Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa penulisan Laporan Karya Magang
dengan Judul Pembekuan Ikan Tuna (Thunnus Bentuk Loin.) Pada PT. Jaya Samudra
Bersama, Ambon Maluku adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah ditulis
dalam teks dan dicantumkam dalam daftar pustaka dibagian akhir Laporan Karya Tulis Magang.
Apabila dikemudian hari kedapatan saya melakukan plagiat pada Laporan Karya Tulis Magang
saya, maka saya bersedia mempertanggung jawabkanya dengan mencabut gelar akademik yang
saya terima
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sadar dan penuh tanggung jawab.
i
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul : Pembekuan Ikan Tuna (Thunnus Bentuk Loin) Pada PT. Jaya
Samudra Bersama, Ambon Maluku
Nama : Siti Ela Difinubun
Nirm : 225706115038
Program Studi : Teknologi Hasil Perikanan
Jurusan : Teknologi Hasil Perikanan
Disetujui oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Teknologi Hasil Perikanan Teknologi Hasil Perikanan
Direktur
Politeknik Perikanan Negeri Tual
ii
Penulis dilahirkan di Desa Ngursoin, Kecamatan Kei Kecil Timur,
Kabupaten Maluku Tenggara pada tanggal 19 April 1996. Penulis
merupakan anak ke-2 dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak Abdurahman
Difinubun dan Ibu Saoda Far Far. Pada tahun 2002, penulis menempuh
pendidikan pada Sekolah Dasar (SD) Madrasah Ibtidaiyah Alhilal Danar
dan lulus pada tahun 2007. Tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan
pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 5 Kei Kecil Timur dan
pada tahun 2015 penulis menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Perikanan Luswed dan Pada tahun yang sama penulis mengikuti seleksi masuk Perguruan Tinggi
Politeknik Perikanan Negeri Tual dan memilih Jurusan Teknologi Hasil dan Bisnis Perikanan
(THBP), Program Studi Teknologi Hasil Perikanan.
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti magang kerja industri,
RINGKASAN
iii
Siti Ela Difinubun. NIRM. 225 706 115 038. Magang Pada Pada PT. Jaya Samudra Bersama,
Ambon Maluku. di bimbing oleh Bapak Dani. S. Royani, S.Pi, M.Si dan Ibu. Kristina P Rahael,
S.Pi.,M.Si
Ikan merupakan jenis komoditi yang mudah rusak. untuk mempertahankan kesegaran dan
mutu ikan sebaik dan selama mungkin, maka dilakukanlah pengolahan dan pengawetan ikan
yang bertujuan untuk menghambat atau menghentikan kegiatan zat-zat dan mikroorganisme yang
dapat menyebabkan pembusukan (kemunduran mutu) dan kerusakan (Menurut Moeljanto, 1992).
PT. Jaya Samudra Bersama adalah salah satu perusahaan perikanan yang terletak di Jalan Sultan
Hasanudin kompleks Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon., produk ikan yang dikerjakan
adalah ikan tuna (Thunnus sp). Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang di mulai pada tanggal
23 Maret-17 Mei 2017 dimulai dari jam 08.00-17.00 WIB yang bertempat di PT. Jaya Samudra
Bersama yang berlokasi di Sultan Hasanudin kompleks Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon
Penerimaan bahan baku diterima di pelabuhan perikanan Ambon dalam bentuk loin beku
yang berasal dari beberapa pulau yaitu Namlea, Masohi, Buru dan Seram, bahan baku dibawa
menggunakan motor ikan, kemudian bahan baku dibawah ke perusahan menggunakan mobil,
selanjuntya ikan direndamam dalam long pan menggunakan air yang sudah dicampurkan 50 ppm
klorin, kemudian pengeluaran sisik ikan menggunakan sikat halus sampai bersih, selanjutnya
proses pencucian II, ikan disiram menggunakan air dingin yang telah dicampuri klorin, setelah
itu penimbangan I menggunakan timbangan analitik, selanjutnya pembuangan kulit
menggunakan pisau filet kemudian perapihan I dilakukan untuk membuang daging hitam,
merapikan dan membuang kulit ikan yang masih menempel pada daging ikan, pencucian II ini
bertujuan untuk membersihkan daging dari kotoran yang masih menempel. Penimbangan ke II
bertujuan untuk mengetahui berat ikan tuna loin setelah melawati tahap pembuangan kulit dan
perapihan. Penyuntikan ikan di suntik menggunakan larutan CO (karbon monoksida) sebanyak
15 cc pada loin tuna hingga merata ke seluruh daging ikan. Setelah itu pengemasan I dikemas
menggunakan plastik PE, kemudian ikan disimpan pada ruang cold storage selama satu hari,
selanjutnya pengeluaran gas CO dari dalam plastik kemasan, setelah itu proses perapihan II
kemudian daging ikan dicuci menggunakan air dingin yang sudah disediakan didalam bak
penampung. Proses pengemasan II, ikan tuna langsung dikemas didalam plastik PE selanjutnya
proses vakum bertujuan untuk mengeluarkan udara yang berada didalam kemasan kemudian ikan
dimasukan kedalam ruang ABF, setelah itu proses penyortiran ikan dikeluarkan dari ruang
pembekuan kemudian loin dilepaskan dari dalam long pan kemudian dipisahkan sesuai ukuran, ,
setelah itu pengemasan dimasukkan kedalam master karton sebanyak 10-12 loin sampai penuh.
