Anda di halaman 1dari 35

STUDI PENANGANAN LIMBAH

DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) KENDARI


SULAWESI TENGGARA

SKRIPSI

Oleh:

SRI WAHYUNI
1622080458

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN


JURUSAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2020
STUDI PENANGANAN LIMBAH
DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) KENDARI
SULAWESI TENGGARA

SKRIPSI

Oleh:

SRI WAHYUNI
1622080458

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN


JURUSAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2020

i
ii
iii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Sri Wahyuni

NIM 1622080458

Program Studi : Pengelolaan Pelabuhan Perikanan

Jurusan : Teknologi Penangkapan Ikan

Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir dengan judul “Studi

Penanganan Limbah Di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari Sulawesi

Tenggara” adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

Pangkep, Agustus 2020

Yang Menyatakan,

SRI WAHYUNI

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang senang tiasa memberikan

nikmatnya kepada kita semua terkhusus bagi penulis sehingga dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Ucapan terima kasih penulis hanturkan kepada seluruh elemen yang ikut

serta selama saya menempuh pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri

Pangkajene Kepulaunan (PPNP), khususnya manajemen Prodi Pengelolaan

Pelabuhan Perikanan dan Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan tempat penulis

menempa ilmu, sampai saat ini memasuki tahapan akhir dari pendidikan di PPNP.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua ayah

Yohanis Lele Padang dan ibu Sania yang senantiasa mendoakan dan pihak - pihak

yang telah membantu menyelesaikan Tugas Akhir. Ucapan terima kasih kepada

Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari yang telah menjadi fasilitator dan

menjadi wadah untuk kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasaiswa (PKPM).

Penulis juga meyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr.Ir. Darmawan, M.P selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

2. Syamsul Marlin Amir, ST., M.Si. selaku Ketua Jurusan Teknologi

Penangkapan Ikan

3. Sitti Muslimah Bachrun, S.Pi., M.Si selaku Ketua Program Studi Pengelolaan

Pelabuhan Perikanan

v
4. Mukhlisa A. Ghaffar, S.Pi.,M.Si dan DR.Muhammad Sulaiman,S.Pi.,M.Si

selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis sehingga dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini.Seluruh civitas akademik Jurusan Teknologi

Penangkapan Ikan .

5. Seluruh civitas akademik Program Studi Pengelolaan Pelabuhan Perikanan

6. Ir. Mansur, MM. selaku Kepala Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari

7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Jurusan Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca

sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan

terkhusus untuk penulis sendiri.

Wassalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pangkep, Agustus 2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii

SURAT PERNYATAAN................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DATAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi

ABSTRAK ............................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian....................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pelabuhan Perikanan .................................................................. 5
2.2. Klasifikasi Pelabuhan Perikanan ................................................. 7
2.3. Fasilitas Pelabuhan Perikanan ........................................................... 10
2.4. Pengelolaan Pelabuhan Perikanan .....................................................12
2.5. Penelitian yang Relevan ....................................................................19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................22
3.2. Metode Penelitian ..............................................................................22

vii
3.3. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 22
3.4 Analisis Data .................................................................................... 23
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI
4.1. Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari ............................... 25
4.2. Sejarah Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari.............................. 26
4.3. Struktur Organisasi Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari ..........27
4.4. Visi dan Misi Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari ....................28
4.5.Kedudukan dan Tugas Pokok Pelabuhan Perikanan Samudera
Kendari ............................................................................................... 28
4.6. Fungsi Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari ............................... 29
4.7 Fasilitas Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari ........................... 30
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Sumber-sumber Limbah Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari 36
5.2. Penanganan Limbah Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari .........43
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ........................................................................................49
6.2. Saran ..................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51
LAMPIRAN .......................................................................................................... 52

viii
DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 3.2. Sasaran Pasar................................................................................ 34


Tabel 4.1. Fasilitas Pokok di PPS Kendri ..................................................... 31
Tabel 4.2. Fasilitas Fungsional di PPS Kendari ............................................ 33
Tabel 4.3. Fasilitas Penunjang di PPS Kendari............................................. 34
Tabel 5.1 Perusahaan yang beroperasi di PPS Kendari ............................... 37
Tabel 5.2. Indikator Operasional PPS Kendari ............................................ 42
Tabel 5.3. Pemeliharaan IPAL ..................................................................... 47

ix
DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 4.1 Letak Geografis ........................................................................ 25


