Oleh :
Nur Alfiyani
(Ketua)
Nursyahrin Alfisyah
(Anggota)
(Anggota)
(Anggota)
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul
: Pendampingan Budidaya Abalon
Haliotis asinina di Muarareja di KotaTegal
2. Bidang Pengabdian :Budidaya Perikanan
3. Ketua Tim Pengusul
a Nama Lengkap : Nur Alfiyani
bNIM
: 3215500010
c Disiplin Ilmu : Budidaya Perairan/Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
dPangkat/Golongan
: Pembina Tk I/IVa
e Jabatan : Lektor Kepala
4. Jumlah Anggota
: 3 orang
a Nama Anggota I : Nursyahrin Alfisyah
bNama Anggota II
: Fahmi Reza Pahlefi
c Nama Anggota III
: Fahrez Putra Albiyu
dJumlah Mahasiswa
: 3 orang
5. Lokasi Kegiatan
: Kelurahan Muarareja Kec.Tegal Barat KotaTegal
6. Luaran Yang Dihasilkan : Diharapkan setelah diberi pendampingan budidaya
Abalon Haliotis asinina mampu melakukan
kegiatan budidaya dengan memanfaatkan tambak
yang tersedia sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat..
7. Waktu Pelaksanaan
: 5 bulan (November - Maret 2017)
8. Jumlah Biaya Diusulkan : Rp12.500.000,-(Dua belas juta lima ratus ribu
rupiah)
Tegal, 19 November 2016
Mengetahui
Dekan,
Ketua Pelaksana,
Nur Alfiyani
NIM. 3215500010
Menyetujui,
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian KepadaMasyarakat
1.Pendahuluan
Indonesia merupakan wilayah kepulauan dengan luas wilayah laut jauh
lebih besar daripada luas daratannya. Total panjang garis pantainya adalah 81.000
km yang merupakan garis pantai terpanjang yang dimiliki suatu negara (Nontji,
1987). Namun luasnya wilayah laut Indonesia tersebut, tidak diimbangi dengan
pemanfaatannya. Saat ini, marinkultur di Indonesia hanya bergerak pada bidang
penangkapan saja, sedangkan dalam kegiatan budidaya masih sangat sedikit,
itupun hanya untuk komoditas ekonomis yang penting seperti rumput laut, kerapu,
yang lebih banyak dikenal masyarakat. Sementara di perairan laut di Indonesia
masih banyak biota-bota laut yang harus dikembangkan. Ditinjau dari adanya
potensi areal pengembangan yang tinggi, salah satunya dari komoditas
kekerangan yaitu kerang abalon.
Negara Indonesia adalah negara kepulauan, 2/3 wilayahnya terdiri dari
perairan. Hingga saat ini banyak Sekolah Perikanan dan kelautan
yang
mengelola unit produksi budidaya ikan laut, diantaranya adalah budidaya kerang
abalone, sehingga sangat penting informasi ini untuk diketahui kepada para pelaku
unit produksi kerang tersebut.
Beberapa tahun terakhir, budidaya Abalone berkembang dengan pesat di
Indonesia. Salah satu jenis Abalone yang memiliki nilai ekonomis tinggi adalah
Abalone mata tujuh (Haliotis assinina). Indonesia merupakan daerah yang cocok
untuk perkembangan abalone mata tujuh (Haliotis assinina).
Daging abalone mempunyai gizi yang cukup tinggi dengan kandungan
protein 71,99%; lemak 3,20%; serat 5,60%, abu 11,11%; dan kadar air 0,60%
serta cangkangnya dapat digunakan untuk perhiasan, pembuatan kancing baju dan
berbagai bentuk barang kerajinan lainnya.
Para petani tambak udang dan bandeng banyak yang beralih ke budidaya
rumput laut, dikarenakan kemudahan dalam budidaya dan kecocokan kondisi
lahan untuk budidaya rumput laut jenis Gracilaria sp dan meningkatnya
Sekarang permintaan
rumput laut
musim hujan cenderung mati karena salinitas yang rendah. Oleh karena pasar
yang begitu prospektif, maka budidaya rumput laut Gracillaria sp.sangat
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan
Haliotis asinina,
maka
Haliotis
asinina
2. Bagaimana
meningkatkan
pemahamanmasyarakatKelurahan
berbagai
manfaat
Muarareja
Abalon
Haliotis
asinina sebagai usaha peningkatan gizi tubuh yang berperan penting dalam
kesehatan manusia.
3. Bagaimana memotivasi masyarakat Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal
Barat di Kota Tegal bahwa usaha budidaya Abalon Haliotis asinina dapat
menjadi sumber mata pencaharian alternatif karena biaya produksinya tidak
besar serta hasilproduksinya bernilai ekonomis, selain dari itu penyedia
lapangan pekerjaan serta dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat.
3. Tinjauan Pustaka
Daging abalon mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dengan kandungan
Protein 71,99%, lemak 3,20%, serat 5,60%, dan abu 11,11%. cangkangnya
mempunyai nilai estetika yang dapat digunakan untuk perhiasan, pembuatan
kancing baju, dan berbagai bentuk barang kerajinan lainnya. Produksi abalone
saat ini lebih banyak di peroleh dari tangkapan di alam. hal tersebut akan
menimbulkan kehawatiran terjadinya penurunan produksi di alam dengan adanya
penangkapan yang dilakukan secara intensif sehingga melampaui batas
maksimum lestarinya habitat abalone, maka dari itu untuk mengatasi masalah
tersebut maka perlu dilakukan usaha pembenihan.
3.1. Mengenal Abalon
3.1.1
Anatomi Abalon
Kerang abalone memiliki satu cangkang yang terletak pada bagian
atas. Pada cangkang tersebut terdapat lubang-lubang dalam jumlah yang
sesuai dengan ukuran abalone, semakin besar ukuran kerang abalone maka
semakin banyak lubang yang terdapat pada cangkang. Lubang-lubang
tersebut tertata rapi mulai dari ujung depan hingga belakang cangkang.