Setelah packing ikan ditimbang untuk mengetahui berat dari setiap dari masing-masing master
karton. Penyimpanan produk disimpan dalam ruang (cold storage) dengan suhu maksimal -
250C, dalam proses penyimpanan menggunakan proses FIFO (First In First Out) yaitu, barang
yang pertama masuk berarti barang tersebut pertama keluar selanjutnya ekspor produk akan
dikirim sebelum dilakukan pemerikasaan (inspection) oleh pihak pembeli. Ikan tuna loin beku ini
di Ekspor ke luar negeri seperti Jepang, China, Eropa dan Amerika.
PRAKATA
iv
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga
Laporan Karya Tulis Magang ini berhasil diselesaikan dengan judul “Pembekuan Ikan Tuna
(Thunnus Bentuk Loin.)” Pada PT. Jaya Samudra Bersama, Ambon Maluku
Penyelesaian penulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis tak lupa menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada pihak-
pihak yang telah banyak membantu dan mendukung penulis, yaitu:
1. Kedua orang tua tercinta, kaka, adik, keluarga yang selalu memberikan doa, motivasi,
perhatian dan dukungan baik secara moril maupun material.
2. Direktur, Ketua Jurusan THP, Ketua Program Studi, para dosen dan civitas akademika yang
telah membantu penulis dalam bentuk pengajaran, pembinaan, maupun pelayanan
administrasi.
3. Bapak Dani Sjafardan Royani, S.Pi, M.Si dan Kristina P Rahael, S.Pi.,M.Si sebagai
pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dalam proses pembimbingan sampai pada
ujian.
4. Bapak Albert Hartono. sebagai pimpinan PT. Jaya Samudra Bersama dan seluruh Staf dan
karyawan yang telah menerima penulis untuk mengikuti magang kerja membimbing,
mengarahkan, melatih dan memberikan data yang dapat diperlukan demi penulisan laporan
ini.
5. Teman-teman angkatan 2015 yang saling memberikan dukungan sehingga penulis dapat
meyelesaikan tugas akhir ini.
Semoga semua amal baik Bapak/ibu sekalian dapat diberkati oleh Allah SWT.
v
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN i
.......................................................................................
LEMBARAN PENGESAHAN..................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP....................................................................................................... iii
RINGKASAN................................................................................................................ iv
PRAKATA........………................................................................................................ v
DAFTAR ISI................................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL......................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................. x
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar 1
Belakang........................................... ................................................... 1
1.2. Tujuan dan 2
Manfaat........................................................................................
1.3. Ruang
Lingkup ...............................................................................................
III. METEDOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat....................................................................................... 8
3.2. Bahan dan Peralatan...................................................................................... 8
vi
3.3. Prosedur Kerja Pembekuan Ikan Tuna (Thunnus sp.) .................................. 8
3.4. Metode Pengumpulan Data............................................................................ 9
3.5. Analisis Data.................................................................................................. 10
vii
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan ................................................................................................... 23
6.2. Saran.............................................................................................................. 23
DAFTAR 24
PUSTAKA...................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................ 26
DAFTAR GAMBAR
viii
15. Pengemasan...................................................................................................... 19
16. Vakum.............................................................................................................. 19
17. Penyortiran....................................................................................................... 20
18. Pengemasan III................................................................................................. 21
19. Penimbangan IV............................................................................................... 21
20. Penyimpanan.................................................................................................... 22
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
xi
I. PENDAHULUAN
1
Manfaat dari kegiatan Magang ini adalah
1. Mahasiswa mendapat gambaran secara langsung tentang proses pembekuan ikan tuna
(Thunnus bentuk loin.)
2. Menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tentang proses penanganan
pembekuan ikan tuna (Thunnus bentuk loin)
I.3. Ruang Lingkup
PT. Jaya Samudra Bersama adalah salah satu perusahaan perikanan yang terletak di Jalan
Sultan Hasanudin kompleks Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon yang memproduksi ikan
tuna beku. Pembekuan yang diikuti penulis selama magang pada PT. Jaya Samudra Bersama ini
yaitu pembekuan ikan tuna (Thunnus bentuk loin) yang dimulai dari penerimaan bahan baku
sampai menjadi ikan beku yang siap di ekspor.
2
II. TINJAUN PUSTAKA
Klasifikasi Ikan Tuna (Thunnus sp.) menurut (Saanin 1984 dan FAO 2011)
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Teleostei
Subkelas :
Actinopterygi
Ordo : Perciformes
Subordo : Scombroidae
Famili : Scombridae
Genus : Thunnus
Spesies : Thunnus sp.
II.2. Komposisi Kimia Daging Ikan Tuna
Komposisi kimia daging ikan tuna bervariasi menurut jenis, umur, kelamin dan musim.
Perubahan yang nyata pada kandungan lemak sebelum dan sesudah memijah. Kandungan lemak
3
juga berbeda nyata pada bagian tubuh yang satu dengan yang lain. Ketebalan lapisan lemak di
bawah kulit berubah menurut umur atau musim. Lemak yang paling banyak terdapat di dinding
perut yang berfungsi sebagai gudang lemak. Sebagai salah satu komuditas laut, ikan tuna kaya
akan asam lemak omega-3. Kandungan omega-3 pada ikan air laut, seperti ikan tuna adalah 28
kali lebih banyak dari pada ikan air tawar. Omega-3 dapat menurunkan kadar kolestrol darah dan
menghambat proses terjadinya aterosklerosis (penyumbatan pembuluh darah). Konsumsi ikan 30
gram sehari dapat mereduksi risiko kematian akibat penyakit jantung hingga 50 persen. Asam
lemak omega-3 juga mempunyai peran penting untuk proses tumbuh kemban sel-sel saraf,
termasuk sel otak (Murniyati dan Sunarman, 2000).
Tabel 1. Komposisi Proksimat Ikan Tuna Per 100 Gram
Komposisi Kimia (%)
Komponen Yellow Fin Blue Fin Skipjack
Air 2,4 ± 1,41 70,1 ± 1,98 1,4 ± 0,07
Protein 23,2, ± 1,34 25,5 ± 4,03 0,7 ± 0,42
Lemak 74,0 ± 0,28 2,1 ± 0,92 2 ± 0,07
Karbohidrat 1,0 ± 1,27 0,9 ± 1,13 26,0 ± 0,28
Abu 1,3 ± 0,14 1,4 ±021 69,9 ± 0,71
Sumber: Infofish (2002)
II.3. Kemunduran Mutu Ikan Segar
Kemunduran mutu terutama diawali dengan proses perombakan oleh aktifitas enzim
proteolitik yang secara alami terdapat pada tubuh ikan. Salah satu enzim tersebut adalah enzim
katepsin yang berperan melunakkan tekstur daging ikan akibat degradasi protein miofibril
sehingga mempercepat proses kemunduran mutu (Jiang, 2000). Kemunduran mutu pada ikan
dapat dibedakan dalam beberapa tahapan yaitu prerigor, rigormotis, postrigor dan autolisis.
Prerigor merupakan perubahan yang pertama kali terjadi setelah ikan mati. Fase ini ditandai
dengan pelepasan lendir cair, bening atau transparan yang meyelimuti tubuh ikan proses ini
disebut hipermia yang berlangsung 2-4 jam. Lendir yang dikeluarkan ini sebagian besar terdiri
dari glukoprotein dan musin yang merupakan media ideal bagi pertumbuhan bakteri (Junianto,
2003). Rigormortis adalah tahap yang terjadi ketika ikan mengalami kekakuan (kekejangan).
