DISUSUN OLEH:
NABILA SHIFA RAMADHANI
NIS: 219134
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas kelimpahan rahmat, taufiq, dan
hidayah-nya, sehingga penulis dapat melakukan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN)
dengan judul “Pembenihan Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)” Di Balai Besar
Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat.
Pada kesempatan ini izinkan penulis untuk menguncapkan terima kasih kepada:
1. Ayah dan ibu yang telah memberikan dukungan moril, materil, serta doa restu
kepada penulis selama penulis melaksanakan Praktek Kerja Industri
(Prakerin) Sukabumi Jawa barat.
2. Dr.Dra.Husniah Achmad, M.pd., Selaku Kepala SMK Negeri 9 Samarinda.
3. Siswandi, S.Pi selaku Ketua Program Keahlian Agribisnis Perikanan Air
Tawar sekaligus Guru Pembimbing.
4. Muhammad Syafrani Wiradana Selaku Ketua Kelompok Praktik Kerja
Industri (PRAKERIN).
5. Fernando J Simanjuntak, S.St.Pi., M.Pi, selaku Kepala Balai Besar Perikanan
Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi.
6. Seluruh pegawai di BBPBAT Sukabumi yang memberikan arahan dalam
melaksanakan Praktik Kerja Industri.
Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu sehingga
terwujudnya penulisan laporan ini dari awal sampai akhir. Akhir kata, Semoga
laporan ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang
berminat umumnya.
Sukabumi, 30 Oktober
iii
iv
DAFTAR ISI
Halaman
TEKNIK PEMBENIHAN IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) SECARA SEMI
BUATAN DI BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR
(BBPBAT) SUKABUMI..............................................................................................i
JAWA BARAT.............................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................1
DAFTAR TABEL........................................................................................................2
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Tujuan.........................................................................................................5
1.3 Manfaat.......................................................................................................5
1.4 Waktu dan Tempat......................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................6
2.1 Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Nilem.......................................................6
2.2 Pakan Dan Kebiasaan Makan Ikan Nilem..................................................7
2.3 Habitat dan Penyebaran Ikan Nilem...........................................................7
2.4 Teknik Pemijahan Ikan Nilem....................................................................8
BAB III.........................................................................................................................9
PROFIL UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT)........................................................9
3.1 Profil BBPBAT Sukabumi.........................................................................9
3.1.1 Sejarah BBPBAT Sukabumi..............................................................9
3.1.2 Letak Geografis dan Lokasi BBPBAT Sukabumi.............................9
3.1.3 Struktur Organisasi..........................................................................10
iv
v
v
vi
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................40
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................41
vi
1
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan mempelajari secara langsung cara-cara pembenihan ikan
nilem baik secara alami maupun buatan yang ada di BBPBAT Sukabumi.
2. Sebagai perbandingan antara ilmu yang di dapat di bangku SMK dengan
Praktek Kerja Industri.
3. Meningkatkan pengetahuan, motivasi dan keterampilan siswa mengenai cara
pembenihan ikan nilem.
4. Memberikan pengalaman dalam pembenihan ikan nilen secara langsung di
lapangan.
1.3 Manfaat
1. Untuk mendapatkan wawasan tentang pembenihan ikan nilem.
2. Menambah dan memperoleh pengalaman dalam dunia kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
simetris. Sirip dubur disokong oleh 3 jari – jari keras dan 5 jari – jari lunak. Sirip
perut disokong oleh 1 jari – jari keras dan 13 – 15 jari – jari lunak. Jumlah sisik –
sisik gurat sisi ada 33 – 36 keping, bentuk tubuh ikan nilem agak memenjang dan
piph, ujung mulut runcing dengan moncong (rostral) terlipat, serta bintim hitam besar
pada ekornya merupakan ciri utama ikan nilem. Ikan ini termasuk kelompok
omnivora.
berudu, dan ikan. Peryphyton juga berfungsi sebagai indikator penting dari
kualitas air, dan mampu menghilangkan polutan padat dan terlarut serta mampu
mengurangi kekeruhan. Peryphyton memiliki respon yang cepat terhadap
perubahan kualitas air. Selain periphyton di sungai dan rawa-rawa ditumbuhi
dengan ceratophyllum atau tanaman hornwort yang sering mengambang di bawah
permukaan air dan bereproduksi dalam jumlah besar, yang mana berfungsi untuk
melindungi ikan yang sedang bertelur, serta mampu memproduksi oksigen tinggi,
biasanya tanaman hornwort ini digunakan di akuarium air tawar.
