Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PRAKTEK MAGANG

PENDATAAN HASIL TANGKAPAN IKAN PADA KAPAL PURSE SEINE


DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA KUTARAJA KOTA BANDA
ACEH PROVINSI ACEH

OLEH

ALIFFIA ASHARI SIREGAR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
LAPORAN PRAKTEK MAGANG

PENDATAAN HASIL TANGKAPAN IKAN PADA KAPAL PURSE SEINE


DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA KUTARAJA KOTA BANDA
ACEH PROVINSI ACEH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Pada Fakultas Perikanan dan kelautan Universitas Riau

OLEH
ALIFFIA ASHARI SIREGAR
NIM: 1704110794

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat

dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun Laporan praktek magang ini

selesai tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada Bapak Pareng Rengi,S.Pi ,M.Si sebagai dosen pembimbing

yang telah banyak memberikan masukan dan arahan kepada penulis, serta kepada

rekan-rekan yang telah membantu penulis dan orang tua yang selalu mendoakan

dan memberi semangat dalam menyelesaikan penyusunan Laporan praktek

magang ini, yang dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja

Banda Aceh.

Dalam penulisan Laporan praktek magang ini penulis menyadari bahwa

masih banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun sebagai koreksi dan

acuan dalam perbaikan penulisan pada masa yang akan datang.

Pekanbaru, 06 Juni 2020

Aliffia Ashari Siregar


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv

DAFTAR TABEL..................................................................................................v

I. PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1. Latar Belakang............................................................................................1

1.2. Tujuan Praktek Magang.............................................................................3

1.3. Manfaat Praktek Magang...........................................................................3

II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................4

2.1. Pelabuhan Perikanan..............................................................................4

2.1.1. Pengelompokan Pelabuhan Perikanan....................................................4

2.2. Sumberdaya Ikan........................................................................................7

2.2.1. Ikan Pelagis Kecil...................................................................................7

2.2.3. Ikan Demersal.........................................................................................7

2.3. Purse Seine...................................................................................................8

2.4. Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan..................................................9

III. METODE PRAKTEK..................................................................................11

3.1. Waktu dan Tempat...................................................................................11

3.2. Objek dan Alat Praktek Magang.............................................................11

3.3. Metode Praktek Magang..........................................................................11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................14

4.1. Keadaan Umum PPS Kutaraja............................................................14


4.2. Sejarah PPS Kutaraja...........................................................................15

4.3. Visi Misi PPS Kutaraja.........................................................................15

4.4. Struktur Organisasi UPTD PPS Kutaraja..........................................16

4.5. Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI).................................................16

4.6. Armada dan Alat Penangkapan Ikan..................................................22

4.7. Proses Pendataan Hasil Tangkapan Ikan...........................................23

4.7.1. Pembongkaran Ikan......................................................................24

4.8. Volume Produksi dan Jenis Ikan Hasil Tangkapan...........................26

4.8.1. Jenis Ikan Hasil Tangkapan.............................................................30

4.8.2. Hasil Pendataan Ikan........................................................................32

V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................38

5.1. Kesimpulan................................................................................................38

5.2. Saran.......................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39

LAMPIRAN..........................................................................................................41
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Lokasi Magang..............................................................................14

Gambar 2 Struktur Organisasi PPS Kutaraja.........................................................16

Gambar 3 Aktivitas Pembongkaran Hasil Tangkapan...........................................25

Gambar 4 Hasil Tangkapan Ikan...........................................................................26

Gambar 5 Jenis Ikan Hasil Tangkapan..................................................................32


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Armada kapal dan alat penangkapan ikan di PPS Kutaraja Tahun 2019............23

Tabel 2. Perkembangan volume produksi ikan hasil tangkapan 2013-2019.....................27

Tabel 3. Jenis ikan hasil tangkapan purse seine dan pancing PPS Kutaraja 2019.............29

Tabel 4. Hasil Tangkapan Ikan Bulan 23 Januari- 05 Febuari Tahun 2020......................31


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelabuhan perikanan adalah salah satu wilayah perpaduan antara daratan

dan lautan yang dipergunakan sebagai salah satu sentral kegiatan perikanan,

tempat bersandarnya kapal, berlabuh dan bongkar muat kapal-kapal ikan yang

dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan dibedakan menjadi beberapa kelas sesuai

skala pelayanannya. Perikanan memiliki peran penting dan strategis dalam

menunjang kehidupan, ketahanan pangan dan pertumbuhan perekonomian

masyarakat khususnya masyarakat pesisir.

Peranan pelabuhan sebagai pusat aktivitas dan sentra produksi ikan hasil

tangkapan harus terpenuhi adalah fasilitas dan sarana pelabuhan yang memadai.

Salah satu pelabuhan perikanan yang memiliki produksi ikan hasil tangkapan

yang cukup besar di Aceh adalah Pelabuhan Perikanan Samudera Kutaraja yang

termasuk dalam wilayah pengelolaan perikanan WPP 572 dengan status yang

sudah over exploited untuk ikan pelagis dan fully exploited bagi ikan demersal.

PPS Kutaraja yang terletak di Kota Banda Aceh ini memiliki lokasi yang sangat

strategis, yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka dan Samudera Hindia.

Fajri et al. (2018) juga menyatakan, bahwa PPS Kutaraja berada di lokasi yang

dekat dengan lokasi daerah penangkapan ikan (DPI) yang potensial dan

berhadapan langsung dengan alur pelayaran internasional.

Fajri et al. (2018) juga menyatakan, bahwa PPS Kutaraja berada di lokasi

yang dekat dengan lokasi daerah penangkapan ikan (DPI) yang potensial dan
2

berhadapan langsung dengan alur pelayaran internasional. Melihat potensi dari

PPS Kutaraja maka pemerintah pusat yang dibantu oleh UPTD PP Kutaraja,

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh mengambil langkah konkrit yaitu pada

tahun 2014 Pelabuhan Perikanan Kutaraja yang lama (PPP Lampulo) ke PPS

Kutaraja yang ada sekarang (KKP 2014). Perpindahan pelabuhan ini

mengakibatkan peningkatan status pelabuhan yaitu dari pelabuhan perikanan kelas

C menjadi kelas A pada tahun 2016.

Perubahan status ini mendorong produksi ikan hasil tangkapan meningkat.

UPTD PPS Kutaraja (2019) menyatakan bahwa produksi ikan hasil tangkapan

pada tahun 2014 mencapai 8.519,861 ton dan pada tahun 2018 mengalami

peningkatan yaitu mencapai 17.640,34 ton. Jenis ikan hasil tangkapan yang

didaratkan di PPS Kutaraja merupakan jenis ikan dominan yang bertujuan untuk

ekspor, oleh karena itu investor sudah mulai berdatangan untuk melakukan

investasi di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja. Hal ini

mengakibatkan Pemerintah Aceh menetapkan PPS Kutaraja sebagai salah satu

pusat perekonomian Aceh.

Menurut Utami (2015), Data ikan hasil tangkapan merupakan data yang

berperan penting dalam dunia perikanan tangkap. Data ikan hasil tangkapan

diperlukan untuk mengetahui potensi sumberdaya ikan dan kemampuan

pemanfaatan sumberdaya ikan di suatu daerah, serta sebagai landasan dalam

menyusun program perencanaan maupun kebijakan yang mendukung

perkembangan perikanan tangkap.


3

Data ikan hasil tangkapan yang diperlukan untuk mendukung

perkembangan perikanan tangkap adalah data yang tepat dan akurat. Tepat yaitu

dalam arti tepat jenis data, sumber data dan lain-lain. Akurat yaitu dalam artian

akurat cara pengambilannya serta akurat mewakili populasi datanya (Pane,2017).

Ikan hasil tangkapan, disingkat hasil tangkapan (HT) adalah hasil

tangkapan yang diperoleh dari kegiatan usaha penangkapan ikan dilaut dan

didaratkan di Pelabuhan Perikanan. Hasil tangkapan memiliki banyak peran

penting, Pane (2017) menyatakan bahwa peran penting dari hasil tangkapan

seperti halnya dalam penyediaan produksi pangan ikan, penjaminan penyediaan

produksi pangan ikan, sumber pendapatan nelayan, peningkatan perfoma

pelabuhan perikanan melalui kekuatan hasil tangkapan pelabuhan perikanan,

pendataan dan penginformasian produksi ikan hasil tangkapan di pelabuhan

perikanan serta pengontrolan stok kuota sumberdaya ikan. Dengan banyaknya

peran penting dari suatu hasil tangkapan dari kegiatan usaha penangkapan maka

diperlukan adanya data ikan hasil tangkapan.

