Anda di halaman 1dari 95

BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN TEKNOLOGI

SUPER INTENSIF DI PT ESAPUTLii PRAKARSA UTAMA


KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

HAMDANI AKBAR
071 2019 0004

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN TEKNOLOGI
SUPER INTENSIF DI PT ESAPUTLii PRAKARSA UTAMA
KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Laporan praktek kerja profesi (PKP) ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk penyelesaian studi pada fakultas perikanan dan ilmu kelautan
universitas muslim Indonesia

HAMDANI AKBAR
071 2019 0004

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

Judul Praktek Kerja Profesi : Budidaya Udang Vaname Dengan Teknologi

Super Intensif Di Pt Esaputlii Prakarsa Utama

Kabupaten Barru Sulawesi Selatan

Nama : Hamdani Akbar

Nim : 071 2019 0004

Jurusan : Budidaya Perairan

Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan

SK pembimbing : 751/H.20/FPIK-UMI/VII/2022

Laporan Ini Telah Diperiksa dan Disetujui

Oleh Komisi Pembimbing:

Ir. Muh. Saenong, MP Bilal Muzammil Salsabil, S.Kel


Pembimbing Utama Pembimbing Lapangan

Diketahui oleh:

Dr. Ir.H. Harlina, MP


Ketua Program Studi
RINGKASAN
HAMDANI AKBAR, 07120190004. Budidaya Udang Vaname
Dengan Teknologi Super Intensif Di Pt Esaputlii Prakarsa Utama Kabupaten
Barru Sulawesi Selatan.

Kegiatan pembesaran udang vaname secara intensif yang ditandai


dengan padat tebar yang tinggi, padat modal serta teknologi. Tahapan-tahapan
pembesaran udang dimulai dari tahapan pertama yaitu persiapan lahan yang
meliputi pengeringan, perbaikan konstruksi, pengapuran, pemupukan,
pemberantasan hama dan pengisian air. Tahap kedua penebaran benih mulai
dari padat tebar, jumlah tebar dan waktu serta cara penebaran benih, tahap
ketiga untuk budidaya udang yaitu pemeliharaan yang meliputi menajemen
kualitas air, manajemen pakan, pengendalian hama penyakit dan sampling
serta tahap terakhir untuk budidaya udang vaname yaitu panen dan pasca
panen.

Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan mulai sejak tanggal 20 Juni


2022 sampai dengan 22 Agustus 2022 di PT Esaputlii Prakarsa Utama (Benur
Kita) Desa Jalang’E Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru, Sulawesi
Selatan. Tujuan dari dilakukannya Peraktek Kerja Lapang ini Mahasiswa
mendapatkan pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas yang terdapat pada
pembesaran udang vaname di PT Esaputlii Prakarsa Utama. Kegunaan dari
praktek kerja lapang ini adalah mengaplikasikan ilmu yang didapat dari
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UMI, menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dalam bidang perikanan khususnya mengetahui tentang Teknik
pembesaran Udang Vaname di PT Esaputlii Prakarsa Utama (Benur Kita).
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya. Beserta keluarga dan para sahabatnya, yang telah

menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang

sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam, sehingga penulis dapat

melaksanakan tanggung jawab yaitu kegiatan Praktek Kerja Profesi di PT

Esaputlii Prakarsa Utama dan berhasil menyelesaikan laporan yang

sebagimana mestinya dengan judul “Budidaya Udang Vaname Dengan

Teknologi Super Intensif Di Pt Esaputlii Prakarsa Utama Kabupaten Barru

Sulawesi Selatan” dengan baik dan tepat waktu.

Dalam penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari dukungan dan

dorongan dari beberapa pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan

ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua penulis yang sangat penulis hormati, sayangi, dan

cintai Marsus Djafar dan Rosmiati yang telah melahirkan dan

membesarkan penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang, selalu

memberikan dukungan baik berupa materi maupun doa dalam setiap

langkah hingga penulis dapat sampai pada titik yang sekarang

2. Bapak Dr. Ir. Abdul Rauf, M. Si selaku Dekan Fakultas Perikanan


Fakultas Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Muslim

Indonesia

3. Ibu Dr. Ir. H. Harlina, MP, Ketua Program Studi Budidaya Perairan

Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universutas Muslim Indonesia

4. Bapak Ir. Muh. Saenong, MP selaku pembimbing utama

5. Bapak Drs. H. Eddy Baramuli selaku Direktur Utama PT Esaputlii

Prakarsa Utama, serta seluruh staf yang telah bersedia menerima

penulis untuk melaksanakan Praktik Kerja Profesi.

6. Bapak Bilal Muzammil Salsabil, S.Kel selaku pembimbing lapangan

yang telah memberi arahan dan masukan selama penulis melaksanakan

Praktek Profesi

7. Kak Anca, Kak Sakka, Kak Acca, Kak Erna, dan Kak Bahar selaku

pegawai dan teknisi di divisi pembesaran udang vaname yang selalu

siap berbagi ilmu dan arahan selama penulis melaksanakan praktek

kerja Profesi.

8. Rekan-rekan praktek kerja Profesi (PKP) di PT Esaputlii Prakarsa

Utama (Benur Kita)

9. Mahasiswa BDP UMI 2019 yang senantiasa memberikan semangat

pada penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

10. Fajrin, Fikram, haykal, Ilham, Trys, Agil dan Candra yang selalu

memberikan semangat kepada penulis

11. Semua pihak yang tidak penulis sebut satu-persatu yang telah ikut

membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan


laporan.

Dengan demikian laporan ini disusun, semoga dapat bermanfaat dan

memberi nilai untuk kepentingan ilmu pengetahuan selanjutnya, segala amal

baik serta jasa dari pihak yang membantu penulis mendapat berkah dan

karunia Allah SWT. Amiin Walahu Aamiin.

Wassalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 27 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING.......................................................ii

RINGKASAN..........................................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iv

DAFTAR ISI..........................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x

DAFTAR TABEL..................................................................................................xii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1.Latar Belakang...............................................................................................1

1.2. Tujuan dan Kegunaan...................................................................................2

1.3. Waktu dan Tempat.......................................................................................2

BAB II KEADAAN UMUM..................................................................................3

2.1. Letak Geografis PT Esaputlii Prakarsa Utama..............................................6

2.2. Sejarah Singkat PT Esaputlii Prakarsa Utama.............................................3

2.3. Visi dan Misi Perusahaan.............................................................................7

2.3.1. Visi..................................................................................................7

2.3.2. Misi.................................................................................................8

2.4. Struktur Organisasi.....................................Error! Bookmark not defined.

2.5. Sarana dan Prasarana....................................................................................8


2.5.1. Fasilitas Utama...............................................................................8

2.5.2. Fasilitas Pendukung.......................................................................15

BAB III KEGIATAN UMUM..............................................................................25

3.1 Persiapan Wadah dan Media........................................................................25

3.1.1 Pengeringan dan Pembersihan Wadah...........................................25

3.1.2 Pemasangan dan Pemeriksaan Peralatan Tambak..........................26

3.1.3 Pengisian dan Persiapan Air...........................................................27

3.1.4 Pembentukan Air............................................................................28

3.2 Penebaran Benur...........................................................................................32

3.2.1 Penentuan Kebutuhan Benur..........................................................32

3.2.2 Perakitan Alat Penebaran Benur.....................................................33

3.2.3 Penanganan Benur..........................................................................34

3.2.4 Aklimatisasi dan Penebaran Benur.................................................35

3.3 Pengelolaan Air............................................................................................36

3.3.1 Pengelolaan Kualitas Air................................................................37

3.3.2 Perlakuan Probotik.........................................................................39

3.3.3 Perlakuan Mineral dan disinfeksi...................................................43

3.3.4 Penambahan Air.............................................................................44

3.3.5 penyiponan Dasar Tambak.............................................................44


3.3.6 Pembuangan Lumpur......................................................................45

3.4 Pemantauan Pertumbuhan dan Populasi Udang...........................................46

3.5 Penanganan Hama dan Penyakit..................................................................47

3.6 Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen....................................................48

3.6.1 Pemanenan......................................................................................48

3.6.2 Penanganan Pasca Panen................................................................49

BAB IV KEGIATAN KHUSUS...........................................................................51

4.1. Manajemen Pemberian Pakan....................................................................51

4.1.1. Blind Feeding................................................................................52

4.1.2 Pemberian Pakan Pasca Panen Blind Feeding dan Pasca Panen

Parsial...............................................................................................54

4.2. Penggunaan Automatic Feeder....................................................................57

4.3. Pemberian Fermentasi Probiotik dan Suplemen pada Pakan......................58

4.4. Penyimpanan Pakan....................................................................................59

BAB V PENUTUP................................................................................................61

5.1. Kesimpulan..................................................................................................61

5.2. Saran...........................................................................................................61

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................62

LAMPIRAN...........................................................................................................65
DAFTAR GAMBAR

1. Struktur Organisasi PT EPU................................................................................5

2. Tambak udang PT EPU........................................................................................9

3. Sketsa tambak....................................................................................................10

4. Tandon Treatment dan sedimentasi...................................................................11

5. Sistem Aerasi : a) Kincir 2 HP, b) Kincir 1 HP, c) Blower 15 HP....................12

6. Pipa Inlet............................................................................................................12

7. Salurran pembuangan air : a) saluran pembuangan ke IPAL,............................13

8. Central drain.......................................................................................................14

9. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) di PT EPU.......................................17

10. Automatic Feeder.............................................................................................19

11. Anco.................................................................................................................20

12. Secchi disk........................................................................................................22

13. Saluran Inlet.....................................................................................................28

14. Perakitan alat tebar benur.................................................................................34

15. Proses pemindahan benur.................................................................................35

16. Aklimatisasi benur...........................................................................................36

17. Pengukuran parameter kualitas air : a) parameter kimia, b) parameter biologi,

c) parameter fisika..................................................................................................38

18. Probiotik Bacillus sp........................................................................................41

19. Probiotik bakteri Thiobacillus sp.....................................................................42

20. Probiotik mengandung kapang.........................................................................42

21. Probiotik bakteri Lactobacillus sp...................................................................43


22. Mineral.............................................................................................................44

23. Pengangkatan pipa pembuangan air.................................................................46

24. Sampling menggunakan anco..........................................................................46

25. Monitoring Pakan menggunakan Anco............................................................57

26. Automatic Feeder.............................................................................................58

27. Tempat penyimpanan pakan............................................................................60


DAFTAR TABEL

1. Daftar bangunan pada Tambak..........................................................................15

2. Peralatan laboratorium tambak PT Esaputlii Prakarsa Utama (EPU)................22

3. Proses pembentukan air.....................................................................................29

4. Data penebaran benur.........................................................................................33

5. Kualitas air tambak............................................................................................38

6. Data sampling pertumbuhan udang pada petak 7..............................................47

7. Jenis pakan yang digunakan...............................................................................51

8. Program Penambahan pakan pada metode blind feeding..................................52

9. Pembagian persentase pakan blind feeding pada feeding frequency di tambak

PT Esaputlii Prakarsa Utama.................................................................................54

10. Feeding rate berdasarkan berat rata-rata udang sebagai penentuan pakan

harian di PT Esaputlii Prakarsa Utama..................................................................55

11. Analisa anco pasca blind feeding di tambak PT Esaputlii Prakarsa Utama.....56

12. Persentase pakan anco pasca blind feeding di tambak PT Esaputlii Prakarsa

Utama.....................................................................................................................56
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan perikanan budidaya merupakan salah satu unsur penting dalam

sektor perikanan di Indonesia. Hal tersebut berkaitan dengan perannya sebagai

salah satu penunjang persediaan pangan nasional, penciptaan pendapatan

masyarakat dan lapangan kerja serta mendatangkan penerimaan negara melalui

ekspor.

Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis udang

introduksi yang akhir-akhir ini banyak diminati, karena memiliki keunggualan

seperti tahan penyakit, pertumbuhannya cepat (masa pemeliharaan 100-110 hari),

sintasan selama pemeliharaan tinggi dan nilai konversi pakan (FCR) rendah

(1,1,3)udang vaname hanya dapat dibudibayakan secara intensif. Anggapan

tersebut tidaklah sepenuhnya benar, karena hasil kajian menunjukkan bahwa

vaname juga dapat di produksi dengan pola tradisional. Bahkan dengan pola

tradisional petambak dapat menghasilkan ukuran panen yang lebih besar sehingga

harga perkilogramnya menjadi lebih mahal. Teknologi yang tersedia saat ini

masih untuk pola intensif dan semi intensif, Padahal luas awal pertambakan di

Indonesia yang mencapai sekitar 360.000 Ha, 80% digarap oleh petambak yang

kurang mampu (Gayu Joko Daryono,2013).

Kegiatan pembesaran udang vaname secara intensif yang ditandai dengan

padat tebar yang tinggi, padat modal serta teknologi. Tahapan-tahapan

pembesaran udang dimulai dari tahapan pertama yaitu persiapan lahan yang
2

meliputi pengeringan, perbaikan konstruksi, pengapuran, pemupukan,

pemberantasan hama dan pengisian air. Tahap kedua penebaran benih mulai dari

padat tebar, jumlah tebar dan waktu serta cara penebaran benih, tahap ketiga

untuk budidaya udang yaitu pemeliharaan yang meliputi menajemen kualitas air,

manajemen pakan, pengendalian hama penyakit dan sampling serta tahap terakhir

untuk budidaya udang vaname yaitu panen dan pasca panen.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis tertarik

melakukan praktek kerja lapang dengan judul “Teknik Budidaya Udang Vaname

(Litopenaeus Vannamei) Dengan Teknologi Super Intensif Di PT Esaputlii

Prakarsa Utama

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya Praktek Kerja Profesi (PKP) adalah untuk

menerapkan teori yang telah didapatkan saat kuliah.

Kegunaan dilakukannya Praktek Kerja Profesi (PKP) adalah menambah

keterampilan penulis dalam bidang pembesaran udang vaname (Litopenaeus

Vannamei) pada tambak supra intensif.

1.3. Waktu dan Tempat

Praktek Kerja Profesi (PKP) dilaksanakan selama dua bulan dimulai pada

tanggal 20 Juni sampai dengan 20 Agustus 2022 yang bertempat di PT

Esaputlii Prakarsa Utama (Benur Kita) Desa Jalang’E Kecamatan Mallusetasi

Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.


3
BAB II
KEADAAN UMUM
2.1. Sejarah Singkat PT Esaputlii Prakarsa Utama

PT. ESAPUTLII PRAKARSA UTAMA merupakan Perusahaan yang

berada didaerah Jalang’E kelurahan Mallawa Kecamatan Mallusetasi Kabupaten

Barru. Cikal bakal dari PT tersebut yaitu:

1. Pada tahun 1984 PT. EBAR JAYA (Mengelola usaha penggelondongan

benur)

2. Pada tahun 1986 PT. BIDADARI LAUT Pembenihan udang Windu yang

mempunyai 3 orang pemegang saham yaitu Drs. H. Eddy Baramuli, Rita

Baramuli, dan Tejo atau David.

3. Pada tahun 1989 PT. MUTIARA SAMUDRA (Fishery Industries) dengan

pemilik saham tunggal sepenuhnya oleh Drs. H. Eddy Baramuli

4. Pada tahun 1998-Sekarang PT. ESAPUTLI PRAKARSA UTAMA (Benur

Kita

PT. Esaputlii Prakarsa Utama (Benur Kita) merupakan perusahaan yang

berdiri sendiri. Ada beberapa Bidang Usaha dari Perusahaan Tersebut

diantaranya:

1. Awal Penggelonggongan (Bibit yang berasal dari Jawa) pada tahun 1984

mengelola usaha penggelonggongan benur yang memasok produksi benur

dari PT Mega Mariculture, Kepulauan Seribu, Jakarta.

2. Pembenihan Udang Windu (Mengelola sendiri Windu) tahun 1986 sudah

mulai mengelola sendiri udang windu

3. Pembenihan Ikan Bandeng tahun 1989


5

4. Pembenihan Udang Vaname tahun 2006

5. Tambak Udang Vaname tahun 2013

Kepemilikan saham diambil alih oleh Drs. H. Eddy Baramuli sebagai

pemegang saham tunggal melalui Akte Notaris Sitske Limowa No. 62 tahun 1998,

kemudian pada tahun 1998 berganti nama menjadi PT. Esaputlii Prakarsa Utama

hingga saat ini dikenal dengan nama tersebut atau dengan nama Benur Kita. Pada

tahun 2000-2006 perusahaan tersebut mengalami kemunduran sehingga proses

produksi terpakasa dihentikan dan perusahaan tersebut ditutup. Ada banyak

permasalahan-permasalahan yang terjadi sehingga mengalami kemunduran

diantaranya, masalah penyakit dilapangan dan lingkungan yang rusak akibat

tambak yang tidak diperbaiki dan saluran airnya yang rusak. Selanjutnya pada

tahun 2006 munculah udang vaname yang lebih bagus dari pada Udang Windu.

Adapun bidang usaha perusahaan ini yaitu pada tahun 2006 pemeliharaan udang

windu, ikan bandeng, tambak udang windu, serta pembenihan udang vannamei

tetapi sejak tahun 2013 berfokus pada bidang usaha tambak udang vannamei atau

tambak supra intensif sampai saat ini.

Tambak udang di PT. Esaputlii Prakarsa Utama merupakan tempat untuk

memproduksi udang ukuran konsumsi. Tambak ini, telah berdiri sejak tahun 2013

menggunakan wadah budidaya beton berjumlah satu petak tambak dengan luas

3000 m2 . Tambak udang mengalami penambahan sebanyak dua unit pada tahun

2014 dan pada tahun 2015. Budidaya pembesaran udang mengalami pertambahan

jumlah tambak sebanyak tiga unit dan satu petak tandon pada tahun 2017, pada

tahun 2018 memiliki 6 petak tambak produksi, dua tandon treatment dan satu
6

tandon sedimentasi. PT. Esaputlii Prakarsa Utama memiliki tiga unit petak tambak

dengan luas 1000 m2 , satu tandon treatment dan satu tandon sedimentasi pada

tahun 2019. Sistem budidaya yang digunakan pada tahun 2013 sampai 2015

menggunakan open system air laut atau sistem terbuka yang menggunakan arus

air yang mengalir secara alami yang akan membawa oksigen ke dalam perairan

budidaya. Sistem budidaya yang digunakan pada tahun 2016 sampai 2019

menggunakan sistem budidaya closed water circulation system atau sistem

tertutup dengan sedikit sirkulasi, air budidaya yang berada di tambak udang

tersebut mampu berganti air bertahap 5-10%/hari.

Adapun struktur organisasi yang digunakan di PT. Esaputlii Prakarsa

Utama adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Struktur Organisasi PT EPU


Sumber: Arsip perusahaan
7

2.2. Letak Geografis PT Esaputlii Prakarsa Utama

Keterangan :

A.Tambak pembesaran

B.Tandon Treatment

C.Tandon pengendapan

D.kantor dan gudang pakan

E.IPAL

Gambar 2. Peta lokasi PT EPU


Sumber: Google maps

1. Topografi

Keadaan tambak di PT. Esaputlii Prakarsa Utama berada dekat

dengan laut sehingga dapat menyuplai air laut untuk memenuhi kebutuhan

pemeliharaan ikan Bandeng dan Udang Vaname.

2. Vegetasi

Disekitar tambak terdapat beberapa tanaman seperti mangrove,

pohon kelapa, pohon ketapang, dan pohon pisang.

3. Hidrologi

Kondisi hidrologi disekitar perusahaan cukup baik dan memenuhi

syarat dengan alasan sebagai berikut:

a. Kualitas air yang cukup baik karena bebas dari pencemaran dan

gas-gas beracun.
8

b. Terhindar dari lalu lintas laut serta pembuangan limbah industri.

c. Suhu berkisar antara 29 - 33ᴼ C

d. Salinitas 25-30 ppt e. pH 7,5 – 8,5

4. Sosial Ekonomi

a. Aspek soisal meliputi:

1) Dengan adanya tambak tersebut, dapat memberikan

lowongan kerja bagi masyarakat setempat.

2) Terjalinnya hubungan umanism yang baik antara

masyarakat setempat dengan para karyawan.

b. Aspek ekonomi meliputi:

1) Transportasi umum mudah dijangkau karena adanya

fasilitas jalan raya, sehingga proses pengiriman barang ke

konsumen dapat diantarkan tepat waktu.

2) Adanya penyediaan asrama/mess di dalam areal perusahaan

untuk para teknisi/karyawan sehingga mempermudah untuk

melakukan pengontrolan dan menghemat biaya, waktu dan

juga tenaga

Peta lokasi tambak pemeliharaan PT. Esaputlii Prakarsa Utama terletak di

Jl. Poros Makassar - Parepare KM. 138 Desa JalangE, Kelurahan Mallawa,

Kecamatan Mallusetasi, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Lokasi tambak

memiliki 5 petak yang terdiri dari 3 petak produksi dan 2 petak tandon. Petakan

produksi masing masing berukuran 1000 m2 , sedangkan tendon berukuran.


9

2.3. Visi dan Misi Perusahaan

2.3.1. Visi

Terwujudnya perusahaan PT. Esaputlii Prakarsa Utama sebagai

perusahaan industri perikanan budidaya terintegrasi dan modern serta terkemuka

di Indonesia

2.3.2. Misi

a. Menjalankan usaha industri perikanan budidaya secara terintegrasi dengan

berdasarkan management perusahaan modern

b. Mengutamaan prinsip prinsip komersial yang kuat dengan profesionalisme

karyawan dan terus berinovasi untuk optimalisasi profit.

c. Membangun kemitraan yang saling menguntungkan dan koordinasi yang

erat dengan pasma sebagai perusahaan terdepan dalam pengembangan

budidaya perikanan.

2.4. Sarana dan Prasarana

Kegiatan pembesaran udang vaname di PT. Esaputlii Prakarsa Utama

(EPU) dilaksanakan di Desa Jalange, Kelurahan Mallawa, Kecamatan Mallusetasi,

Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Fasilitas yang digunakan sebagai penunjang

kegiatan budidaya udang vaname dibagi menjadi dua yaitu fasilitas utama dan

fasilitas pendukung kegiatan budidaya.

2.4.1. Fasilitas Utama

Fasilitas utama adalah komponen terpenting dalam kegiatan budidaya

yang berfungsi sebagai penggerak utama dalam kegiatan produksi udang vaname.

Fasilitas utama yang terdapat ditambak PT EPU Meliputi wadah budidaya, sistem
10

tata air, sistem aerasi, inlet tambak, pembuangan air (outlet tambak), central drain

dan pembuangan lumpur, dan sistem kelistrikan .

