Disusun Oleh:
Nama : ABD.KHALIK
Nim : 16270421002
Kelas : 01/A
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat dan hidayah-Nya sehingga laporan pfield trip ini yang membahas tentang budidaya
udang vannamei dapat terselesaikan. Penulisan laporan field trip ini bertujuan untuk memenuhi
tugas dari Teknologi Budidaya Perairan . Selain itu juga sebagai hasil dalam kegiatan field trip
yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Dalam penyelesaian laporan field trip ini, penulis banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari segala
pihak, akhirnya laporan field trip ini dapat terselesaikan walaupun masih banyak terdapat
kekurangan. Karena itu, sudah sepantasnya jika penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan field trip ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB III METODOLOGI
A. Waktu dan Lokasi Field Trip
B. Jenis Data
BAB III KONDISI UMUM LOKASI FIELD TRIP
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Udang Vannamei (Litopaneus vannamei)
1. Klasifikasi Dan Morfologi Udang Vannamei (Litopaneus Vannamei)
2. Habitat Dan Daur Hidup Udang Vannamei (Litopaneus Vannamei)
3. Pakan Dan Kebiasaan Makan Udang Vannamei (Litopaneus Vannamei)
B. Langkah Budidaya Udang Vannamei (Litopaneus vannamei)
1. Persiapan Tambak
2. Pengolahan Air
3. Pemupukan
4. Penebaran Benur
5. Pemberian Pakan
6. Pemasangan Anco
7. Pengolahan Kualitas Air
8. Pemanenan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli perairan
Amerika Latin. Udang ini dibudidayakan mulai dari pantai barat Meksiko kea rah
selatan hingga daerah Peru. Beberapa petambak di Indonesia mulai mencoba
membudidayakan udang vannamei, karena hasil yang di dapat sangat sangat luar biasa
apalagi produksi udang windu yang saat ini sedang mengalami penurunan karena
serangan penyakit, terutama penyakit bercak putih (white spot syndrome virus). Pada
tahun 1999, berapa petambak di Indonesia mulai mencoba membudidayakan udang
vannamei. Produksi yang dicapai saat itu sangat luar biasa, kehadiran udang vannamei
ini diakui sebagai penyelamat dunia.
Dengan semakin banyaknya petambak udang vannamei maka diperlukan
prosedur dan proses budidaya yang benar bagi para hatchery baik dari guna memenuhi
permintaan para petambak khususnya petambak udang vannamei. Dengan demikian
diharapkan produktivitas udang vannamei dapat diangkat .
Untuk melaksanakan usaha perikanan budidaya yang berkelanjutan, maka
penerapan tatacara budidaya yang bertanggung jawab harus dimulai dari kegiatan
pembenihan sampai dengan pembesarannya. Benih yang bermutu yakni dicirikan
antara lain : pertumbuhan cepat, ukuran seragam sintasan tinggi,adaptif terhadap
lingkungan pembesaran, bebas parasit dan tahan terhadap penyakit, efisien dalam
menggunakan pakan serta tidak mengandung residu bahan kimia dan obat-obatan yang
dapat merugikan manusia dan lingkungan. Agar dihasilkan benih yang bermutu, maka
dalam kegiatan usaha pembenihan harus mendapatkan teknik pembenihan sesuai
dengan standard an prosedur pembenihan yang baik.untuk itu perlu adanya Cara
Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) yang dapat digunakan sebagai acuan para pelaku
usaha pembenihan udang dalam menghasilkan benih yang bermutu.
Dari uraian diatas kami melakukan Field trip ke dua lokasi yang berbeda tetapi,
sama-sama melakukan kegiatan atau usaha budidaya udang Vannamei. Lokasi field trip
tersebut adalah pertama, di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar yang berada di
desa Mappakalompo kecamatan Galesong kabupaten Takalar. Kedua, di PT. Agro
Nusantara Halid (ANH) yang berada di kelurahan Tana Lemo kecamatan Bontobahari
kabupaten Bulukumba. Dari field trip ini kami berharap mendapatkan informasi dan
pengetahuan lebih mengenai teknik atau cara budidaya udang Vannamei yang tidak
semua orang mengetahuinya.
B. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari kegiatan pelaksanaan field trip ini antara lain
sebagai berikut :
1. Mengetahui teknik atau cara budidaya udang Vannamei (Litopeneus Vannamei)
2. Menambah wawasan dan pengetahuan kami tentang budidaya udang Vannamei
yang belum kami dapatkan di bangku perkuliahan
3. Mendapatkan keterampilan teknis dalam budidaya udang Vannamei
4. Mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama kegiatan
field trip yang dapat diterapkan di kemudian hari
BAB II
METODOLOGI
2. Lokasi
Kegiatan Field trip mengenai Teknologi Budidaya Perairan di laksanakan di dua
lokasi yaitu :
a. Lokasi pertama, Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar yang berada di desa
Mappakalompo kecamatan Galesong kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
b. Lokasi kedua, PT. Agro Nusantara Halid (ANH) yang berada di kelurahan Tana
Lemo kecamatan Bontobahari kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
B. Jenis Data
...... Terdapat dua jenis data yang diperoleh dari lokasi fild trip baik itu di Balai Budidaya
Air Payau (BBAP) Takalar maupun di PT. Agro Nusantara Halid (ANH) Bulukumba
yaitu:
1. Data Primer
a. Jenis ikan atau udang yang dibudidayakan
........ Untuk jenis ikan atau udang yang di budidayakan dari kedua lokasi field trip
tersebut diketahui bahwa untuk Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar banyak
membudidayakan jenis ikan dan udang. Jenis ikan dan udang yang dibudidayakan
di tempat tersebut anatara lain seperti ikan bandeng, ikan kerapu, kepiting
rajungan, ikan nila di tambak payau, rumput laut lawi-lawi dan udang. Sementara,
untuk lokasi field trip yang kedua yaitu di PT. Agro Nusantara Halid (ANH)
Bulukumba hanya fokus membudidayakan satu jenis biota yaitu ditempat tersebut
hanya membudidayakan udang vannamei.
b. Wilayah pengelolaan budidaya
2. Data Sekunder
a. Keadaan tempat budidaya
b. Fasilitas tempat budidaya
........ Fasilitas yang ada ditempat budidaya yakni di lokasi field trip pertama yaitu
di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar di tempat ini fasilitas budidaya sudah
lengkap mulai dari laboratorium uji, alat sterilisasi pada air pembenihan (lampu
ultraviolet), alat pendeteksi penyakit ikan dan udang metode PCR (Polymerase
Chain Reaction), kincir berangkai tenaga LPG, alat produksi bibit rumput laut
dengan metode kultur jaringan, kolam penetasan telur ikan, kolam pemeliharaan
larva atauu benih dan induk ikan, kolam pemebesaran ikan, kolam pembesaran
udang serta alat produksi pakan. Sementara, untuk di lokasi kedua yaitu di PT.
Agro Nusantara Halid (ANH) fasilitas budidaya yang ada belum selengkap fasilitas
yang ada di lokasi field trip pertama. Di lokasi ini fasilitas yang ada seperti tempat
penyimpanan pakan dan tempat budidaya udang itu sendiri. Fasilitas yang ada
ditempat ini masih terbilang sedikit karena dilokasi ini hanya fokus ke budidaya
udang vannamei atau ke pembesaran hingga panen. Berbeda dengan lokasi
pertama, dimana di lokasi pertama selain memlakukan pembesaran juga
melakukan prodiksi bibit atau benih sampai pembesaran dan serta produksi pakan.
BAB III
KONDISI UMUM LOKASI FIELD TRIP
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
...... Udang Vannamei termasuk crustacea, ordo decapoda seperti halnya udang
lainnya, lobster dan kepiting. Dengan kata lain decapoda dicirikan mempunyai 10
kaki, carapace berkembang baik menutup seluruh kepala. Udang paneid berbeda
dengan decapoda lainnya. Dimana perkembangan larva dimulai dari stadia nauplis
dan betina menyimpan telur didalan tubuhnya (Ditjenkan, 2006). Udang vaname
termasuk genus penaeus dicirikan oleh adanya gigi pada rostrum bagian atas dan
bawah, mempunyai dua gigi dibagian ventral dari rostrum dan gigi 8-9 di bagian
dorsal serta mempunyai antena panjang (Elovaara, 2001).