Gambar 4.2. Struktur Organisasi PPS Kendari 2020 .................................... 27
Gambar 5.1. Proses penanganan limbah PPS Kendari.................................. 46

x
DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1 Instalasi Pengolahan Air Limbah .............................................. 54


Lampiran 2 Instalasi listrik untuk pengolahan limbah .................................. 55
Lampiran 3 Proses pengolahan limbah ......................................................... 56
Lampiran 4 Bukti Pemeliharaan atau service IPAL...................................... 61

xi
ABSTRAK

Sri Wahyuni, 1622080458. Studi Penanganan Limbah Di Pelabuhan Perikanan


Samudera (PPS) Kendari Sulawesi Tenggara. Dibimbing oleh Mukhlisa A.
Ghaffar dan Muhammad Sulaiman.
Penanganan limbah yang sangat objektif digunakan dalam mencegah
pencemaran lingkungan di sekitar pelabuhan. Penelitian dilaksanakan selama 3
bulan mulai bulan Januarisampai dengan Maret 2020. Tujuan penelitian ini adalah
(1) Untuk menjelaskan sumber-sumber limbah di Pelabuhan Perikanan Samudera
(PPS) Kendari. (2) Untuk menganalisis penanganan limbah di Pelabuhan
Perikanan Samudera (PPS) Kendari. Jenis penelitian yang digunakan adalah
kualitatif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
purposive sampling dalam pengambilan sampel.
Sumber-sumber limbah di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari berasal
dari peningkatan pendaratan kapal-kapal yang beroperasi tiap tahun sehingga
menghasilkan peningkatan minyak dari limbah industri perikanan seperti kulit
atau tulang ikan tuna dan udang dibiarkan tergenang yang menimbulkan bau tidak
sedap. Penanganan limbah PPS Kendari dengan menggunakan sistem Sawage
treatment plant yang terpasang pada PPS Kendari, adalah untuk mengolah air
limbah yang berasal dari system plumbing yang ada, dimana air buangan tersebut
diolah untuk bisa dibuang ke saluran umum yang tidak membuat pencemaran
lingkungan.

Kata Kunci : limbah, penanganan, PPS Kendari

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha pembangunan di bidang kelautan dan perikanan sangat beragam

terutama diarahkan untuk meningkatkan produktivitas, memperluas kesempatan

kerja, meningkatkan taraf hidup dan kesejahteran nelayan dengan peningkatan

pendapatan serta perbaikan status sosial. Dalam rangka upaya pembangunan

perikanan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup nelayan,

Pemerintah telah membangun sejumlah pelabuhan perikanan yang berfungsi

selain sebagai pusat pengembangan masyarakat nelayan juga bertujuan untuk

memperlancar kegiatan usaha penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan ikan

nasional yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya sarana dan prasarana

di bidang perikanan.

Menurut Lubis (2006) pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah

perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai

pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas

mulai ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Pelabuhan perikanan

merupakan komponen yang sangat penting dalam pengembangan industri

perikanan. Fungsi pelabuhan perikanan mempunyai yaitu mendukung semua

kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya

ikan serta lingkungannya. Fungsi dukungan pelabuhan perikanan tersebut mulai

dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran. Menurut Sari

(2003) kehadiran dan pembangunan pelabuhan perikanan selain menimbulkan

1
dampak positif juga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya.

Dampak positifnya adalah dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan bagi

nelayan pengguna pelabuhan perikanan. Dampak negatif yang timbul diantaranya

yaitu terakumulasinya limbah di lingkungan pelabuhan sebagai akibat kegiatan

pelelangan hasil tangkapan, perkapalan dan aktivitas pengunjung. Limbah yang

dihasilkan tersebut berupa limbah padat dan limbah cair yang dapat menyebabkan

masalah kebersihan, estetika dan penurunan kualitas air. Masalah tersebut muncul

karena tidak adanya prosedur pelaksanaan standar operasi pengelolaan lingkungan

dari masing-masing unit yang terlibat dalam lingkungan kerja pelabuhan

perikanan.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 8

Tahun 2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan, menyebutkan salah satu fasilitas

fungsional pelabuhan terdiri atas fasilitas kebersihan dan pengolahan limbah

seperti Instalasi Pengolahan Air imbah (IPAL) dan Tempat Pembuangan

Sementara (TPS). Namun demikian berdasarkan data dan fakta Menteri Kelautan

dan Perikanan Republik Indonesia tahun 2018 yang ada, pelabuhan perikanan di

Indonesia umumnya belum dilengkapi dengan fasilitas dan standar operasi

pelaksanaan pengelolaan lingkungan. Kondisi infrastruktur pelabuhan belum

sesuai dengan kententuan ketersediaan fasilitas pelabuhan yang ada. Umumnya

kondisi fisik pelabuhan kumuh serta tidak tertata dengan baik.