1.2. Tujuan Praktek Magang

Praktek magang ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung hasil

tangkapan apa saja yang ada di Pelabuhan Perikanan Samudera Kutaraja, Provinsi

Banda Aceh.

1.3. Manfaat Praktek Magang

Manfaat dari praktek magang ini adalah sebagai sarana untuk memperoleh

informasi dan wawasan kepada penulis bagaimana proses pendataan hasil


4

tangkapan yang dilakukan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja

Banda Aceh.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah

daratan dan lautan yang digunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan

dan dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan

didistribusikan (Lubis dalam Fahrizal, 2012).

Undang-Undang RI No.45 tahun 2009 tentang perikanan menyatakan

bahwa pelabuhan perikanan memiliki fungsi pemerintahan dan pengusahaan guna

mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,produksi,pengolahan

sampai dengan distribusi pemasaran. Distribusi berperan penting dalam suatu

pelabuhan perikanan karena jika hasil tangkapan tidak didistribusikan, penjualan

produk hasil tangkapan tidak akan sampai hingga ke tangan konsumen.

2.1.1. Pengelompokan Pelabuhan Perikanan

Mengelompokkan pelabuhan perikanan berdasarkan jenis dan skala usaha

sebagai berikut:

1. Pelabuhan perikanan berskala besar atau perikanan laut dalam, yaitu

pelabuhan untuk perikanan industri atau besandarnya kapal-kapal

penangkapan berukuran besar dengan ukuran panjang antara 40 sampai 120

meter; berat > 50 GT. Pelabuhan yang mempunyai kolam pelabuhan dalam

dan dermaga yang lebih panjang dari pelabuhan skala menengah. Di

pelabuhan ini terdapat juga perusahaan-perusahaan industri pengolahan dan


6

grosis atau pedagang-pedagang besar. Hasil tangkap yang didaratkan

distribusikan untuk tujuan nasional maupun internasional.

2. Pelabuhan berskala menengah, yaitu pelabuhan untuk perikanan semi-industri

atau tempat berlabuh dan bertambahnya kapal-kapal penangkapan ikan

berukuran antara 15 antara 15 sampai 50 GT. Di pelabuhan ini terkadang

terdapat juga perusahaan-perusahaan pengolahan ikan dan pada umumnya

hasil tangkapannya untuk nasional dan sedikit untuk lokal.

3. Pelabuhan perikanan berskala kecil/perikanan pantai, yaitu: pelabuhan untuk

perikanan kecil atau perikanan tradisional atau tempat berlabuh dan

bertambatnya kapal-kapal penangkapan ukuran < 15 GT. Pelabuhan yang

mempunyai kolam pelabuhan tidak dalam. Hasil tangkapan yang didaratkan

pada umumnya dalam bentuk segar atau dipertahankan kesegarannya dengan

menambahkan es. Hasil tangkapan ditunjuk terutama untuk pemasaran lokal.

Sedangkan pengelompokan pelabuhan perikanan berdasarkan UU No. 45 tahun

2009 mengelompokkan pelabuhan perikanan kedalam 3 kelompok :

1. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS/Tipe A). Pelabuhan jenis ini ada di

jakarta, Kendari, Cilacap, Belawan, Bungus,Kutaraja.

2. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN/Tipe B). Pelabuhan jenis ini ada di

Pekalongan, Pelabuhan Ratu, Cilacap, Sibolga, Brondong, Ternate, Prigi, dan

tanjung pandan.

3. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP/Tipe C). Pelabuhan jenis ini ada di Sungai

Lian, Karangantu, Karimunjawa, Bawean, Teluk Batang, Hantipan, Carocok


7

Tarusan, Hantipan, Banjarmasin, Lampulo, Tarempa, pulau Tello, Sikakap,

Labuan Lombok dan pemangkat.

Lubis (2012) menerangkan kriteria yang diterapkan dalam pengelompokkan diatas

sebagai berikut:

1. PPS merupakan Pelabuhan Perikanan yang melayani kapal perikanan yang

melakukan kegiatannya di laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia,

dan laut lepas. PPS memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal ran perikanan

berukuran sekurang-kurangnya 60 GT, panjang dermaga sekurang-kurangnya

300 m dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3m, mampu

menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah

keseluruhan sekurang-kurangnya 6000 GT kapal perikanan sekaligus. Ikan

yang didadaratkan di pelabuhan ini sebagian ditunjukan untuk ekspor.

Terdapat industri perikanan di PPS.

2. PPN merupakan pelabuhan perikanan yang melayani kapal yang melakukan

kegiatannya di laut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusi Indonesia. PPN

memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-

kurangnya 30 GT. PPN memiliki panjang dermaga sekurang-kurangnya 150

m dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atu

jumlah keseluruhan sekurang-kurangnnya minus 3 m. Pelabuhan jenis ini

keseluruhan sekurang-kurangnya 2250 kapal perikanan sekalig. Terdapat

industri perikanan di PPN.

3. PPP merupakan pelabuhan perikanan yang melayani kapal yang melakukan

kegiatannya diperairan pedalaman, perairan kepulauan, dan laut teritorial.


8

Pelabuhan jenis ini memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan

berukuran sekurang-kurangnya 10 GT. PPP memiliki panjang dermaga

sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-

kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus. Selain tiga kelompok tersebut,

lubis (2012) juga menerangkan kelompok tambahan yang tidak memenuhi

kriteria PPS, PPN, atau PPP. Kelompok ke-empat ini adalah Pangkalan

Pendaratan Ikan (PPI) dan Pangkalan Perikanan.

2.2. Sumberdaya Ikan

2.2.1. Ikan Pelagis Kecil

Di Indonesia sumberdaya ikan pelagis kecil diduga merupakan salah satu

sumberdaya perikanan yang melimpah dan paling banyak ditangkap untuk

dijadikan konsumsi masyarakat Indonesia dan berbagai kalangan bila

dibandingkan dengan tuna yang sebagian besar produk unggulan ekspor dan

hanya sebagian kelompok yang dapat menikmatinnya. Ikan pelagis umumnya

hidup didaerah neritik dan membentuk schooling juga berfungsi sebagai

konsumen perantara dalam food chain (antara produsen dengan ikan-ikan besar)

sehingga perlu upaya pelestarian.

Pada siang hari ikan pelagis kecil berada didasar perairan membentuk

gerombolan yang padat dan kelompok, sedangkan pada malam hari ikan pelagis

kecil ini naik ke permukaan dan membentuk gerombolan yang menyebar. Ikan

juga dapat muncul ke permukaan pada siang hari, apabila cuaca disertai hujan

gerimis. Adanya kecendrungan bergerombolan berdasarkan kelompok ukuran dan

berupaya mengikuti makanannya (Tampulobon, 2010).


9

2.2.3. Ikan Demersal

Sumberdaya ikan demersal adalah jenis ikan yang habitatnya berada di

bagian dasar perairan, dapat dikatakan juga bahwa ikan demersal adalah ikan yang

tertangkap dengan alat tangkap ikan dasar seperti trawl dasar (bottom trawl),

jaring insang dasar (bottom gillnet) dan sebagainya. Menurut Aoyama (1973),

ikan dasar memiliki sifat ekologi yaitu sebagai berikut :

1. Mempunyai adaptasi dengan kedalaman perairan.

2. Aktifitasnya relative randah dan mempunyai daerah kisaran ruaya yang

sempit jika dibandingkan dengan ikan pelagis.

3. Jumlah kawasan relative kecil juka dibandingkan dengan ikan pelagis.

4. Habitat utamanya berada di dekat dasar laut meskipun berbagai diantarannya

berada di lapisan perairan yang lebih atas.

5. Kecepatan pertumbuhannya rendah.

6. Komunitas memiliki seluk beluk yang kompleks.

Dibanding sumberdaya ikan pelagis potensi sumberdaya ikan demersal

relative lebih kecil akan tetapi banyak yang merupakan jenis ikan dengan nilai

ekonomis yang tinggi. Ikan demersal tersebar diseluruh perairan Indonesia.

Terutama di paparan Sunda dan Laut Arafuna dengan kecenderungan kepadatan

sediaan potensi tinggi di daerah pantai. Ikan demersal sangat dipengaruhi oleh

faktor oseanografi seperti suhu, salinitas, arus, bentuk dasar perairan. Jenis ikan
10

ini pada umumnya menyenangi dasar perairan bersubstrat lumpur atau lumpur

berpasir (Dwiponggo et al, 1989, Suharto, 1999).

