L maka akan
membahayakan biota suatu perairan bahkan dapat meracuni kehidupan organisme
perairan (Prasetyawan et al., 2017)

2.3.2.4 Nitrat (NO3-)


Nitrat adalah bentuk nitrogen utama diperairan alami. Bentuk senyawa
nitrogen yang paling dominan di perairan alami adalah ion nitrat (NO3-) dan
sangat penting bagi pertumbuhan tanaman dan alga (Rumanti et al., 2014). Nitrat
berasal dari ammonium yang masuk ke dalam badan perairan terutama melalui
limbah domestik konsentrasinya di dalam perairan akan semakin berkurang bila
semakin jauh dari titik pembuangan yang disebabkan adanya aktifitas
mikroorganisme di dalam air contohnya bakteri nitrosumonas.
Mikroorganisme tersebut akan mengoksidasi ammonium menjadi nitrit
dan akhirnya menjadi nitrat oleh bakteri. Prosesoksidasi tersebut akan
menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut semakin berkurang, terutama pada
9

musim kemarau saat turun hujan semakin sedikit dimana volume aliran air
menjadi rendah.
Dalam kondisi konsentrasi oksigen terlarut sangat rendah dapat terjadi
kebalikan dari stratifikasi yaitu proses denitrifikasi di mana nitrat akan
menghasilkan nitrogen bebas yang akhirnya akan lepas ke udara atau dapat juga
kembali membentuk ammonium dan amoniak melalui proses amonifikasi nitrat.
Nitrat merupakan zat hara yang penting pada suatu perairan. Akan tetapi,
apabila konsentrasi nitrat pada suatu perairan sangat tinggi maka dapat
menyebabkan eutrofikasi (pengayaan zat hara) yang ditandai dengan blooming
alga pada perairan. Hal tersebut mengacu pada Goldman dan Horne (1983) dalam
Zulfia et al. (2013) mengenai klasifikasi status tropik berdasarkan nilai nitrat di
perairan terdiri dari 3 kriteria status tropik yaitu kadar nitrat < 0.1 mg/L untuk
perairan oligotrofik, kadar nitrat antara 0,1 mg/L hingga 0.2 mg/L untuk perairan
mesotrofik, dan kadar nitrat > 0.2 mg/L untuk perairan eutrofik.

2.3.2.5 Ammonia (NH3)


Ammonia merupakan salah satu nitrogen anorganik terlarut yang dapat
mempengaruhi kualitas suatu perairan (Sumarno et al., 2015). Senyawa ini berasal
dari nitrogen yang menjadi NH4 pada pH rendah dan disebut ammonium.
Ammonia dalam air berasal dari air seni dan tinja, oksidasi zat organik secara
mikrobiologis serta dari air buangan industri dan aktivitas masyarakat. Menurut
Zhang et al. (2012) dalam Putri et al. (2019) konsentrasi ammonia yang tinggi di
suatu perairan dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut yang dapat
menimbulkan gangguan fungsi fisiologi serta metabolisme seperti respirasi.
Berdasarkan Effendi (2003) dalam Mahyudin et al. (2015) menyatakan bahwa
kadar ammonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0.1 mg/L.

2.3.2.6 Orthofosfat (PO43-)


Fosfat merupakan zat hara yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan
dan metabolisme fitoplankton dan organisme perairan lainnya dalam menentukan
kesuburan perairan. Fosfor menjadi faktor pembatas yang sangat penting di
perairan karena jumlahnya yang terbatas tetapi dibutuhkan dalam jumlah banyak
oleh berbagai jenis organisme. Fosfor di perairan dalam bentuk senyawa fosfat,
10

yang terdiri atas fosfat terlarut dan fosfat partikulat. Fosfat terlarut terbagi atas
fosfat organik dan fosfat anorganik yang terdiri dari orthofosfat dan polifosfat
(Putri et al., 2014). Orthofosfat merupakan bentuk yang dapat dimanfaatkan
secara langsung oleh organisme perairan sedangkan polifosfat harus mengalami
hidrolisis membentuk orthofosfat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan
sebagai sumber fosfor. Pada umumnya perairan yang mengandung orthofosfat
antara 0.03-0.1 mg/L adalah perairan oligotrofik, kandungan antara 0.11-0.3 mg/L
adalah mesotrofik, dan kandungan antara 0.31-1.0 mg/L adalah perairan eutrofik
(Wetzel, 1975 dalam Arizuna et al., 2014)