2. Pengolahan Air
a. Pengisian Air
Pengisian air kedalam areal tambak dilakukan setelah persiapan tambak
selesai. Pengisian air ke dalaman tambak mengalami filtrasi. Air bersumber dari
laut masuk ke dalam tandon pertama yang ditanami pohon mangrove, berfungsi
sebagai filtrasi biologis. Kemudian air dialirkan ketandon, yang keduan yaitu
kolam show window. Disana terdapat ikan nila dan ikan bandeng sebagai pemakan
organisme yang lebih kecil, misalnya rebon. Dari kolam show window air
kemudian di alirkan kedalam inlet yang di tanami rumput laut sebagai filtrasi
biologi. Dari inlet air masuk kedalam tambak menggunakan mesin pompa air.
Selain sumber dari air laut, budidaya udang vannamei juga menggunakan sumber
air tawar untuk menyeimbangkan salinitas di dalam tambak. Sumber air tawar
diperoleh dari mesin pompa air yang dipasang dekat dengan tambak udang
vannamei. Pengisian air tawar dalam tambak dilakukan apabila salinitas
dipertahankan dalam budidaya udang adalah 5 – 8 ppt.
b. Pemasangan Kincir
Fungsi dari kincir adalah sebagai penghasilan oksigen. Mencampur air saat
penambahan air ataupun saat hujan turun sehingga tidak terjadistratifikasi salinitas.
Pada tambak pemeliharaan jenis kincir yang di gunakan adalah kincir tunggal yang
digerakan secara elektrik. Kincir tunggal ini dapat mengsuplay oksigen hingga 250
biomas udang. Jumlah kincir pada setiap kolamnya berbeda – beda karena
berpengaruh pada padat tebar udang. Untuk setiap kolam minimal diberi kincir 4
buah tergantung luas kolam dan padat tebar udang vannamei. Kincir berfungsi
untuk stabilitas suhu air pengumpul kotoran di dasar tambak.
c. Pemberantasan Hama
Di bawah ini adalah nama – nama hama atau predator yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup udang vannamei sehingga dapat merugikan para
pengelola tambak:
1) Hama, seperti kepiting bakau dan ular kadut
2) Predator, seperti ikan nila dan ular kadut
3) Kompetitor, seperti kepting, ikan bandeng dan udang liar
3. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menyediakan nutrisi dengan menumbuhkan
phytoplankton bagi benur selama dibudidayakan. Pupuk yang digunakan untuk
budidaya udang vannamei di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar dan di PT.
Agro Nusantara Halid (ANH) Bulukumba menggunakan pupuk urea dan TSP.
4. Penebaran Benur
a. Pemilihan Benur
Kualitas benur memiliki peranan penting pada keberhasilan budidaya udang
vannamei, karena akan menentukan kualitas udang setelah di panen. Benur tersebut
harus bebas dari phatogen atau spesifik pathogen free (SPF). Kriteria benur
berkualitas dapat diketahui dengan melakukan observasi berdasarkan pengujian
visual microscopic, dan ketahanan benur. Adapun kriteria benur yang baik untuk
ditebar adalah :
1) Gerakan aktif
2) Ukuran seragam PL 12 dengan panjang 1 cm
3) Benur menyebar, tidak bergerombol pada satu tempat
4) Pada air yang mengalir, benur berenang melawan arus dan berenang aktif
5) Warna kaki dan kulit relative bersih dan transparan sedangkan punggung tidak
keputihan atau kemerahan
6) Tubuh normal dan tidak ada organ cacat
7) Ekor terbuka lebar
5. Pemberian Pakan
Jumlah pakan yang akan di berikan untuk benur berumur 1 – 8 hari dengan padat
tebar 60.000 adalah 1 kg. di berikan 2 kali sehari yaitu pada pukul 06:00 WIB dan
pukul 18:00 WIB. Pada hari ke-9 sampai 18 jumlah pakan di tingakatkan menjadi 1,5
kg dengan 3 kali pemberian pakan. Frekuensi pemberian pakan pada udang yang
berukuran kecil relative sedikit karena masih mengandalkan pakan alami. Setelah
terbiasa dengan pakan buatan berbentuk pellet, frekuensi pemmberian pakan di tambah
4 – 5 kali. Ketika udang berumur 19 – 25 hari pakan mulai di tambah sebanyak 3 – 2
kg dan di berikan 4 kali sehari yaitu pada pukul 06:00, 11:00, 16:00, 20:00 WIB.