2.4.1.1 Wadah Budidaya

Pembesaran udang vaname supra intensif yang dilakukan di PT EPU

menggunakan wadah budidaya berupa tambak beton berbentuk persegi delapan

(gambar) sebanyak tiga petakan tambak berukuran 32 x 32 x 2,5 m dengan luas

masing-masing petakan sebesar 1000 m2. Masing-masing petakan memiliki dua

unit blower dan memiliki ruang panel kincir dan ruang blower, kemudian untuk

panel pompa air terdapat diruang panel kincir petakan tambak nomor Sembilan.

Gambar 3. Tambak udang PT EPU


Sumber: dokumentasi pribadi

Jarak antar petakan tambak sejauh 2 m dengan lebar pematang pada

masing-masing petakan tambak adalah 0,5 m. petakan tambak dilengkapi dengan

jembatan pada setiap ujungnya, 1 inlet berukuran 8 inci, dan 3 outlet berukuran 10

inci, satu central drain, saluran pembuangan lumpur dengan ukuran 8 inci, dan 3

outlet berukuran 10 inci, satu central drain, saluran pembuangan lumpur dengan
11

ukuran 8 inci, dan pipa aerasi yang berukuran 4 inci. Jumlah kincir sebanyak 11

unit perpetak yang ditempatkan dengan formasi searah jarum jam. Tinggi air

yang digunakan pada budidaya udang vaname 1,7-1,9 m. sketsa tambak dapat

dilihat pada gambar

15

Gambar 4. Sketsa tambak


Sumber: arsip perusahaan
2.4.1.2. Sistem Pengairan

Air adalah factor penting yang memengaruhi keberhasilan kegiatan budidaya,

sumber air yang digunakan pada tambak PT EPU berasal dari selat Makassar,

Jarak pengambilan air laut sekitar 150 m dari rumah pompa air dengan kedalaman

7 m dibawah surut terendah dari permukaan air laut (Gambar 16a). air laut disedot
12

menggunakan 2 unit pompa dengan kapasitas 15 HP air dialirkan melaui pipa

niagara berukuran 8 inci dengan saringan yang dilapisi oleh arang aktif dan

waring hitam yang langsung dihubungkan dengan ujung pipa. Sebelum air masuk

kedalam tambak pemeliharaan, air terlebih dahulu dialirkan pada tandon

penampungan berukuran 2500 m2 dengan kedalaman 2,5 m. Air laut pada

tandon penampungan di treatment menggunakan kaporit dengan dosis 10 mg/liter

dan diberi perlakuan kincir sebanyak enam unit berkapasitas 2 HP selama 24 jam

untuk menyebarkan kaporit dan menetralkan residu kaporit. Air laut yang telah

ditreatment dialirkan terlebih dahulu kedalam tandon sedimentasi dengan luasan

tandon 1500 m2 yang diendapkan selama 12 jam sebelum akhirnya didistribusikan

ke dalam tambak budidaya.

Gambar 5. Tandon Treatment dan sedimentasi


Sumber: dokumentasi pribadi
2.4.1.3. Sistem Aerasi

Sistem aerasi berfungsi untuk menyuplai oksigen di perairan. Fungsi lain

dari sistem aerasi yaitu membantu pengadukan bahan kimia, probiotik,

desinfektan, menyebarkan pakan, mengalirkan kotoran klekap dipinggir petakan,

serta mengurangi kandungan amoniak yang terdapat didalam lumpur pada tambak

budidaya. Sistem aerasi yang digunakan pada tambak budidaya supra intensif di
13

PT EPU yaitu tipe attect dengan model dua kipas kincir yang berkapasitas 15 HP

berjumlah enam unit, masing-masing petak dipasang dua unit blower. Setiap petak

memiliki 10 kincir dengan formasi searah. Kincir pada tandon penampungan

airlaut berjumlah empat unit dengan model 4 kipas kincir yang berkapasitas 2

HP.

a b

Gambar 6. Sistem Aerasi : a) Kincir 2 HP, b) Kincir 1 HP, c) Blower 15 HP


Sumber: dokumentasi pribadi
2.4.1.4 Inlet Tambak

Inlet tambak adalah saluran yang terhubung langsung dengan kanal atau pipa

dari pompa air. Inlet digunakan sebagai saluran pengisian air laut ketiap petakan.

Masing-masing inlet yang ada ditambak PT EPU diberi waring sebagai penyaring

dengan tujuan kotoran dari sumber air tidak masuk ke petakan (gambar 18).

Bahan yang digunakan untuk inlet adalah pipa berukuran 12 inci dan masing-
14

masing petakan memiliki satu saluran inlet.

Gambar 7. Pipa Inlet

Sumber: dokumentasi pribadi

2.4.1.5 saluran pembuangan Air

Saluran pembuangan air terdapat pada masing-masing petakan. Saluran

pembuangan air dibuka pada saat panen total dan pengeringan tambak (gambar).

Diameter pipa outlet yang digunakan pada masing-masing petakan tambak yaitu

10 sampai 12 inci. Masing-masing petakan tambak di PT EPU memiliki tiga unit

outlet yang terdapat pada pada jembatan tambak dengan tinggi 3 m yang

digunakan pada saat pengeringan air tambak serta pada saat pemanenan total.

Saluran pembuangan air disetiap petakan terhubung dengan saluran pembuangan

air (gambar) pada instalasi pengelolaan air limbah.

a b

Gambar 8. Salurran pembuangan air : a) saluran pembuangan ke IPAL,


Sumber: dokumentasi pribadi

2.4.1.6 Central Drain dan Pembuangan Lumpur

Central drain adalah tempat keluarnya kotoran/limbah budidaya melalui pipa 8

inci yang dilubangi yang dilubangi dengan diameter 3 cm. Central drain di tambak
15

PT EPU dipasang ditengah petakan tambak dengan kedalaman 50 cm. (gambar

20a ) dan terhubung dengan saluran pembuangan air (gambar). Selama

pemeliharaan awal central drain ditutup menggunakan waring agar udang tidak

masuk ke saluran pembuangan. Central drain berfungsi sebagai tempat

pengeluaran air dan untuk memudahkan teknisi saat membersihkan

kotoran/limbah budidaya di tambak.

Gambar 9. Central drain


Sumber: dokumentasi pribadi

2.4.1.7. Sistem Kelistrikan

Energi listrik yang digunakan dalam kegiatan pembesaran udang vaname PT

EPU berasal dari PLN dengan daya listrik sebesar 197 KVA berjumlah 2 unit

(gambar 21a) dan satu unit genset berkapasitas 500 KVA yang berukuran 2,5 m x

1,5 m. Generator set (gambar 21) digunakan saat terjadi pemadaman listrik dari

PLN.
16

Divisi tambak PT EPU menghabiskan daya listrik mencapai 98 KVA. Genset

dioperasikan secara manual, apabila terjadi pemadaman listrik dari PLN. Divisi

tambak PT EPU memasang alarm khusus dan akan berbunyi Ketika terjadi

pemadaman listrik agar karyawan tambak bisa segera menyalakan genset dan

mematikan genset apabila listrik dari PLN telah menyala. Hal ini diharapkan

mampu mengoptimalkan kegiatan budidaya karena listrik merupakan salah satu

factor yang sangat penting dalam kegiatan budidaya udang dengan sistem supra

intensif.

2.4.2. Fasilitas Pendukung

Fasilitas pendukung adalah berperan sebagai penunjang kegiatan

pembesaran udang vaname supra intensif. Fasilitas pendukung diantaranya adalah

bangunan, alat transportasi dan peralatan. Berikut merupakan fasilitas pendukung

yang berada di PT EPU.

2.4.2.1. Bangunan

Bangunan yang dimiliki oleh tambak EPU meliputi kantor, Gudang

laboratorium, ruang panel listrik, ruang genset, ruang blower, ruang panel kincir

dan pompa air, serta mes karyawan. Fasilitas bangunan di tambak PT EPU dapat

dilihat pada Tabel 8

Tabel 1. Daftar bangunan pada Tambak

No Jenis bangunan Spesifikasi Jumlah


1. Kantor 10 x 15 1
2. Gudang 23 x 15 1
3. Laboratorium 5x5 1
4. Ruang panel listrik 3x3 2
17

5. Ruang genset 7x5 1


6. Ruang blower 3x3 3
7. Ruang panel kincir dan pompa air 3x3 3
8. Rumah kultur probiotik 3x4 1
9. Mes karyawan 8x5 4
10. Kamar mandi 2x3 1

2.4.2.2 Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)

Kegiatan pembesaran udang vaname yang dilakukan dengan sistem supra

intensif menghasilkan limbah yang dapat berpengaruh negatif pada perairan.

Sumber limbah terbesar dalam kegiatan budidaya ini adalah sisa pakan dan feses

udang yang dapat menimbulkan pertumbuhan dari mikroorganisme patogen

sehingga akan sangat berbahaya jika langsung dibuang ke perairan. Padat

penebaran yang sangat tinggi sebanyak 1.000.000 ekor/petak membutuhkan pakan

yang begitu besar selama kegiatan budidaya yang mana tidak semua pakan yang

diberikan dapat dimakan oleh udang, sehingga sisa pakan dapat menimbulkan

polutan. Pengelolaan air buangan tambak merupakan salah satu upaya untuk

mengurangi bahan pencemar yang terkandung dalam air buangan tambak

sehingga aman dan tidak menimbulkan kerusakan pada lingkungan ketika dibuang

kembali ke perairan. Upaya PT EPU dalam penerapan Instalasi Pengelolaan Air

Limbah (IPAL) dengan membangun tandon air limbah dengan perlakuan fisika

dan biologi.

SKEMA IPAL PT EPU

Tandon Tandon
Air laut Tambak
treatment pengendap
Saluran pembuangan air
18

Wadah Saringan Pengendapa


pengendapan Biofiltrasi
fisik n zig-zag

Parit pembuangan
Biokontrol
Pengelolaan limbah yang dilakukan diantaranya pengendapan, saringan fisik,

pengendapan zig-zag, bio filtrasi, dan bio kontrol. Air buangan dari tambak
Laut
dialirkan ke wadah pengendapan melalui parit, dari wadah pengendapan air

melewati filter fisik berupa sekat/saringan dari besi untuk menyaring sampah air.

Air limbah dari pengendapan dialirkan menuju wadah pengendapan zig-zag untuk

mengurangi kotoran yang masih tersisa di air, kemudian dialirkan ke kolam

biofiltrasi yang berisi ikan nila, ikan bandeng dan kerang-kerangan yang bertujuan

untuk menyerap kandungan organik di perairan penambahan kincir dilakukan di

wadah biofilter dengan tujuan untuk membantu proses oksidasi. Air limbah dari

kolam biofiltrasi diolah menuju wadah bio kontrol menggunakan ikan nila dan

ikan-ikan kecil dari laut. Setelah melalui beberapa proses tersebut, air dialirkan

menuju parit yang ujungnya langsung ke laut. Pengerukan kualitas air di IPAL
19

dilakukan setiap minggu oleh bagian laboratorium dan mikrobiologi yang ada di

PT EPU.