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari terletak di Propinsi

Sulawesi Tenggara Kecamatan Abeli dan Kelurahan Lapulu. PPS Kendari

merupakan salah satu pelabuhan samudera di wilayah bagian timur Indonesia

2
yang sudah lama berdiri dan berkembang. Dalam operasionalnya perkembangan

dan pertumbuhan ekonomi di Pelabuhan Perikanan Samudera ini ditunjang oleh

pihak swasta untuk berinvestasi, sehingga dapat memberikan dampak positif

berupa kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat perikanan.

Pada kawasan PPS Kendari terdapat 25 perusahaan yang terikat kontrak

penggunaan kavling industri, dimana sebagian besar perusahaan tersebut sudah

operasional dalam bidang usaha yang beraneka ragam. Perkembangan industri

pengolahan ikan yang terdapat baik di luar maupun di dalam PPS Kendari hal ini

yang membuat perlu di perhatikanya kondisi pengolahan dalam PPS Kendari guna

melindungi daerah pesisir sekita PPS dari limbah hasil aktivitas PPS Kendari.

Berdasarkan uraian diatas, banyaknya jumlah perusahaan perikanan yang ada

serta tidak adanya pelaksanaan pengelolaan lingkungan, kegiatan pelabuhan

perikanan akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungannya. Untuk itu,

perlu adanya suatu penelitian terkait pengelolaan lingkungan di pelabuhan

perikanan. Penelitian ini, dilakukan dengan mengkaji ketersediaan fasilitas

pengelolaan limbah, pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan kondisi kualitas

lingkungan, khususnya di perairan kolam pelabuhan. Sehingga dapat diketahui

mengenai kondisi pengelolaan lingkungan di pelabuhan perikanan. Hal tersebut

dapat menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan

pelabuhan perikanan yang berwawan lingkungan. Dalam penelitian ini diambil

studi kasus di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari Sulawesi Tenggara.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Darimana sumber-sumber limbah di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)

Kendari?

2. Bagaimana penanganan limbah di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)

Kendari?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah maka tujuan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk menjelaskan sumber-sumber limbah di Pelabuhan Perikanan Samudera

(PPS) Kendari.

2. Untuk menganalisis penanganan limbah di Pelabuhan Perikanan Samudera

(PPS) Kendari.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menambah ilmu pengetahuan bagi instansi terkait khususnya prodi

pengelolaan pelabuhan perikanan

2. Sebagai bahan masukan kepada pengelola perikanan samudera dan pihak-

pihak yang terkait.

3. Memberikan informasi tentang metode dan sumber-sumber limbah di

Pelabuhan Perikanan Samudra Kendari.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan

di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan

dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal

perikanan bersandar, berlabuh dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi

dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan

perikanan.

Pelabuhan perikanan adalah tempat pelayanan umum bagi masyarakat

nelayan dan usaha perikanan, sebagai pusat pembinaan dan peningkatan kegiatan

ekonomi perikanan yang dilengkapi dengan fasilitas di darat dan di perairan

sekitarnya untuk digunakan sebagai pangkalan operasional tempat berlabuh,

bertambat, mendaratkan hasil, penanganan, pengolahan, distribusi dan pemasaran

hasil perikanan (Deptan dan Dephub, 1996).

Pelabuhan perikanan dapat diartikan sebagai suatu paduan dari wilayah

perairan,wilayah daratan dan sarana-sarana yang ada di basis penangkapan baik

alamiah maupun buatan, dan merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan

baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun pemasarannya (Ihsan

S,2005:20).

Pelabuhan perikanan memberikan kontribusi untuk meningkatkan produksi

ikan, pemasukan devisa, membuka lapangan kerja dan peningkatan pendapatan,

peningkatan penyediaan ikan segar dan peningkatan pendapatan pemerintah lokal.

5
Selain itu pelabuhan perikanan juga mempunyai peranan penting dengan segala

fasilitasnya sebagai penunjang dalam menunjang pemanfaatan produksi pasca

panen antara lain mencakup 3 (tiga) aspek yaitu : (Ihsan S,2005:20)

1. Menunjang pembangunan ekonomi nasional maupun regional.

2. Pembangunan industri baik hulu maupun hilir.

3. Pembangunan masyarakat (perikanan) di sekitar pelabuhan perikanan

sehingga menjadi lebih kreatif dan dinamis.