Fase ini ditandai dengan terjadinya penurunan pH akibat akumulasi asam laktat. Faktor yang
mempengaruhi lamanya fase rigormortis yaitu jenis ikan, suhu, penanganan sebelum permanen,
kondisi stress pra kematian, kondisi biologis ikan dan suhu penyimpanan prerigor. Nilai pH
4
daging ikan selama fase rigormortis turun jadi 7 - 6,5 (Delbarre et.al, 2006). Postrigor
merupakan fase awal kebusukan ikan. Fase ini terjadi ketika daging dan otot ikan secara bertahap
menjadi lunak kembali. Hal ini disebabkan terjadinya degradasi enzimatik di dalam daging ikan
(Ocano-Higuera et.al. 2011). Penurunan mutu secara autolisis berlangsung sebagai aksi kegiatan
enzim yang mengurai senyawa kimia kepada jaringan tubuh ikan. Enzim bertindak sebagai
katalisator yang menjadi pendorong dari segala perubahan senyawa biologis yang terdapat dalam
ikan, baik perubahan yang sifatnya membangun sel dan jaringan tubuh maupun yang
merombaknya (Suwetja. 2011). Kerja enzim yang tidak terkontrol bisa mengakibatkan kerusakan
pada organ tubuh ikan, seperti dinding usus, otot daging, serta menguraikan senyawa kompleks
menjadi senyawa sederhana proses inilah yang disebut dengan autolisis (Purnomowatiet al,
2007).
II.4. Tuna Loin
Loin merupakan daging ikan yang dilakukan dengan cara memfillet ikan dan memotong
ikan. Pembentukan loin dimulai dengan membelah daging ikan menjadi dua bagian sepanjang
bagian gurat sisi (linear lateralis, LL), lalu dilakukan pemotongan dari bagian perut yang disayat
dengan menggunakan pisau sampai pangkal ekor dan dari bagian punggung sampai pangkal
ekor, sehingga didapatkan dua bagian daging yang terlepas dari tulang. Sisi lainnya dilakukan
proses yang sama, sehingga dari satu ekor ikan akan diperoleh empat loin. Tuna loin beku
adalah produk olahan hasil perikanan dengan bahan baku tuna segar atau beku yang
mengalami perlakuan sebagai berikut: penerimaan bahan baku, penyiangan atau tanpa
penyiangan, pencucian, pembuatan loin, pengulitan dan perapihan, sortasi mutu,
pembungkusan (wrapping), pembekuan, penimbangan, pengepakan, pelabelan, dan
penyimpanan (Badan Standardisasi Nasional 2006).
II.5. Standar Mutu Tuna Loin
Secara organoleptik bahan baku harus mempunyai karakteristik kesegaran seperti
berikut kenampakan mata cerah, cemerlang bau segar, tekstur elastis, padat dan kompak sesuai
SNI 01-2729-2006. Secara mikrobiologidan kimia juga harus memenuhi syarat standar
kelayakan, dibawah ini tabel 2 dan tabel 3 yang menjelaskan persyaratan mutu dan keamanan
pangan sesuai SNI 01-4110-2014 dan persyaratan standar mutu ikan segar berdasarkan SNI 01-
2729-2006
5
Tabel 2. Persyaratan Standar Mutu Tuna Loin
Jenis Analisis Persyaratan Mutu
a. Organoleptik
- Minimal 7
a. Mikrobiologi
- TPC, koloni/g, maks 5x105
- E. coli, MPN/g, maks <3
- Salmonella sp., per 25g Negatif
- Vibrio Cholerae, per 25g Negatif
b. Kimia
- Air, % bobot/bobot maks 40
- Garam, % bobot/bobot maks 12
- Abu tak larut dalam asam, % bobot 1,5
/bobot maks
6
besar air yang ada di dalam bahan pangan (90%-95%) membeku. (Kusnandar, 2010). Proses
pembekuan terjadi secara bertahap dari permukaan sampai pusat bahan. Pada permukaan bahan,
pembekuan berlangsung cepat sedangkan pada bagian yang lebih dalam, proses pembekuan
berlangsung lebih lambat. Pada awal proses pembekuan terjadi fase precooling dimana suhu
bahan diturunkan dariawal ke suhu titik beku. Pada tahap ini semua kandungan air bahan berada
dalam keadaan cair. Setelah tahap precooling terjadi tahap perubahan fase, pada tahap initerjadi
pemebentukan kristal es. (Heldman dan Singh, 1981 dalam Rohanah, 2002). laju pembekuan ada
dalam 3 golongan yaitu;
1) Pembekuan lambat, jika waktu pembekuan adalah 30 menit atau lebih untuk 1 cm bahan
yang dibekukan
2) Pembekuan sedang, jika waktu pembekuan adalah 20-30 menit atau lebih untuk 1 cm
bahan yang dibekukan
3) Pembekuan cepat jika waktu pembekuan adalah kurang dari 20 menit untuk 1 cm bahan
yang dibekukan.