Keterangan
a.Wadah pengendapan c. pengendapan zig-zag e. biokontrol
b.Saringan fisik d. biofiltrasi f. ujung saluran ipal

Gambar 10. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) di PT EPU


Sumber : google maps
2.4.2.3 Alat Transportasi dan Peralatan

Divisi tambak di PT EPU memiliki sarana transportasi untuk menunjang

kegiatan produksi. Adapun alat transportasi yang dimiliki adalah 1 unit mobil pick

up Daihatsu Grand Max dan 1 unit motor.Transportasi mobil tersebut digunakan

untuk mengangkut barang-barang dan peralatan budidaya, baik barang/peralatan

dari luar ke dalam maupun dari dalam ke luar. Transportasi motor Nozomi

digunakan untuk mengangkut sampah di sekitar area tambak budidaya

Peralatan yang digunakan untuk melengkapi kegiatan pembesaran di PT

EPU terdiri dari komponen peralatan penunjang. Peralatan ini berperan langsung

dalam kegiatan budidaya. Peralatan-peralatan yang digunakan diantaranya adalah

automatic feeder, rakit, anco, jala, timbangan, sendok pakan, sendok pakan,

ember, drum 200 L, pipa siphon, secchi disk, mikroskop, spektrofotometer,

inkubator, autoclave, electric stove, jaring panen, dan gerobak dorong.

1. Automatic feeder

Automatic feeder adalah mesin untuk pemberian pakan secara otomatis

dengan pemberian yang dapat diatur sesuai keinginan. Produk automatic

feeder yang digunakan di divisi tambak PT EPU adalah eFishery (Gambar 10)
20

dengan kapasitas 100 kg pakan. Kelebihan penggunaan alat ini diantaranya

dapat memudahkan kegiatan pemberian pakan dengan pakan sehingga dapat

mengatasi kelalaian pemberian pakan, lontaran yang berputar memiliki

lingkup area 3600 dengan kemampuan melontarkan pakan hingga 20 m, dan

dapat diatur melalui aplikasi smartphone. Kekurangan dari alat ini adalah

biaya yang tinggi.

Gambar 11. Automatic Feeder


Sumber : dokumentasi pribadi
Waktu pemberian pakan, frekuensi, dan banyaknya dan banyaknya pakan

yang diberikan dapat diatur menggunakan menggunakan smartphone yang

terhubung dengan panel automatic feeder (Gambar 11). Mesin diletakkan di

ujung jembatan yang terbuat dari kayu dengan jarak dari pematang 14 m.

2. Rakit

Rakit di PT EPU adalah alat yang digunakan untuk membantu aktivitas

pembudidaya di atas air tambak. Aktivitas yang dilakukan seperti memasang

dan memperbaiki kincir, memasang automatic feeder, dan membersihkan

lumut yang menempel pada tali kincir. Rakit yang digunakan dibuat dari

bahan kayu dan pipa 12 inci.


21

3. Anco

Anco yang digunakan terbuat dari rangka besi dan dilapisi dengan waring,

berbentuk persegi dengan ukuran 50 x 50 x 10 cm dan diletakkan disudut

petakan tambak. Tiap petakan tambak memiliki 2 buah anco, anco dipasang

menggantung pada jembatan menggunakan tali dengan kedalaman hingga

dasar tambak. Anco digunakan untuk memantau nafsu makan udang,

penambahan atau pengurangan pakan, dan kesehatan udang.

Gambar 12. Anco


Sumber: dokumentasi pribadi
4. Jala

Jala adalah alat yang terbuat dari jaring untuk penangkapan ikan/udang,

biasanya jala digunakan pada saat pemantauan atau pada saat panen parsial.

Jala untuk udang adalah jala lampung yang dapat menampung udang dengan

membentuk kantong yang apabila tali bagian tengahnya ditarik. Jala ini

dikhususkan bagi udang karena berbeda dengan ikan yang bagian insangnya

bisa terjebak jaring, udang tidak memiliki insang sehingga jala jenis kantong

cocok digunakan untuk udang agar udang tidak terlepas kembali. Jala yang
22

digunakan memiliki panjang 2,5 meter, dengan diameter 5 m 2 , dan ukuran

mata jaring 2 cm.

5. Timbangan

Timbangan digunakan untuk menimbang kebutuhan pakan, obat,

probiotik, dan untuk menimbang bobot udang hasil sampling maupun

penimbangan udang yang keluar dari pipa central saat melakukan penyiponan

tambak. Divisi tambak PT EPU memiliki 2 jenis timbangan digital, yaitu

timbangan digital duduk untuk penimbangan pakan atau hasil panen dengan

tingkat akurasi 2 angka dibelakang koma dengan kapasitas 200 kg, timbangan

digital merek excellent super H20 digunakan untuk pemantauan atau

timbangan campuran fermentasi memiliki akurasi 3 angka di belakang koma

dengan kapasitas 15 kg.

6. Sendok dan ember

Pemberian pakan merupakan salah satu bagian dari kegiatan budidaya

pembesaran udang vaname. Ember sebagai wadah pakan, hasil fermentasi,

penyampuran mineral, dan penebaran probiotik, sendok pakan untuk

pencampuran pakan dengan prebiotik dan pemberian pakan.

7. Drum

Kultur probiotik pada kegiatan pembesaran di PT EPU menggunakan alat

yaitu drum .Drum yang digunakan memiliki volume 200 L. Lokasi kultur

Probiotik dilakukan di rumah kultur probiotik.


23

8. Pipa siphon

Pipa siphon adalah alat yang digunakan untuk membersihkan

kotoran/limbah budidaya yang ada di area tengah petak tambak. Pipa yang

digunakan berukuran 8 inci dihubungkan dengan central drain. Terdapat pipa

T yang dihubungkan dengan pipa spiral ukuran 4 inci

9. Secchi disk

Secchi disk digunakan untuk pengukuran tingkat kecerahan air di wadah

budidaya. Secchi disk (Gambar 12) yang digunakan di PT EPU dibuat dari

tutup ember kaporit yang dipotong dengan ukuran diameter 20 cm dan dicat

dengan warna hitam putih, kemudian dipasangkan pipa PVC 1 /2 inci yang

diberi skala 10 cm. Botol dipasang di bagian lempengan pipa untuk

pengambilan sampel air budidaya.

Gambar 13. Secchi disk


Sumber : dokumentasi pribadi

10. Perlengkapan lab


24

Perlengkapan yang digunakan di laboratorium sebagai penunjang kegiatan

pembesaran udang vaname untuk pengukuran kualitas air disesuaikan dengan

kebutuhan. Ketersediaan alat-alat pendukung di laboratorium mempermudah

monitoring kualitas air. Peralatan laboratorium PT EPU dapat dilihat pada

Tabel 9.

Tabel 2. Peralatan laboratorium tambak PT Esaputlii Prakarsa Utama (EPU)

No Alat Spesifikasi Jumlah Fungsi


1. DO meter YSI 550A 1 Mengukur oksigen terlarut
dalam perairan budidaya
2. Termometer alkohol 3 Mengukur suhu perairan
3. Hot place Maspion 1 Memanaskan cairan
electric strove,
600 watt
4. Mikroskop Olympus, CH 1 Mengamati plankton,
2, 20 Watt bakteri dan
mikroorganisme lainnya
5. spektrofotometer Merek SQ 118, 1 Mengukur kualitas air
20 Watt pengganti teskit (kimia)
6. Refraktometer Imotech 1 Mengukur kadar garam
atau salinitas di perairan
7. Inkubator DNP 9050, 200 1 Menyimpan bakteri kultur
watt sesuai dengan suhu
tertentu
8. Autoklaf 128 Mpa, 2000 1 Mensterilkan peralatan dan
watt bahan laboratorium
9. Kulkas Sharp SJ- 1 Menyimpan bahan media
N181D, 90 agar cair dan NaCL,
watt KMNO4, serta bahan
25

kimia lainnya
10. Bunsen 2 Mensterilkan proses kultur
bakteri
11. Timbangan Acis, kapasitas 1 Menimbang kebutuhan
duduk 300 g bahan
Excellent scale 1
super h20
12. Teko ukur 2L 1 Mengukur akuades
13. Pengaduk 2 Mengaduk cairan agar
homogen
14. Tabung reaksi Pyrex, 20 ml 30 Wadah pengenceran
Pyrex,10 ml 15 bakteri
Pyrex, 25 ml 3
15. Pipet mohr Pyrex, 10 ml 3 Memindahkan cairan atau
Pyrex, 1 ml 9 memindahkan larutan
dengan ukuran tertentu
16. Pipet tetes Sedang 1 Memindahkan cairan
Kecil 3 terukur dengan jumlah
yang sangat sedikit
17. Gelas Boker Pyrex, 50 ml 2 Wadah penampung yang
Pyrex, 100 ml 4 digunakan untuk
Pyrex, 1000 ml 1 mengaduk, mencampur,
dan memanaskan cairan
18. Gelas ukur Pyrex, 50 ml 1 Mengukur volume larutan
Pyrex, 100 ml 1
BAB III

KEGIATAN UMUM

3.1 Persiapan Wadah dan Media

Wadah yang digunakan dalam kegiatan pembesaran udang vaname supra

intensif di PT Esaputlii Prakarsa Utama (EPU) yaitu tambak beton berukuran 32

m x 32 m x 2,5 m. Persiapan wadah dan media budidaya penting dilakukan untuk

menciptakan wadah yang optimal bagi biota yang akan dipelihara. Persiapan

wadah meliputi pengeringan dan pembersihan wadah, pemasangan dan

pemeriksaan peralatan tambak, persiapan air, pengisian air dan persiapan air,

pembentukan air, fermentasi, penebaran probiotik dan mineral, penebaran

inokulan, dan pengamatan air.

3.1.1 Pengeringan dan Pembersihan Wadah

Persiapan yang dilakukan sebelum penebaran benur adalah pengeringan

dan pembersihan tambak. Pengeringan dan pembersihan wadah bertujuan untuk

membunuh hama dan penyakit, membersihkan lumut yang menempel pada

dinding tambak dan membersihkan sisa limbah budidaya pada siklus budidaya

yang sebelumnya. Pengeringan umumnya dilakukan selama dua sampai tiga hari

setelah proses panen selesai dan tergantung cuaca. Saat kegiatan pengeringan

dilakukan juga pembersihan dan perbaikan wadah. Pembersihan wadah bertujuan

untuk membuang lumpur, pasir, dan teritip. Kegiatan ini dilakukan dengan

menyikat dinding dan dasar tambak menggunakan sikat dan sapu lidi, kemudian

dibilas menggunakan pompa air merk Ya-Oke WP20 dengan bantuan selang

spiral berdiameter 2 inci. Bahan kimia yang digunakan dalam kegiatan


27

pembersihan wadah yaitu hidrogen peroksida. Menurut pedersen et al. (2009)

hidrogen peroksida mampu mendegradasi bahan organik dan mengurangi

patogenisitas migroorganisme. Dosis yang digunakan adalah 35 L hidrogen

peroksida yang diencerkan dengan air 400 L. Larutan hidrogen peroksida

digunakan dengan disiramkan ke dinding dan dasar tambak, selanjutnya dibilas

dengan air.

3.1.2 Pemasangan dan Pemeriksaan Peralatan Tambak

Pemasangan peralatan tambak dilakukan setelah proses

pembersihan dan perbaikan dilakukan, beberapa kegiatan yang

dilakukan meliputi pemasangan pipa pembuangan lumpur, central

drain, pipa outlet, blower, kincir dan anco. Pipa penutup

pembuangan lumpur dipasang pada bagian tengah diantara pipa

outlet. Diameter pipa pembuangan lumpur 8 inci dengan panjang 3

m. Pipa outlet dipasangkan di sebelah kiri dan kanan pipa penutup

pembuangan lumpur dengan diameter 10 inci dengan panjang

mencapai 3 m.

