IKAN TUNA
Dosen Pengampu: Ir. Mohammad Sabariman, M.Si
Kelompok 6:
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat memenuhi tugas Pengetahuan Bahan Pangan.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 3
II. KARAKTERISTIK FISIK IKAN TUNA .................................................................. 5
III. KARAKTERISTIK KIMIA IKAN TUNA ................................................................ 7
IV. KARAKERISTIK MIKROBIOLOGI IKAN TUNA.............................................. 11
V. STANDAR MUTU IKAN TUNA ........................................................................... 13
VI. KESIMPULAN ........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 16
I. PENDAHULUAN
Karena tingkat konsumsi dan tingkat penyebaran yang cukup luas, perlu
diketahui kualitas ikan tuna yang baik untuk dikonsumsi, mulai dari karakteristik
3
fisik, kimia, dan mikrobiologi. Selain itu perlu juga untuk mengetahui standar mutu
dari ikan tuna demi memastikan kualitas ikan terbaik untuk konsumsi.
4
II. KARAKTERISTIK FISIK IKAN TUNA
Ikan tuna memiliki bentuk tubuh уаng sedikit banyak mirip dеngаn torpedo,
disebut fusiform, sedikit memipih dі sisi-sisinya dan dеngаn moncong meruncing.
Sirip punggung (dorsal) dua berkas, sirip punggung pertama berukuran relatif kecil
dan terpisah dаrі sirip punggung kedua.
Scrombidae merupakan keluarga ikan tuna, ikan tuna merupakan grup dari
beberapa jenis ikan yang terdiri dari, tuna besar (Yellowfin tuna, bigeye, southern
bluefin tuna, albacore) dan ikan mirip tuna (tuna-like species), yaitu marlin, sailfish,
dan swordfish.
Dari jenis tuna tersebut diatas, berikut ini adalah jenis tuna yang saat ini paling
komersial di dunia meliputi :
1. Albacore: jenis yang mempunyai lemak tinggi, kaya asam lemak omega 3,
mempunyai daging paling ringan, berwarna putih dengan bercak merah
muda dan satu-satunya jenis tuna yang berdaging putih. Dengan aroma
yang sedang, membuat ikan jenis ini menjadi bahan pengalengan tuna
termahal.
5
2. Yellowfin: disebut ahi di Hawaii, ukurannya lebih besar daripada Albacore,
dan dapat mencapai 150 kg. Warna daging merah muda dan pucat,
sehingga disebut light dengan bau relatif lebih tajam dibandingkan
Albacore.
3. Bluefin: berukuran terbesar diantara jenis tuna dan beratnya bisa lebih dari
500 kg. Bluefin muda mempunyai daging yang lebih ringan dan bau yang
lebih lembut, sedangkan yang telah dewasa mempunyai daging berwarna
merah gelap dan bau khas. Bluefin digunakan sebagai bahan sashimi dan
sushi serta tidak dikalengkan. Umumnya mempunyai harga termahal dan
dipasarkan dalam bentuk segar.
6
III. KARAKTERISTIK KIMIA IKAN TUNA
Ikan tuna mengandung gizi yang tinggi yaitu protein, pada 100 gram ikan
berkisar 22,6 – 26 gram, dan lemak pada 100 gram ikan lebih rendah yaitu 0,2-
2,7 gram. Tubuh ikan tuna 50-60% bagiannya dapat dikonsumsi, selain protein
dan lemak yang tinggi kandungan senyawa lain seperti Fe, P, Ca, vitamin B dan
vitamin A (Stansby, 1963).
Komposisi kimia atau zat gizi suatu bahan sangat penting untuk diketahui
pada bahan baku yang akan dijadikan sebuah produk. Metode yang dilakukan
untuk mengetahui komposisi kimia suatu bahan pangan adalah analisis proksimat.