Sehingga peranan pelabuhan perikanan sangat penting sekali dalam

kegiatan produksi pasca panen. Didalam pembangunan pelabuhan perikanan harus

diperhatikan dan diteliti tentang potensi yang ada terutama para nelayan yang

menangkap ikan dan yang akan melelang ikan. Jika tujuan diadakannya pelabuhan

perikanan tercapai akan sangat bermanfaat sekali, hal ini sesuai dengan fungsi dari

pelabuhan perikanan itu sendiri. Adapun fungsi dari pelabuhan perikanan adalah

sebagai berikut :

1. Sebagai pusat pengembangan masyarakat nelayan dan ekonomi perikanan.

2. Tempat berlabuhnya kapal perikanan.

3. Tempat pendaratan ikan hasil tangkapan.

4. Tempat untuk memperlancar kegiatan-kegiatan kapal perikanan.

5. Pusat pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan.

6. Pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan.

7. Serta pusat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data.

Berdasarkan fungsinya tersebut, maka pelabuhan perikanan memegang

peranan penting sebagai berikut :(Ihsan S,2005:21)

6
1. Tempat penampungan produksi tersebut dan pusat penjualan.

2. Proses mekanisme pengaturan harga agar tidak merugikan nelayan serta

memperlancar pemasaran

3. Langkah untuk mengetahui kemampuan pedagang dan aktifitas pemasaran.

4. Pusat penyediaan bahan makanan sumber protein hewani secara kontinyu

bagi masyarakat.

5. Pusat kehidupan masyarakat nelayan.

6. Pusat aktifitas industri perikanan.

7. Langkah untuk menstabilkan kehidupan masyarakat dan pembangunan

nasional.

2.2 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

Sesuai dengan bobot kerja, produktifitas, kapasitas sarana pokok

fungsional dan penunjang serta rencana pengembangannya, maka Peraturan

Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.08/Men/2012

Tentang Kepelabuhanan Perikanan, mengklsifikasikan kedalam 4 (empat) kelas

yaitu :

a. Pelabuhan Perikanan Samudera (Type A)

Pelabuhan perikanan samudera memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di

perairan Indonesia, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), dan laut

lepas;

2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran

sekurangkurangnya 60 GT;

7
3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam

sekurang-kurangnya minus 3 m;

4. Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 100 unit atau

jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000 GT;

5. Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 20 ha.

6. Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor;

7. Terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil perikanan rata-rata

50 ton per hari; dan

8. Terdapat industri pengolahan ikan dan industri penunjang lainnya.

b. Pelabuhan Perikanan Nusantara (Type B)

Pelabuhan Perikanan Nusantara memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di

perairan Indonesia dan ZEEI;

2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran

sekurangkurangnya 30 GT;

3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam

sekurang-kurangnya minus 3 m;

4. Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 75 unit atau

jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT;

5. Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 10 ha.

6. Terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil perikanan rata-rata

30 ton per hari;

7. Terdapat industri pengolahan ikan dan industri penunjang lainnya.

8
c. Pelabuhan Perikanan Pantai (Type C).

Pelabuhan Perikanan Pantai memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut :

1. Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di

perairan Indonesia;

2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran

sekurangkurangnya 10 GT;

3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam

sekurang-kurangnya minus 2 m;

4. Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 30 unit atau

jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT;

5. Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 5 ha.

6. Terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil perikanan rata-rata

5 ton per hari;

7. Terdapat industri pengolahan ikan dan industri penunjang lainnya.

d. Pangkalan Pendaratan Ikan (Type D)

Pangkalan Pendaratan Ikan memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di

perairan Indonesia;

2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran

sekurangkurangnya 5 GT;

3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam

sekurang-kurangnya minus 1 m;

9
4. Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 15 unit atau

jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 75 GT;

5. Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 1 ha

6. Terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil perikanan rata-rata

2 ton per hari.

2.3 Fasilitas Pelabuhan Perikanan

Setiap pelabuhan perikanan memiliki fasilitas pelabuhan perikanan,

dimana fasilitas pelabuhan perikanan tersebut dibedakan menjadi 3 (tiga) macam

yaitu : fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas tambahan/penunjang.

a. Fasilitas Pokok Pelabuhan Perikanan

Fasilitas pokok pelabuhan perikanan adalah fasilitas yang diperlukan

untuk kepentingan aspek keselamatan pelayanan, selain itu termasuk juga tempat

berlabuh dan bertambat serta bongkar muat kapal. Fasilitas pokok pelabuhan

perikanan terdiri dari (Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik

Indonesia Nomor Per.08/Men/2012):

1) Penahan gelombang (breakwater), turap (revetment), dan groin;

2) Dermaga;

3) Jetty;

4) Kolam pelabuhan;

5) Alur pelayaran;

6) Jalan komplek dan drainase;

7) Lahan.