Blower yang digunakan dalam kegiatan pembesaran udang

vaname memiliki kapasitas 15 HP sebanyak 2 unit/tambak dengan

jumlah total blower sebanyak 6 unit agar masing-masing petakan

memiliki 1 unit blower yang dijadikan sebagai cadangan. Blower

dipasang dengan pipa berukuran 4 inci yang disambungkan dengan

pipa PVC 3 /4 inci. Pada pipa tersebut diberi lubang aerasi yang

berfungsi untuk meningkatkan kandungan oksigen dalam air.


28

Ukuran lubang aerasi pada pipa PVC sebesar 10 mm dengan jarak

antar lubang aerasi 50 cm dan jarak antar pipa PVC 2 m.

Pemasangan kincir dilakukan sesuai dengan formasi yang telah

ditetapkan. Formasi kincir diletakkan searah agar arus air mengalami

perputaran.

Automatic feeder dipasang setelah masa pemeliharaan

sampai dengan DOC 31. Pemasangan alat ini diletakkan pada ujung

jembatan dengan bantuan baut dan mur agar melekat dengan

sempurna. Kabel pada mesin dihubungkan dengan sumber listrik.

Automatic feeder yang digunakan sebanyak satu unit per petak.

Anco yang digunakan sebanyak dua unit per petak untuk

mempermudah pengontrolan pakan dan pengambilan sampel udang.

Pemasangan anco dilakukan dengan meletakkan kerangka anco di

atas jaring dan dijahit menggunakan tali nilon 70 liebs. Anco yang

telah selesai dijahit kemudian dipasangkan dengan tali tambang.

Pemasangan anco dilakukan sebelum pemasangan automatic feeder

yang diletakkan pada kedua jembatan.

3.1.3 Pengisian dan Persiapan Air

Sumber air yang digunakan untuk kegiatan pembesaran udang

vaname di PT EPU berasal dari selat Makassar dengan jarak

pengambilan air laut berkisar 150 m dari rumah pompa dengan

kedalaman 7 m di bawah surut terendah. Air laut disedot dengan

menggunakan 2 unit pompa niagara dengan kapasitas 15 HP dan


29

pipa berukuran 10 inci yang diberi saringan pada ujung pipa.

Pengisian air tandon membutuhkan waktu kurang lebih 12 jam,

kemudian dilakukan desinfeksi air menggunakan kaporit dengan

dosis 10 mg/L. Setelah diberi kaporit, kemudian diaerasi

menggunakan 5 unit kincir berkapasitas 2 HP selama 24 jam hingga

kandungan kaporitnya hilang. Setelah kandungan kaporit hilang, air

laut ditransfer ke tandon sedimentasi menggunakan pompa celup 12

inci untuk dilakukan pengendapan air selama 24 jam. Air yang

sudah siap kemudian ditransfer ke bak pemeliharaan hingga

ketinggian 170 cm. Saluran inlet tambak (Gambar 13) diberi

saringan berupa waring untuk mencegah masuknya hama dan

kotoran ke dalam tambak.

Gambar 14. Saluran Inlet


Sumber: dokumentasi pribadi

Desinfeksi air dilakukan untuk membasmi hama dan penyakit

yang ada di perairan. Desinfeksi dilakukan menggunakan kaporit

dengan dosis 20-30 mg/L dan ditebar merata dengan bantuan kincir.

Bahan desinfeksi lain yang digunakan adalah kupri sulfat dengan


30

dosis sebanyak 0,5-1 mg/L. Desinfeksi dilakukan 2 minggu sebelum

penebaran benur. Proses desinfeksi air menghasilkan air yang steril,

jernih, serta bebas dari hama dan penyakit. Air yang jernih

menandakan proses desinfeksi berjalan dengan baik.

3.1.4 Pembentukan Air

Pembentukan air dilakukan untuk membentuk air yang

optimal untuk digunakan sebagai media budidaya untuk kegiatan

pemeliharaan udang vaname. Persiapan air dilakukan 12 hari

sebelum penebaran. Proses persiapan air memiliki beberapa kegiatan

diantaranya fermentasi, penebaran probiotik dan mineral, penebaran

inokulan, dan pengamatan air. Proses pembentukan air 12 hari

sebelum penebaran benur dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 3. Proses pembentukan air

Hari/Tanggal Hari Perlakuan Dosis


Selasa, 14-6-2022 -12 Pengisian air
Rabu, 15-06-2022 -11 Pengisian air
Kamis, 16-06-2022 -10 Pengisian air 180 cm
Cupri sulfat 1,1 ppm (2 kg)
Jumat, 17-06-2022 -9 Kaporit 10 ppm (18 kg)
Sabtu,18-06-2022 -8 Pupuk ZA 3 ppm (5 kg)
Minggu, 19-06-2022 -7 Fermentasi Goldbac 1 ppm (2 kg)
Algae 1 ton
Senin, 20-06-2022 -6 Fermentasi Masthio 1 ppm (2 kg)
Selasa, 21-06-2022 -5 Fermentasi Aspergilus 1 ppm ( 2 kg)
Rabu, 22-06-2022 -4 Mineral 3 ppm (5 kg)
Fermentasi dedak 1,1 ppm (2 kg)
Kamis, 23-06-2022 -3 Fermentasi dedak 1,1 ppm (2 kg)
Jumat,24-06-2022 -2 Bioassay 100 ekor /petak
Pupuk ZA 1 ppm (2 kg)
Sabtu, 25-06-2022 -1 Hitung hasil bioassay
Cek lengkap LAB
Buang air di Central
31

Minggu, 26-06-2022 0 Tebar

3.1.4.1 Fermentasi

Proses fermentasi dilakukan untuk mengaktifkan probiotik

yang digunakan pada proses pembentukan air. Produk bahan yang

digunakan adalah Lactobac dan Lacto Proshrimp. Kedua produk ini

memiliki kesamaan yaitu sama-sama memiliki kandungan bakteri

Lactobacillus. Lactobac memiliki kandungan bakteri seperti

Lactobacillus plantarum, Lactobacillus bulgaris, Lactobacillus

casei, Lactobacillus acidophilus, dan Lactobacillus brevis.

Sedangkan Lacto proshrimp mengandung bakteri Lactobacillus

plantarum, Lactobacillus fermentum, Lactobacillus bulgaris,

Lactobacillus acidophilus, dan Lactobacillus lactis. Alat-alat yang

digunakan saat proses fermentasi adalah drum dengan kapasitas 200

L, karung bekas pakan, karet, aerasi, dan ember berkapasitas 5 L.

Peralatan yang telah disiapkan dicuci terlebih dahulu untuk

mencegah terjadinya kontaminasi. Air tawar ditambahkan ke dalam

drum sebanyak 100 L. Sebelum bahan-bahan dimasukkan ke dalam

drum fermentasi, terlebih dahulu bahan probiotik, gula, dedak, dan

fermipan dimasukkan ke dalam ember dengan air secukupnya,

kemudian bahan-bahan diaduk hingga homogen. Khusus untuk

dedak bagian yang diambil hanyalah sarinya saja untuk dicampurkan

ke bahan fermentasi lainnya. Sari dedak diambil dengan cara

mencampur dedak dengan air di ember kemudian diperas


32

menggunakan saringan.

Bahan-bahan yang telah dicampurkan, dimasukkan ke dalam

drum yang telah diisi air tawar sebanyak 100 L dan diaduk hingga

homogen. Kemudian dipasang aerasi ke dalam drum agar semua

bahan terduk dengan sempurna. Drum yang telah berisi bahan

fermentasi dan diberi aerasi selanjutnya ditutup rapat menggunakan

karung bekas pakan dan diikat menggunakan karet. Setelah semua

proses dilakukan bahan fermentasi didiamkan selama 24 jam.

Fermentasi yang berhasil akan menghasilkan bau yang segar dan

tidak terdapat kontaminasi. Satu drum fermentasi digunakan untuk

satu petakan tambak.

3.1.4.2 Penebaran Probiotik dan Mineral

Penebaran probiotik dilakukan setelah proses fermentasi

selesai. Penebaran probiotik dilakukan dengan cara menuangkan

probiotik ke dalam ember, kemudian ditebar secara merata ke

masing-masing petakan tambak. Penggunaan probiotik diharapkan

mampu menghasilkan perairan tambak yang mengandung bakteri

baik untuk menjaga kestabilan kualitas air. Selain menggunakan

probiotik penambahan mineral juga dilakukan untuk menjaga

kandungan mineral yang ada dalam air pemeliharaan, minelal yang

digunakan di divisi tambak PT EPU pada saat pembentukan air

adalah Bioma. Dosis mineral yang digunakan adalah 0,5-1 mg/L

dalam setiap penebaran. Sebelum mineral ditebar ke masing-masing


33

petak tambak, terlebih dahulu dilarutkan dengan air secukupnya di

dalam ember 15 L. Mineral yang telah homogen dengan air

kemudian ditebar secara merrata ke petak tambak. Penebaran

mineral dilakukan di dekat kincir yang menyala agar menyebar

dengan mudah dan merata dalam petakan tambak.

3.1.4.3 Penebaran Inokulan

Penebaran inokulan alga pada divisi tambak di PT EPU pada

saat pembentukan air bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan

algae pada air pemeliharaan. Jenis algae yang digunakan adalah

Chlorella sp. yang diambil dari kultur algae yang dilakukan oleh

divisi bandeng PT EPU. Alat-alat yang digunakan untuk

pengambilan dan penebaran inokulan adalah mobil pick up, poly

tank kapasitas 2000 L, selang spiral, dan pompa celup. Algae

diambil dengan cara disedot menggunakan pompa celup ke dalam

poly tank kemudian diangkut menggunakan mobil pick up untuk

selanjutnya ditransfer ke masing-masing petakan tambak

menggunakan pompa celup dan selang. Langkah selanjutnya adalah

penambahan pupuk, pupuk yang digunakan adalah pupuk ZA.

Pupuk ditebar sebanyak 2 kali saat proses pembentukan air sebagai

media budidaya udang vaname dengan dosis yang digunakan

sebanyak 3 mg/L dalam setiap penebaran. Pupuk dilarutkan terlebih

dahulu di dalam ember 15 L dan diberi air secukupnya sebelum

ditebar ke masing-masing petak tambak. Pupuk yang telah homogen


34

dengan air kemudian ditebar di dekat kincir yang menyala agar

menyebar dengan mudah dan merata dalam tambak pemeliharaan.

3.1.4.4 Pengamatan air

Pengamatan air dilakukan untuk mengetahui apakah air siap

digunakan untuk pemeliharaan udang vaname. Pengamatan

dilakukan terhadap pertumbuhan algae, bakteri vibrio, dan parameter

kualitas air seperti pH, salinitas, alkalinitas dan DO. Pengamatan

terhadap algae dilakukan secara mikroskopis dan visual.

Pengamatan secara mikroskopis dilakukan menggunakan mikroskop

sedangkan pengamatan secara visual dilakukan dengan melihat

perubahan warna pada air pemeliharaan udang. Algae dinyatakan

tumbuh apabila warna air pada petakan tambak berwarna kehijauan.

Apabila warna air terlihat bening saat pengamatan visual namun

ketika menggunakan mikroskop kepadatan algae semakin meningkat

maka algae bisa dikatakan tumbuh. Populasi udang akan meningkat

pesat ketika udang ditebar karena alga memanfaatkan kotoran udang

dan sisa pakan yang tidak termakan sebagai nutrien tambahan.