Kerang abalone juga mempunyai mulut dan sungut yang terletak di bawah
cangkang serta sepasang mata.
Mouth
= Mulut
Arterior Tentacle
= Arterior tentakel
Gills
= Insang
Left Kidney
= Ginjal Kiri
Pericardium
= Perikardium
Medan Tentacle
= Medan tentakel
Posterior Yentacle
= Posterior Yentacle
(has an eyespot)
(Memiliki eyespot)
Head
= Kepala
Mande
= Mande
Vaceral Mass
= Vaceral Massa
Foot
= Kaki
Pedal Gland
= Pedal Gland
3.1.2`Habitat
Moluska mendiami semua habitat di laut, mulai dari terumbu
karang, padang lamun, pantai berbatu, pantai berpasir, dataran berlumpur,
estuari, hutan mangrove, laut dangkal, sampai palung laut. Abalone biasa
ditemukan pada daerah yang berkarang yang sekaligus dipergunakan
sebagai tempat menempel. Abalone bergerak dan berpindah tempat dengan
menggunakan satu organ yaitu kaki. Gerakan kaki yang sangat lambat
sangat memudahkan predator untuk memangsanya (Sudradjat dalam
Cholik et al., 2006).
Negara
Jenis
Afrika Selatan
Holiotis midae
Amerika Utara
H. assimilis
Keterangan
H. corrugata
H. cracherodii (black abalone)
usaha pembesaran
H. fulgens
H. kamtschatkana
H. rufescens (red abalone)
usaha pembesaran
H. sorenseni
Australia
H. laevigata
H. roci
H. rubra
Indonesia
Jepang
H. asinina
6 - 12 cm
H. crebrisculpta
2 4 cm
H. glabra
4 5 cm
H. ovina
4 6 cm
H. planata
3 4,5 cm
H. squamosa
4 7 cm
H. asinina
H. discus
produksi benih
H. discus hannai
H. diversicolor supertextra
produksi benih
H. gigantea
produksi benih
H. sieboldii
Korea
H. discus
H. discus hannai
H. gigantea
H. sieboldii
Perancis
H. tuberculate
Selandia Baru
H. australis
H. iris
Taiwan
H. asinina
pertumbuhan cepat
pasang surut
H. ovina
pertumbuhan cepat
10
H. ovina
3.1.3
Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
menunjang keberhasilan budidaya kerang abalone, kelangsungan hidup
dan pertumbuhan. Ketepatan jenis pakan yang diberikan menjadi
pertimbangan utama dalam pemberian pakan.
Pakan yang diberikan adalah rumput laut , dengan cara : Pakan
diberikan 4-5 hari sekali 2-3kg/unit wadah. Apabila bau busuk, karena
mengandung bahan beracun (NH3 dan H2S) maka dilakukan pengontrolan,
pakan yang busuk diganti baru.
Jenis pakan kerang abalone adalah seaweed yang biasa disebut
makro-alga, namun tidak semua dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai
sumber makanan. Saat ini, pakan yang terbaik yang diberikan adalah
Gracilaria sp yang merupakan makanan favorit untuk kerang abalone.
Selain Gracilaria sp, jenis seaweed yang yang lain juga dapat diberikan,
seperti Ulva sp. Saat pemberian pakan, perlu diperhatikan kebersihan dan
kesegaran pakan. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya predatorpredator yang terbawa dan menghindari pakan yang hampir/telah mati
yang nantinya akan membusuk dan menimbulkan racun bagi kerang
abalone.
11
kerang
abalon
sebagai
berikut:
Corallina
Lithothamnium
Gracilaria
Jeanerettia
Porphyra
Ecklonia
Laminaria
12
c.
Macrocystis
Nereocystis
Undaria
Sargasum
Ulva
Abalon memiliki kebiasaan makan yang tidak tentu. Tingkah laku makan dari
abalone tergantung dari tingkat pertumbuhan. Biasanya dalam sehari induk
abalone menghabiskan pakan dengan dosis 20- 25 %/ BB/ hari. Dan pakan
tersebut dihabiskan dalam 3 kali sehari. Sedangkan awal larva menetas atau
trochopore masih tergantung pada kuning telur sebagai sumber nutrisi. Ketika
mengalami metamorfosa dan menjadi veliger, larva abalone mulai melekatkan diri
pada substrat atau batu dan makan mikroalga terutama epiphite diatom seperti
navicula, nitzchia, ampora dan lain-lain. Saat abalone mencapai juvenil awal
(panjang shell (cangkang) 4 5 mm) sampai abalone dewasa menyukai pakan
berupa makroalga seperti rumput laut (seaweed). Jenis rumput laut yang dapat
dimanfaatkan kerang abalone sebagai makanan.
13
Pemberian pakan pada metode KJA berbeda dengan metode pen-culture. Pada
metode KJA, frekuensi pemberian pakan dilakukan 2-3 hari sekali sebanyak 25kg/unit wadah. Kelebihan dalam pemberian pakan pada metode KJA akan
menimbulkan bahaya yaitu matinya sebagian Gracilaria sp dalam wadah yang
menimbulkan bau busuk yang kemungkinan besar mengandung bahan beracun
(seperti NH3 dan H2S) yang dapat bersifat racun dan mematikan. Oleh karena itu,
pengelolaan dan pengontrolan pakan harus dilakukan dengan tepat.
3.1.4
Fekunditas
Abalon merupakan komoditas yang patut untuk dibudidayakan
karena memiliki nilai ekonomis tinggi. Di indonesia, budidaya abalon mulai
diteliti Loka Budidaya Laut Lombok sejak tahun 1997 dengan tingkat
kelangsungan hidup benih dilaporkan baru mencapai 0,6%. Rekayasa
teknologi yang sedang dilakukan adalah rekayasa wadah pemijahan yang
dilengkapi dengan perlakuan kejutan suhu dan diversifikasi pakan alami.