Kadar Air
Kadar air menujukan banyaknya air yang terkandung pada suatu bahan
pangan. Air merupakan sumber komponen penting dalam bahan makanan yang
dapat memengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa makanan. Waleed dan
Hawarry (2012) menyatakan kandungan air dalam bahan pangan ikut menentukan
daya terima, kesegaran dan daya simpan bahan tersebut. Kadar air yang terdapat
pada suatu bahan pangan sangat berisiko tinggi sebagai sarana pertumbuhan
bakteri pembusuk. Menurut penelitian Hadinoto dan Idrus (2018) kadar air pada
ikan tuna sirip kuning berkisar antara 72,33%.
Kadar Abu
Kadar Lemak
7
penelitiannya mengatakan kadar lemak ikan tuna sirip kuning sebesar 0.51%.
Lokasi penyimpanan lemak terutama dalam tubuh adalah otot dan hati, ada juga
yang tersimpan sebagai lemak mesentrik (Sheridan 1998). Kandungan lemak
dalam otot ikan sangat bervariasi hal ini sangat bergantung pada spesies, umur,
pemijahan, pakan dan tipe otot (Gehring et al. 2009). Kadar lemak turun selama
proses dan penyimpanan beku karena hilangnya fraksi trigliserida yang
disebabkan oleh oksidasi lemak (Mazrouh 2015). Secci and Giuliana (2016)
menyatakan oksidasi lemak merupakan peristiwa yang sangat kompleks dan
penting mempengaruhi kualitas makanan terutama bahan makanan yang
mengandung lemak tak jenuh tinggi. Ikan merupakan sumber utama asam lemak
tak jenuh yang sangat rentan terhadap proses degradasi seperti oksidasi.
Rodriquez et al. (2009) menyatakan bahwa hidrolisis lemak dan oksidasi dapat
digambarkan menurut evolusi indeks kualitas yang berbeda terkait kerusakan dan
disimpulkan bahwa enzim endogenous (hidrolitik dan oksidatif) masih aktif
dibawah kondisi penyimpanan beku.
Kadar Protein
8
protein juga dapat disebabkan oleh jenis makanan, bentuk tubuh serta adanya
perbedaan tingkat kadar air yang berbeda-beda. (Junianto 2003).
Asam Amino
Penelitian yang dilakukan oleh Peng et al. (2013) yang menyatakan asam
amino tertinggi pada ikan tuna sirip kuning yaitu leusina dan lisina. Rosa dan
Nunes (2014) menyatakan bahwa leusina berfungsi dalam menjaga sistem imun,
memacu fungsi otak dan menambah tingkat energi otot, dan menurunkan kadar
gula darah yang berlebih. Asam amino jenis lisina sangat 18 bermanfaat bagi
tubuh manusia, karena merupakan bahan dasar antibodi darah. Asam amino
arginina, lisina, dan leusina adalah asam amino esensial yang penting dari hewan
perairan.
Asam Lemak
Hasil analisis asam lemak yang dilakukan oleh Peng et al. (2013)
menunjukkan bahwa ikan tuna sirip kuning mengandung 10 jenis asam lemak.
Sepuluh jenis asam lemak tersebut terdiri atas 6 jenis asam lemak jenuh (SFA), 3
jenis asam lemak tak jenuh tunggal, dan 1 jenis asam lemak jenuh jamak.
Komponen asam lemak tak jenuh jamak (Polyunsaturated Fatty Acid/PUFA) yang
terdapat dalam penelitian terdiri dari DHA. Asam lemak tak jenuh tunggal tunggal
(Monounsaturated Fatty Acid/MUFA) yang terdapat dalam penelitian meliputi
asam lemak oleat, asam lemak palmitoleat, dan asam lemak eikosenoat. Asam
lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA) yang terdapat dalam penelitian meiliputi
asam lemak laurat, asam lemak miristat, asam lemak palmitat, asam lemak
stearat, asam lemak behenik, dan asam lemak lignoserat.