Prinsip dasar dari semua proses pembekuan cepat adalah cepatnya pengambilan panas dari bahan
pangan (Rohanah, 2002)
7
III. METODOLOGI
8
Penerimaan Perendaman Penyikatan Pencucian I
Bahan Baku
Penyimpanan Penimbangan
Ekspor
Cold Storage III
Gambar 2. Alur Proses Pembekuan Ikan Tuna (Thunnus sp.)
10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
11
kedudukan, fungsi, hak dan kewajibannya. Stuktur organisasi PT. Jaya Samudra Bersama dapat
dilihat pada Gambar 4.
DIREKTUR
Sekertaris
Direktur
12
Jumlah bahan baku yang yang diterima oleh pihak perusahan tidak menentu, dikarenakan oleh
beberapa faktor seperti perubahan cuaca yang tidak menentu. Proses penerimaan bahan baku
dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 6. Perendaman
Sumber. Dokumentasi Pribadi
3.4.3. Penyikatan
Setelah proses perendaman, kemudian loin diletakan diatas meja kerja selanjutnya sisik
loin dikeluarkan menggunakan sikat halus, digosok pada permukaan kulit ikan secara perlahan,
tujuannya agar daging ikan tidak mudah rusak. Pengeluaran sisik, ikan sambil disirami air es.
13
Proses penyikatan bertujuan untuk mengeluarkan sisik yang menempel pada kulit loin. Proses
penyikatan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Penyikatan
Sumber. Dokumentasi Pribadi
3.4.4. Pencucian I
Ikan yang sudah melalui proses penyikatan diletakan diatas meja kerja kemudian disiram
menggunakan air dingin yang telah dicampuri klorin 50 ppm. Proses pencucian dilakukan
dengan cara air yang sudah disediakan diambil dari dalam bak penampung menggunakan gayung
plastik kemudian disiram pada ikan tersebut selanjutnya ikan dimasukan kembali dalam long
pan. Tujuan pencucian agar mengeluarkan sisik ikan dan lendir yang masih menempel pada loin
tersebut. Proses penencucian dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Pencucian I
Sumber. Dokumentasi Pribadi
3.4.5. Penimbangan I
Proses penimbangan dilakukan dengan cara daging loin ikan diletakan diatas timbangan
kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik dengan kapasitas 100 kg. Tujuannya
untuk mengetahui berat awal daging ikan tuna loin. Proses penimbangan dapat dilihat pada
Gambar 9.
14
Gambar 9. Penimbangan I
Sumber. Dokumentasi Pribadi
3.4.7. Perapihan I
15
Tahap perapihan dilakukan dengan mengiris daging hitam yang masih menempel pada
loin, Tujuan proses ini untuk merapihkan bentuk loin dan meghilangkan daging hitam, serat pada
permukaan daging dan sisa tulang yang masih menempel pada loin. Daging gelap merupkan
bagian paling banyak mengandung senyawa histidin yang merupakan prekusor histamin. Histdin
bebas yang terdapat dalam daging ikan berkaitan dengan terbentukanya histamin. Daging yang
berwarna gelap tinggi kandungan histidin bebasnya, sedangkan ikan berdaging putih kandungan
histidin bebasnya lebih rendah (Nurjanah et al. 2014). Proses perapihan dapat dilihat pada
Gambar 11.
3.4.8. Pencucian II
Pada pencucian ini bertujuan untuk membersihkan daging dari kotoran yang masih
menempel. Cara pencucian adalah dengan menaruh daging ikan diatas meja pencucian dan
bagian atas meja pencucian sudah tersedia pipa air yang secara langsung mengalir ke meja
pencucian. Meja pencucian yang digunakan terbuat dari bahan steenlis, dan air yang dipakai saat
pencucian ikan berasal dari dalam bak penampung yang sudah disediakan dengan suhu air 0-5oC.
Pencucian loin tuna dapat dilihat pada Gambar 12.