Pembenihan semi massal dilakukan melalui perlakuan kejutan suhu
dengan perbandingan jantan:betina 1:3 dan fekunditas 21.300 telur/induk
betina. Diversifikasi pakan alami bagi larva abalon dilakukan melalui
penambahan jenis pakan alami berupa Amphora sp., dan Navicula sp.
14
Pertumbuhan
Kerang abalone biasa ditemukan pada daerah yang berkarang yang
sekaligus dipergunakan sebagai tempat menempel. Kerang abalone
bergerak dan berpindah tempat dengan menggunakan satu organ yaitu
kaki. Gerakan kaki yang sangat lambat sangat memudahkan predator untuk
memangsanya.
Pada siang hari atau suasana terang, kerang abalone lebih
cenderung bersembunyi di karang-karang dan pada suasana malam atau
gelap lebih aktif melakukan gerakan berpindah tempat. Ditinjau dari segi
perairan, kehidupan kerang abalone sangat dipengaruhi oleh kualitas air.
Secara umum, spesies kerang abalone mempunyai toleransi terhadap suhu
air yang berbeda-beda.
Contoh:
H. kamtschatkana dapat hidup dalam air yang lebih dingin sedangkan
H. asinina dapat hidup dalam air bersuhu tinggi (300C).
Parameter kualitas air yang lainnya yaitu:
pH antara 7-8,
Salinitas 31-32 ppt,
H2S dan NH3 kurang dari 1ppm,
15
tingkat kekeruhan air yang lebih tinggi dan kemungkinan juga karena
konsentrasi oksigen yang rendah.
Kerang abalone adalah hewan yang sangat lambat tumbuh.
Mencapai ukuran diatas 8cm/ekor dengan berat 30-40gr/ekor, dibutuhkan
masa waktu pemeliharaan 12-14 bulan dengan ketersediaan pakan yang
selalu cukup. Pada awal pemeliharaan, pertumbuhan panjang cangkang
sejalan dengan pertumbuhan berat hingga mencapai ukuran cangkang 4cm
dengan berat 11,5-13,37gr. Setelah mencapai ukuran diatas 4cm,
pertumbuhan lebih mengarah terhadap pertumbuhan berat. Kelangsungan
hidup kerang abalone yang dicapai dalam masa pemeliharaan 12-14 bulan
sebesar 55-63%.
Sifat kerang abalone yang sangat rakus namun lambat tumbuh
mengakibatkan tingginya nilai konversi pakan (Feeding Convercation of
Ratio; FCR) yang dapat mencapai 27-29, artinya untuk meningkatkan berat
badan sebesar 1 gr, kerang abalone harus memakan makanan sebanyak 2729gr.
3.1.6
Kualitas Air
Menurut Irwan (2006), suhu yang optimal untuk abalon berkisar
antara 24o-30oC, sedangkan salinitas optimum antara 30-35 ppt. Menurut
Fallu (1991), kisaran salinitas normal yang cocok untuk pertumbuhan
abalone berkisar 33-35 ppt dan pertumbuhan hewan laut tidak optimal pada
salinitas di atas 35 ppt.
No
Parameter
Satuan
Nilai rata-rata
1.
Salinitas
ppt
30-33
2.
Suhu
29,5-30
3.
DO
mg/l
5,9-6,11
16
4.
Ph
8,2-8,9
5.
Amonia
ppm
<>
Kecerahan
>10
Klasifikasi
Kelas
Sub Kelas
Ordo
Sub Family
Family
Genus
Spesies
: Gastropoda
: Orthogastropoda
: Vetigastropoda
: Pleurotomarioidea
: Haliotidae
: Haliotis
: Haliotis asinina
Pembenihan
17
18
Pemanenan telur dilakukan saat abalone sudah terlihat memijah. Telur yang
telah dibuahi disiphon dengan selang (0,5-0,75 inchi) dan ditampung ke toples
yang dilengkapi saringan mesh size 60 m. Diameter telur berkisar 100-120 m.
Pemanenan trochopore yang terkumpul di bak penampungan telur dilakukan
dengan cara mengambilnya dengan menggunakan gayung dan disaring dengan
saringan 60m. Diupayakan trocophore tetap dalam air atau saringan terendam
air,
selanjutnya
dibilas
dan
dikumpulkan
dalam
toples
untuk
3.2
Pengadaan Induk
19
lembek/lemas,
Melekat kuat pada subtrat,
Dapat membalikkan tubuhnya segera bila diletakkan dalam air dengan posisi
terbali,
Sehat/organ tubuh tidak luka dan utuh,
Ukuran panjang cangkang 5 cm, dan
Merayap/berjalan bila dilepaskan dari genggaman.
Ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam melakukan pemilihan
diperlukan
jumlah
induk
betina
yang
lebih
banyak
20
kemerahan
21
Pilih induk yang dapat menempel dengan kuat dan bergerak secara
aktif. Induk yang tidak bergerak atau tidak menempel secara kuat
berarti kondisinya terlalu lemah.
Pemberian pakan dilakukan setiap hari atau dua hari sekali dengan
Seleksi Induk
Seleksi induk dilakukan 3-4 hari menjelang bulan terang dan bulan gelap
karena abalon akan matang gonad pada waktu-waktu tersebut sepanjang tahun.
Setyono (2003) menyatakan bahwa peristiwa pematangan sel telur H. asinina di
perairan Lombok dipengaruhi secara langsung oleh rentang pasang surut.
Lundelius & Freeman (1986) dalam Setyono (2004) menyatakan bahwa sinyal
panjang hari terang diterima oleh sebuah reseptor cahaya yang terdapat pada
ganglion otak. Sinyal tersebut selanjutnya mengaktifkan sel neurosekresi dalam
ganglion otak untuk melepaskan hormon yang menstimulasi perkembangan organ
reproduksi.