BAB III
PROFIL UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT)
antara 20 – 270C. Air yang digunakan berasal dari sumber air tanah serta air
permukaan yang berasal dari Sungai Cipelang dan Panjalu.
3.1.3 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar sesuai dengan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.67/PERMEN-KP/2014, namun
dalam pelaksanaannya diharmonisasikan dengan KEPMEN Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor : 191/KP.900/UPF-JF/X/2020 tentang koordinator
pelaksana fungsi pelayanan fungsional dan KEPMENKP Nomor : 192/KP.900/UPF-
JF/X/2020 tentang sub koordinator pelaksana fungsi pelayanan fungsional, dengan
struktur organisasi sebagai berikut : 1) Koordinator Uji Terap Teknik dan Kerjasama ;
terdiri dari Sub koordinator Uji Terap Teknik dan Sub koordinator Kerjasama Teknik
dan Informasi 2) Koordinator Pengujian dan Dukungan Teknis terdiri dari Sub
koordinator Produksi dan Pengujian, dan Sub koordinator Dukungan Teknis 3)
Koordinator Tata Usaha terdiri dari Sub koordinator Keuangan dan Umum dan Sub
koordinator Kepegawaian; dan 4) Kelompok Jabatan Fungsional. Masing- masing
unit kerja mempunyai tugas sebagai berikut :
1 Koordinator uji terap teknik dan kerjasama menyelenggarakan fungsi :
Pelaksanaan uji terap terap teknik perikanan budidaya air tawar
Pelaksanaan penyiapan bahan standardisasi perikanan budidaya air tawar
Pelaksanaan sertifikasi sistem perikanan budidaya air tawar
Pelaksnaan kerjasama teknik prikanan budidaya air tawar
Pengelolaan dan pelayanan sistem informasi, dan publikasi perikanan
budidayaair tawar.
a. Sub koordinator uji terap teknik mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pelaksanaan uji terap teknik, standardisasi, dan pelaksanaan sertifikasi system
perikanan budidaya air tawar
b. Sub koordinator kerjasama teknik dan informasi mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pelaksanaan kerjasama teknik, pengelolaan dan pelayanan
sistem informasi, serta publikasi perikanan budidaya air tawar.
2. Koordinator pengujian dan dukungan teknis dalam melaksanakan
11
Golongan / Ruang
No Status Jumlah
IV III II I
1 PNS 19 60 12 - 91
2 CPNS - - 1 - 1
Jumlah 19 60 13 - 92
Kerjasama
Kelompok
Pengujian dan 1 2 1 7 11
Dukungan Teknis
Fungsional
Perekayasa 1 14 6 21
Litkayasa 3 4 14 21
Pengawas 3 5 1 9
PHPI 1 1 2
Pustakawan 0
Pranata Humas 1 1 2
Pranata Komputer 1 1
2
Arsiparis 1 1
Pranata Keuangan 1 1 2
Pengelola
1 1 2
Keuangan APBN
Analis
3 3
Akuakultur
Pengelola
1 1
Kesehatan Ikan
Jumlah 1 23 24 10 33 91
BAB IV
METODE PRAKTEK KERJA INDUSTRI
4.3 Adaptasi
Adaptasi adalah cara manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
hidup dimana mereka tinggal, pekerjaan ataupun pelajaran. Adaptasi ini diperlukan
oleh makhluk hidup dibumi, karena setisp lingkungan bumi memiliki karakteristik
sendiri (Julius 2014).
Adaptasi merupakan suatu proses penyesuain diri setiap siswa terhadap
lingkungan baru yang ditempati sementara waktu. Dalam hal ini siswa harus mampu
berinteraksi dengan lingkungan sekitar baik lingkungan kerja maupun tempat tinggal.
4.4 Pelaksaan Praktik Kerja Lapangan
Pada saat Praktik, siswa bekerja sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
oleh pembimbing lapangan. Dalam melaksanakan pekerjaan, siswa diberikan arahan
dan bimbingan cara budidaya ikan baik dan benar.