16
Gambar 12. Pencucian Tuna Loin
Sumber. Dokumentasi Pribadi
3.4.9. Penimbangan II
Penimbangan ke II bertujuan untuk mengetahui berat tuna loin setelah melawati tahap
pembuangan kulit dan perapihan. Proses penimbangan secara manual yang dilakukan oleh
karyawan, selanjutnya loin ditimbang satu per satu hingga selesai. Prosses penimbangan ke II
dapat dilihat pada Gambar 13.
17
Gambar 14. Penyuntikan
Sumber. Dokumentasi Pribadi
3.4.11. Pengemasan I
Loin yang telah di suntik dikemas menggunakan plastik LDPE kemudian diikat bagian
mulut plastik, dengan cara memutar bagian atas plastik agar terikat. Dalam setiap plastik LDPE
(low density polyethylene) terisi loin sebanyak 2-4 potong loin tergantung ukuran dari setiap loin
tuna
3.4.12. Penyimpanan (Cold Room)
Ikan selanjutnya disimpan pada ruang cold storage dengan suhu 18 oC selama satu hari.
Tujuanya agar gas Co meresap keseluruh tubuh ikan
3.4.13. Pengeluaran Gas Co
Loin dikeluarkan dari ruang cold room kemudian dibawah ke tempat pengeluaran gas Co
untuk mengeluarkan gas Co dari dalam plastik kemasan, dengan cara selang penyedot
dimasukkan ke dalam kemasan untuk mengeluarkan gas Co dari dalam kemasan.
3.4.14. Perapihan II
Setelah itu daging ikan dikeluarkan dari dalam kemasan untuk proses perapihan.
Perapihan bertujuan untuk mengeluarkan sisa-sisa daging hitam yang masih menempel pada
daging ikan
3.4.15. Pencucian III
Setelah perapihan daging ikan dicuci menggunakan air dingin yang sudah disediakan
didalam bak penampung kemudian daging ikan dimasukkan ke dalam cold box untuk dicuci,
tujuan dari pencucian untuk menghilangkan sisa-sisa daging setelah melewati tahap perapihan
3.4.16. Penimbangan III
Setelah proses perapihan loin tuna di letakan diatas timbangan sebanyak 8 - 10 loin tuna
dengan berat 10 – 13 kg. Proses ini bertujuan ini untuk mengetahui berat ikan setelah melewati
proses penyuntikan
3.4.17. Pengemasan II
Proses pengemasan yang dilakukan pada PT. Jaya Samudra Bersama, loin tuna langsung
dikemas didalam plastik polyethylene (PE), secara manual menggunakan tangan dengan
memakai sarung tangan. Pengemasan bertujuan untuk melindungi produk dari berbagai
kontaminasi. Proses pengemasan dapat dilihat pada Gambar
18
Gambar 15. Pengemasan II
Sumber. Dokumentasi Pribadi
3.4.18. Vakum
Proses vakum bertujuan untuk mengeluarkan udara yang berada didalam kemasan dengan
cara menyusun loin ikan tuna diatas alat vakum kemudian menekan tombol pada bagian samping
alat vakum agar proses vakum dapat bekerja. Proses vakum pada PT. Jaya Samuda Bersama,
dapat dilihat pada Gambar 17.
3.4.19. Pembekuan
Ikan tuna dalam kemasan plastik beserta wadah (pan) diatur pada ruang pembekuan.
Alat pembekuan yang digunakan di PT. Jaya Samudra Bersama adalah air blats freezer (ABF)
dengan menggunakan amoniak sebagai refrigerant dengan suhu pembekuan -300C sampai - 400C
selama 2 hari. Alat ini dilengkapi dengan rak – rak untuk menyusun atau meletakkan produk
yang dibekukan. Pembekuan menggunakan ABF bersifat ekonomis dan sangat fleksibel karena
dapat membekukan produk dengan berbagai ukuran dan bentuk. Pembekuan merupakan salah
19
satu cara untuk mempertahankan kesegaran ikan, hal ini disebabkan karena dengan pembekuan
dapat menghentikan aktivitas mikroorganisme pembusuk (Moeljanto, 1992).
3.4.20. Penyortiran
Ikan tuna yang telah beku dalam ruang pembekuan (Air Blast Frezeer) dibongkar dan
dilepaskan dari wadah (long pan) kemudian dipisahkan sesuai ukuran untuk selanjutnya dikemas
dan dipindahkan dalam Cold Storage. Proses ini harus dilakukan dengan cepat, mengingat suhu
permukaan dapat meningkat dengan cepat sehingga akan meleleh. Dalam pelepasan ini
dilakukan secara hati-hati agar ikan tuna beku tidak pecah ataupun rusak. Proses ini dilakukan di
ruang yang dingin, jauh dari sinar matahari, sinar lampu yang kuat, pemanas ruangan, dan lain
sebagainya. Proses penyotiran pada PT. Jaya Samudra Bersama dapat dilihat pada Gambar 18.