Induk yang dipijahkan biasanya berukuran cangkang 4-5 cm, dalam
kondisi segar dan sehat, tidak terluka serta gonadnya tampak menggembung
dengan warna gonad yang jelas. Warna gonad menunjukkan jenis kelamin. Gonad
jantan berwarna putih keruh dan gonad betina berwarna biru tua kehitaman.
Tingkat kematangan gonad abalon dilihat dengan memegang cangkang abalon
kemudian menyingkap otot kaki pada sisi yang berlawanan dengan letak lubang
22
TKG cukup
Otot kaki terlihat segar dengan warna gelap dan tidak lembek
Pemeliharaan induk dilakukan pada bak yang bersih. Ketinggian air dalam
bak sekitar 60-70 cm. Untuk menjaga kualitas air dilakukan sistem sirkulasi
selama 24 jam. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah induk jantan dan betina
harus dipelihara dalam bak terpisah untuk menghidndari pemijahan liar
(spontanious spawning). Abalone adalah hewan herbivora, sehingga dalam
pemeliharaan induk perlu juga disediakan fasilitas pemeliharaan rumput laut.
Pakan yang umumnya disukai abalone adalah Gracillaria.
Membedakan individu jantan dan betina secara morfologi sulit dilakukan.
Untuk melihat gonad abalone diperlukan bantuan spatula, selanjutnya otot pada
sisi yang berlawanan dari letak lubang-lubang dibagian cangkang dikuak dengan
menggunakan spatula. Induk betina ditandai dengan warna biru dan jantan dengan
warna orange muda (putih tulang). Induk yang siap dipijahkan memiliki
kandungan gonad lebih dari 60 %.
23
3.4
Fasilitas Pembenihan
Fasilitas utama dalam pembenihan abalon terdiri dari bak tendon, bak
pemeliharaan induk, bak pemijahan, bak penetasan telur yang juga berfungsi
sebagai bak pemeliharaan larva, bak pemeliharaan benih, wadah kultur pakan
alami, serta wadah penyimpanan rumput laut. Dimana dalam penempatannya
dibagi menjadi dua wadah yang berbeda, yaitu wadah pemeliharaan dan
pemijahan induk serta wadah pemeliharaan larva.
3.5
Teknologi Pembenihan
A. Seleksi Benih Siap Tebar
Benih merupakan salah tahap suatu kegiatan budidaya yang sangat
menentukan keberhasilan yang akan dicapai. Kesalahan dalam memilih
benih akan menimbulkan danpak kerugian yang besar, seperti tingginya
tingkat kematian saat proses pemeliharaan dan lambatnya pertumbuhan.
Oleh karena itu, seleksi benih sebelum penebaran harus dilakukan dengan
tepat. Kriteria benih siap tebar untuk budidaya kerang abalone adalah
sebagai berikut:
cangkang).
Telah mampu memanfaatkan pakan rumput laut segar sebagai
disentuh
jika direndam dalam air tawar akan mengkerut dan mengeras, dan
24
awal
sebelum
penebaran
adalah
aklimatisasi
atau
yang
menjadi
dasar
dalam
penentuan padat tebar pada metode pen-culture, selain sifat dan tingkah
laku kerang abalone adalah kondisi perairan saat surut terendah yang
dapat berlangsung beberapa saat. Pada saat surut, kuantitas air yang
25
26
27
tindakan
pengontrolan,
predator-predator
dapat
langsung
28
Hama pengganggu,
Penyaing
Pemangsa/predator.
Diantara ke tiga golongan hama tersebut, predator merupakan
29
Pakan yang diberikan harus dalam keadaan bersih dari partikel yang
budidaya.
Pengontrolan terhadap keadaan wadah.
E. Penyakit
Penyakit merupakan suatu hal yang sangat mengkwatirkan dalam
keberhasilan kegiatan budidaya. Penyakit pada kerang abalone akan timbul
saat kondisi kerang abalone menurun akibat adanya perubahan suatu
keadaan tertentu, seperti lingkungan yang kotor menyebabkan kualitas air
30
Gambar 13. Gejala kerang abalone yang sakit, nampak lemas (kiri), warna karat
Tindakan pencegahan merupakan tindakan yang sangat tepat sebagai
langkah awal dalam meningkatkan keberhasilan budidaya kerang abalone.
Tindakan-tindakan pencegahan terhadap penyakit dapat dilakukan dalam
beberapa cara, yaitu:
menimbulkan stress.
Gunakan bahan yang elastis untuk melepas kerang abalone dari
substrak.
Ganti wadah dan bersihkan substrak dari biota yang menempel, seperti
teritip.
Ketersediaan pakan dalam wadah budidaya selalu tersedia dan dalam
jumlah yang cukup.
3.6
Prinsip Reproduksi
Induk abalon biasanya memijah selama 3-4 hari dalam satu periode
pemijahan. Hasil pengamatan selama kegiatan pembenihan (Tabel 3)
menunjukkan bahwa rata-rata jumlah telur yang dihasilkan dari 12 ekor
induk yang sama pada satu kali periode pemijahan adalah 250.000400.000 telur dengan rata-rata 209.600 telur. Dari perhitungan ini, dapat
diketahui bahwa fekunditas induk abalon adalah 21.300 telur/induk betina.
Pemijahan abalon dapat berlangsung 2 kali dalam 1 bulan, yaitu
saat bulan gelap dan bulan terang. Pemijahan berlangsung pada malam
hari sekitar pukul 23.00 hingga 06.00. Rangsangan pemijahan yang
diberikan berupa peningkatan suhu sebesar 3-5o dari suhu normal, dalam
hal ini suhu air ditingkatkan dari 27oC menjadi 32oC. Peningkatan suhu
ini mulai dilakukan pada sore hari hingga proses pemijahan telah selesai
yang ditandai dengan telah terkumpulnya telur berwarna hijau pada egg
collector.