2.3. Purse Seine

Purse seine tergolong dalam alat tangkap jaring lingkar dengan

menggunakan tali kerut (purse line) yang terletak dibagian bawah jaring. Dengan

adanya tali kerut memungkinkan jaring ditutupi seperti pundi-pundi terbalik dan

mengurung ikan yang tertangkap. Purse seine dapat berukuran sangat besar dan

dioperasikan oleh satu atau dua buah kapal. Biasanya purse seine dioperasikan

oleh satu kapal dengan atau tanpa bantuan kapal pembantu ( Arman, 2011).

Menurut Ayodhyoa (1972), purse seine biasa disebut juga dengan jaring

kantong karena bentuk jaring tersebut waktu dioperasikan menyerupai kantong.

Purse seine sering juga disebut jaring kolor karena pada bagian bawah jaring (tali

ris bawah) dilengkapi dengan tali kolor yang gunanya untuk menyatukan bagian

bawah jaring pada saat dioperasikan dengan cara menarik tali kolor tersebut.

Purse seine digunakan untuk menangkap ikan yang bergerombol

(scholling) di permukaan laut. Oleh karena itu, jenis-jenis ikan yang tertangkap

dengan alat tangkap purse seine adalah jenis ikan-ikan pelagis yang hidupnya

bergerombolan seperti ikan layang, lemuru, kembung, sardinella, dan tuna. Ikan-

ikan yang tertangkap dengan purse seine dikarenakan gerombolan ikan tersebut

dikurung oleh jaring sehingga pergerakannya terhalang oleh jaring dari dua arah,

baik pergerakan kesamping maupun ke arah dalam


11

2.4. Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan

Laut Indonesia mempunyai potensi lestari 6,4 juta ton/tahun. Jumlah

tangkapan yang diperbolehkan besarnya 80% dari potensi lestari sumberdaya

perikanan. Jumlah Tangkapan yang diperbolehkan di laut Indonesia sebesar 5,12

juta ton/tahun. Total tangkapan nelayan (baik tradisional maupun modern)

Indonesia mencapai 3,6 juta ton.

Menurut PP Nomor 15 tahun 1984 tentang pengelolaan sumberdaya hayati

di ZEE Indonesia, jumlah tangkapan yang diperbolehkan adalah banyaknya

sumberdaya alam hayati yang boleh ditangkap dengan memperhatikan

pengamanan konvervasi di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Jumlah tangkapan

yang diperbolehkan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi overfishing.

Pengelolaan pelabuhan yang baik diperlukan pengelolaan sumberdaya

perikanan berbasis tangkap yang baik, dengan mematuhi jumlah tangkap yang

diperbolehkan. Sumberdaya perikanan sama dengan sumberdaya pertambangan

yaitu mempunyai batsan, namun berbeda dengan sumberdaya produk

pertambangan seperti minyak bumi, sumberdaya perikanan memiliki daya

reproduksi atau bersifat dapat diperbaharui, sehingga apabila dikelola dengan baik

akan dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan. Apabila dilakukan

pengelolaan terhadap sumebrdaya perikanan secara tepat, maka akan dapat

memasok protein (hewani) secara stabil. Selain itu, memiliki kontribusi ekonomi

dan social yang besar seperti pengembangan sector produk perikanan, penciptaan

lapangan kerja dan yang jelas akan memberikan dampak pada penurunan

kemiskinan.
12

III. METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan praktek magang ini direncanakan pada 16 Januari-17

Februari 2020, di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja Banda Aceh dan

didukung dengan data produksi.

3.2. Objek dan Alat Praktek Magang

Objek dalam praktek magang ini adalah segala fasilitas yang digunakan

dalam pendataan hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)

Kutaraja. Sedangkan Alat yang digunakan untuk mendukung jalannya praktek

magang ini adalah Kamera Hp untuk dokumentasi, alat - alat tulis, Kuisioner serta

Laptop untuk mengolah data hasil praktek magang.

3.3. Metode Praktek Magang

Metode yang digunakan dalam magang ini adalah metode survei dengan

ikut berpartisipasi dan ikut serta secara langsung dalam mengikuti proses

pendaratan dan pendataan hasil tangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera

(PPS) Kutaraja Banda Aceh.

3.4. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari tempat praktek magang.

Data primer yang akan dikumpulkan berupa data atau informasi langsung dengan

menggunakan instrument-instrumen yang telah ditetapkan seperti observasi,


13

wawancara dan partisipasi aktif. Pada praktek magang ini data primer yang

diperoleh berupa dokumentasi dari proses pendaratan ikan, jumlah kapal yang

berlabuh, jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Kutaraja.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dalam berbagai bentuk.

Biasanya sumber data ini lebih banyak sebagai data statistik atau data yang telah

diolah sedemikian rupa sehingga siap digunakan dalam statistik biasanya tersedia

pada kantor- kantor pemerintah, biro jasa data, perusahaan swasta atau badan lain

yang berhubungan dengan penggunaan data (Moleong, 2007). Dalam praktek kerja

lapangan ini data sekunder didapat dari pihak PPS Kutaraja.

Data sekunder yang diperoleh dari data terbaru dalam kurun waktu 5 tahun

terakhir PPS Kuta Raja Banda Aceh data tersebut berupa data:

1. Keadaan umum PPS Kuta Raja Banda Aceh yang berupa : Letak geografis,

infrastruktur PPS, Data produksi hasil tangkapan, dan data kapal yang

berlabuh, serta keluar masuknya kapal selama praktek magang di Pelabuhan

Perikanan Samudra Kuta Raja pada tahun 2019 berupa :

 Data Kapal Perikanan (armada kapal perikanan)

 Alat tangkap yang digunakan

 Nilai dan volume produksi

2. Struktur organisasi PPS Kuta raja

3. TUPOKSI (Tugas pokok dan fungsi)

4. SOP (standar operasional prosedur) di PPS Kuta Raja


14

3.4. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data perkembangan hasil tangkapan, data

hasil tangkapan, dan data unit penangkapan dimana data tersebut diperoleh dengan

cara mengamati hasil kuisioner dari nelayan, serta diperoleh dari instansi terkait dan

literatur yang mendukung.

3.5. Analisis Data

Data yang diperoleh ditabulasikan dalam bentuk data tabel dan gambar

kemudian data-data tersebut dianalisis secara deskriptif dan ditulis menjadi sebuah

laporan.
15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum PPS Kutaraja

Gambar 1 Peta Lokasi Magang

Kota Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam memiliki posisi geografis yang sangat strategis yaitu terletak

di ujung Barat pulau Sumatera, dan berhadapan langsung dengan jalur

Pelayaran Internasional yaitu Samudera Hindia dan Selat Malaka yang

memiliki potensi sumberdaya perikanan yang sangat tinggi.

Hal ini dapat menjadi faktor penting dalam mendukung

pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Kutaraja menjadi

pelabuhan perikanan bertaraf internasional dan sebagai Outer Fishing Port

Development (ORFPod). PPS Kutaraja Banda Aceh terletak pada posisi

geografis 95º18’30”E- 95º20’0”E dan 5º35’30”N - 5º35’0”N, secara tata


17

kelola operasional merupakan salah satu UPTD (Unit Pelaksana Teknis

Dinas) yang berada dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh

(Peraturan Gubernur NAD Nomor 27 Tahun 2009).

4.2. Sejarah PPS Kutaraja

Sejarah pelabuhan perikanan Kutaraja ini dirintis pembangunannya

sejak tahun 2003 dengan studi kelayakan untuk relokasi. Pembangunannya

dimulai sejak tahun 2006 dan dilakukan setiap tahun secara bertahap

hingga kini dengan cakupan pekerjaan mulai dari pembebasan lahan,

penyusunan DED (Detail Engineering Design), Amdal, hingga konstruksi

TPI, kolam dan dermaga. Pelabuhan Perikanan Kutaraja diangkat menjadi

Pelabuhan Perikanan Samudra pada 20 juli 2016 oleh Menteri Kelautan

dan Perikanan dalam KEPMEN- KP/No.31/2016 tentang penetapan

Pelabuhan Perikanan Kutaraja sebagai Pelabuhan Perikanan Samudera

Kutaraja, di Provinsi Aceh.(DKP Provinsi Aceh).

4.3. Visi Misi PPS Kutaraja

4.3.1. Visi

Pelabuhan perikanan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan sentra

kegiatan bisnis perikanan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

4.3.2. Misi

Mengembangkan sarana dan prasarana perikanan yang memadai

untuk meningkatkatkan produktifitas, nilai tambah produk perikanan yang

ramah lingkungan dalam upaya untuk menciptakan lapangan kerja.