10
b. Fasilitas Fungsional Pelabuhan Perikanan

Fasilitas fungsional adalah fasilitas yang secara langsung dimanfaatkan

untuk kepentingan manajemen pelabuhan perikanan dan atau yang dapat

diusahakan oleh perorangan atau badan hukum. Fasilitas fungsional terdiri dari

fasilitas yang dapat diusahakan dan fasilitas yang tidak dapat diusahakan, masing-

masing memiliki kriteria sendiri-sendiri.

Adapun hal-hal yang masuk dalam kategori fasilitas fungsional yang dapat

diusahakan yaitu (Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia

Nomor Per.08/Men/2012):

1) Tempat pemasaran ikan (TPI);

2) Navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telepon, internet, radio

komunikasi, rambu-rambu, lampu suar, dan menara pengawas;

3) Air bersih, instalasi bahan bakar minyak (BBM), es, dan instalasi listrik;

4) Tempat pemeliharaan kapal dan alat penangkapan ikan seperti dock/slipway,

bengkel dan tempat perbaikan jaring;

5) Tempat penanganan dan pengolahan hasil perikanan seperti transit sheed dan

laboratorium pembinaan mutu;

6) Perkantoran seperti kantor administrasi pelabuhan, pos pelayanan terpadu,

dan perbankan;

7) Transportasi seperti alat-alat angkut ikan;

8) Kebersihan dan pengolahan limbah seperti instalasi pengolahan air limbah

(IPAL), tempat pembuangan sementara (TPS);

9) Pengamanan kawasan seperti pagar kawasan.

11
c. Fasilitas Tambahan Pelabuhan Perikanan

Fasilitas tambahan atau penunjang pelabuhan perikanan adalah fasilitas

yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan

dan atau memberikan kemudahan bagi masyarakat umum. Fasilitas tambahan

tersebut terdiri dari (Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik

Indonesia Nomor Per.08/Men/2012):

1) Balai pertemuan nelayan;

2) Mess operator;

3) Wisma nelayan;

4) Fasilitas sosial dan umum seperti tempat peribadatan dan mandi cuci kakus

(MCK);

5) Pertokoan;

6) Pos jaga.

2.4 Pengelolaan Limbah Pelabuhan Perikanan

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat

tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi.

Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini

dikenal dengan limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)( Peraturan Pemerintah

No. 82 Tahun 2001 ). Bahan ini dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relatif

sedikit tapi mempunyai potensi mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan

dan sumber daya (Nurdijanto,dkk 2011). Berdasarkan karakteristiknya limbah

dapat digolongkan menjadi 4 macam,yaitu :

a. Limbah Cair : Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan

yang berwujud cair

12
b. Limbah Padat :Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik.

c. Limbah gas dan partikel : Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh

beberapa partikel zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga),

hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida ,ozon (asap kabut fotokimiawi),

karbon monoksida dan timah

d. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) : Suatu limbah digolongkan

sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat

dan konsentrasinya baik langsung maupun tidak langsung dapat merusak atau

mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia

Peningkatan pelayanan pelabuhan perikanan kepada pengguna pelabuhan

dalam upaya meningkatkan mutu produktivitas ikan yang dapat berkompetisi

secara internasional, maka perlu dilakukan pengelolaan pelabuhan perikanan yang

berwawasan Iingkungan (Sari, 2003). Hal yang dapat dilakukan untuk mencapai

tujuan tersebut, maka upaya dan langkah-langkah yang bisa ditempuh, yaitu:

a. Menciptakan Pelabuhan Perikanan yang bersih dan sehat

b. Menyempurnakan sarana dan prasarana untuk meningkatkan mutu ikan,

termasuk di dalamnya penyediaan laboratorium untuk pemeriksaan mutu ikan

dan kualitas air.

c. Menyediakan fasilitas pengolahan Iimbah

d. Menjaga kelestarian ekosistem perairan yang menjadi prioritas utama dalam

mengambil langkah kebijakan dalam rangka meningkatkan fungsi dan peranan

pelabuhan perikanan.

13
e. Menyelaraskan pengelolaan pelabuhan perikanan dengan program pantai

lestari terpadu yang dicanangkan oleh pemerintah.

f. Penyiapan sumberdaya manusia pengelola pelabuhan perikanan yang

profesional sesuai dengan bidangnya.