20
Gambar 18. Pengemasan III
Sumber. Dokumentasi Pribadi
3.4.22. Penimbangan IV
Setelah packing ikan ditimbang untuk mengetahui berat dari setiap dari masing-masing
master karton. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui berat bersih (netto) selain itu juga
untuk menyeragamkan berat produk Ikan tuna beku Penimbangan IV dapat dilihat pada Gambar
20.
3.4.23. Penyimpanan
Ikan tuna beku yang telah di packing selanjutnya disimpan dalam ruang penyimpanan
sebelum proses pengiriman berlangsung. Ruang penyimpanan beku di PT. Jaya Samudra
Bersama adalah menggunakan cold storage dengan suhu maksimal -250C. Produk diatur
sedemikian rupa sehingga memungkinkan sirkulasi udara dingin dapat merata pada produk dan
memudahkan dalam pembongkaran. Dalam proses penyimpanan harus dilakukan dengan cepat
agar produk tidak mengalami penurunan suhu dan sistem yang digunakan menggunakan system
FIFO (first in first out) artinya ikan yang pertama dimasukkan harus terlebih dahulu keluar pada
saat pengiriman. Proses penyimpanan pada dapat dilihat pada Gambar 21.
21
Gambar 20. Penyimpanan
Sumber. Dokumentasi Pribadi
3.4.24. Ekspor
Ekspor merupakan suatu tahapan akhir dari dari semua rangkaian proses pengolahan ikan
beku. produk akan dikirim sebelum dilakukan pemerikasaan (inspection) oleh pihak pembeli.
Ikan tuna loin beku ini di Ekspor ke luar negeri seperti Jepang, China, Eropa dan Amerika.
22
IV. PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembekuan ikan tuna (Thunnus sp.)
dimulai dari penerimaan bahan baku, perendaman, penyikatan, pencucian I, penimbangan I,
pembuangan kulit, perapihan I, pencucian II, penimbangan II, penyuntikan, pengemasan I,
penyimpanan cold room, pengeluaran gas CO, perapihan II, pencucian III, penimbangan III,
pengemasan II, vakum, pembekuan, penyortiran, pengemasan III, penimbangan IV,
penyimpanan cold storage dan ekspor.
IV.2. Saran
Selama mengikuti magang pada PT. Jaya Samudera Bersama, perusahan sudah
menerapkan sistim pembekuan ikan tuna dengan baik, tetapi perusahan juga harus
memperhatikan sanitasi dan higienis pada saat bekerja
23
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, Rabiatul. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta. Bumi Aksara.
Badan Standar Nasional Indonesia. 2006. Ikan Segar : Bagian 1 Spesifikasi. Badan Standar
Nasional Indonesia.
Badan Standar Nasional Indonesia. 2006. Ikan Segar : Bagian 3 Penanganan Dan Pengolahan.
Badan Standar Nasional Indonesia.
Heldman DR, Singh RP. 1981. Food Process Engineering. 2nd ed. AVI Pub.co, Wertport.
Connecticut.
Istijanto.2005. Riset Pemasaran.Gramedia Pustaka. Tama. Jakarta.Jiang S.T. 2000. Enzymes And
Their Effect On Seafood Texture. New York. Marcel Dekker. Inc
Jiang ST. 2000. Enzymes and their Effect on Seafood Texture. New York: Marcel DEKKER,
Inc.
Junianto. 2003, Teknik Penanganan Ikan, Seri Agriwawasan. Penebar Swadaya. Jakarta
Kalla. 2008. Panduan Teknik Budaya 23 Perikanan Unggulan. PT Ciptawidya Swara. Jakarta.
Murniyati, A. S dan Sunarman. 2000. Pendinginan dan Pengawetan Ikan. Kanisius, Yogyakarta.
Halaman 197-198
Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadya. Jakarta.
24
Ocano-Higuera VM, Marquez-Rios E, Canizales-Davila M, CastilloYanez, Pacheco-AguilarR,
Lugo-Sanchez ME, Garcia-Orozco, Graciano-Verdugo. 2009. Postmortem changes in
cazon fish muscle stored on ice. J Food Chem116(4):933-938.