18

4.4. Struktur Organisasi UPTD PPS Kutaraja


Adapun struktur organisasi PPS Kutaraja dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Kepala UPTD PPS


KUTARAJA

ONI KANDI, S.Pi., M,Si


NIP. 19740625 199303 1 001

Kelompok Jabat Fungsional SUB BAGIAN TATA USAHA


HASBI. SE., M.M
NIP. 19731116 199803 1 003

SEKSI OPERASIONAL SEKSI TATA KELOLA


KESYAHBANDARAN PELAYANAN USAHA

TOMMI PARMONO,S.St.Pi NIP. FURKAN,S.Pi


19810101 200604 1 007 NIP. 19690729 200701 1 006

Sumber: Data primer


Gambar 2 Struktur Organisasi PPS Kutaraja

4.5. Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI)


Berdasarkan peraturan Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam

nomor 27 tahun 2018 tentang susunan dan tata kerja unit pelaksana teknis

dinas pada dinas kelautan dan perikanan provinsi NAD pasal 32

disebutkan bahwa susunan organisasi UPTD PPS Kutaraja terdiri dari:

1. Kepala UPTD

Kepala UPTD mempunyai tugas memimpin UPTD dalam


19

melaksanakan kegiatan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan

kebijakan pemerintah bidang pengelolaan, pengawasan, pembangunan,

pengembangan dan tata kelola sarana dan prasarana serta pelayanan usaha

pelabuhan perikanan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

dalam peraturan Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam nomor 27 tahun

2018 pada ayat (1), Kepala UPTD menyelenggarakan fungsi:

1) pengkoordinasian penyusunan program perencanaan dibidang pengelolaan,

pengawasan, penataan dan pengembangan serta pelayanan teknis pelabuhan

perikanan

2) pengendalian pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumah tanggaan

3) pengendalian pelaksanaan pembangunan, pengembangan, pemeliharaan dan

pemanfaatan fasilitas prasarana dan sarana pelabuhan perikanan

4) pengendalian pelaksanaan pengawasan dan penertiban kegiatan pelabuhan,

kapal dan alat tangkap perikanan serta kesyahbandaran

5) pengendalian pelaksanaan pelayanan teknis dan perbengkelan kapal

perikanan

6) pengkoordinasian pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data dan

statistik perikanan tangkap

7) pengkoordinasian pelaksanaan fasilitasi pemberdayaan masyarakat

perikanan tangkap

8) pelaksanaan koordinasi dengan institusi atau lembaga terkait lainnya di

bidang pengelolaan, pengawasan, penataan dan pengembangan serta

pelayanan teknis pelabuhan perikanan

9) pelaksanaan monitoring, evaluasi pelaporan


20

10) pelaksanaan tugas-tugas kedinasan 1ainnya yang diberikan oleh Kepala

Dinas.

2. Sub Bagian Tata Usaha

Sub bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

penyusunan program kerja, pengelolaan urusan umum, rumah tangga,

perlengkapan, kepegawaian, keuangan, hukum, hubungan masyarakat,

perpustakaan dan pelayanan administrasi dalam lingkup UPTD.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam peraturan

Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam nomor 27 tahun 2018 pada ayat (1),

Subbagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi:

1) pelaksanaan penyusunan perencanaan program dan anggaran

2) pelaksanaan pemantauan pelaksanaan program dan anggaran

3) pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian

4) pelaksanaan pengelolaan administrasi hubungan masyarakat,

hukum, organisasi dan kerja sama

5) pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

6) pelaksanaan urusan tata usaha

7) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan

8) pelaksanaan pengelolaan administrasi umum dan rumah tangga

9) pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan dan aset

10) pelaksanaan pengelolaan data dan informasi

11) pelaksanaan pengelolaan kebersihan dan keindahan kawasan dan

12) pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala

13) UPTD.
21

3. Seksi Pelayanan Teknis

Seksi Operasional Pelabuhan dan Kesyahbandaran mempunyai tugas

melaksanakan pelayanan teknis operasional kepelabuhan, kapal perikanan dan

kegiatan kesyahbandaran lainnya sesuai peraturan perundang• undangan. Dalam

melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam peraturan Gubernur Nanggroe

Aceh Darussalam nomor 27 tahun 2018 pada ayat (1), Seksi Operasional

Pelabuhan dan Kesyahbandaran menyelenggarakan fungsi:

1) pelaksanaan pembangunan prasarana pelabuhan perikanan

2) pelaksanaan pengaturan kapal masuk, keberangkatan, penempatan tambat

dan labuh serta bongkar muat kapal di pelabuhan perikanan

3) pelaksanaan pelayanan penerbitan surat tanda bukti lapor kedatangan dan

keberangkatan kapal perikanan

4) pelaksanaan pemeriksaan log book

5) pelaksanaan pelayanan penerbitan surat persutujuan berlayar

6) pelaksanaan penerbitan sertifikat basil penangkapan ikan

7) pelaksanaan pengawasan pengisian bahan bakar

8) pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data statistik pelabuhan

perikanan

9) pelaksanaan penerbitan sertifikat cara penanganan ikan yang baik (CPIB)

10) pelaksanaan inspeksi pembongkaran ikan

11) pelaksanaan bimbingan teknis operasional pelabuhan dan

12) kesyahbandar pelaksanaan ketertiban dan keamanan lingkungan kawasan

pelabuhan perikanan.
22

13) pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan dan

14) pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala

UPTD.

4. Seksi Penataan Dan Pengembangan Pelabuhan

Seksi Tata Kelola Sarana Prasarana dan Pelayanan Usaha mempunyai tugas

menyelenggarakan pelayanan, pemeliharaan, pemanfaatan, pengembangan, dan

pengendalian sarana dan prasarana serta fasilitasi di pelabuhan perikanan. Dalam

melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam peraturan Gubernur Nanggroe

Aceh Darussalam nomor 27 tahun 2018 pada ayat (1), Seksi Tata Kelola Sarana

Prasarana dan Pelayanan Usaha menyelenggarakan fungsi:

1) pelaksanaan pengembangan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian

serta pendayagunaan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan

2) pelaksanaan fasilitasi penyuluhan, pengawasan dan pengendalian sumber

daya ikan, perkarantinaan ikan, publikasi hasil penelitian, pemantauan

wilayah pesisir, wisata bahari, pembinaan mutu, pengolahan, dan

pemasaran, serta distribusi hasil perikanan

3) pelayanan jasa, pemanfaatan lahan dan fasilitas usaha

4) pelaksanaan bimbingan teknis tata kelola sarana prasarana dan pelayanan

usaha.

5) pelaksanaan perbengkelan kapal perikanan

6) pelaksanaan penyelenggaraan pelelangan dan pelayanan informasi pasar

7) pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan dan

8) pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan Kepala UPTD.


23

5. Peran PPS Kutaraja Dalam Pendaratan Ikan

Peran PPS kutaraja dalam operasi pendaratan ikan hasil tangkapan

diantaranya yaitu :

1) menyediakan tempat dan fasilitas pendaratan ikan seperti dermaga dan

keranjang sebagai wadah ikan hasil tangkapan.

2) dari jabatan fungsional, bertugas mencatat dan mendata jumlah ikan yang

didaratkan di dermaga PPS kutaraja

3) Seksi kesyahbandaran, menerbitkann surat-surat perlengkapan berlayar bagi

kapal kapal penangkapan ikan yang turun dari dermaga PPS kutaraja.

Menurut data sekunder yang diperoleh pada saat kegiatan magang

berlangsung tidak ada sop mengenai pendaratan ikan hasil tangkapan di

PPS kutaraja, namun menurut hasil pengamatan proses pendaratan ikan

hasil tangkapan di PPS kutaraja belum memadai karena ikan-ikan hasil

tangkapan setelah ditimbang di atas dermaga apabila belum dibeli oleh

konsumen maka ikan tersebut tetap di dermaga dengan wadah keranjang

tanpa penanganan lebih lanjut oleh karena itu banyak ikan hasil tangkapan

yang turun kualitas nya karena terlalu lama mendapatkan penanganan.