Untuk melakukan pengelolaan, perlu diperhatikan berbagai kendala yang

biasa timbul pada sistem pengelolaan yang biasa terjadi selama ini. Permasalahan-

permasalahan yang ada, misalnya (JICA, 2002):

a. Kelembagaan/struktur organisasi pelabuhan perikanan yang ada belum

berfungsi secara optimal karena belum ada rincian tugas masing-masing

petugas.

b. Sumber daya manusia pelabuhan perikanan saat ini kualitas dan kuantitasnya

belum memenuhi kebutuhan yang diharapkan.Belum terpenuhinya

penempatan SDM sesuai latar belakang pendidikan dan keahlian.

c. Fasilitas pelabuhan perikanan pada saat ini belum memenuhi standar

pelayanan. Sehingga sering menjadi masalah dalam optimalisasi pengelolaan

pelabuhan perikanan.

d. Belum adanya koordinasi yang efektif dan persepsi yang sama dalam

pemahaman visi dan misi pengelolaan pelabuhan perikanan antara pengelola

pelabuhan perikanan dengan pemerintah daerah

e. Kurangnya kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam mendukung

pengelolaan pelabuhan perikanan karena minimnya pengetahuan mereka dan

kurangnya sosialisasi pemahaman tentang pengelolaan pelabuhan perikanan.

14
f. Tata kerja pengelolaan pelabuhan perikanan pada umumnya baru

dilaksanakan pada tahap sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ada tapi

belum diperjelas dengan prosedur operasional standar (SOP) untuk masing-

masing kegiatan, misalnya SOP bongkar, SOP muat, SOP tambat labuh dan

SOP pelelangan.

g. Kurangnya kesadaran pihak pengelola pelabuhan terhadap pelestarian

ekosistem perairan, sehingga faktor lingkungan tidak terintegrasi ke dalam

kebijakan pengelolaan pelabuhan.

Pelabuhan berwawasan lingkungan merupakan salah satu bentuk

komitmen Pemerintah Republik Indonesia mendukung kesepakatan internasional

pada Deklarasi Johannesburg Summit tentang pembangunan berkelanjutan.

Indonesia telah memiliki program dan strategi pembangunan berkelanjutan,

merupakan Agenda 21 Nasional. Dimana di dalamnya termasuk pengelolaan

terpadu wilayah pesisir dan lautan, salah satu kegiatannya adalah kegiatan

pembangunan, pengembangan, dan pengoperasian pelabuhan (Siahaan, 2012).

Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (2004) dalam konsep

pengembangan pelabuhan berwawasan lingkungan harus dibenahi beberapa

standar dan kualitas pengelolaan lingkungan yaitu:

a. Menurunnya beban pencemaran yang masuk ke pelabuhan, terutama limbah

cair, sampah, sedimen, minyak dan limbah B3 (Bahan Berbahaya beracun),

sehingga dapat terwujud peningkatan kualitas kebersihan sisi daratan dan

perairan pelabuhan.

15
b. Meningkatnya kenyamanan dan keamanan pelabuhan termasuk

kebersihan,keteduhan, dan keasrian lingkungan dalam kawasan pelabuhan.

c. Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan sumberdaya manusia pengelola

lingkungan di kawasan pelabuhan.

d. Meningkatnya kinerja pelayanan dan keselamatan kerja di pelabuhan.

e. Diimplementasikannya peraturan dan pedoman teknis mendukung

pengelolaan lingkungan pelabuhan.

f. Meningkatnya peran aktif stakeholders dalam mewujudkan pelabuhan yang

berwawasan lingkungan.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 61 tahun 2009

tentang kepelabuhanan fasilitas pokok pelabuhan selain dermaga, gudang dan

fasilitas pokok lainnya diyatakan juga bahwa fasilitas pokok pelabuhan termasuk

fasilitas penampungan dan pengolahan limbah serta tempat penyimpanan bahan

berbahaya dan beracun (B3) atau dikenal dengan istilah reception facilities.

Selanjutnya disampaikan juga dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor 05 tahun 2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan, bahwa

pengelola dapat menyediakan fasilitas pengelolaan limbah untuk seluruh atau

sebagian jenis limbah.