3.7
32
34
Perhitungan
pendapatan
kotor
mencapai
Rp.
13.070.000,-.
Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 8.030.000,- dalam kurun waktu 4 bulan /
musim tanam (Brebes Wartapedia).
3.8 Produktivitas Budidaya Tambak
Keberhasilan kegiatan budidaya tambak ditentukan berbagai faktor. Faktor utama
yang sangat menentukan produktivitas tambak adalah kualitas air dalam petakan
tambak, yang merupakan media tumbuh bagi udang/ikan yang dipelihara. Faktor
35
pertambakan harus memenuhi persyaratan fisika, kimia, biologis, teknis, sosialekonomi, hiegenis, dan legal.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi tambak antara lain melalui
ekstensifikasi usaha budidaya tambak pada lahan baru yang potensial, revitalisasi
budidaya udang pada lahan tambak yang terbengkalai (idle), dan melakukan
pemeliharaan kultivan jenis unggul, yaitu jenis kultivan yang mempunyai peluang
keberhasilan tinggi dengan masa pemeliharaan yang relatif pendek. Sedangkan
untuk meningkatkan pemasaran, maka peningkatan produksi harus diikuti dengan
upaya peningkatan daya saing produk melalui peningkatan mutu, pengembangan
produk bernilai tambah dan menekan biaya produksi / efisiensi ( Widigdo, 2000).
No
Parameter
Satuan
Nilai rata-rata
1.
Salinitas
ppt
30-33
36
2.
Suhu
29,5-30
3.
DO
mg/l
5,9-6,11
4.
Ph
8,2-8,9
5.
Amonia
ppm
<>
Kecerahan
>10
37
tumbuhan
hijau
sebagai
produsen
primer
yang
Pencemaran Tambak
Perairan sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik
diantaranya berbagai jenis logam berat berbahaya yang banyak
dihasilkandari proses industri (Kristanto, 2002) di antaranya:
Timbal (Pb) :Logam Pb dalam perairan berasal dari debu yang
mengandung logam Pb yaitu dari hasil pembakaran bensin yang
mengandung Pb tetra etil, erosi dan limbah industri (Saeni, 1989).
Darmono (1995) juga menjelaskan bahwa limbah industri yang
mengandung logam Pb, seperti industri kimia, industri percetakan, dan
industri yang memproduksi logam, dan cat akan menambah
kandungan logam Pb dalam perairan apabila limbah tersebut di buang
ke perairan.Kandungan logam Pb yang tinggi pada perairan juga dapat
berakibat buruk pada biota yang ada di dalamnya.Konsentrasi Pb yang
mencapai 188 mg/l, dapat membunuh ikan (Palar, 2004). Logam Pb
yang terdapat pada perairan akan menyebabkan proses bioakumulasi
dalam tubuh biota yang ada diperairan, misalnya ikan. Kandungan
logam Pb dalam tubuh akan mengganggu aktivitas enzim, seperti
asam amino levulinat dehidrase (ALAD), Hem sintetase, dan enzim
lain yang terlibat dalam sistem hemotopoietik. Ikan yang mengandung
Pb apabila dikonsumsi oleh manusia akan berdampak buruk bagi
manusi tersebut karena logam Pb yang bersifat akumulatif.
Adapun syarat dari kualitas air budidaya rumput laut Gracillaria adalah
sebagai berikut : (1)Substrat berlumpur atau lumpur berpasir, selalu tergenang
air laut saat surut terendah, (2)Kondisi lingkungan jauh dari bahan pencemar,
(3)Salt 18 - 33 promil dan optimum 25 promil, (4)pH 8 - 8,5, (5)Suhu 20 28 oC.
38
3.9
lepas
kolam
kolam oyster, hal ini diduga karena seaweed dapat memanfaatkan ammonia.
2. Kemampuan Rumput Laut (Gracilariasp.) Menyerap Limbah Tambak
Limbah tambak dalam konteks ini adalah bahan organik yang telah
dirombak oleh mikroorganisme (bakteri) menjadi bahan anorganik yang
berupa unsur hara (N, P, S). Hal ini untuk lebih menekankan kembali bahwa
secara utuh, bahan organik yang masih berupa protein, karbohidrat, dan lemak
dari sisa buangan, faeses dan urin tidak akan secara langsung diserap oleh
tanaman sebelum dirombak menjadi bahan yang lebih sederhana (unsur hara).
39
4.TujuanKegiatan
Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah sebagai
berikut:
1. Membantu dan melatih warga masyarakat Kelurahan Muarareja Kecamatan
Tegal Barat di KotaTegal bahwa usaha budidaya Abalon Haliotis asinina
.dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan yang ada.
2. Menambah ketrampilan sebagai mata pencaharian alternatif dan penyedia
lapangan kerja bagi masyarakat Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat
di Kota Tegal dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.
3. Sebagai upaya peningkatan gizi dan kesehatan tubuh masyarakat Kelurahan
Muaraeja Kecamatan Tegal Barat di KotaTegal.
5.Manfaat kegiatan
Manfaat dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah:
1. Bagi Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Pancasakti Tegal merupakan wujud nyata dari
salah satu Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian kepada
40
masyarakat
Haliotis
6.Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran yang strategis dalam kegiatan ini adalah para
pembudidaya rumput laut Gracillaria sp yang ada di. Kelurahan Muarareja
Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.
asinine inilah nanti kegiatan ini akan lebih disebarkan kepada seluruh
pembudidaya yang ada di wilayah tersebut.