6. Peran Pemilik Kapal Dalam Pendaratan Ikan

Pada saat kegiatan pendaratan ikan hasil tangkapan di PPS kutaraja

pemilik kapal selalu mengawasi setiap ikan yang didaratkan dari kapal ke

dermaga dimulai pada saat pengangkutan dari kapal ke dermaga

penyortiran hingga penimbangan, setelah ikan hasil tangkapan di timbang

selanjutnya akan di di atas dermaga ga oleh pemilik kapal atau di bangku


24

yang setelahnya ikan-ikan tersebut menjadi tanggung jawab pembeli atau

pemilik kapal lepas tanggung jawab setelah ikan-ikan tersebut dibeli. pada

umumnya kapal kapal penangkapan ikan yang ada di PPS kutaraja

merupakan milik pribadi toko bangku atau non perusahaan oleh karena itu

aktivitas pendaratan ikan hasil tangkapan hingga tahap penimbangan tetap

dilakukan seperti pada umumnya namun perusahaan mengambil alih ikan

hasil tangkapan yang sudah dibeli setelah ditimbang setelah ikan-ikan

tersebut menjadi hak milik perusahaan maka penanganan ikan-ikan

tersebut akan ditangani sebagai mana sop dari perusahaan yang membeli

ikan tersebut.

4.6. Armada dan Alat Penangkapan Ikan

Armada penangkapan yang dioperasikan oleh di PPS Kutaraja pada

tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 1. Armada penangkapan ikan di PPS

Kutaraja yaitu kapal motor dan perahu motor tempel. Kapal motor (KM)

yang ada di PPS Kutaraja terdiri dari kapal ukuran 6-10 GT, 11-20 GT,

21-30 GT, 31-50 GT, 51-60 GT, 61-100 GT dan 100-150 GT. Sedangkan

perahu motor tempel (PMT) merupakan perahu dengan kategori ukuran

antara 0-5 GT. Jumlah armada penangkapan ikan yang terdaftar di PPS

Kutaraja sebanyak 369 unit, terdiri dari 99,9% KM dan 1% PMT. Jumlah

kapal motor di PPS Kutaraja yaitu ukuran 6-10 GT sebanyak 113 kapal,

11-20 GT sebanyak 31 kapal, 21-30 GT sebanyak 62 kapal, 31-50 GT

sebanyak 76 kapal , ukuran 51-60 GT sebanyak 60 kapal, 61-100 GT

sebanyak 9 kapal dan besar dari 100 GT sebanyak 5 unit kapal. Jumlah

Alat penangkap ikan di PPS Kutaraja pada tahun 2019 yaitu 369 unit yang
25

terdiri dari alat tangkap purse seine sebanyak 299 unit dan alat tangkap

pancing ulur sebanyak 70 unit.

Tabel 1 . Armada kapal dan alat penangkapan ikan di PPS Kutaraja Tahun
2019

Armada Penangkapan Jenis Alat Tangkap ABK


Tahun
Perkategori (Gross Tone) Gill net Pancing Purse Seine

<5 1 Unit - 12 1
3
6-10 1 Unit - 53 60
1
3
2019 11-20 3 Unit - 4 27
1
21-30 6 Unit - 1 61
2
31-50 7 Unit - - 76
6
51-60 6 Unit - - 60
0
61-100 9 Unit - - 9
>100 5 Unit - - 5

Total 369 Unit - 70 299

Sumber: Data sekunder

4.7. Proses Pendataan Hasil Tangkapan Ikan

PPS Kutaraja merupakan salah satu Pelabuhan Perikanan Samudera

(PPS) yang ada di Sumatera setelah PPS Bungus dan PPS belawan.

Sebagai pelabuhan perikanan dengan tipe A, pelabuhan ini akan terus

menerus mengembangkan keakuratan data dengan melakukan pendataan

hasil tangkapan untuk kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPS


26

kutaraja ini setiap harinya.

Pendataan ikan hasil tangkapan oleh pihak UPT PPS Kutaraja

dilakukan di Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan Perikanan Samudera

Kutaraja. Pendataan ini dilakukan setiap hari pada setiap kapal yang akan

melakukan pendaratan hasil tangkapan di PPS Kutaraja. Data yang

dikumpulkan pada saat pendataan meliputi data jenis kapal, alat tangkap,

jenis ikan, jumlah berat ikan hasil tangkapan, serta nilai produksi ikan

hasil tangkapan. Proses pendataan hasil tangkapan ini bertujuan untuk

mengetahui jumlah hasil tangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan

Samudera Kutaraja dengan membandingkan hasil tangkapan ikan tersebut

untuk dijadikan evaluasi oleh pihak Pelabuhan Perikanan Samudera

Kutaraja. Perbandingan data hasil tangkapan yang dilakukan dimaksudkan

untuk menentukan tingkat keakuratan data hasil tangkapan.

Proses pendataan hasil tangkapan yaitu sebagai berikut :

4.7.1. Pembongkaran Ikan

Sebelum kapal melakukan pembongkaran hasil tangkapan, pemilik

kapal atau nahkoda harus melaporkan melaporkan surat – surat dan

dokumen berupa SIPI, SIUP, SLO, SIB dan Surat Laut ke PPS Kutaraja

bagian Tata Operasi Pelabuhan Pelayanan Perizinan terlebih dahulu untuk

melakukan pemeriksaan kapal. Kapal yang digunakan untuk berlayar atau

melaut harus memiliki surat ijin berupa surat ukur kapal, sertifikat (grosse

akta yaitu akta pendaftaran dan balik nama kapal yang dikeluarkan oleh

direktorat jenderal perhubungan laut, pejabat pendaftar dan pencatat balik

nama kapal yang memuat pendaftaran hak milik atas kapal, pengalihan


27

hak milik atas kapal yang telah di daftar, pembebanan hipotek dan hak

kebendaan lainnya atas kapal) yang dikeluarkan oleh bagian tata usaha

Syahbandar PPS Kutaraja.

SIPI yaitu Surat Ijin Penangkapan Ikan, SIUP merupakan Surat Ijin

Usaha Perikanan, dan SLO yaitu Surat Layak Operasi yang di gunakan

apabila kapal akan berlayar maka untuk mendapatkannya harus di

laporkan ke bagian PSDKP (Pengawasan Sumberdaya Kelautan Dan

Perikanan). Setelah itu di keluarkanlah SIB (Surat Ijin Berlayar) oleh

syahbandar perhubungan. SLO dan SIB ini hanya berlaku 1 kali dalam

keberangkatan.

Pembongkaran ikan hasil tangkapan dimulai pada saat ikan dari

dalam palkah diangkat keatas dek kapal menggunakan alat berupa

tangguk. Pembongkaran ini dilakukan oleh para ABK menggunakan

tangguk yang dibantu tenaga kapstan melalui tiang lawang dan tali lawang

untuk mengangkat ikan dari dalam palka, pembongkaran ikan hasil

tangkapan di atas kapal biasanya berlangsung kira-kira dari jam 06.00

hingga jam 13.00 waktu setempat. Setiap kapal umumnya menghabiskan

waktu selama 3 jam setiap melakukan pembongkaran ikan hasil

tangkapannya.

Berikut adalah aktivitas pembongkaran hasil tangkapan diatas kapal dapat kita

lihat pada gambar dibawah ini :


28

Gambar 3 Aktivitas Pembongkaran Hasil Tangkapan

Selanjutnya ke tahap penyortiran yaitu kegiatan yang dilakukan

dengan memisahkan ikan hasil tangkapan berdasarkan jenis, kegiatan ini

biasanya dilakukan diatas kapal apabila saat terik matahari panas maka

penyortiran ini dilakukan diatas dermaga, pada saat kegiatan penyortiran

berlansung, ikan hasil tangkapan dibersihkan dengan menyiram secara

langsung menggunakan air laut dari bawah dermaga. Ikan yang disortir

dimasukkan kedalam keranjang sebagai wadah ikan untuk ditimbang.

Proses penimbangan hasil tangkapan dilakukan oleh ABK langsung

dibawah pengawasan toke bangku atau pemilik kapal yang digunakan

untuk operasi penangkapan, ikan hasil tangkapan ditimbang dengan berat

yang berfariasi sesuai dengan permintaan konsumen dan pada umumnya

berat ikan setiap satu keranjang berkisar antara 30 Kg sampai 40 Kg dan

timbangan yang digunakan untuk menimbang ikan adalah timbangan

duduk 60 Kg.

Kemudian setelah ikan di turunkan (didaratkan di PPS Kutaraja),

nakhoda atau pemilik kapal akan melaporkan hasil tangkapan berupa jenis

ikan yang tertangkap, ukuran ikan, jumlah ikan, kapal yang di gunakan

pada saat penangkapan ikan, harga per kg setiap jenis ikan serta tanggal
29

dan hari di daratkan nya ikan kepada pihak Pelabuhan bagian pendataan

perikanan PPS Kutaraja. Kemudian setelah di lakukannya pemeriksaan

dan pendataan maka di dapatlah data berupa catatan.