Penanganan limbah pada pelabuhan digunakan dengan system plumbing

Sewage Treatment Plant. Sewage Treatment Plant merupakan bangunan instalasi

system pengolah limbah rumah tangga atau limbah cair domestik termasuk limbah

dari dapur, air bekas, air kotor, limbah maupun kotoran. Limbah yang

mengandung logam berat akan mendapat perlakuan khusus, bukan termasuk

16
dalam limbah domestik. Tujuan dari system pengolahan limbah cair domestik

adalah agar limbah tidak mengandung zat pencemar lingkungan, sehingga layak

buang sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku. (Ahmad Muqorrobin,

2017). Sewage treatment plant merupakan sebuah permesinan bantu yang

digunakan dalam pengolahan limbah kotoran manusia di atas kapal agar limbah

tersebut layak untuk dibuang ke laut dan tidak menimbulkan pencemaran

lingkungan dengan cara mempertahankan dan memperbanyak kehidupan bakteri

pada limbah dengan menjaga aliran udara untuk menguraikan limbah-limbah

tersebut menjadi lumpur. (Wasis Novebar Armanah,2019)

Proses Sewage Treatment Plant, terdiri dari Screen Chamber, Equalization

Tank, Aeration Tank, Sedimentation Tank, Chlorination Tank, Sludge Tank,

Blower Room dan Effluent Tank, adalah : (Tinton suprapto, 2017)

a. Screen Chamber adalah Suatu Bak yang dilengkapi dengan screen ( Tipe

Basket Screen) yang memiliki fungsi sebagai penyaring sampah-sampah /

padatan kasar seperti kertas tissue, plastik, pembalut, dll. yang ada dalam air

limbah awal,sebelum masuk pada Equalization Tank. Juga di

tambahkan Comunitor untuk membantu memperkecil sampah organic, dan

dilengkapi dengan diffuser untuk menghancurkan tinja (feces).

b. Equalization Tank adalah Suatu Bak yang digunakan untuk menyama-ratakan

(homogenisasi) aliran air dan kualitas air limbah. Di dalam bak ini juga di

suplai udara dari "air blower", yang berfungsi sebagai pengaduk yang

ditransfer menggunakan diffuser (tipe Air Seal Diffuser), sehingga proses

homogenisasi dapat tercapai. Kemudian akan di alirkan menggunakan

17
Equalizing pump yang bekerja secara automatic berdasarkan flow

switch(pelampung).

c. Aeration Tank adalah komponen utama dalam sistem ini,dimana pada bagian

ini terjadi penguraian zat-zat pencemar (Senyawa Organic). Di dalam

Aeration Tank ini, air limbah di hembus dengan udara,sehingga mikro

organisme "aerob" yang ada akan menguraikan zat organic dalam air limbah.

Energi yang diperoleh dari hasil penguraian tadi akan di pergunakan oleh

mikro organisme untuk proses pertumbuhannya. Dengan demikian biomassa

akan tumbuh dan berkembang dalam jumlah besar, yang akan menguraikan

senyawa polutan yang ada dalam air limbah. Penambahan udara dalam air

tersebut mempergunakan air blower yang berfungsi menyuplai udara,

sehingga tercipta kondisi aerobik. Selain itu, bak aerasi in dilengkapi dengan

diffuser (air seal diffuser), yang berfungsi menciptakan gelembung-

gelembung udara (bubble) agar proses penyerapan oksigen oleh mikro

organisme dapat lebih optimal.

d. Sedimentation Tank adalah Sistem untuk pengendapan partikel - partikel floc(

Activated Sludge / lumpur aktif ).sebagian lumpur aktif akan di kembalikan

kedalam bak aerasi dan sebagian lagi akan di buang kedalam bak penampung

lumpur(sludge tank). Airlift System yang dipasang pada tanki ini bertujuan

mengembalikan / recycle sebagian besar lumpur mengendap untuk di olah

kembali,sementara Scum Skimmer berfungsi menyedot permukaan air dari

sampah/padatan ringan. Airlift dan Scum Skimmer yang digunakan

menggunakan tenaga udara yang di hembuskan dari air blower.Pengembalian

18
kembali Lumpur aktif dan buih harus kontinyu(terus menerus) agar proses

berhasil. Dalam Sedimentation Tank terjadi pengendapan lumpur aktif,

sedangkan air limbah yang sudah diolah (lebih jernih) mengalir secara

gravitasi melalui gutter masuk ke dalam chlorin tank dan sebagian masuk

kedalam Buffer Tank yang selanjutnya masuk kedalam proses Recycle.

e. Chlorination Tank adalah Air olahan yang berasal dari proses pengendapan,

di injeksikan "kaporit" / chlorine terlebih dulu untuk membunuh bakteri -

bakteri pathogen, kemudian akan mengalir secara gravitasi ke dalam bak

effluent.(Effluent Tank).

f. Effluent Tank adalah Bak proses akhir dengan bantuan pompa submersible,

air hasil pengolahan sebagian akan di alirkan kedalam saluran pembuangan.

g. Sludge Tank adalah merupakan bak penampung lumpur sementara sebelum di

buang oleh mobil tinja.untuk mencegah terjadinya kondisi septic,maka

dipergunakan udara untuk mengaduk , sehingga kondisi aerob tetap terjaga.