7.Metode Pengabdian
7.1 Pendekatan Kegiatan
41
prinsip-prinsip pengelolaan
masyarakat),transparan,
accountability
(dapat
dipertanggng
jawabkan),
Pembenihan
Abalone dapat memijah sepanjang tahun. Waktu pemijahan berlangsung 2
kali setiap bulannya, yaitu waktu bulan gelap dan bulan terang. Sebelum terjadi
pemijahan, induk jantan terlebih dahulu melepaskan sperma untuk merangsang
induk betina melepaskan telur. Pemijahan umumnya terjadi pada pagi hari antara
pukul satu hingga tiga dini hari. Induk yang telah terseleksi dimasukkan kedalam
bak pemijahan dengan perbandingan jantan dan betina yaitu 1:3 atau 1:4. Induk
betina dengan cangkang berukuran 5-8 cm dapat menghasilkan 100.000 sampai 1
juta telur dalam satu kali pemijahan. Kerang bercangkang tunggal tersebut siap
42
untuk berkembang biak saat berumur sekitar delapan bulan dengan diameter
cangkang yang telah mencapai ukuran 3540 cm (Anonim, 2006).
Kerang yang siap memijah dapat dimasukkan ke dalam bak pemijahan. Bak
pemijahan dapat berupa bak fiberglass, akuarium atau toples volume yang
dilengkapi dangan saluran keluar (outlet). Bak dilengkapi air masuk, aerasi dan
heater (bila diperlukan). Pada bagian atas terdapar saluran pelimpasan yang
diarahkan ke bak penampungan telur atau trochopore. Bak penampungan telur
dilengkapi dengan egg collector berupa wadah plastik dilengkapi dengan plankton
net dengan mesh size 60 atau 80 m pada outlet saluran pelimpasan. Saat
pemijahan kondisi ruangan pemijahan dalam keadaan gelap. Selain pada bulan
gelap dan terang, pemijahan abalone juga dapat dilakukan dengan kejut suhu,
yaitu dengan menaikkan suhu sekitar 30 C dari suhu normal.
Telur abalone berwarna hijau. Telur yang terbuahi mengendap di dasar bak
dengan diameter 100-120 m. Embriogenesis berlangsung selama 8 jam dari
mulai pembuahan. Selanjutnya telur menetas menjadi trochopore yang melayang
atau planktonis. Proses perkembangan telur adalah sebagai berikut :
9. setelah telur dibuahi, proses selanjutnya adalah pembelahan pertama yang
terjadi pada menit ke-20-30 setelah pembuahan.
10. Pembelahan kedua terjadi 40-45 menit setelah proses pembuahan.
11. Pembelahan ketiga terjadi setelah 60 menit dari proses pembuahan.
12. Pembelahan keempat terjadi setelah 80-90 menit dari proses pembuahan.
13. Fase morula terjadi setelah 120 menit dari proses pembuahan.
14. Fase morula berubah menjadi fase gastrula setelah 3 jam dari proses
pembuahan.
15. Fase trochopore terbentuk setelah 6-7 jam dari proses pembuahan.
16. Fase Veliger terjadi setelah 8 jam dari proses pembuahan.
43
Pemanenan telur dilakukan saat abalone sudah terlihat memijah. Telur yang
telah dibuahi disiphon dengan selang (0,5-0,75 inchi) dan ditampung ke toples
yang dilengkapi saringan mesh size 60 m. Diameter telur berkisar 100-120 m.
Pemanenan trochopore yang terkumpul di bak penampungan telur dilakukan
dengan cara mengambilnya dengan menggunakan gayung dan disaring dengan
saringan 60m. Diupayakan trocophore tetap dalam air atau saringan terendam
air,
selanjutnya
dibilas
dan
dikumpulkan
dalam
toples
untuk
3.2
Pengadaan Induk
Mendapatkan induk abalone dapat diperoleh dengan cara menangkap dari
alam dan induk hasil breeding yang dibudidayakan. Induk dari alam biasanya
diambil dengan cara melepaskan dari subtratnya berupa karang dengan
menggunakan alat kait yang terbuat dari kawat. Untuk itu perlu diperhatikan luka
pada organ tubuh dan cangkang sebelum dijadikan induk. Memilih induk alam
biasanya karena dapat langsung diperoleh yang memiliki tingkat kematangan
gonad yang penuh.
Induk abalone yang baik adalah sebagai berikut :
Otot kaki/daging terlihat segar dengan warna yang gelap dan tidak
lembek/lemas,
Melekat kuat pada subtrat,
44
Dapat membalikkan tubuhnya segera bila diletakkan dalam air dengan posisi
terbali,
Sehat/organ tubuh tidak luka dan utuh,
Ukuran panjang cangkang 5 cm, dan
Merayap/berjalan bila dilepaskan dari genggaman.
Ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam melakukan pemilihan
diperlukan
jumlah
induk
betina
yang
lebih
banyak
45
Pilih induk yang dapat menempel dengan kuat dan bergerak secara
aktif. Induk yang tidak bergerak atau tidak menempel secara kuat
berarti kondisinya terlalu lemah.
Pemberian pakan dilakukan setiap hari atau dua hari sekali dengan
46
diberikan agar bebas dari hama/ predator seperti kepiting ataupun bintang
laut dan kotoran bahan organik dll.Stock pakan induk ditempatkan dalam
bak terpisah dengan air mengalir. Stock pakan yang menumpuk dan
disimpan terlalu lama dapat mengakibatkan pembusukan.
3.3
Seleksi Induk
Seleksi induk dilakukan 3-4 hari menjelang bulan terang dan bulan gelap
karena abalon akan matang gonad pada waktu-waktu tersebut sepanjang tahun.
Setyono (2003) menyatakan bahwa peristiwa pematangan sel telur H. asinina di
perairan Lombok dipengaruhi secara langsung oleh rentang pasang surut.