Suradi, K. 2005. Pengemasan Bahan Pangan Hasil Ternak Dan Penentuan Waktu Kadaluarsa.
dibawakan dalam seminar : Fasilitas Penanganan Pengemasan Olahan Ternak. pada
tanggal 5-7 Juni 2005 di Makasar-Sulawesi Selatan.
Rohanah, Ainun. 2002. Pembekuan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. USU
Digital Library
Purnomowati, Ida Diana. Hidayat dan Cahyo. Saparinto. 2007. Ragam Olahan Bandeng.
Kanisius : Yogyakarta
Sofiani, S. N. 2014. Analisis Kadar Histamin dengan Metode Spektroflorometer pada Ikan
Tongkol (Euthynnus Affinis) dengan Perlakuan Waktu Penyimpanan. Universitas Islam
25
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Bahan yang digunakan dalam proses pembekuan ikan tuna (Thunnus sp.)
No
Bahan Kegunaan
.
1. Ikan Tuna Sebagai bahan baku utama.
2. Es balok Sebagai bahan tambahan untuk menjaga
kenaikan suhu produk (rantai dingin).
3. Air Digunakan untuk proses pencucian produk dan
peralatan lainnya.
4. Chlorin 1% Sebagai saniter pada long pang, plastik dan
peralatan lainnya (5 mil).
5. Alkohol 80% Digunakan sebagai antiseptik.
6. Detergen (sabun) Untuk mencuci peralatan dan meja proses serta
ruang produksi.
7. Freon R22 Digunakan sebagai bahan pendingin pada ABF
8. Plastik PE (Polyethilen) Digunakan untuk proses pengemasan produk
9. Master carton (MC) Digunakan sebagai tempat penyimpanan primer
pada produk.
10. Plack ban Untuk menutup master carton
11 Tali raffia Digunakan untuk mengikat master karton
12 Spidol Digunakan untuk menandai master karton
13 Sarung tangan Digunakan untuk melindungi tangan
14 Penutup kepala Digunakan untuk menutup kepala
15 Masker Digunakan untuk menutup hidung
Sumber : PT. Jaya Abadi Bersama
26
Lampiran 2.
Peralatan yang digunakan dalam proses pembekuan ikan tuna (Thunnus sp.)
No Nama Alat Fungsi
1 Bak pencucian stainless stell Untuk mencuci bahan baku.
2 Basket Tempat meletakkan bahan baku yang telah
disortir.
3 Timbangan duduk Digunakan untuk menimbang bahan baku.
4 Drum Untuk mencuci plastik dan long pan.
5 Box fiber Tempat Penampungan bahan baku.
6 Meja proses Stainless stell Tempat bahan baku yang akan di proses.
7 Sikat halus Digunakan untuk mengeluarkan sisik ikan.
8 Box plastik Untuk pencucian ikan setelah penyisikan
bahan baku .
9 Pisau Digunakan untuk memotong bahan baku
seperti, fillet,triming, pengeluaran duri.
10 Termometer digital Digunakan untuk mengukur suhu air dan
bahan baku.
11 Keranjang plastik Untuk meletakkan bahan baku setelah di
fillet, triming, pengeluaran duri,
penimbangan II, dan pencucian III.
12 Timbangan digital Untuk menimbang ikan setelah di fillet.
13 Long pan Tempat penyusunan produk yang akan di
bekukan.
14 Rak stainless stell Digunakan tempat penyusunan long pan.
15 Air blast freezer Untuk membekukan produk.
16 Bak penampung Untuk menampung ikan
17 Cold storage Untuk pembekuan produk.
19 Strapping band machine Untuk mengikatkan tali straping band
pada master carton.
21 Palet kayu Sebagai alas untuk produk yang sudah di
packing sehingga mudah untuk di
pidahkan ke dalam ciold storage.
23 Truk Untuk mengangkut bahan baku dan
produk
24 Mesin metal detector Untuk memeriksa ada tidaknya logam
yang menempel pada produk akhir.
25 Besi pengait Untuk menarik box kecil dan basket.
26 Plack ban Digunakan sebagai perekat pada MC
Sumber : PT. Jala Lautan Mulia (2017)
27
Lampiran 3.
Gambar Prosedur Kerja
28
Penimbangan I Proses Pembuangan Kulit
29
Proses Penimbangan III Proses Vakum
30