Gambar 4 Hasil Tangkapan Ikan

4.8. Volume Produksi dan Jenis Ikan Hasil Tangkapan

Perkembangan volume produksi ikan hasil tangkapan di suatu

pelabuhan perikanan penting untuk dikaji. Hal ini dapat memberikan

informasi bagi para pelaku pelabuhan dalam menyesuaikan kapasitas

fasilitas pelabuhan, informasi bagi pihak industri pengolahan yang

menggunakan bahan baku ikan, serta membantu pihak ilmuawan dalam

mengembangkan tujuan- tujuan lainnya terkait dengan produksi ikan hasil

tangkapan.

Tabel 2. Perkembangan volume produksi ikan hasil tangkapan 2013-2019


5.

No Tahun Produksi (ton) Peningkatan


(%)
1 2013 9.041,39 -
2 2014 8.519,86 -6%
3 2015 12.154,44 43%
30

4 2016 12.579,92 4%
5 2017 13.967,96 11%
6 2018 17.640,44 26%
7 2019 20.031,49 33%
Jumlah 93.935,5
Rata-rata Peningkatan 17%``
Sumber : Data Sekunder

Pada Tabel 2 diatas mempaparkan perkembangan volume produksi

ikan hasil tangkapan PPS Kutaraja selama tujuh tahun (2013-2019).

Tabel 2 menunjukkan bahwa volume produksi ikan hasil

tangkapan PPS Kutaraja pada periode tahun 2013- 2019 cenderung

meningkat dengan rata- rata pertumbuhan volume sebesar 18%. Pada

tahun 2013 jumlah hasil tangkapan sebesar 9.041,38 ton. Namun pada

tahun 2014 mengalami penurunan -6% atau jumlahnya 8.519,86 ton.

Penyebabnya adalah pada tahun 2014 menurut data statistik perikanan,

rata-rata nelayan belum melakukan aktivitas bongkar di Pelabuhan

Perikanan Kutaraja yang baru, sehingga mengalami penurunan produksi.

Sementara itu, volume produksi ikan hasil tangkapan pada tahun 2015

mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 43% atau 12.154,44 ton.

Hal ini dikarenakan terjadi pergerakan pemindahan aktivitas bongkar muat

hasil tangkapan dari pelabuhan lama (PP Lampulo) ke PPS Kutaraja oleh

pihak pengelola dan pemerintah. Selanjutnya pada tahun 2016, 2017,

hingga 2019 volume produksi ikan hasil tangkapan mengalami

perkembangan yang fluktuatif. Volume produksi tahun 2016 mencapai

12.579,92 ton yaitu meningkat mencapai 4%, tahun 2017 mengalami

peningkatan sebesar 11% atau mencapai 13.967,99 ton, tahun 2018

mengalami peningkatan sebesar 26% mencapai 17.640,34 ton dan pada


31

tahun 2019 mengalami peningkatan kembali yaitu 33% atau mencapai

20.031,49 ton. Naik turunnya volume produksi ini kemungkinan pada

tahun tersebut jumlah sumber daya ikan di perairan Aceh mengalami naik-

turun.

Tabel 3. Jenis ikan hasil tangkapan purse seine dan pancing PPS Kutaraja 2019

Jenis ikan
Bulan Cakalang Layang Lisong Krai Jumlah
Madidihang
(ton) (ton) (ton) (ton)
Jan 383,93 118,29 112,33 91 14,05 719,61
Feb 578,14 435,54 103,99 8 101,75 1.3
1 01,
, 19
7
6
Mar 757,85 371,98 140,10 7 40,52 1.3
6 86,
, 63
1
9
Apr 912,13 386,49 161,30 1 89,32 1.7
7 27,
8 94
,
6
9
Mei 637,56 321,10 133,62 9 73,99 1.2
6 62,
, 55
3
2
Jun 385,08 196,45 82,67 3 14,06 708,73
0
,
4
6
Jul 737,66 318,75 236,17 2 63,45 1.3
2 78,
, 15
1
2
Agu 484,79 358,59 156,69 1 20,86 1.0
32

5 36,
, 46
5
1
Sep 213,16 645,23 359,16 4 47,79 1.3
6 11,
, 83
4
8
Okt 868,19 831,20 353,21 3 105,36 2.1
4 92,
, 39
4
1
Nov 730,72 85,58 260,66 3 32,87 1.1
8 47,
, 93
1
0
Des 390,24 22,08 157,22 3 28,28 1.1
1 47,
, 93
3
9
∑ (kg) 7.079,44 4.091,30 2.257,14 7 632,27 15.
4 321
2 ,34
,
4
5
Sumber Data Sekunder: UPTD PP Kutaraja (data diolah kembali)

Volume produksi ikan hasil tangkapan pada tahun 2019 yaitu

mencapai 20.031,49 ton. Jenis ikan hasil tangkapan di PPS Kutaraja

bervariasi (UPTD PP Kutaraja 2020). Namun ada lima jenis ikan hasil

tangkapan yang dominan yaitu, ikan cakalang (Katsuwonus pelamis),

layang (Decapterus), tuna sirip kuning (Tunnus albacares), tongkol lisong

(Auxis rochei), dan tongkol krai (Auxis thazard) (Tabel 3).

Tabel 3 menunjukkan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)

merupakan ikan yang paling dominan didaratkan di PPS Kutaraja pada


33

tahun 2019 mencapai 7.079,45 ton. pada bulan Juni-Juli, ikan cakalang

selalu tertangkap oleh nelayan PPS Kutaraja. Menurut Habib et al. (2019),

suhu permukaan laut Aceh sangat berpengaruh pada penyebaran ikan

cakalang. Oleh karena itu, ikan cakalang banyak didaratkan di PPS

Kutaraja dan merupakan ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.

Selanjutnya jenis ikan yang sering didaratkan di PPS Kutaraja pada tahun 2019

adalah ikan layang (Decapterus) mencapai 4.091,3 ton, tuna sirip kuning (Tunnus

albacares) mencapai 2.257,14 ton, tongkol lisong (Auxis rochei) mencapai 742,45

ton, dan tongkol krai (Auxis thazard) mencapai 632,27 ton. Syahbandar UPTD PP

Kutaraja menyatakan, jenis-jenis ikan ini merupakan ikan bahan utama bagi

industi pengolahan ikan di Aceh dan ikan yang paling diminati adalah ikan tuna

sirip kuning (Tunnus albacares).

Pada bulan April, Juni, dan Oktober terjadi peningkatan yang

fluktuatif, sedangkan pada bulan Juni dan Agustus lima jenis ikan

dominan tersebut mengalami penurunan. Pada bulan April dan Oktober

umumnya produksi ikan hasil tangkapan meningkat karena musim puncak,

sedangkan pada bulan Juli dan Agustus adalah musim paceklik. Fajri et al.

(2018) juga menyatakan, musim puncak dan musim paceklik ini umumnya

dipengaruhi oleh Suhu Permukaan Laut (SPL) dan klorofil yang ada.

4.8.1. Jenis Ikan Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan yang dominan tertangkap di Pelabuhan Perikanan

Samudera Kutaraja antara lain : Ikan Cakalang, ikan tuna sirip kuning,

ikan layang, ikan kambing-kambing, dan ikan tongkol. Alat tangkap

dominan ditangkap dengan menggunakan alat tangkap Purse Seine, rawai,


34

dan Pancing Ulur. Berikut beberapa ikan yang tertangkap di Pelabuhan

Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja :

Gambar Nama Latin/Lokal


NO
1.
Latin : Decepterus
Macarrelus
Indo : Layang Malalugis
Lokal : Dencis

2.
Latin : Rastrellinger
kanagurta
Indo : Kembung
Lokal : Kembung

3.
Latin : Katsuwonus
Pelamis
Indo : Ikan Cakalang
Lokal : Ame-Ame
35

4. Latin : Canthidermis
Maculatus
Indo : Kambing-kambing
Lokal : Leubim

4. Latin : Auxis Thazard


Indo : Tongkol Krai
Lokal : Eungkot Seure

5.
Latin : Thunus Albacores
Indo : Madidihang
Lokal : Tuna Sirip
Kuning

6. Latin : Scomberomorus
Comersoni
Indo : Tenggiri
Lokal : Tenggiri

Gambar 5 Jenis Ikan Hasil Tangkapan


36

4.8.2. Hasil Pendataan Ikan

Hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Kutaraja di catat oleh

Nelayan PPS Kutaraja pada saat pembongkaran ikan dan penimbangan.