3.2 Penebaran Benur

Penebaran benur dilakukan setelah persiapan tambak selesai.

Benur yang digunakan untuk kegiatan pembesaran udang vaname

berasal dari unit hatchery PT EPU. Penebaran benur dilakukan pada

pagi hari. Kriteria benur yang akan ditebar adalah bebas penyakit,

ukuran seragam, tidak cacat, dan bergerak aktif. Stadia benur udang
35

vaname yang ditebar adalah PL 10 dengan harga Rp 50,00/ekor.

3.2.1 Penentuan Kebutuhan Benur

Tambak pembesaran di PT EPU menggunakan sistem budidaya supra

intensif sehingga padat penebaran yang digunakan sangat tinggi. Sistem budidaya

supra intensif mempunyai ciri yaitu dengan menggunakan padat penebaran lebih

dari 300 ekor/m2 . Padat penebaran yang digunakan pada kegiatan pembesaran

udang vaname di PT EPU pada saat pelaksanaa PKL adalah 1000 ekor/m2 . Data

penebaran benur pada saat pelaksanaa PKL dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 4. Data penebaran benur

Petak Tanggal Luas Benur Kepadatan


tebar (M ) (Ekor/M )
2 2
(ekor/petak)
7 26 Juni 2022 1.000 800 800.000
8 26 Juni 2022 1.000 900 900.000
9 26 Juni 2022 1.000 1.000 1.000.000

Jumlah petak tambak yang digunakan untuk kegiatan

produksi udang vaname terdapat 3 unit yaitu petak 7, 8 dan 9.

Dengan luas masing-masing petak tambak 1000 m2 . Tujuan dari

penggunaan padat tebar yang tinggi adalah untuk menghasilkan

produktivitas tinggi dengan memanfaatkan luas lahan yang tidak

terlalu besar.

3.2.2 Perakitan Alat Penebaran Benur

Kegiatan penebaran benur yang dilakukan di divisi tambak

PT EPU dibantu dengan alat bantu penebaran. Alat bantu penebaran

yang digunakan pada saat proses penebaran adalah bak fiber kerucut
36

berkapasitas 500 L air, selang, pipa PVC, aerasi, kursi dan pompa

celup. Lubang tampat keluarnya benur berada pada bagian ujung

kerucut bak fiber yang berada di bawah yang disambungkan dengan

selang untuk membantu benur masuk ke petak tambak. Terdapat

lubang yang ditutup dengan waring pada pipa outlet bak penebaran

yang berfungsi sebagai tempat keluarnya air pada saat proses

aklimatisasi. Tujuan dari penggunaan alat penebaran benur adalah

untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kontaminasi pada

media budidaya yang digunakan pada saat penebaran. Perakitan alat

penebaran (Gambar 15) diawali dengan membersihkan peralatan

yang akan digunakan dan dibilas menggunakan air tawar. Alat

penebaran diletakkan di dekat pematang tambak dan diatur

ketinggiannya agar sejajar dengan pematang tambak. Kemudian

dilakukan pemasangan pipa PVC yang memiliki lubang-lubang kecil

sebagai saluran air, kemudian pipa PVC dipasangkan pada pompa

celup yang telah terhubung dengan petak tambak. Pemasangan pipa

PVC dilakukan untuk proses pengisian air pada bak penebaran, lalu

bak penebaran diisi air dari tambak dengan disedot menggunakan

pompa celup, kemudian air akan keluar melalui lubang-lubang kecil

pada pipa PVC (Gambar 15) dan blower diletakkan di bawah bak

fiber.
37

Gambar 15. Perakitan alat tebar benur


Sumber: dokumentasi pribadi

3.2.3 Penanganan Benur

Benur diambil dari unit hatchery PT EPU peralatan yang digunakan untuk

pengambilan benur diantaranya bak fiber, pick up, plastik, tabung oksigen, dan

ember. Peralatan yang akan digunakan distrerilkan terlebih dahulu sebelum

digunakan untuk proses pengangkutan. Benur yang telah diseleksi dimasukkan ke

dalam bak fiber yang telah dinaikkan keatas mobil pick up dan diberi oksigen.

Jumlah benur yang dimasukkan ke dalam bak fiber dalam satu kali angkut

berjumlah 1.000.000 ekor untuk 1 petak. Selama proses pengangkutan

permukkaan bak fiber ditutup menggunakan plastik untuk mencegah benur keluar

dari bak fiber dan mengoptimalkan penggunaan oksigen. Benur yang telah sampai

di petak tambak dipindahkan (Gambar 16) menggunakan ember berkapasitas 15 L

ke dalam bak penebaran benur untuk diaklimatisasi.


38

Gambar 16. Proses pemindahan benur


Sumber : dokumentasi pribadi

3.2.4 Aklimatisasi dan Penebaran Benur

Proses aklimatisasi diawali dengan mengisi bak penebaran

menggunakan air dari petak tambak sebanyak 20% dari volume bak

penebaran. Kemudian benur dimasukkan ke dalam bak penebaran

menggunakan ember secara cepat dan hati-hati. Selanjutnya

dilakukan pengisian air secara perlahan dari petak tambak ke dalam

bak penebaran menggunakan pompa celup yang dihubungkan

dengan selang dan pipa PVC. Air akan keluar secara perlahan

melalui lubanglubang kecil pada pipa PVC. Artemia ditambahkan ke

dalam bak penebaran saat proses aklimatisasi sebagai pakan benur

agar tidak terjadi kanibalisme pada benur. a b Artemia yang

digunakan adalah artemia instan dari produk Bio instart (Gambar

72b) dengan isi 800 g/box dengan kepadatan naupli artemia 70.000

ekor/g. Jumlah artemia yang digunakan pada saat penebaran adalah

1 box artemia instan. Sebelum digunakan artemia instan dilarutkan

terlebih dahulu dengan air di dalam wadah ember berkapasitas 15 L.


39

Gambar 17. Aklimatisasi benur


Sumber: dokumentasi pribadi

Benur yang telah ditebar di bak penebaran didiamkan selama

30-50 menit, hal ini bertujuan untuk berlangsungnya proses

aklimatisasi antara air dalam bak penebaran dengan air yang berada

di petak tambak. Proses sampling benur dilakukan secara manual

selama proses aklimatisasi berlangsung untuk memastikan jumlah

udang yang ditebar. Kemudian dilakukan pengamatan kualitas air

seperti pH dan salinitas yang dilakukan secara berkala untuk

mengetahui apakah kondisi air dalam bak penebaran sudah sesuai

dengan kondisi air yang ada di petak tambak. Setelah proses

aklimatisasi selesai penebaran benur dilakukan dengan membuka

pipa penutup saluran air yang berada di tengah bak penebaran secara

perlahan, benur akan masuk ke dalam tambak melalui selang telah

terhubung ke dalam petak tambak, selama proses penebaran

berlangsung dinding bak penebaran disirami air agar tidak ada benur

yang menempel pada dinding bak penebaran .

3.3 Pengelolaan Air

Keberhasilan budidaya ditentukan oleh beberapa faktor salah

satunya adalah pengelolaan air atau manajemen kualitas air. Kualitas

air yang baik dapat mendukung pertumbuhan udang yang optimal

sehingga mampu mempercepat pertumbuhan, meningkatkan

kelangsungan hidup udang, meningkatkan biomassa udang dan

mendukung kehidupan organisme akuatik serta jasad makanannya.


40

Kualitas air, perlakuan probiotik, perlakuan vitamin, mineral dan

desinfeksi, penyiponan dasar tambak, dan pembuangan lumpur.

3.3.1 Pengelolaan Kualitas Air

Pengukuran kualitas air dilakukan di laboratorium tambak.

Monitoring kualitas air sangat diperlukan dalam budidaya udang

supra intensif karena sistem budidaya tersebut memiliki tingkat

kepadatan udang yang sangat tinggi, sehingga kualitas air tersebut

dapat terkontrol dan bisa segera dilakukan penanganan apabila

terjadi penurunan kualitas air di tambak. Pengukuran kualitas air di

divisi tambak PT Esaputlii Prakarsa Utama dibagi menjadi dua jenis

yaitu pengukuran kualitas air total dan sebagian. Pengukuran

kualitas air secara total dilakukan setiap hari Senin, Rabu, dan

Jumat. Kualitas air yang diukur saat pengukuran kualitas air total

adalah suhu, DO, kecerahan, warna air, pH, salinitas, alkalinitas,

amonium, amonia, nitrit, nitrat, phosfat, H2S, TOM, dan total

bakteri. Sedangkan pengukuran kualitas air sebagian dilakukan

setiap hari Selasa, Kamis, Sabtu, dan Minggu dengan kualitas air

yang diukur diantaranya suhu, DO, kecerahan, warna air, pH, dan

Salinitas. Kualitas air yang diukur meliputi kualitas air fisika, kimia

dan biologi. Fisika air (Gambar 76a) yaitu suhu, kecerahan, warna

air, dan kedalaman air tambak yang diukur setiap pagi dan sore hari.

Parameter kimia air (Gambar 17c) yang diukur meliputi total bahan

organik (TOM) dilakukan tiga kali dalam seminggu, pengukuran pH


41

dilakukan pada pagi dan sore hari, oksigen terlarut (DO) setiap pagi,

sore dan malam hari, alkalinitas setiap pagi hari, salinitas pada pagi

hari dan sore hari. Pengukuran biologi air (Gambar 17a) phospat

(PO4), sulfida, (H2S), nitrat (NO3), nitrit (NO2), amonium (NH4),

dan amoniak (NH3) dilakukan tiga kali dalam seminggu

menggunakan tes kit. Parameter biologi air (Gambar 17b) yaitu

bakteri total dengan menggunakan media kultur TSA dan bakteri

vibrio dikultur dengan media TCBS yang dilakukan setiap 2 kali

dalam seminggu. Kualitas air tambak selama kegiatan pemeliharaan

dapat dilihat pada Tabel 5.

Gambar 18. Pengukuran parameter kualitas air : a) parameter kimia, b) parameter


biologi, c) parameter fisika
Sumber: dokumentasi pribadi
Tabel 5. Kualitas air tambak

c
42

No Parameter Nilai pengukuran Standar perusahaan Satuan


1. Fisika Air
Suhu 26-30 28-29 C
Salinitas 31-35 0,5-35 ppt
Kecerahan 20-60 35-60 cm
Warna air Hijau-coklat Hijau-coklat
2. Kimia air
TOM 31,92-114,10 50-97 Mg/L
pH 7-9,5 7-8,3 Mg/L
DO 3,5-8,5 5-9 Mg/L
Alkalinitas 72-188 120-150 Mg/L
NH4 0,52 <2 Mg/L
NH3 0,09 <0,1 Mg/L
NO2 0,77 <1 Mg/L
NO3 0,6 <60 Mg/L
PO4 1,0 1-5 Mg/L
H2S 0,02 <2 Mg/L
3. Biologi Air
Bakteri total 8,3 X 105 <105 cfu/ml
Vibrio 5,2 x 102 <105 cfu/ml
Vibrio vs bakteri 0,1 01-1 %

Kualitas air dapat dilihat bahwa suhu, salinitas, kecerahan

dan total organic matter atau total bahan organik pada parameter

fisika telah memenuhi standar baku mutu perusahaan. Parameter

kimia pH, DO, alkalinitas, nitrat, posphat, hidrogen sulfida

ammonium, ammonia dan nitrat telah memenuhi standar. Parameter

biologi air bakteri vibrio masih dalam batas aman sesuai dengan

standar.