Bak ini apabila sudah hampir penuh, harus dibuang dengan menggunakan

mobil tinja.

h. Blower Room adalah merupakan ruang kontrol sistem STP, dimana blower

control panel dan pompa dossing serta tanki kimia berada di sini. Setiap

harinya operator STP harus masuk ke dalam ruangan ini untuk pengecekan

sistem dan pembuatan larutan desinfektan.

2.5 Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai limbah di pelabuhan telah dilakukan oleh beberapa

peneliti,diantaranya Menurut Eryanto, Achmadi (2012) dengan judul Analisis

19
Penanganan Limbah Minyak di Kawasan Pelabuhan: Tinjauan dari Segi

Transportasi Laut dalam Penelitiannya menyimpulkan bahwa estimasi jumlah

limbah minyak mengalami penurunan dari tahun ke tahun yaitu dapat dilihat pada

jumlah limbah minyak harian dalam setiap tahunnya. Perencanaan rute perjalanan

dipilih dalam proses optimasi pemilihan rute yang optimum (jarak terpendek)

yaitu Tanjung Perak (Pelabuhan Utama)-Pelabuhan Probolinggo-Tanjung Wangi-

Benoa-Lembar-Tanjung Emas- Pelabuhan Gresik-kembali ke Tanjung Perak,

dengan jarak total terdekat yaitu 897 mil laut. Rute tersebut digunakan tongkang

minyak propulsi mandiri untuk mengangkut limbah minyak sesuai dengan

permintaan angkut setiap pelabuhan, dengan collecting time (lama waktu

penumpukan) limbah minyak yang optimum yaitu 8 (delapan) hari.

Setyo dan Purwanto (2016), Penerapan Pengelolaan Lingkungan Pada

Industri Pengolahan Limbah Fillet Ikan Di Kawasan Pelabuhan Perikanan

Pantai Kota Tegal. Mengemukakan bahwa prioritas penanganan permasalahan

yang perlu segera dilakukan yaitu penanganan air limbah dan limbah padat,

perlunya upaya membangun kesadaran pelaku usaha dalam pengelolaan

lingkungan dan mendorong peran pemerintah dalam pengendalian sistem

manajemen lingkungan agar terwujud kawasan industri pengolahan ikan yang

berwawasan lingkungan.

Septarima, Hakim (2019). Berjudul Analisis Penanganan Pencemaran

Lingkungan Akibat Pembuangan Limbah Industri Terhadap Kualitas Air Laut Di

Sekitar Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Bahwa penyebab terjadinya

pencemaran air laut berasal dari air hasil pencucian kapal di industri galangan

20
kapal yang dibuang kelaut, limbah replating dan dari PLTU Tambak Lorok

menghasilkan limbah air panas. Kendala yang dihadapi KSOP Kelas 1 Tanjung

Emas Semarang dalam menangani pencemaran lingkungan tersebut antara lain

kurangnya kerjasama antara KSOP Kelas 1 Tanjung Emas Semarang dengan

pihak industri dalam melakukan pengawasan terhadap proses produksi yang

berpotensi menimbulkan pencemaran, kurang memadainya alat yang digunakan

untuk mengolah kembali limbah hasil produksi di setiap perusahaan. Upaya yang

dilakukan KSOP Kelas 1 Tanjung Emas Semarang dalam menangani pencemaran

lingkungan tersebut antara lain KSOP Kelas 1 Tanjung Emas Semarang

memberikan arahan kepada setiap industri agar melakukan kegiatan safety

meeting dengan para pekerja setiap akan melaksanakan pekerjaan, membuat

jadwal rapat rutin guna membahas kegiatan pengolahan dan pembuangan limbah,

melakukan pengecekan berkala terhadap alat-alat pengolahan limbah, pemberian

sanksi hukum kepada pihak industri yang melanggar, pemasangan spanduk atau

poster sadar terhadap lingkungan di setiap sudut area industri, pemanfaatan

kembali limbah hasil industri sehingga tidak dibuang secara cuma-cuma.

21
22

Anda mungkin juga menyukai