Komposisi Vitamin
9
Komposisi Mineral
10
IV. KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGI IKAN TUNA
1. Total Mikroba
2. E.Coli
11
mencuci makanan atau memasak karena dianggap mengandung
mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan, terutama
patogen penyebab infeksi saluran pencernaan (Fardiaz 1992).
Analisis E. coli untuk tuna loin beku diperoleh hasil negatif, hal ini
disebabkan karena tuna loin merupakan produk beku. Menurut Afrianti
(2008) penyimpanan bahan pangan beku pada suhu sekitar -18ºC dan
dibawahnya akan mencegah kerusakan mikrobiologi, proses pembekuan
juga akan menghentikan pertumbuhan E. coli
3. Salmonella
12
V. STANDAR MUTU IKAN TUNA
Standar mutu ikan tuna diatur dalam SNI 7530:2008 tentang tuna loin segar.
Berikut ini adalah tabel pesyaratan mutu dan keamanan tuna loin segar.
Dari tabel di atas dapat dilihat persyaratan untuk beberapa parameter uji
seperti sensori yang memiliki batas minimal 7. Cemaran mikroba yang di atur dalan
SNI teerdiri dari ALT, E.colli, Salmonella, Vibrio Cholera, dan Lysteria
monocytogenes. Cemaran lain yang diatur antara lain cemaran logam berat seperti
13
Hg, Pd, Cd, serta cemaran kimia seperti histamine. Selain mikroba dan kimia,
parasit dan cemaran fisik pun diatur dalam SNI ini.
Penurunan mutu secara fisik adalah kerusakan pada bagian luar tubuh ikan
tuna yang terjadi akibat penanganan dan perlakuan yang kurang baik sehingga
dapat mempengaruhi mutu. Penanganan lebih awal akan sangat berpengaruh
terhadap kualitas mutu yang dihasilkan. Menurut Widiastuti (2008), perubahan fisik
ikan yang terjadi pada proses kematian ikan karena diangkat dari air adalah:
1. Lendir yang berada dipermukaan ikan akan keluar secara berlebih saat
ikan mati dan ikan akan menggelepar mengenai benda di sekelilingnya.
Ikan yang terkena benturan benda yang keras, kemungkinan besar tubuh
ikan akan menjadi memar dan luka-luka.
2. Ikan mati akan mengalami kekakuan tubuh (rigormortis) yang diawali dari
ujung ekor menjalar ke arah bagian kepalanya. Lama kekakuan tergantung
dari tingkat kelelahan ikan pada saat kematiannya. Kerusakan ikan akan
mulai terlihat yaitu berupa perubahan-perubahan seperti berkurangnya
kekenyalan perut dan daging ikan, berubahnya warna insang, berubahnya
kecembungan dan warna mata ikan, sisik lebih mudah lepas dan
kehilangan kecemerlangan warna ikan, berubahnya bau dari segar menjadi
asam.
14
VI. KESIMPULAN
Ikan tuna merupakan salah satu sumber bahan pangan yang kaya akan nilai
gizi. Untuk mengetahui dengan baik kualititas dari ikan tuna perlu mengetahui
karakteristiknya secara spesifik. Selain itu regulasi tentang ikan tuna juga
diperlukan untuk menjaga kualitas ikan tuna yang beredar di pasaran dan
memastikan kualitas ikan yang dikonsumsi sesuai dengan standar yang berlaku.
15
DAFTAR PUSTAKA
Mailoa MN, L. E. (2019). Karakteristik mikrobiologi dan kimiawi ikan tuna asap. Jurnal
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia., 88-99.
Naibaho, I. (2019). KOMPOSISI KIMIA IKAN TUNA SIRIP KUNING . Jurnal IPB, 31-41.
Widiastuti. (2008). Analisis Mutu Ikan Tuna Selama Proses Tangkap pada Perbedaan
Preparasi dan Waktu Penyimpanan. Jurnal IPB, 50.
16