3.3.2 Perlakuan Probotik

Budidaya udang vaname di PT EPU menggunakan teknologi

supra intensif dengan kepadatan udang yang sangat tinggi sehingga


43

pemberian pakan yang digunakan memiliki kuantitas yang besar

sehingga dapat menyebabkan gangguan terhadap kualitas

lingkungan. Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan kualitas

air dan menghambat pertumbuhan patogen adalah dengan

melakukan pengelolaan kualitas air dengan aplikasi pemberian

probiotik. Probiotik merupakan bakteri menguntungkan yang

sengaja ditumbuhkan pada suatu wadah tertentu. Menurut yulvizar

(2014) peran penggunaan probiotik pada pengendalian biologis

kualitas air mampu membatasi atau membunuh hama dan penyakit

serta berperan dalam meningkatkan kualitas air media pemeliharaan.

Probiotik yang digunakan pada kegiatan pembesaran udang vaname

supra intensif di PT EPU yaitu Bacillus sp., Thiobacillus sp.,

Lactobacillus sp., dan Aspergillus niger niger. Pemberian probiotik

dilakukan dengan perbandingan 1 : 1 yaitu 1 kg probiotik dan 1 kg

gula. Probiotik yang digunakan untuk mempertahankan kualitas air

agar tetap optimal menggunakan probiotik yang berasal dari merek

dagang Salman Teknologi yang terdiri dari goldbac, masthio,

Aspergillus niger, proshrimp, dan lactobac.

Goldbac (Gambar 18) merupakan produk probiotik yang

mempunyai kandungan bakteri Bacillus sp. sebanyak 4,5 x 1010

CFU. Jenis bakteri yang terdapat pada goldbac diantaranya Bacillus

subtilis, Bacillus licheniformis, Bacillus megaterium, Bacillus

coagulans, Bacillus brevis, Bacillus firmus, dan Bacillus polymixa.


44

Manfaat probiotik ini yaitu menguraikan limbah bahan organik, sisa

pakan, kotoran dan plankton mati, menekan pertumbuhan bakteri

merugikan seperti Vibrio sp., menjaga kebersihan dasar tambak dan

kestabilan kualitas parameter kualitas air tambak. Menurut Awais et

al. (2007) Bacillus sp. berperan sebagai pengurai bahan orgaik di

perairan. Bacillus subtilis biasa digunakan sebagai bahan probiotik

untuk menyeimbangkan bakteri yang menguntungkan di dalam

saluran pencernaan (Awais et al. 2007), selain itu bakteri ini mampu

meningkatkan pertumbuhan dan resistensi terhadap bakteri Vibrio

sp. (Dwyana dan Murniati 2020). Bacillus licheniformis merupakan

bakteri Gram positif yang bersifat proteolitik sehingga membantu

mencerna protein dibanding mikroba lainnya (Fernando 2016).

Menurut Naryaningsih (2005) bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus

coagulans merupakan bioremediasi yang baik dan dapat

menghasilkan enzim-enzim potensial dalam mendegradasi senyawa-

senyawa organik. Bacillus polymixa mampu menghasilkan

antibiotik polimiksin yang mampu menekan pertumbuhan bakteri


45

Vibrio sp. (Kurniawan 2017).

Gambar 19. Probiotik Bacillus sp.


Sumber: dokumentasi pribadi

Masthio (Gambar 19) merupakan produk Probiotik bakteri

Thiobacillus sp. dengan kandungan total bakteri 2,8 x 1010 CFU.

Jenis bakteri yang terdapat pada masthio diantaranya adalah

Thiobacillus denitrificans, Thiobacillus ferrooksidans, dan

Thiobacillus novellus. Manfaat dari aplikasi probiotik ini yaitu

menetralisir senyawa-senyawa beracun seperti H2S dan NO2

mengoksidasi ion besi yang menghambat respirasi dan pertumbuhan,

serta mempercepat siklus kimiawi sehingga mencegah penumpukan

amonia dan methan. Bakteri Thiobacillus sp yang terdapat pada

probiotik ini dapat mendegradasi kandungan H2S dalam perairan

(Yani et al.2011).

Gambar 20. Probiotik bakteri Thiobacillus sp


Sumber: dokumentasi pribadi
46

Aspergillus niger (Gambar 20) merupakan produk probiotik

yang mengandung kapang Aspergilillus niger. Manfaat aplikasi

probiotik ini yaitu membantu memperbaiki kualitas detritus atau

pakan alami, meningkatkan efisiensi pakan, dan membantu

menetralisir senyawa NO2 dan H2S. Menurut pamungkas dan

khairani (2010) Aspergillus niger merupakan salah satu jenis kapang

yang dapat mengubah molekul kompleks seperti protein,

karbohidrat, dan lemak menjadi molekul yang lebih sederhana.

Selain itu menurut Hastuti (2013) kapang Aspergillus niger mampu

mengubah senyawa komplek menjadi senyawa sederhana

menghasilkan enzim amilase, amiloglukosidae, selulosa, katalase,

dan glukosidase.

Gambar 21. Probiotik mengandung kapang


Sumber: dokumentasi pribadi

Lactobac (Gambar21) merupakan probiotik dengan

kandungan bakteri 5,4 x 106 CFU. Produk ini mengandung berbagai

jenis kandungan bakteri seperti Lactobacillus plantarum,

Lactobacillus bulgaris, Lactobacillus casei, Lactobacillus

acidophilus, dan Lactobacillus brevis. Manfaat pemberian probiotik


47

ini yaitu memperbaiki proses pencernaan, meningkatkan sistem

kekebalan tubuh, meningkatkan proses penyerapan nutrisi, dan

mencegah penempelan serta infeksi patogen. Menurut Nguyen

(2007) bakteri Lactobacillus plantarum mampu mengubah senyawa

kompleks menjadi senyawa sederhana dengan hasil akhir berupa

asam laktat. Bakteri tersebut juga menghasilkan bakteriosin yang

berfungsi sebagai antibakteri. Pertumbuhan bakteri Lactobacillus

plantarum dapat menghambat mikroorganisme patogen dan zat

racun karena kemampuan bakteri ini dalam menghasilkan asam

laktat.

Gambar 22. Probiotik bakteri Lactobacillus sp.

Sumber: dokumentasi pribadi

3.3.3 Perlakuan Mineral dan disinfeksi

Perlakuan pengelolaan air lainnya yaitu pemberian mineral

dan desinfeksi. Pemberian mineral menggunakan produk dagang

Calvindo Pratama berupa biomax. Penggunaan mineral ini berfungsi

membantu pembentukan kulit pasca proses moulting, menyediakan


48

kekurangan mineral di tambak, menjaga keseimbangan mineral di

media budidaya, membantu dan menjaga pembentukan warna air,

serta mengurangi masalah myonecrosis saat budidaya. Pemberian

mineral ini dilakukan secara manual dengan dosis 0,5 mg/L yang

ditebar secara merata ke media budidaya. Desinfektan yang

digunakan sebagai desinfeksi air tambak yaitu virkon aquatic dengan

dosis pemberian 0,5 mg/L yang diberikan minimal satu bulan sekali.

Gambar 23. Mineral


Sumber: dokumentasi pribadi

3.3.4 Penambahan Air

Penambahan air dilakukan untuk menjaga level ketinggian

air tetap terjaga. Air pemeliharaan berkurang disebabkan karena

penguapan air, selain itu pada central drain diberi lubang yang

digunakan untuk membuang kotoran yang menumpuk di sekitar

central drain. Debit air yang keluar dari central drain kurang lebih

30-70 L/menit. Penambahan air dilakukan setiap hari pada sore/

malam hari tergantung kebutuhan untuk menjaga level ketinggian air

yang diinginkan. Penambahan air dilakukan menggunakan pompa


49

celup 12 inci dan sumber air bersumber dari air yang telah di

treatment dan ditampung di tandon pengendapan.

3.3.5 penyiponan Dasar Tambak

Penyiponan dasar tambak merupakan proses pembuangan

sisa pakan, bahan organik, limbah lumpur, dan limbah karapas

udang sisa moulting. Kegiatan penyiponan mulai dilakukan pada

DOC 15 secara manual apabila terjadi penumpukan lumpur pada

central drain, sebelum dilakukan penyiponan terlebih dahulu

dilakukan pemeriksaan lumpur. Lumpur diperiksa secara manual

untuk mengetahui kondisi dasar tambak, jika terdapat banyak

lumpur yang mengendap maka penyiphonan harus dilakukan. Lama

waktu yang digunakan untuk penyiponan tergantung dari banyaknya

bahan organik yang terdapat pada dasar tambak. Proses penyiponan

menggunakan pipa paralon 4 inci yang diberi selang spiral

berdiameter 2,5 inci yang digunakan sebagai alat sipon, proses sipon

diawali dengan memasukkan pipa paralon ke dalam central drain

kemudian disipon menggunakan selang sipon. Sisa bahan buangan

dari kegiatan penyiponan akan dibuang melalui saluran pembuangan

air menuju saluran IPAL.

3.3.6 Pembuangan Lumpur


50

Pembuangan lumpur bertujuan untuk membuang sisa bahan organik yang

mengendap di dasar tambak. Pembuangan lumpur dilakukan dengan cara

mengangkat pipa pembuangan (Gambar 23). Pembuangan lumpur dilakukan

sebanyak 5 kali dalam sehari yang dilaksanakan sebelum pemberian pakan.

Gambar 24. Pengangkatan pipa pembuangan air


Sumber: dokumentasi pribadi

3.4 Pemantauan Pertumbuhan dan Populasi Udang

Pemantauan pertumbuhan dan populasi udang dilakukan

dengan cara sampling pertumbuhan udang yang dilakukan setiap 7

hari sekali, pada DOC 33 sampai DOC 40 dilakukan menggunakan

anco (Gambar 24), sedangkan pada DOC 47 hingga panen dilakukan

menggunakan jala. Pengambilan sampel dilakukan pada satu titik

dengan menebar jala pada permukaan hingga kolom air tambak.

Setelah itu, udang yang telah ditangkap lalu ditimbang bobotnya


51

kemudian dilakukan perhitungan bobot rata-rata udang Average

Body Weight (ABW), laju pertumbuhan spesifik udang harian

Average Daily Growth (ADG) dan tingkat kelangsungan hidup

Survival Rate (SR).

Gambar 25. Sampling menggunakan anco


Sumber: dokumentasi pribadi

Sampel dihitung untuk mengetahui jumlah udang yang

disampling, perhitungan populasi udang didapatkan di akhir

pemeliharaan, setelah mengetahui jumlah hasil panen yang

didapatkan. Data sampling udang vaname pada petak 7 PT EPU

dapat dilihat pada Tabel 7

Tabel 6. Data sampling pertumbuhan udang pada petak 7

Tanggal DOC ABW ADG Pakan Biomassa Ukuran Jumlah


(hari (gr/ekor) (gr/hari) kumulatif (gr) udang sampel
) (kg) (ekor/kg) (ekor)
01/08/2022 37 1,85 - 884 91 540 49
08/08/2022 44 2,88 0,15 1346 150 347 52
16/08/2022 52 4,9 0,25 2143 235 204 48

3.5 Penanganan Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit muncul disebabkan karena adanya interaksi

lingkungan yang saling berkaitan. Hama adalah hewan pengganggu sebagai

predator dan kompetitor pada lingkungan budidaya, sedangkan penyakit dapat

disebabkan karena mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus. Hama yang

sering ditemukan pada tambak udang vaname di PT EPU yaitu burung bangau,
52

biawak, dan ular, sedangkan penyakit yang pernah terjadi yaitu White Feses

Desease (WFD) atau berak putih penanganan yang dapat dilakukan yaitu dengan

melakukan panen total.