Data yang dicatat meliputi jenis kapal, alat tangkap, jenis ikan dan berat

atau jumlah hasil tangkapan ikan yang didaratkan di Dermaga.

Penimbangan ikan di lakukan sesuai dengan jenis ikan yang sama.

kegunaannya mempermudah kita untuk mengetahui jumlah hasil

tangkapan sesuai perjenis ikan yang didapatkan. Adapun data hasil

tangkapan ikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4. Hasil Tangkapan Ikan Bulan 23 Januari- 05 Febuari Tahun 2020

No Tanggal Nama Kapal Jenis Ikan Jumlah Harga/kg


(kg)
1. 23 januari 2020 KM.Hikmah Tongkol 600 kg 12.000/kg
Fajar/60 GT Cakalang 1400 kg 15.000/kg
Layang 600 kg 13.000/kg
KM.OenMulin Cakalang 1750 kg 15.000/kg
g/55 GT Tongkol 1000 kg 12.000/kg
Layang 1250 kg 13.000/kg
Sunglir 750 kg 12.000/kg
2. 25 Januari 2020 KM.Kakap Cakalang 12000 kg 15.000/kg
Baru 01/98GT Tongkol 8.400 kg 12.000/kg
Tuna 6.600 kg 15.000/kg
Layang 3000 kg 13.000/kg
KM.Bintang Layang 500 kg 13.000/kg
Kala/24GT Jenara 100 kg 10.000/kg
Cumi- 200 kg 35.000/kg
cumi
KM.Aulia/46G Cakalang 5700 kg 15.000/kg
T Tongkol 4500 kg 12.000/kg
Tuna 3000 kg 14.000/kg
Layang 1800 kg 13.000/kg
3. 27 Januari 2020 KM. Cam Cakalang 700 kg 15.000.kg
Alaot Layang 740 kg 13.000/kg
Calang/53GT Cumi- 560 kg 35.000/kg
37

cumi
KM.Rahmad Kembung 200 kg 12.000/kg
Riski01/23GT Layang 1000 kg 13.000/kg
Cumi- 800 kg 35.000/kg
cumi
KM.Hikmah Cakalang 3600 kg 15.000/kg
Permata/86GT Layang 900 kg 13.000/kg
Tuna 2700 kg 14.000/kg
Tongkol 1800 kg 12.000/kg
4. 28 Januari 2020 KM.Mitra Cakalang 2500 kg 15.000/kg
Sejati/80GT Tongkol 500 kg 10.000/kg
Layang 1500kg 13.000/kg
KM.Aneuk Dencis 300 kg 8.000/kg
Laot/57GT Layang 700 kg 13.000/kg
5. 29 Januari 2020 KM.Aqila/18G Layang 1000 kg 13.000/kg
T Kembung 1000 kg 12.000/kg
KM.Fakta Tongkol 2600 kg 12.000/kg
Baru/57GT Layang 1400 kg 13.000/kg
KM.Jaya Cakalang 3500 kg 15.000/kg
Super Layang 1000 kg 13.000/kg
Baru/57GT Tongkol 2000 kg 12.000/kg
Kembung 500 kg 10.000/kg
KM.Barona Cakalang 10.000kg 15.000/kg
Jaya/60GT Tongkol 8.750 kg 12.000/kg
Tuna 6.250 kg 14.000/kg
KM.Senangin Layang 1500 kg 13.000/kg
5/30GT Sumbo 1500 kg 8.000/kg
6. 30 Januari 2020 KM. Kakap Tongkol 3000 kg 12.000/kg
Jasa Laut
I/27GT
KM. Layang 800 kg 13.000/kg
QQC/18GT Kembung 700 kg 10.000/kg
Cumi- 500 kg 35.000/kg
cumi
KM.Fornia/48 Tongkol 4300 kg 12.000/kg
GT NO Layang 700 kg 13.000/kg
277/QQC
KM.Rahmad Layang 1500 kg 13.000/kg
Rizki I/23GT Cumi- 500 kg 35.000/kg
cumi
KM.Natuah/20 Alu-alu 50 kg 15.000/kg
GT Selar 250 kg 15.000/kg
Cumi- 20 kg 35.000/kg
cumi 180 kg 30.000/kg
38

Kakao
KM. Pulo Talang 200 kg 10.000/kg
Indah/ 14GT
7. 1 Februari 2020 KM.Rezeki Cakalang 4800 kg 15.000/kg
Kita/32GT Tongkol 2400 kg 10.000/kg
Layang 800 kg 13.000/kg
KM.Fajar Cakalang 700 kg 15.000/kg
Bahagia/6GT Selar 100 kg 15.000/kg
Tuna 800 kg 12.000/kg
Layang 500 kg 13.000/kg
KM.Cahaya Kembung 70 kg 10.000/kg
Suci/6GT Layang 90 kg 13.000/kg
Cumi- 40 kg 35.000/kg
cumi
KM.Carita/59G Cakalang 2.800 kg 15.000/kg
T Kembung 175 kg 10.000/kg
Tuna 2.625 kg 12.000/kg
Tongkol 1.400 kg 12.000/kg
KM.Abidin Cakalang 5.200 kg 15.000/kg
Grup/56GT Layang 2000 kg 13.000/kg
Sarden 800 kg 13.000/kg
KM.Exlusif Cakalang 5000 kg 15.000/kg
Star/57GT Tongkol 4000 kg 10.000/kg
Layang 1000 kg 13.000/kg
KM.Putra Cakalang 2.000 kg 15.000/kg
Pijay/39GT Tongkol 1.750 kg 12.000/kg
Tuna 1.000 kg 12.000/kg
Layang 250 kg 13.000/kg
KM.Kakap Cakalang 3.000 kg 15.000/kg
Baru/55GT Tongkol 6.240 kg 12.000/kg
Tuna 1.800 kg 12.000/kg
Layang 960 kg 13.000/kg
8. 3 Februari 2020 KM.Pan Cakalang 3.000 kg 15.000/kg
glima Layang 1.850 kg 13.000/kg
Muda/59 Kambing- 150 kg 40.000/kg
GT
Kambing
KM.Bintang Cakalang 11.2 15.000/kg
Barat I/59GT Tuna 50 12.000/kg
Layang kg 13.000/kg
7.50
0 kg
6.25
0 kg
39

KM.Aqila/18G Layang 1.000 kg 13.000/kg


T
KM.Novira Cakalang 2.500 kg 15.000/kg
Abadi/57GT Tongkol 1.500 kg 12.000/kg
Tuna 1.000 kg 12.000/kg
KM.Naza/60G Cakalang 2.400 kg 15.000/kg
T Tongkol 1.500 kg 12.000/kg
Tuna 1.100 kg 12.000/kg
KM.Nusantara Cakalang 3.600 kg 15.000/kg
Jaya/41GT Tongkol 2.000 kg 12.000/kg
Tuna 2.4 00 kg 12.000/kg

KM.Meutuah Cakalang 7.950 kg 15.000/kg


kembar/77GT Tongkol 4.800 kg 12.000/kg
Tuna 2.250 kg 12.000/kg
KM.Anak Laut Cakalang 2.000 kg 15.000/kg
II/57GT Tongkol 2.000 kg 12.000/kg
Tuna 1.000 kg 12.000/kg
9. 4 Februari 2020 KM. Kambia Cakalang 5.700 kg 15.000/kg
/49GT Tongkol 4.500 kg 12.000/kg
Tuna 1.500 kg 12.000/kg
Layang 3.300 kg 13.000/kg
KM.LaskarMi Cakalang 2.000 kg 15.000/kg
naHayati/45G Tongkol 1.500 kg 12.000/kg
T Tuna 1.000 kg 12.000/kg
Layang 500 kg 13.000/kg
KM.Arjuna Cakalang 7.000 kg 15.000/kg
Asia/131GT Tongkol 9.000 kg 12.000/kg
Tuna 3.000 kg 12.000/kg
Layang 1.000 kg 13.000/kg
KM.Rahmad Cakalang 4.200 kg 15.000/kg
Nelayan/37GT Tongkol 3.360 kg 12.000/kg
Tuna 3.000 kg 12.000/kg
Layang 1.440 kg 13.000/kg
KM.AnakJenar Layang 1.000 kg 13.000/kg
a/30GT
10. 5 Februari 2020 KM.Cahaya Layang 640 kg 13.000/kg
Suci/ 6GT Lemuru 160 kg 13.000/kg
KM.Sinar Laut Cakalang 1.200 kg 12.000/kg
Tongkol 1500 kg 12.000/kg
KM.Putra Cakalang 4.500 kg 15.000/kg
Jaya/110GT/P Tuna 1.700 kg 12.000/kg
S Tongkol 3.800 kg 12.000/kg
KM.Kakap Cakalang 3.000 kg 15.000/kg
40

