1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan bahan baku
surimi ikan patin, ikan nila dan ikan lele terhadap karakteristik fisik, kimia dan
sensoris chikuwa yang dihasilkan dan meningkatkan keanekaragaman produk
olahan perikanan yang berprotein tinggi dengan kualitas fisik yang dapat
direkomendasikan.
1.4. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini untuk memberikan informasi kepada
masyarakat bahwa ikan air tawar dapat di olah menjadi pangan praktis berupa
chikuwa serta memperkaya hasil olahan ikan dengan cara diversifikasi bahan
pangan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan patin adalah salah satu komoditas ikan air tawar dengan ekonomis
penting. Tempat pemeliharaan ikan patin tidak memerlukan air yang mengalir.
Ikan ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan air tawar lainnya, di
antaranya sebagai ikan yang rakus terhadap makanan, dalam usia 6 bulan saja ikan
patin sudah bisa mencapai panjang 35-40 cm (Khairuman dan Suhenda, 2002).
Ikan patin tidak memiliki sisik, kepala relatif kecil dengan mulut terletak
di ujung kepala. Ikan pain memiliki badan memanjang berwarna putih seperti
perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Panjang tubuhnya dapat me
ncapai 120 cm. Sirip ekornya berbentuk cagak dan bentuknya simetris. Sirip
duburnya yang panjang terdiri dari 30-33 jari-jari lunak. Sirip perutnya memiliki
8-9 jari-jari lunak, sirip punggung (dorsal) mempunyai jari-jari keras yang
berubah menjadi patil bergerigi disebelah belakangnya. Jari-jari lunak sirip
punggung berjumlah 7-8 buah (Rizky, D. 2014)
Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar asli Indonesia yang
tersebar di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Daging ikan patin memiliki
kandungan kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa dagingnya khas, enak, lezat
dan gurih sehingga digemari oleh masyarakat. Ikan patin juga dinilai lebih aman
karena kadar kolestrolnya rendah dibandingkan hewan termak (Rizky, D. 2014)
2.1.1. Komposisi Kimia Patin (Pangasius sp)
Komposisi kimia ikan patin tiap 100 gram ikan patin segar dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Kandungan zat gizi ikan patin segar tiap 100 gram
Kandungan Zat Gizi Satuan Jumlah
Air % 59,3
Abu % 5
Protein % 65,6
Lemak % 5,8
Sumber : Rahardhianto, A. et al (2012)
Ikan Nila memiliki bentuk tubuh panjang dan ramping, dengan sisik
berukuran besar. Matanya besar, menonjol, dan bagian tepinya berwarna putih.
Gurat sisi (linea literalis) terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut,
tetapi letaknya lebih ke bawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip
dada. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip dubur mempunyai jari-jari keras dan
tajam (duri). Sirip punggungnya berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak
hitam. Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam (Amri, 2002).
Ikan Nila memiliki lima sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada
(pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor
(caudal fin). Sirip punggung memanjang, dari bagian atas tutup insang hingga
bagian atas sirip ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran
kecil. Sirip anus hanya satu buah dan berbentuk agak panjang. Sementara itu, sirip
ekornya berbentuk berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (Amri, 2002).
2.2.1. Kandungan Gizi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Kandungan zat gizi tiap 100 gram ikan nila segar dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.2. Kandungan zat gizi ikan nila segar tiap 100 gram
Kandungan Zat Gizi Satuan Jumlah
Protein G 16,79
Lemak G 0,18
Karbohidrat G 0,18
Kalsium Mg 3,027
Fosfor Mg 610,00
Fe Mg 0,835
Sumber : Ramlah et al (2016)
Ikan lele mudah untuk dibudidayakan karena ikan lele relatif tahan
terhadap bahan-bahan organik oleh karena itu ikan lele dapat bertahan hidup
dicomberan yang airnya kotor. Selain itu ikan lele memiliki insang tambahan
(Arborescent) yang berfungsi untuk mengambil oksigen pernapasannya dari udara
diluar air sehingga mampu bertahan hidup di air yang mengandung sedikit
oksigen (Suyanto, 2001).