19
BAB V
PROSES DAN PRAKTEK
No Bahan Fungsi
1 Induk Ikan Nilem Induk yang akan di pijahkan
2 Air Tawar Media hidup
3 Ovaprim Hormon untuk merangsang pemijahan
4 Pellet Pakan ikan
5 Pupuk Organik Menumbuhkan pakan alami dalam wadah pemiliharaan
6 Kapur Dolomit Meningkatkan PH dan memberantas siklus penyakit
hingga semua ikan terkumpul pada kemalir dan kobakan. Induk yang siap untuk
dipijakan dengan ciri-ciri untuk betina yang matang dicirikan dengan perut yang
relatif membesar dan lunak bila diraba, dari lubang genetikal keluar cairan jernih
kekunigan dan pergerakan ikan betina relatif lambat dan postur tumbuh induk betina
gemuk, warna tubuh kelabu ke kuningan, dan lubang genetikal bulat agak lebar dan
membengkak.
Sedangkan ciri induk jantan yang sudah siap pijah yaitu mengeluarkan sperma
(milt) jika perut di urut atau di (striping), pergerakannya lincah, postur tubuh dan
perut ramping warna tubuh kehijauan dan kadang gelap, lubang urogenital agak
menonjol serta sirip dada kasar dan perutnya keras.
Gambar 3. Induk Jantan Ikan Nilem Gambar 4. Induk Betina matang gonad
siap pijah
Sedangkan menurut Sumantadinata (1981) Ikan betina matang kelamin
dicirikan dengan perut yang relatif membesar lunak dan bila diraba, dari lubang
genital keluar cairan jernih kekuningan, dan lubang genital berbentuk bulat telur agak
melebar dan membengkak. Sedangkan ciri ikan jantan yang sudag matang kelamin
yaitu mudah mengeluarkan sperma jika perutnya diurut (stripping), naluti gerakannya
lincah, postur tubuh dan perut ramping, warna tubuh kehijauan dan kadang gelap,
lubang urgenital agak menonjol serta sirip dada kasar dan perutnya keras.
Penetasan telur dilakukan pada bak fiber berbentuk kerucut memiliki diameter
120 cm, tinggi 90 cm dan diisi air setinggi 70 cm. Dilengkapi dengan inlet berupa
keran pemasukan air dan outlet berupa pipa paralon yang di lengkapi saringan agar
telur tidak terbawa arus. Saringan yang digunakan memiliki ukuran diameter 0,1 mm.
Untuk menjaga kualitas dan menjaga telur tetap melayang serta tidak mengendap
pada bak fiber di pasang 4 buah aerasi yang terletak di tengah dari bak fiber, dengan
posisi mengelilingi paralon outlet. Fekunditas yang dihasilkan 50.880 butir/ekor.
26
Telur-telur yang baik atau akan memiliki warna bening dan memiliki bintik
kecoklatan ditengah nya dan akan berkembang menjadi embrio sebagai larva. Dan
telur yang tidak terbuahi memiliki warna putih tampa titik tengah nya. Dengan suhu
media berkisar antara 26-270C telur-telur dalam bak fiber tersebut mulai menetas
dalam waktu 24-25 jam masa penatasan. Larva yang baru menetas dan masih
membawa kuning telur dibiarkan dalam inkubator hingga kuning telur habis dan larva
mampu untuk aktif bergerak yaitu selama 4 hari di bak fiber penetasan.
Setelah diambil sampel 1 ml dan di hitung telur yang terbuahi dan tidak
terbuahi didapatlah telur yang terbuahi sebanyak 85 butir dan telur yang tidak
terbuahi adalah 17 butir. Berikut ini adalah perhitungan derajat pembuahan atau
Fertilization rate (Fr) yang dihitung dengan sampel sebanyak 1 ml.
Selama satu kali pemijahan penulis telah melakukan pengamatam derajat daya
tetes telur dari induk betina yang dipijahkan. Dalam pengamatan derajat daya tetes
telur (HR), penulis mengambil sampel telur yang terbuahi sebanyak 102 butir atau
setara dengan gelas ukur 1 ml. Sampel telur tersebut ditetaskan pada wadah terkontrol
untuk dilakukan pengamatan daya tetes telur, dari hasil pengamatan diketahui bahwa
larva yang menetas sebanyak 65 ekor. Maka daya tetas telur sebesar 76,4%. Nilai HR
yang didapatkan dalam Praktik Kerja Industri (Prakerin) Sudah cukup baik
dikarenakan suhu dalam media penetasan berkisar 260-270 C.
embrio Ikan Nilem terjadi 6-9 jam dan 12 jam setelah pembuahan. Setelah penetasan
telur, akan banyak kotoran yang dihasilkan oleh telur yang tidak menetas, maka
selama masa penetasan telur dibersihkan secara rutin pagi dan sore.