Lundelius & Freeman (1986) dalam Setyono (2004) menyatakan bahwa sinyal
panjang hari terang diterima oleh sebuah reseptor cahaya yang terdapat pada
ganglion otak. Sinyal tersebut selanjutnya mengaktifkan sel neurosekresi dalam
ganglion otak untuk melepaskan hormon yang menstimulasi perkembangan organ
reproduksi.
Induk yang dipijahkan biasanya berukuran cangkang 4-5 cm, dalam
kondisi segar dan sehat, tidak terluka serta gonadnya tampak menggembung
dengan warna gonad yang jelas. Warna gonad menunjukkan jenis kelamin. Gonad
jantan berwarna putih keruh dan gonad betina berwarna biru tua kehitaman.
Tingkat kematangan gonad abalon dilihat dengan memegang cangkang abalon
kemudian menyingkap otot kaki pada sisi yang berlawanan dengan letak lubang
cangkang menggunakan spatula berbahan plastik. Adapun karakteristik induk
abalone yang baik adalah:
TKG cukup
Otot kaki terlihat segar dengan warna gelap dan tidak lembek
47
Pemeliharaan induk dilakukan pada bak yang bersih. Ketinggian air dalam
bak sekitar 60-70 cm. Untuk menjaga kualitas air dilakukan sistem sirkulasi
selama 24 jam. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah induk jantan dan betina
harus dipelihara dalam bak terpisah untuk menghidndari pemijahan liar
(spontanious spawning). Abalone adalah hewan herbivora, sehingga dalam
pemeliharaan induk perlu juga disediakan fasilitas pemeliharaan rumput laut.
Pakan yang umumnya disukai abalone adalah Gracillaria.
Membedakan individu jantan dan betina secara morfologi sulit dilakukan.
Untuk melihat gonad abalone diperlukan bantuan spatula, selanjutnya otot pada
sisi yang berlawanan dari letak lubang-lubang dibagian cangkang dikuak dengan
menggunakan spatula. Induk betina ditandai dengan warna biru dan jantan dengan
warna orange muda (putih tulang). Induk yang siap dipijahkan memiliki
kandungan gonad lebih dari 60 %.
3.4
Fasilitas Pembenihan
Fasilitas utama dalam pembenihan abalon terdiri dari bak tendon, bak
pemeliharaan induk, bak pemijahan, bak penetasan telur yang juga berfungsi
sebagai bak pemeliharaan larva, bak pemeliharaan benih, wadah kultur pakan
alami, serta wadah penyimpanan rumput laut. Dimana dalam penempatannya
dibagi menjadi dua wadah yang berbeda, yaitu wadah pemeliharaan dan
pemijahan induk serta wadah pemeliharaan larva.
3.5
Teknologi Pembenihan
F. Seleksi Benih Siap Tebar
Benih merupakan salah tahap suatu kegiatan budidaya yang sangat
menentukan keberhasilan yang akan dicapai. Kesalahan dalam memilih
48
cangkang).
Telah mampu memanfaatkan pakan rumput laut segar sebagai
disentuh
jika direndam dalam air tawar akan mengkerut dan mengeras, dan
49
awal
sebelum
penebaran
adalah
aklimatisasi
atau
yang
menjadi
dasar
dalam
penentuan padat tebar pada metode pen-culture, selain sifat dan tingkah
laku kerang abalone adalah kondisi perairan saat surut terendah yang
dapat berlangsung beberapa saat. Pada saat surut, kuantitas air yang
berada dalam pen-culture sangat minim serta kemungkinan tidak terjadi
pertukaran air. Keadaan ini sangat mengkwatirkan jika dilakukan dalam
penebaran tinggi. Oleh karena itu, padat tebar metode pen-culture
sebaiknya berkisar antara 100-150 ekor/m2.
Cara aklimatisasi pada metode ini yaitu dengan cara
aklimatisasi dalam bak terlebih dahulu dengan mempergunakan
media air dari lokasi pen-culture. Kantong diapungkan beberapa
saat (15-20 menit), kemudian dibuka dan dimasukkan air perlahanlahan. Tebar benih abalone kedalam bak selama 20-30 menit dengan
keadaan sirkulasi air.
50
51
tindakan
pengontrolan,
predator-predator
dapat
langsung
52
53
Hama pengganggu,
Penyaing
Pemangsa/predator.
Diantara ke tiga golongan hama tersebut, predator merupakan
Pakan yang diberikan harus dalam keadaan bersih dari partikel yang
54
budidaya.
Pengontrolan terhadap keadaan wadah.
J. Penyakit
Penyakit merupakan suatu hal yang sangat mengkwatirkan dalam
keberhasilan kegiatan budidaya. Penyakit pada kerang abalone akan timbul
saat kondisi kerang abalone menurun akibat adanya perubahan suatu
keadaan tertentu, seperti lingkungan yang kotor menyebabkan kualitas air
menurun yang menimbulkan stress pada kerang abalone atau penanganan
yang kurang hati-hati yang dapat menimbulkan luka. Pada keadaan seperti
ini, kerang abalone sangat riskan terhadap serangan penyakit.
Pada metode KJA, penyebab lingkungan yang kotor sering kali
disebabkan oleh pemberian pakan yang terlalu banyak. Pakan tersebut akan
membusuk jika tidak habis dalam waktu 3-4 hari. Oleh karena itu,
pemberian pakan yang berlebihan harus dihindari serta kesegaran pakan
yang diberikan tetap terjamin.
Penyakit yang menyerang kerang abalone, saat masih terus di
identifikasi untuk mengetahui penyebabnya. Salah satu gejala yang
ditimbulkan adalah timbulnya warna merah seperti karat pada bagian
selaput gonad (bagian bawah cangkang). Kerang abalone yang mengalami
gejala ini, dalam waktu 5-6 hari lapisan selaput akan sobek, nampak lemas
dan jika dipegang sangat lembek (tidak dapat merespon ransangan luar)
yang akhirnya mengalami kematian. Tindakan pencegahan yang telah
dilakukan saat ini adalah tindakan karantina atau pemisahan pada tempat
khusus sebelum selaput gonad sobek/terpisah dari cangkang, kemudian
dilakukan tindakan pengobatan dengan cara pengolesan acriflavin atau
betadine dalam dosis tinggi (500ppm) pada selaput tersebut secara kontinyu
selama 3 hari. Tindakan ini juga dilakukan pada kerang abalone yang
mengalami luka.