2.3.2.7 Total Organic Matter (TOM)


Menurut Sari et al. (2014), Bahan organik total atau Total Organic Matter
(TOM) menggambarkan kandungan bahan organik total suatu perairan yang
terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi (particulate) dan koloid. Tingginya
kandungan bahan organik akan mengganggu keadaan perairan. Jika kandungan
bahan organik melebihi baku mutu maka akan dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan. Kandungan bahan organik mencerminkan kondisi kualitas perairan.
Bahan organik merupakan bahan bersifat kompleks dan dinamis yang
terdapat di dalam tanah yang mengalami perombakan. Bahan ini terus-menerus
mengalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan
biologi. Dekomposisi bahan organik di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
susunan residu, suhu, pH, dan ketersediaan zat hara dan oksigen (Jamaludin,
2021).
Sumber penghasil bahan organik terlarut dalam suatu perairan berasal dari
daratan, proses pembusukan organisme yang telah mati, perubahan metabolik-
metabolik ekstraseluler oleh alga (fitoplankton), dan ekskresi zooplankton dan
hewan-hewan lainnya (Zulkifli, 2020). Bahan organik total di perairan terdapat
sebagai plankton, partikel-partikel tersuspensi dari bahan organik yang mengalami
perombakan (detritus) dan bahan-bahan organik total yang berasal dari dari
daratan dan terbawa oleh aliran sungai (Simanjuntak et al., 2020). Menurut
Triyaningsih et al. (2021), total bahan organik total di perairan terbagi atas 4
kriteria yaitu baik sekali (nilai 0), baik (-1 sampai -30), sedang (-11 sampai -30),
dan keadaan buruk (<-30).
11

III. METODE PRAKTEK MAGANG

3.1 Waktu dan Tempat


Praktek magang ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2023 di
Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP)
Palembang, Jalan Gubernur H.A Bastari No. 08, Jakabaring, Kecamatan Seberang
Ulu I, Kota Palembang, Sumatera Selatan. Gambar lokasi praktek magang dapat
dilihat pada Lampiran 1.

3.2 Metode Magang


Metode yang digunakan pada praktek magang ini adalah sebagai berikut :
1. Metode Short Course atau Mentorial
Metode short course (mentorial) yaitu dilakukan dengan pemberian
materi ataupun informasi dari pembimbing lapangan mengenai
program kerja lebih lanjut di Balai Riset Perikanan Perairan Umum
dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP) Palembang.
2. Metode Praktek Langsung
Metode praktek langsung yaitu mahasiswa turun ke lapangan untuk
mempraktekkan secara langsung materi yang telah diberikan oleh
pembimbing lapangan.
3. Metode Studi Literatur
Metode studi literatur yaitu dengan pengumpulan data berupa literatur-
literatur bersumber dari jurnal, internet, dan pembukuan terkait dengan
judul praktek magang.

3.3 Jadwal Magang


Praktek magang ini di laksanakan di Balai Riset Perikan Perairan Umum
dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP) Palembang, yang dimulai pada bulan
Januari-Februari 2023. Untuk rincian jadwal pelaksaan praktek magang dapat
dilihat pada Tabel 1.
12

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Praktek Magang


Minggu ke-
No Kegiatan
1 2 3 4
Pengenalan lokasi kegiatan
1 
magang
2 Persiapan Alat dan Bahan  
Pelaksanaan Praktek
3  
Magang
Penyusunan dan revisi
3 
laporan praktek magang
Penyelesaian Laporan
4 
Praktek Magang
13