Merah/60GT/P Tuna 100 kg 12.000/kg


S Layang 900 kg 13.000/kg
Sumber Data Primer PPS Kutaraja

Target utama hasil tangkapan yang di daratkan di PPS Kutaraja

dengan menggunakan Kapal Purse Seine (pukat cincin) adalah ikan

pelagis besar dan ikan pelagis kecil. Hasil tangkapan yang diperoleh alat

tangkap pukat cincin selama bulan januari-februari 2020 dapat dilihat pada

tabel 4. Dimana selama melakukan praktek magang ada lima jenis ikan

hasil tangkapan yang dominan yaitu, ikan cakalang (Katsuwonus pelamis),

layang (Decapterus russelli), tuna sirip kuning (Tunnus albacares),

tongkol lisong (Euthynnus affinis).

Menurut hasil magang yang saya lakukan di PPS Kutaraja

menunjukkan Ikan yang Paling dominan didaratkan di PPS Kutaraja

adalah Ikan Cakalang. Musim penangkapan ikan cakalang terdapat pada

bulan Januari – April dan bulan Juni – September, jadi dalam satu tahun

ada dua kali musim penangkapan ikan cakalang.

Distribusi ikan di laut sangat ditentukan sangat ditentukan oleh berbagai

faktor, baik faktor internal dari ikan itu sendiri maupun faktor eksternal dari

lingkungan. Faktor lingkungan yaitu berupa parameter oseanografi seperti suhu,

salinitas, densitas, oksigen terlarut dan kelimpahan makanan. Faktor internal yang

di maksud adalah kekuatan mesin, kondisi alat tangkap dan jumlah ABK.

Hasil tangkapan ikan per trip memiliki jumlah yang berfluktuatif yang

artinya jumlah hasil tangkapan setiap trip selalu berubah-ubah tergantung dari

faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi operasi penangkapan. Jumlah

hasil tangkapan dalam satu trip penangkapan sangat dipengaruhi oleh gerombolan
41

ikan. Jika ikan banyak maka hasil tangkapan juga akan semakin banyak.

Gerombolan ikan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesuburan perairan tersebut.

Jika perairan subur (terdapat banyak fitoplankton) maka ikan-ikan akan banyak

terdapat dikawasan tersebut sehingga akan meningkatkan hasil tangkapan.

Hasil-

hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Kutaraja tidak hanya dipasarkan di

wilayah lokal namun juga diangkut ke luar kota bahkan keluar negeri

untuk di ekspor. Hal ini pasti akan membutuhkan penanganan yang lebih

baik u ntuk ikan-ikan yang akan di ekspor ke luar daerah dari pada ikan-

ikan yang hanya dipasarkan di daerah tersebut. Biasanya ikan-ikan hasil

tangkapan yang akan di distibusikan keluar daerah atau negara diangkat

menggunakan alat transportasi laut, serta digunakan pula container yang

dilengkapi pendingin untuk menjaga mutu ikan. Ikan-ikan yang akan di

ekspor terlebih dahulu di masukkan ke dalam coldstorage.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil magang dapat kita simpulkan bahwa ada lima jenis ikan

hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Kutaraja yaitu dominan ikan Cakalang

(Katsuwonus pelamis), layang (Decapterus russelli), tuna sirip kuning (Tunnus

albacares), tongkol lisong (Euthynnus affinis)

Jenis ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Kutaraja merupakan

jenis ikan dominan yang bertujuan untuk ekspor, oleh karena itu investor sudah

mulai berdatangan untuk melakukan investasi di Pelabuhan Perikanan

Samudera (PPS) Kutaraja. Hal ini mengakibatkan Pemerintah Aceh

menetapkan PPS Kutaraja sebagai salah satu pusat perekonomian Aceh

Jumlah kapal motor di PPS Kutaraja yaitu ukuran 6-10 GT sebanyak 113

kapal, 11-20 GT sebanyak 31 kapal, 21-30 GT sebanyak 62 kapal, 31-50 GT

sebanyak 76 kapal , ukuran 51-60 GT sebanyak 60 kapal, 61-100 GT sebanyak 9

kapal dan besar dari 100 GT sebanyak 5 unit kapal. Jumlah Alat penangkap ikan

di PPS Kutaraja pada tahun 2019 yaitu 369 unit yang terdiri dari alat tangkap

purse seine sebanyak 299 unit dan alat tangkap pancing ulur sebanyak 70 unit.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil praktek magang disarankan agar pihak PPS dapat

memberikan himbauan dan arahan kepada seluruh masyarakat yang ada di

kawasan PPS Kutaraja agar dapat menjaga kebersihan lingkungan di sekitaran

pelabuhan agar proses pendaratan ikan hasil tangkapan maupun kegiatan lainnya

didalam kawasan PPS lebih terjaga kebersihannya.


DAFTAR PUSTAKA

Ayodya .1975. Desain Alat Penangkapan Ikan. Bogor: Yayasan Dewi sri.

Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh. 2016. Profil Pelabuhan Perikanan Lampulo
di https://dkp.acehprov.go.id (di akses 20 april 2020).

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2009. Peraturan Menteri Kelautan


dan Perikanan Nomor PER. 45/MEN/2009 tentang Perikanan. Jakarta
(ID): Biro Hukum KKP.

Fajri I, Mustarrudin, Baskoro MS. 2018. Pengaruh Faktor Teknis dan


Lingkungan terhadap Kinerja Perikanan Purse Seine di Perairan
Lampulo Provinsi Aceh. Albacore. 2(2): 135-144.

Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam. 2009. Peraturan Gubernur No. 27 Tahun


2009 tentang susunan dan tata kerja unit pelaksana teknis dinas pada
dinas kelautan dan perikanan provinsi NAD. Berita Daerah Aceh Tahun
2018, No.72 Sekretaris Daerah Aceh, Banda Aceh.

Habib MEY, Nofrizal, Mubarak. 2019. Sebaran SPL Kaitannya dengan Hasil
Tangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Aceh.
Marine Fisheries. 10(1): 11-22.

Lubis,E.2000. Pengantar Pelabuhan Perikanan Laboratorium Pelabuhan


Perikanan Jurusan Perikanan Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 72 hal.

Lubis,E. 2012. Pelabuhan Perikanan. Bogor (ID) : IPB Pr.

Murdiyanto,B.2003. Pelabuhan Perikanan : Fungsi, Fasilitas, Panduan,


Operasional, Antrian Kapal. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Peraturan Pemerintahan Nomor 15 Tahun 1984. tentang pengelolaan


sumberdaya hayati di ZEE Indonesia.
Pane,A.B.2017. Bahan Kuliah. Analisis Hasil Tangkapan. Jurusan Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor (ID).

Tampubolon.2010. Pengelompokan Jenis Ikan. Bogor. Ghalia Indonesia.

Ronald M.Hutauruk dan Pareng Rengi. Penanganan Pendaratan Hasil


Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus Provinsi
Sumatera Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan.2(22): 57-64.

Setiawan, 2014. Pelabuhan Perikanan Samudera di Banda Aceh. [Tesis]. Banda


Aceh: Universitas Syiah Kuala.

Syaputra F, Pane AB, Lubis E, Iskandar BH. 2015. Kebutuhan Fasilitas Pokok
Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo 15 Tahun Mendatang. Marine
Fisheries. 6(1): 33-43.

Syahbandar Perikanan PPS Lampulo. 2019. Data Jumlah Armada Penangkapan


di PPS Lampulo dari Tahun 2012 sampai 2016. Lampulo: Syahbandar
Perikanan PPS Lampulo.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi Magang

A. Koordinat

- Lintang : 05° 35' 08" LU

- Bujur : : 95° 19' 10" BT

B. Peta :
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan

Wawancara Dengan Nelayan PPS Kutaraja

Proses Pembongkaran Hasil Tangkapan


Proses Penyortiran Hasil Tangkapan

Pengangkutan Hasil Tangkapan


Foto bersama serta Penyerahan Kenang-kenangan kepada Kepala UPTD PPS
Kutaraja

Anda mungkin juga menyukai