55
Gambar 13. Gejala kerang abalone yang sakit, nampak lemas (kiri), warna karat
Tindakan pencegahan merupakan tindakan yang sangat tepat sebagai
langkah awal dalam meningkatkan keberhasilan budidaya kerang abalone.
Tindakan-tindakan pencegahan terhadap penyakit dapat dilakukan dalam
beberapa cara, yaitu:
menimbulkan stress.
Gunakan bahan yang elastis untuk melepas kerang abalone dari
substrak.
Ganti wadah dan bersihkan substrak dari biota yang menempel, seperti
teritip.
Ketersediaan pakan dalam wadah budidaya selalu tersedia dan dalam
jumlah yang cukup.
2.6
Prinsip Reproduksi
Induk abalon biasanya memijah selama 3-4 hari dalam satu periode
pemijahan. Hasil pengamatan selama kegiatan pembenihan (Tabel 3)
menunjukkan bahwa rata-rata jumlah telur yang dihasilkan dari 12 ekor
induk yang sama pada satu kali periode pemijahan adalah 250.000400.000 telur dengan rata-rata 209.600 telur. Dari perhitungan ini, dapat
diketahui bahwa fekunditas induk abalon adalah 21.300 telur/induk betina.
Pemijahan abalon dapat berlangsung 2 kali dalam 1 bulan, yaitu
saat bulan gelap dan bulan terang. Pemijahan berlangsung pada malam
hari sekitar pukul 23.00 hingga 06.00. Rangsangan pemijahan yang
56
diberikan berupa peningkatan suhu sebesar 3-5o dari suhu normal, dalam
hal ini suhu air ditingkatkan dari 27oC menjadi 32oC. Peningkatan suhu
ini mulai dilakukan pada sore hari hingga proses pemijahan telah selesai
yang ditandai dengan telah terkumpulnya telur berwarna hijau pada egg
collector.
2.7
57
58
akan terasa muncul dipermukaan dinding bak atau substrat. Abalone yang
telah berumur 60 hari (D60) sudah dapat dikenalkan dengan makroalga
seperti jenis Gracillaria yang ditempatkan diatas feeder plate dengan
jumlah secukupnya. Biasanya pakan akan lama habis sehingga kondisi
pakan menjadi keras atau kaku. Karena itu sebaiknya pakan diganti setiap
hari dengan yang lebih segar dan lunak.
Menjaga kualitas air dilakukan pergantian air dengan mengalirkan
air baru ke bak pemeliharaan larva. Selain pergantian air, untuk menjaga
kualitas air tetap baik, sarana lain yang perlu dibersihkan yaitu filter dan
bak tandon yang dibersihkan secara periodik. Pada umur kurang dari 60
hari tidak dianjurkan dilakukan penyiponan, karena spat kemungkinan
dapat tersedot.
8. Rancangan Evaluasi
Rancangan evaluasi dari kegiatan ini dilakukan dengan tolak ukur
sebagai berikut :
pengembangan usaha
59
No
Kegiatan
1
1
2
3
4
5
6
7
November
2
3
Bulan
Desember
2
3
4
Januari
2
3
Persiapan
Inventarisasi dan Identifikasi
Lokasi Sasaran
Sosialisasi program dan pemetaan permasalahan
Pelaksanaan kegiatan (praktek bimbingan teknis),
Evaluasi akhir
Penyusunan laporan.
60
9. DAFTAR PUSTAKA
Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama Agricultural
Experiment Station, Auburn University, Alabama, 482 p.
Garno, Y.S.
2004.
Biofilter, Biomanipulasi, Paradigma Baru dalam
Pengendalian Limbah Organik Budidaya Perikanan di Waduk dan
Tambak. Orasi Ilmiah dalam Pengukuhan Ahli Peneliti Utama Bidang
Managemen Kualitas Perairan. BPPT.
Matos, J.S. Costa. A. Rodrigues, R. Pereira, and I.S. Pinto. 2006. Experimental
Integrated Aquaculture of Fish and Red Seaweed in Northern Portugal.
Aquaculture. (252): 31-42
Patadjai, R.S. 1993. Pengaruh Pupuk TSP terhadap Pertumbuhan dan Kualitas
Rumput Laut Gracilaria gigas Harv.Tesis. Program Pascasarjana IPB.
Bogor.
61
10.
A.
No
1
2
B.
No
1
2
3
4
C.
Honorarium.
Jenis Pengeluaran
Biaya Satuan (Rp)
Ketua Pelaksana
200.000
3 Anggota Plaksana
100.000
Jumlah
Bahan dan Peralatan
Jenis Pengeluaran
Biaya Satuan (Rp)
Bibit 15 kg 10 krng
2.000
Pupuk kandang 1 KW 10
20.000
sak
NPK 5 Kg 10 sak
5000
basket10 buah
25.000
Jumlah
D.
Lain-lain
No
Jenis Pengeluaran
1
Dokumentasi
2
Review pustaka
3
Proposal dan laporan
Jumlah
E.
No
1
2
3
Jumlah (Rp)
200.000
300.000
500.000
Jumlah (Rp)
300.000
200.000
250.000
250.000
1.000.000
Jumlah (Rp)
100.000
100.000
Jumlah (Rp)
100.000
100.000
200.000
400.000
Jumlah (Rp)
500.000
1.000.000
100.000
62
Lain-lain
400.000
Jumlah Total
400.000
2.000.000
63
64