5.1.9 Pemanenan Larva
Di BBPBAT Sukabumi tidak ada perlakuan khusus atau pemberian pakan
alami berupa plankton pada larva yang berumur dibawah 4 hari. Karena larva Ikan
Nilem pada kurun waktu itu masih memiliki kuning telur sebagai sumber makanan.
Setelah 4 hari dilakukan pemanenan larva dengan cara menyerok bak fiber tersebut
menggunakan scoop net halus dan di tampung di dalam baskom. Selain diserok, bak
fiber pun di surutkan dengan cara disiphon menggunakan selang berdiameter 4 cm
yang di ujungnya ada keranjang plasrik yang di lapisi dengan kain saringan yang
memiliki mesh size 0,1 mm. Air disurutkan untuk mempermudah pemanenan dengan
cara menyerok larva setelah tinggi air 20 cm siphon dihentikan dan paralon outket
pun dibuka, pada saluran pembuangan outlet ditampung menggunakan scoop net
halus agar larva yang ikut terbawa keluar tidak terbuang.
Selanjutnya larva hasil panen dikumpulkan dalam baskom plastik yang telah
diberi aerasi. Total larva yang diperoleh selanjutnya di tebar untuk dilakukan fase
pendederan 1.
Larva yang telah dipanen dan siap tebar dikolam diukur bobot nya untuk
mengetahui pertambahan bobot yang dialami oleh ikan nilem dalam jangka waktu
yang telah ditentukan. Pengukuran bobot dilakukan secara biomass atau ditimbang
dengan jumlah yang banyak lalu di ambil rata – rata dari keseluruhan. Karena larva
jika sulit jika ditimbang satu persatu sampel larva yang diukur bobot nya adalah
sebanyak 30 ekor, dan didapatkan bobot 1,41 gram. Jika dirata-ratakan didapat bobot
per ekor larva nya adalah 0,047 gram.
5.2 Pendederan 1
Kolam pendederan yang dipakai adalah kolam dengan kode (C6). Kolam
tersebut memiliki ukuran 30 m x 20 m x 1 m dengan ketinggian air sekitar 0,6-0,7 m
dengan volume 360 m3. Padat tebar benih Ikan Nilem adalah 300 ekor/m 3 atau
108.000 ekor perkolam. Kontruksi kolam berupa jenis kolam semi permanen yang
dilengkapi dengan saluran pemasukan air (inlet) yang berjumlah 1 buah dan saluran
pengeluaran (outlet) 2 buah yang ditutup dengan pipa paralon. Pembuangan pertama
berada diatas kobakan dan pembuangan kedua berada didalam kobakan yang
berukuran 2 mx 1,5 m x 0,4 m. Kolam memiliki kemaliran yang lurus dari arah
masuk nya air sampai dengan kemiringan sekitar 15-30 0, kemiringan ini dibuat untuk
mempermudah saat penyurutan air kolam.
Saat pemanenan larva dari bak fiber selesai, larva diangkat menggunakan
menggunakan seser untuk dipindahkan kedalam ember yang telah diisi air. Kemudian
dipindahkan menggunakan sendok takar kedalam plastik yang diberi air dan gas
Setelah selesai plastik diikat menggunakan karet, untuk dibawa ke kolam pendederan
1. Pendederan 1 ini merupakan tahap pemeliharaan larva awal dikolam hingga
menjadi benih dengan ukuran 2-3 cm. Pendederan 1 adalah larva berumur 4 hari yang
ditebar dikolam pendederan 1. Pendederan 1 ini biasanya dilakukan pemeliharaan
selama 2 minggu – 3 minggu. Kolam yang dipakai pendederan 1 ini adalah kolam
yang telah dipersiapkan sebelumnya.
30
adalah pupuk organik yaitu kotoran burung puyuh dengan dosis 500 g/1 m 2 atau
dengan kolam dengan volume 360 m3 membutuhkan kotoran sebanyak 90 kg.