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, S., Husnah, dan A. K. Gaffar. Studi Biologi Ikan Belida (Notopterus
chitala) di Daerah Aliran Sungai Batanghari, Provinsi Jambi. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia, 5(1) : 48-44.
Aruan, D. G. R. dan M. A. Siahaan. 2017. Penentuan Kadar Dissolved Oxygen
(DO) Pada Air Sungai Sidoras di Daerah Butar Kecamatan Pagaran
Kabupaten Tapanuli Utara. Jurnal Analisis Laboratorium Medik USM-
Indonesia. 2(1): 422–433.
Aruzina, M., D. Suprapto, dan M. R. Muskananfola. 2014. Kandungan Nitrat dan
Fosfat Dalam Air Pori Sedimen di Sungai dan Muara Sungai Wedung
Demak. Diponogoro Journal of Maquares, 3(1) : 7-16.
Ditya, Y. C., A. H. Rais, S. N. Nurdawati, dan N. N. Wiadnyana. 2013. Peranan
Lebung Sebagai Sumber Ekonomi Bagi Nelayan dan Sarana Pengelolaan
Sumber Daya Ikan Rawa Banjiran di Sumatra Selatan. Jurnal Sosial
Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 8(1) : 39-47.
Hamuna, B., R. H. R. Tanjung, S. Suwito, H. K. Maury, dan A. Alianto. 2018.
Study of Seawater Quality and Pollution Index Based on Physical-
Chemical Parameters in the Waters of the Depapre District, Jayapura.
Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(1), 35–43.
Jubaedah, D., M. M. Kamal, I. Muchsin, dan S. Hariyadi. 2015. Karakteristik
Kualitas Air dan Estimasi Resiko Ekobiologi Herbisida di Perairan Rawa
Banjiran Lubuk Lampam, Sumatra Selatan. Jurnal Manusia dan
Lingkungan, 22(1) : 12-21.
Mahyudin, Soemarno, dan T. B. Prayogo. 2015. Analisis Kualitas Air dan Strategi
Pengendalian Pencemaran Air Sungai Metro di Kota Kepanjen Kabupaten
Malang. Analisis Kualitas Air dna Strategi Pengendalian Pencemaran, 6(2)
: 105-114.
Noordiningroom, R., Z. Anna, dan A. A. H. Suryana. 2012. Analisis Bioekonomi
Model Gordon-Schaefer Studi Kasus Pemanfaatan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) di Perairan Umum Waduk Cirata Kabupaten
Cianjur Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 3(3) : 263-274.
14

Nugroho, E., R. R. S. P. S. Dewi, J. Subagja, dan B. Priono. 2019. Keragaman


Genetik dan Karakter Biometrik Ikan Belida (Chitala lopis, Bleeker 1851)
Budidaya Asal Sungai Kampar, Riau. Jurnal Riset Akuakultur. 14(1) : 1-8.
Patty, S. I., M. P. Rizqi, dan R. Huwae. 2022. Dissolved Oxygen in the East
Bolaang Mongondow Waters, North Sulawesi. Jurnal Ilmiah
PLATAX, 10(1) : 216-223.
Prakoso, D., T. Dahril, dan A. H. Simarmata. 2017. Water Condition of Tajwid
Lake in the Langgam District, Pelalawan Regency, Riau Province. Jurnal
Online Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
1-9.
Prasetyawan, B., L. Maslukah, dan A. Rifai. 2017. Pengukuran Sistem Karbon
Dioksida (Co2) Sebagai Data Dasar Penentuan Fluks Karbon Di Perairan
Jepara. Buletin Oseanografi Marina. 6(1). 9-16.
Putri, F. D., E. Widyastuti, dan C. Christiani. 2014. Hubungan Perbandingan Total
Nitrogen Dan Total Fosfor Dengan Kelimpahan Chrysophyta Di Perairan
Waduk Panglima Besar Soedirman, Banjarnegara. Scripta Biologica, 1(1),
92.
Putri, W. A. E., A. I. S. Purwiyanto, Fauziah, F. Agustriani, dan Y. Suteja. 2019.
Kondisi Nitrat, Nitrit, Amonia, Fosfat, dan BOD di Muara Sungai
Banyuasin, Sumatera Selatan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis,
11(1) : 65-74.
Rosarina, D. dan E. K Laksanawati. 2018. Studi Kualitas Air Sungai Cisadane
Kota Tangerang Ditinjau Dari Parameter Fisika. Jurnal Redoks, 3(2), 38-
43.
Rosarina, D. dan E. K. Laksanawati. (2019). Perbandingan Sifat Fisika Air Sungai
Cisadane Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda. Jurnal Redoks, 4(2), 1-6.
Sanusi, H. S. 2004. Karakteristik Kimiawi dan kesuburan Perairan Teluk
Pelabuhan Ratu Pada Musim Barat dan Timur. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan
dan Perikanan Indonesia, 11(2) : 93-100.
Sari, T.A., W. Atmodjo, dan R. Zuraida. 2014. Studi Bahan Organik Total
Sedimen Dasar Laut di Perairan Nabire Teluk Cendrawasih Papua. Jurnal
Oseanografi. 3(1): 81-86.
15