Ikan Lele mempunyai sirip punggung (dorsal fin) serta sirip anus (anal
fin) berukuran panjang, yang hampir menyatu dengan ekor atau sirip ekor. Ikan
lele memiliki kepala dengan bagian seperti tulang mengeras di bagian atasnya.
Mata ikan lele berukuran kecil dengan mulut di ujung moncong berukuran cukup
lebar. Dari daerah sekitar mulut menyembul empat pasang barbel (sungut peraba)
yang berfungsi sebagai sensor untuk mengenali lingkungan dan mangsa. Pada
kedua sirip dada lele terdapat sepasang duri (patil), berupa tulang berbentuk duri
yang tajam. Pada beberapa spesies ikan lele, duri-duri patil ini mengandung racun
ringan (Witjaksono, 2009).
2.3.1. Kandungan Gizi Ikan Lele (Clarias sp.)
Kandungan zat gizi tiap 100 gram ikan lele segar dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.3. Kandungan zat gizi ikan lele segar tiap 100 gram
Kandungan Zat Gizi Satuan Jumlah
Air G 76
Protein G 17,7
Lemak G 4,8
Mineral Mg 1,2
Sumber : Astawan, 2008
2.4. Surimi
Surimi merupakan produk olahan perikanan setengah jadi (intermediate
product) berupa hancuran daging ikan yang mengalami proses pencucian dengan
larutan garam dingin, pengepresan, penambahan bahan tambahan (food additive),
pengepakan dan pembekuan. Surimi merupakan konsentrat dari protein
miofibrilar yang mempunyai kemampuan pembentukan gel, pengikatan air,
pengikat lemak dan sifat-sifat fungsional yang baik (Djazuli et al, 2009).
Semua jenis ikan dapat dijadikan surimi. Idealnya ikan yang akan
dijadikan surimi yaitu ikan berdaging putih, tidak berbau lumpur atau bau yang
menyengat dan yang terpenting mempunyai kemampuan membentuk gel yang
baik (Anggawati, 2007). Persyaratan mutu dan keamanan surimi menurut
standardisasi nasional tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 1.4.
Tabel 1.4. Persyaratan mutu dan keamanan surimi
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Sensoris Min. 7 (skor 1-9)
b. Kimia
- Kadar air % Maks. 80
- Kadar protein % Min. 12
c. Cemaran mikroba
- ALT Koloni/g Maks. 5,0 x 104
- Escherichia coli APM/g <3
- Salmonella* Koloni/g Negatif/25 g
- Vibrio cholera* Koloni/g Negatif/25 g
d. Cemaran logam*
- Arsen (As) Mg/kg Maks. 1,0
- Kadmium (Cd) Mg/kg Maks. 0,1
Mg/kg Maks. 0,5**
- Merkuri (Hg) Mg/kg Maks. 0,5
Mg/kg Maks. 1,0**
- Timah (Sn) Mg/kg Maks. 40,0
- Timbal (Pb) Mg/kg Maks. 0,3
Mg/kg Maks. 0,4**
e. Cemaran Fisik* 0
- Filth
f. Fisika*
o
- Suhu pusat C Maks. -18
- Kekuatan gel (Gel g/cm2 Min. 600
Strenght)
CATATAN * Bila diperlukan
** untuk ikan predator
*** untuk ikan scombridae (scomroid), clupeidae, pomatomidae,
coryphaenedae
**** untuk ikan hasil budidaya
***** untuk ikan karang
Sumber : Badan Standardisasi Nasional, 2013
Surimi dengan mutu yang paling baik adalah surimi dengan derajat putih
yang paling tinggi dan kekuatan gelnya paling baik. Kriteria mutu yang digunakan
sebagai acuan pada penelitian ini adalah tingkatan kekuatan gel, derajat putih dan
uji gigit berdasarkan standar mutu surimi pada pengujian kamaboko. Standar
mutu ini ditetapkan oleh Surimi Workshop di Seattle, Jepang pada tahun 1984.