Hingga umur 81 hari frekuensi pemberian pakan menjadi 4 kali sehari. Pemberian
pakan pada udang vannamei dengan menggunakan control anco. Apabila pada saat
control sebelumnya pakan yang di berikan habis, maka pemberian pakan selanjutya di
tambah sebanyak 0,5 kg. sedangkan apabila control sebelumnya pakan yang di berikan
masih ada maka jumlah pemberian pakan ditambah. Dalam pemberian pakan
dilakukan penambahan VIT.C sebanyak 0,5 gr/kg pakan. Dan diberi Omega Protein.
Penggunaan Vit.C dan Omega Protein dilarutkan dengan probiotik sebanyak 50 ml
kemudian dicampur kedalam pakan yang akan diberikan kepada udang.
6. Pemasangan Anco
Anco adalah jenis jaring yang berbentuk bujur sangkar atau lingkaran yang
dipasang hingga kedaaman 10 – 20 cm dari dasar tambak. Prinsip pemakaian anco
yaitu jumlah pakan yang ditebar kedalam anco lebioh sedikit di bandingkan jumlah
pakan yang ditebar ke dalam tambak. Setiap kali, pemberian pakan 2 – 4 % dari jumlah
total pakan yang ditebar harus di masukan kedalam anco. Hal tersebut merupakan
tindakan control terhadap aktivitas makan udang. Dua jam kemudian anco dapat di
angkat dan amati sisa pakan yang ada.
a. Suhu Air
Suhu merupakan salah satu factor penentu bagi kehidupan udang. Kisaran suhu air
tambak yang baik untuk vannamei adalah 26 – 300C. Salah satu sifat udang adalah
poiciothermal yaitu tidak dapat mempertahankan suhu tubuhnya dan sangat
tergantung pada suhu perairan. Perubahan/ fluktuasi suhu air sangat berpengaruh
lengsung terhadap proses metabolism di dalam tubuh udang. Jika suhu air rendah
maka nafsu makan udang menurun dan jika suhu air tinggi nafsu makan udang
meningkat. Untuk mengukur suhu air di tambak menggunakan alat PH-
meter.(Haliman dan Adijaya, 2005)
b. Derajat Keasaman (pH)
Untuk udamg vannamei kisaran pH yang optimum adalah 7,5 – 8,5. Bila pH air
terlalu rendah atau sering rendah, maka lapisan kapur di kulit udang akan terserap
secara internal (Haliman, Trubus, feb 2004). Pada kondisi ini udang akan stress,
laju konsumsi oksigen meningkat, daya tahan tubuh menurun insangnya rusak.
Kestabilan pH pada kisaran normal sangat mendukung kehidupan dan
pertumbuhan. Faktor – faktor yang mempengaruhi pH adalah total alkalinitas dan
phytoplankton. Pengukuran nilai pH di lakukan dengan menggunakan alat pH-
meter.
c. Salinitas
Dibanding udang lain, udang vannamei menyukai air media budidaya dengan
salinitas atau kadar garam lebih rendah, yaitu berkisar antara 10 – 35 ‰.
Pertumbuhan yang baik (optimal) di peroleh pada kisaran alinitas 15 – 20 ‰.
Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan alat
refractometer.penggunaannya yaittu dengan dikalibrasi terlebih dahulu dengan
aquadest sampai salinitas menunjukan nilai 0, kemudian air tambak dipipet dan
dilihat serta di catat nilainya.
d. Pemberian Probiotik dan Fermentasi
Pemberian probiotik dan fermentasi bertujuan untuk menjaga kestabilan kualitas
air, sehingga virus dan bakteri tidak mudah berkembang biak dan menginfeksi
udang vannamei. Probiotik yang digunakan adalah bacillus sp sebanyak 40 liter
mulai dari hari ke 2 setelah penebaran benur hingga hari ke 120 sedangakan
fermentasi dedak sebanyak 40 liter diberikan sejak udang berumur 30 hari.
Pemberian fermentasi dedak dan probiotik dilakukan pada siang hari karena bakteri
bekerja optimal pada suhu yang lebih tinggi. Adapun pembuatan probiotik dengan
aplikasi peemberian molase secara aerob adalah:
1) Drum penyimpanan diisi air sebanyak 100 liter
2) Probiotik bacillus sp. sebanyak 1 kg, molase 1 kg dan gula putih 1 kg dimasukan
ke dalam drum kemudian diaduk hingga merata
3) Drum tersebut ditutup dan diberi aerasi, lalu di diamkan selama 24 jam
4) Setelah 24 jam probiotik dapat dimasukan dalam tambak dengan dosis 40
liter/hari
8. Pemanenan
a. Panen Persial
Panen persial yaitu panen yang dilakukan hanya sebagian. Panen persial pada saat
udang sudah berumur 60 – 80 hari. Tujuan dari panen persial yaitu untuk
mengurangi kepadatan udang yang ada di kolam. Adapun alat dan bahan yang
digunakan dalam proses panen persial :
1) Jala
2) Timbangan
3) Bak fiber
4) Drum/blong untuk wadah udang
5) Air tawar
6) Es balok
7) Pakan udang
b. Panen Total
Panen total yaitu panen yang dilakukan secara keseluruhan. Pada udang yang sudah
berumur 120 hari. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses panen total
adalah :
1) Jala lampung
2) Sudu (segitiga)
3) Badut (krakat)
4) Blong
5) Timbangan
6) Pompa air
7) Caduk
8) Paralon untuk mengalirkan air yang disedot
9) Es batu
10) Bambu
11) Air tawar
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan field trip ini adalah :
1. Budidaya udang vannamei adalah salah usaha budidaya yang sangat
menguntungkan karena kehadiran udang vannamei diakui sebagai penyelamat
dunia. Dalam budidaya udang vannamei hal paling penting yang diperhatikan
adalah selalu melakukan pengecekan kualitas air karena kualitas air sangat
berpengaruh terhadap budidaya udang vannamei. Sealin, pengecekan kualitas air ,
hal yang harus diperhatikan adalah pemberian pakan yang harus sesuai dengan
kebutuhan udang, karena pemberian pakan akan memicu pertumbuhan dan
perkembangan udang vannamei.
2. Langkah-langkah dalam budidaya udang vannamei meliputi beberapa aspek antara
lain sebagi berikut :
a. Persiapan tambak
b. Pengolahan air
c. Pemupukan
d. Penebaran benur
e. Pemberian pakan
f. Pemasangan anco
g. Pengolahan kualitas air
h. Pemanenan
B. Saran
......... Saran yang dapat saya berikan adalah semoga dalam kegiatan field trip
selanjutnya dapat dipersiapkan atau dilaksanakan tidak hanya dalam sau kali perjalanan
apalagi lokasi field tripnya lebih dari satu lokasi. Selain itu, waktu kunjungan dilokasi
field trip mungkin bisa ditambah agar kami saat mencari informasi tidak terlalu terburu-
buru.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjenkan. 2006. Budidaya Udang Vannamei.
Elovaara. 2001. Habitat Udang Vannamei. Surabaya: Kanisius.
Haliman, R.W. Adijaya, D. 2005. Udang Vannamei. Jakarta : Penebar Swadaya.
Wayban. Sweeney. 1991. Cara Melakukan Budidaya Udang Vannamei. Bandung: PT Citra
Aditya Bakti.
LAMPIRAN