Selama pendederan benih Ikan Nilem diberi pakan berupa pakan buatan yaitu
pakan ikan terapung yang telah dihaluskan karena memiliki kandungan nutrisi yang
cukup untuk pertumbuhan Ikan Nilem. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yaitu
32
pagi dan sore hari. Metode pemberian pakan dilakukan dengan menebar pakan ke
sekeliling kolam menggunakan centong yang dimodifikasi dengan kayu agar pakan
yang ditebar tidak terbawa angin.
Selama masa praktik kerja industri, penulis telah mendapat data sampling
pertumbuhan benih Nilem pada stadia pendederan 1. Pengambilan data pertumbuhan
dilakukan 3 kali yaitu pada saat larva, benih umur 7 hari, benih umur 14 hari dan
benih umur 30 hari. Sampling dilakukan dengan mengambil sampel ikan sebanyak 30
ekor dan diukur masing-masing panjang dan bobotnya. Dari pengamatan yang
dilakukan maka pertumbuhan panjang dan bobot benih Nilem dapat dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
33
1
0.9
0.8
Bobob (gram)
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3
Minggu (hari)
Pm = Wt - Wo
= 0,9 g – 0,02 g
= 0,88 g
Keterangan :
5.3.1 Pemanenan
1. Panen Benih
Sebelum dilakukan pemanenan maka perlu menyiapkan alat-alat yang
dibutuhkan seperti alat untuk menangkap benih, tempat untuk menampung
hasil panen sementara dan alat untuk mengangkut hasil panen. Adapun alat
yang digunakan untuk pemanenan antara lain happa berukuran 4 x 2 x 1m,
anco berukuran 1 m2, sabetan, scoopnet, bak grading, gelas ukur, pipa atau
kayu 2-3 buah untuk membuat sekat pada hapa dan ember. Panen dilakukan
pada pagi hari antara jam 07.00-09.00 WIB, hal ini bertujuan untuk
mengurangi tingkat stress benih dan juga perubahan suhu yang signifikan
pada air. Proses panen diawali dengan menyurutkan air kolam dengan
membuka dan mengganti saluran outlet dengan pipa yang berlubang yang
sudah dilapisi dengan waring/jaring. Selama penyurutan air, anco dipasang di
kobakan untuk menunggu ikan berkumpul, ikan akan berkumpul dikobakan
kemudian anco diangkat dan benih yang tertangkap di anco diserok
menggunakan sabetan secara hati-hati agar benih tidak terluka yang akan
mengakibatkan cacat fisik atau mati. Selanjutnya benih terlebih dahulu di
grading menggunakan bak grading sesuai ukuran.
Keterangan :
SR = Kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah ikan yang hidup pada awal pemeliharaan (ekor)
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil yang di peroleh selama Praktek Kerja Industri (Prakerin) Maka dapat
disimpulkan bahwa:
1 Balai Besar Perikanan budidaya air tawar Sukabumi memiliki potensi yang
cukup besar dalam pengembangan budidaya perikanan air tawar khususnya
dalam pengembangan komoditas ikan nilem sebagai upaya peningkatan produksi
dan konservasi sumber daya ikan.
2 Pemijahan Ikan Nilem dilakukan dengan semi buatan dengan pemberian hormon
Ovaprim, dan perbandingan jantan dan betina 1:1.
3 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pembenihan Ikan Nilem meliputi
pemeliharaan induk, seleksi induk, perawatan telur dan larva, pendederan,
persiapan kolam dan manajemen kualitas air.
4 Fekunditas Ikan Nilem Betina dengan bobot 13,2 kg dengan fekunditas yang
dihasilkan 50.880 butir/ekor.
5 Dari Persentase Hr pada pemanenan benih pendederan 1 sebesar 76,4%
6 Dari Persentase Sr pada pemanenan benih pendederan 1 sebesar 81,2%.
6.2 Saran
Saran yang diberikan pada kegiatan pembenihan Ikan Nilem di Balai Besar
Perikanan dan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi adalah memperbanyak
jumlah induk Nilem.
40
DAFTAR PUSTAKA
Bob Julius Onggo. 2004. Cyber Public Relations. Jakarta: Elex Media Komputindo.
DAFTAR LAMPIRAN
1. Timbangan
2. Penggaris
3. Scoop net
4. Hapa
42
5. Pemberat
6. Ember
7. Kamera digital/hp
8. Aerator/hi-blow
43
9. Bak pemijahan
14. Ovaprim
17. Anco/waring
18. Baskom
20. Centong
46
22. Sabetan
24. Blower
47