Standar tersebut membagi mutu surimi menjadi enam grade surimi (Wijayanti
2012 dalam Hamdani 2014)
Surimi memiliki potensi untuk pembuatan berbagai produk makanan
berbasis surimi (surimi based-product) seperti kamaboko, chikuwa, brownies,
bakso ikan, burger ikan dan lain-lain. Kamaboko merupakan salah satu produk
hasil diversifikasi di bidang perikanan yang hampir mirip dengan olahan yang
sudah ada di indonesia seperti bakso dan empek-empek. Pembuatan kamaboko
biasanya menggunakan ikan daging putih seperti ikan nila, ikan belut dan yang
lainnya. Pada pembuatan kamaboko dilakukan pencucian surimi ikan nila yang
memiliki perlakuan paling baik pada perlakuan D dengan perlakuan pencucian
NaCl 0,3% dan NaHCO3 0,5%, menghasilkan derajat putih sebesar 61,66 % dan
kekuatan gel sebesar 695,1 g.cm (Musa et al, 2017).
Chikuwa merupakan salah satu produk olahan turunan dari kamaboko.
Chikuwa biasanya dibuat dari daging lumat ikan kurisi atau ikan berdaging putih
lainnya. Karakteristik chikuwa sangat berpengaruh pada mutu chikuwa itu sendiri
seperti kekuatan gel. Penambahan gelatin dari kulit ikan kakap dapat
meningkatkan kekuatan gel chikuwa sebesar 954,54 g.cm dengan nilai kadar
protein 22,01%; nilai kadar air 51,05 %; nilai hedonik 8,13-7,81; nilai uji gigit
8,83; nilai uji lipat 4,73 dan nilai derajat putih 49,31 (Irvan et al, 2019).
Brownies merupakan produk bakeri yang termasuk dalam kategori cake.
Saat ini banyak dijumpai brownies dengan protein dan karbohidrat salah satunya
yaitu pengkayaan protein ikan pada brownies. Brownies dengan penambahan
surimi lele dumbo sebesar 10% merupakan yang terbaik dengan nilai rata-rata uji
kesukaan (hedonik) brownies dengan penambahan surimi lele dumbo terhadap
kenampakan 6,90; aroma 7,53; rasa 7,40 dan tekstur 7,53. Selain itu juga
perlakuan 10% memiliki nilai alternatif tertinggi diantara perlakuan lainnya yaitu
7,708 dengan kandungan protein cukup tinggi sebesar 11,53% dibandingkan
dengan tanpa penambahan surimi sebesar 8,38% (Fajrie et al, 2012).
Bakso merupakan jenis makanan yang sangat popular di Indonesia, yang
umumnya terbuat dari daging sapi. Namun, bakso yang dibuat dari daging ikan
sudah mulai banyak dijumpai di pasaran. Bakso ikan surimi biasanya memanfaat
kan by product dari ikan loin seperti ikan tuna dan ikan yang memiliki kekuatan
gel tinggi. Bakso ikan dari surimi ikan gabus dengan frekuensi pencucian satu kali
menghasilkan kadar air 64,30%; kadar protein 16,55%; kadar abu 1,74% dan
memiliki nilai organoleptik sebesar 8,05 dengan nilai kekuatan gel 2196,47 ± 6,01
g.cm serta kadar albumin 2,58 % ± 0,03 (Cahyanigrum et al, 2015).
Burger ikan atau Fish burger adalah produk yang diolah dari hancuran
daging ikan setelah melalui proses pencucian, pengepresan, penambahan bumbu-
bumbu dan tepung tapioka, pencetakan dan pembekuan. Burger ikan surimi
biasanya menggunakan bahan baku ikan dari limbah produksi ikan tuna loin.
Menurut Gaspersz dan Pattipeilohy (2011), kualitas burger ikan dari surimi
daging merah ikan tuna adalah: kadar air berkisar antara 64,56-65,63%; protein
16,52-18,12%, lemak 2,02-2,19%, abu 1,12-1,60% dan karbohidrat 13,53-
14,69%.