Simanjuntak, N., Rifardi, dan A. Tanjung. 2020. Relationship of the


Characteristics of Sediments and Organic Materials Sediment with the
Abudance of Kerang Darah (Anadara granosa) in Tanjung Balai Asahan
Waters, North Sumatra Province. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 25(1): 6-
17.
Simarmata, A.H., R. D. Sibagariang, dan Y. Harjoyudanto. 2022. Penuntun
Praktikum Dinamika Ekosistem Perairan. Pekanbaru. Universitas Riau.
Sriyanti, S. dan I. Akhrianti. 2021. Teknik Pembesaran Ikan Kerapu Macan
(Ephinepelus fuscoguttatus) di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung. Jurnal Ilmu Perairan, 3(1) :14-19
Sumarno, D. dan T. Muryanto. 2015. Penentuan Kandungan Ammonia (N-NH3)
Berdasarkan Hasil Analisa Kandungan Ammonium (N-NH4) di Daerah
Aliran Sungai (DAS) Poso Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Teknisi
Litkayasa Balai Penelitian Pemulihan dan Konsevasi Sumber Daya Ikan,
13(2) : 113-118.
Supriadi, E., Nurhayati, S. Widodo, dan Marsudi. 2016. Kajian Kerusakan
Jaringan Rawa Pasang Surut (Studi Kasus Sekunder A Kanan dan
Sekunder B Kanan Desa Rasau Jaya II Kecamatan Rasau Jaya). Jurnal
Teknik Sipil, 16(1) : 1-16.
Syamsunarno, M. B., dan M.T. Sunarno. 2016. Budidaya Ikan Air Tawar Ramah
Lingkungan Untuk Mendukung Keberlanjutan Penyediaan Ikan Bagi
Masyarakat. Seminar Nasional Perikanan Dan Kelautan. Pembangunan
Perikanan Dan Kelautan Dalam Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional.
Bandar Lampung. Hal 1-15.
Triyaningsih, N. N. W., Munasik, dan W. A. Setyati. 2021. Total Bahan Organik
dan Kualitas Air di Perairan Morodemak, Kabupaten Demak. Journal of
Marine Research. 10(2) : 205-212.
Wibowo, A. dan M. T. D. Sunarno. 2006. Karakter Habitat Ikan Belida
(Notoptera chitala). Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap, 1(1) : 19-24.
Wibowo, A. R. Affandi, K. Soewardi, dan Sudarto. 2010. Pengelolaan Sumber
daya Ikan Belida (Chitala lopis) di Sungai Kampar, Provinsi Riau. Jurnal
Kebijakan Perikanan Indonesia, 2(2) : 79-138.
16

Widigdo B. 2013.Bertambak Udang Dengan Teknologi Biocrete.Jakarta. Penerbit


Buku Kompas.
Zulfia, N. dan Aisyah. 2013. Status Trofik Perairan Rawa Pening Ditinjau dari
Kandungan Unsur Hara (NO3 dan PO4) Serta Klorofil-a. Jurnal Bawal. 5
(3) : 189-199.
Zulkifli, M., S. Nasution, dan E. Efriyeldi. 2020. Relationship of the content of
Organic Materials in Sediment with Density of Solen lamarckii in
Intertidal Zone of Api-Api Village, Bengkalis. Journal of Coastal and
Ocean Sciences. 1(1): 74–82.
17

LAMPIRAN
18

Lampiran 1. Peta Lokasi Praktek Magang


19

Lampiran 2. Anggaran Biaya Praktek Magang

1. Biaya Persiapan

1. Pengerjaan Proposal Rp. 50.000,-

2. Memperbanyak Proposal Rp. 50.000,-

3. Alat Tulis dan Kertas Rp. 50.000,-

2. Biaya Pelaksanaan

1. Transportasi (PP) Rp. 800.000,-

2. Transportasi di Lokasi Magang Rp. 300.000,-

3. Konsumsi Rp. 1.500.000,-

4. Paket Data Rp. 100.000,-

5. Hiburan Rp. 200.000,-

6. Tempat Tinggal Rp. 300.000,-

3. Biaya Persiapan Laporan

1. Print Laporan Rp. 50.000,-

2. Perbanyakan Laporan Rp. 100.000,-

Jumlah Biaya Rp. 3.500.000,-

Biaya Tidak Terduga 10% Rp. 350.000,-

Total Biaya Rp. 3.850.000,-

Terbilang: “ Tiga Juta Delapan Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah”


20

Lampiran 3. Organisasi Praktek Magang

1. Pelaksana Praktek
Nama : Annisa Fatimah Az Zahra
Nim : 2004111410
Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan
Alamat : Jl. Seroja, Kulim
2. Dosen Pembimbing
Nama : Isma Mulyani, S.Pi, M.Si
Nip : 198804042018032001
Pekerjaan : Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan

Anda mungkin juga menyukai