2.5. Chikuwa
Chikuwa adalah kamaboko yang dibuat pada cetakan yang berbentuk
tabung, pembentukanya biasanya otomatis oleh mesin dan dimasak dengan cara
dipanggang atau bisa juga menggunakan alat cetakan. Keistimewaan chikuwa
adalah produknya bewarna putih di sebelah dalam dan coklat keemasan di sebelah
luar atau permukaannya. Kata Chikuwa, ("cincin bambu") berasal dari bentuk
ketika diiris seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Chikuwa
Sumber : Zuzenpl.com
Chikuwa adalah produk makanan seperti tabung yang berasal dari Jepang.
Produk ini terbuat dari bahan-bahan seperti ikan surimi, garam, gula, pati,
monosodium glutamat dan putih telur. Setelah pencampuran dengan baik,
chikuwa dililit dengan bambu atau logam tongkat dan dikukus atau panggang
hingga matang dan siap disajikan (Irvan, M. 2019).
Proses pembuatan kamaboko pada prinsipnya melalui tahap-tahap
penggilingan daging ikan, pencucian, pembuatan adonan, pencetakan dan
pemanasan (pemasakan). Daging ikan didinginkan sebagai sumber protein
aktomiosin (miofibril). Pembentukan gel kamaboko (ashi) terutama dipengaruhi
oleh besarnya kandungan protein aktomiosin pada daging ikan dan besarnya
protein yang dapat dilarutkan (Sunarto, 2004).
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kamaboko dapat berasal
dari ikan laut dan ikan tawar. Ikan yang digunakan harus mengandung protein
yang cukup tinggi, mempunyai kemampuan pembetukan gel yang baik serta
berdaging putih dan segar yang diperlukan dalam pembuatan chikuwa. Bahan
tambahan juga diperlukan untuk meningkatkan cita rasa dan sebagainya. Menurut
Winarno (2004), bahan tambahan adalah bahan yang sengaja ditambahkan dengan
tujuan untuk meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa, mengendalikan
keasaman dan kebasaan serta menetapkan bentuk dan rupa.
Keterangan :
N HCL= normalitas HCL (0,02 N)
Va = ml HCL untuk titrasi sampel
Vb = ml HCL untuk titrasi blanko
W = berat sampel (gram)
14,008 = berat dari atom nitrogen
3.5.2.2. Kadar Air
Pengujian kadar air mengacu pada SNI 2354.2:2015, Prinsipnya adalah
menguapkan molekul (H2O) bebas yang ada dalam sampel. Kemudian sampel
ditimbang sampai didapat bobot konstan yang diasumsikan semua air yang
terkandung dalam sampel sudah diuapkan. Selisih bobot sebelum dan sesudah
pengeringan merupakan banyaknya air yang diuapkan. Prosedur analisi kadar air
sebagai berikut:
1. Cawan yang akan digunakan, dioven terlebih dahulu selama 2 jam pada suhu
100-105 oC, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit untuk
menghilangkan uap air dan ditimbang (A).
2. Sampel kemudian dihaluskan hingga homogen lalu ditimbang sebanyak 2 g.
3. Sampel dimasukkan ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya dan
ditimbang kembali (B).
4. Kemudian dipanaskan dengan oven pada suhu 105 oC selama 5 jam, lalu
didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan dilakukan penimbangan.
5. Sampel dikeringkan kembali sampai berat konstan (C).
6. Perhitungan presentase kadar air menggunakan basis basah dengan formula
sebagai berikut :
B−C
Kadar air ( % )= x 100
B−A
Keterangan :
A = berat cawan kosong (g)
B = berat (sampel+cawan) sebelum dikeringkan (g)
C = berat (sampel+cawan) sesudah dikeringkan (g)
C− A
Kadar abu ( % )= x 100
B−A
Keterangan :
A= berat gelas porselen kosong (g)
B = berat gelas porselen dengan sampel (g)
C = berat sampel dan cwan sesudah diabukan dan didinginkan (g)
Nama Panelis :
Tanggal Pengujian :
Jenis Produk :
Berikan tanda √ pada nilai yang disukai dari contoh yang disajikan
Spesifikasi Nilai Grade Kode
Amat 9
sangat suka
Sangat suka 8
Suka 7
Agak suka 6
Netral 5
Agak tidak 4
suka
Tidak suka 3
Sangat 2
tidak suka
Amat 1
sangat tidak
suka
(SNI 2746:2011)