Penyakit berak putih disebabkan oleh bakteri Vibrio sp. Penyakit WFD

umumnya ditemukan pada umur 50-70 hari setelah benih ditebar (Somboon et al.

2012). Gejala yang ditimbulkan apabila udang terserang WFD yaitu nafsu makan

menurun, pertumbuhan tidak optimum, adanya kotoran berwarna putih yang

mengambang di permukaan perairan, usus udang berwarna putih dan kosong

karena kekurangan makanan (Jayadi et al.2016). Selama masa pemeliharaan

udang pada saat pelaksanaan PKL di tambak supra intensif PT EPU tidak

ditemukan penyakit yang menyerang udang vaname. Kondisi udang sehat ditandai

dengan bagian kepala tidak terdapat bintik putih, usus terlihat tidak terputus,

hepatppankreas terisi serta tidak terdapat bintik putih, dan bagian kipas pada ekor

tidak keropos. Penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mencegah masuknya

hama yaitu menggunakan pagar biosecurity yang mengelilingi tambak, sedangkan

upaya pencegahan terhadap penyakit dilakukan dengan manajemen pengelolaan

air berupa perlakuan desinfeksi dan perlakuan bakteri.

3.6 Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen

3.6.1 Pemanenan

Pemanenan merupakan kegiatan akhir dari proses pembesaran udang

vaname. Ada dua macam panen yang dilakukan yaitu panen parsial dan panen

total. Panen parsial merupakan panen yang bertujuan menguragi padat tebar udang

di tambak (Romadhona et al. 2016). Kegiatan panen parsial di PT EPU dilakukan


53

ketika DO mulai rendah dengan nilai kurang 3 mg/L dan kualitas air yang buruk

yang disebabkan oleh tingkat kepadatan yang sangat tinggi. Apabila tidak

dilakukan panen parsial dapat menyebabkan kematian pada udang vaname karena

kapasitas oksigen yang tidak sebanding dengan kepadatan udang yang dipelihara.

Manfaat dilakukannya panen parsial yaitu mengurangi padat tebar udang di

petakan tambak, sehingga meningkatkan laju pertumbuhan udang (ADG) yang

belum dipanen menjadi lebih optimal karena ruang gerak udang semakin, menjaga

kualitas air budidaya, perputaran uang lebih cepat dan menghemat pakan. Panen

parsial di tambak supra intensif PT EPU dilakukan sebanyak tiga sampai empat

kali, dengan persentase panen parsial pertama sebanyak 10% dari estimasi

biomassa udang, sedangkan panen parsial kedua sampai keempat persentase

udang yang dipanen sebesar 15% dari estimasi biomassa udang, kegiatan panen

parsial (Gambar 87a) diawali dengan mematikan kincir disekitar titik pemanenan,

menebar pakan pada titik pemanenan, menebar jala ke titik pemanenan, kemudian

jala diangkat dan dimasukkan ke dalam keranjang panen untuk selanjutnya

dilakukan penanganan pasca panen.

Panen total merupakan panen keseluruhan udang yang terdapat di petakan

tambak. Panen total diawali dengan memasang jaring panen di pintu pengeluaran

air yang terdapat tali pada ujung jaring panen untuk mempermudah pemindahan

udang ke keranjang pemanenan. Pipa outlet dan saluran pembuangan lumpur

dibuka. Udang yang masuk ke dalam jaring panen dipindahkan ke dalam

keranjang panen untuk selanjutnya dilakukan penanganan pasca panen.

3.6.2 Penanganan Pasca Panen


54

Penanganan udang pasca panen dilakukan setelah udang

selesai dipanen yang bertujuan untuk mempertahankan konsisi

kesegaran udang sehingga sampai ketangan konsumen dalam

kondisi yang baik. Kegiatan dalam penanganan dalam pasca panen

meliputi sortir, pengambilan sampel, dan pengepakan. Kegiatan

sortir dilakukan untuk memisahkan udang yang kualitasnya bagus

dengan udang yang tidak masuk kriteria penjualan seperti tidak

segar, keropos, dan tubuh lembek. Sampel udang yang digunakan

saat panen parsial sebanyak 5 kg dan untuk panen total sebanyak 10

kg. Sampel digunakan untuk menentukan size panen. Proses

sampling dilakukan secara langsung oleh teknisi tambak dan pihak

pembeli. Udang yang lolos seleksi dimasukkan ke dalam keranjang

dan ditimbang. Udang yang telah ditimbang dilakukan pengepakan.

Pengepakan udang dilakukan setelah udang disiram menggunakan

air es kemudian diletakkan di sterofoam yang bagian dasarnya telah

diberi pecahan es balok dengan ketebalan 2 cm. Udang dimasukkan

ke dalam sterofoam dengan perbandingan 3:2 (3 bagian es : 2 bagian

udang), selanjutnya sterofoam ditutup dan dimasukkan ke truk

pengangkutan udang.
BAB IV
KEGIATAN KHUSUS
4.1. Manajemen Pemberian Pakan

Pakan merupakan komponen utama dalam kegiatan. Budidaya program

pakan yang digunakan dalam kegiatan pembesaran udang di PT EPU yaitu blind

feeding, pasca blind feeding, dan pasca panen parsial. Jenis pakan buatan yang

digunakan untuk kegiatan pembesaran terdiri dari tujuh jenis pakan berbentuk

serbuk, crumble, dan pelet tenggelam. Jenis pakan yang digunakan berasal dari

merek Gold Coin Supreme yang dipesan dari PT Gold Coin Specialities.

Pemilihan pakan tersebut berdasarkan komposisi nutrisi, ketersediaan pakan,

harga, dan tingkat ketahanan pakan dalam air. Spesifikasi pakan buatan yang

digunakan pada kegiatan pembesara dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 7. Jenis pakan yang digunakan

Kandungan Pakan
Serat Lemak, Kadar Abu
No Kode Bentuk Ukuran Protein Kasar, Min air, Max
Pakan Pakan pakan , min Max (%) Max (%)
(mm) (%) (%) (%)
1 960 Tepung 0,1 42 3 6 12 13
2 961 Crumble 0,5 42 3 6 12 13
3 962 Pelet 0,9 42 3 6 12 13
4 962 P Pelet 1,3 42 3 6 12 13
5 933 P Pelet 1,4 36 4 6 12 15
6 933 S Pelet 1,4 36 4 6 12 15

Kode pakan yang digunakan pada kegiatan pembesaran di PT EPU terdiri

dari 960, 961, 962, 962 P, 963 S, dan 933 P. Kandungan protein pada pakan yang

digunakan adalah 36% sampai 42%.


56

4.1.1. Blind Feeding

Blind feeding atau yang biasa disebut pakan buta merupakan metode

pemberian pertama yang diberikan pada pemeliharaan DOC 1 sampai 30

berdasarkan populasi udang di tambak. Pemberian pakan dengan metode ini

dilakukan secara manual dengan menebar pakan secara merata ke seluruh petakan

tambak pemeliharaan. Frekuensi pemberian pakan dilakukan empat kali dalam

sehari pada DOC 1-17 dan lima kali sehari pada DOC 18-30. Penerapan metode

ini bertujuan untuk memberikan pakan sesuai dengan penambahan jumlah pakan

yang telah ditetapkan. Pemberian pakan blind feeding pada PT EPU

menggunakan asumsi kelangsungan hidup (SR) 100% dengan jumlah benur yang

ditebar 1.000.000 ekor/petak. Standar pemberian pakan blind feeding yang

digunakan adalah 2 kg pakan/100.000 benur. Setelah memasuki DOC 15

pemberian pakan dengan metode blind feeding dilakukan kontrol menggunakan

anco. Anco tersebut tidak digunakan sebagai patokan pemberian pakan namun

hanya sebagai kontrol pakan habis atau tidak, selain itu anco juga berfungsi untuk

monitoring kesehatan udang. Dosis pemberian pakan pada anco adalah 0,2% dari

jumlah pakan yang diberikan saat pemberian pakan dengan kontrol anco kurang

lebih setiap 2 jam setelah pemberian pakan. Sistem penambahan pakan pada

metode blind feeding dilakukan setiap 2 hari dengan penambahan pakan sebanyak

2 kg. Penambahan pakan pada metode blind feeding dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 8. Program Penambahan pakan pada metode blind feeding

DOC Pakan Harian Pakan Kumulatif Tipe Pakan Overlaping


(kg) (kg) (%)
1 20 20 960 100
2 20 40 960 100
57

3 22 62 960 100
4 22 84 960 100
5 24 108 960 + 930 80 + 20
6 24 132 960 + 930 70 + 20
7 26 158 930 + 961 60 + 40
8 26 184 930 + 961 50 + 50
9 28 212 930 + 961 40 + 60
10 38 240 930 + 961 80 + 20
11 30 270 961 100
12 30 300 961 100
13 32 332 961 100
14 32 364 961 100
15 34 398 961 100
16 34 432 961 100
17 36 468 961 100
18 36 504 961 100
19 38 542 961 100
20 48 580 961 100
21 40 620 961 100
22 40 660 961 + 962 C 80 + 20
23 42 702 961 + 962 C 80 + 20
24 42 744 961 + 962 C 70 + 30
25 44 788 961 + 962 C 60 + 40
26 44 832 961 + 962 C 50 + 50
27 46 878 961 + 962 C 40 + 60
28 46 924 961 + 962 C 20 + 80
29 48 972 962 C 100
30 48 1020 961 C 100

Tipe pakan yang digunakan untuk blind feeding yaitu 960, 961, dan 962

crumble. Overlapping dilakukan untuk membiasakan udang terhadap pakan yang

baru secara bertahap. Program pemberian pakan dilakukan berdasarkan dengan

feeding time dan feeding frequency. Pemberian pakan untuk DOC 1-17 dilakukan

sebanyak 4 kali pada pukul 07.00, 11.00, 14.00, dan 17.00 WITA. Sedangkan

pemberian pakan pada DOC 18-30 dilakukan sebanyak 5 kali yaitu pada pukul

07.00, 11.00, 14.00, 17.00, dan 21.00 WITA dengan persentase jumlah pakan
58

yang berbeda. Jadwal pemberian pakan dan persentase pemberian pakan dapat

dilihat pada Tabel 29

Tabel 9. Pembagian persentase pakan blind feeding pada feeding frequency di


tambak PT Esaputlii Prakarsa Utama

DOC Waktu Pemberian Pakan (WITA)


07.00 11.00 14.00 17.00 20.00
1-17 20 % 30% 30% 20% -
18-30 20% 25% 25% 20% 10 %

4.1.2 Pemberian Pakan Pasca Panen Blind Feeding dan Pasca Panen Parsial

Pakan pasca blind feeding diberikan mulai DOC 30 sampei DOC 60.

Penyesuaian pakan menggunakan pakan ideal untuk populasi udang vaname

berdasarkan kelangsungan hidup (SR), feeding rate, dan perkiraan bobot udang.

Pemberian pakan ditambah menyesuaikan kondisi di lapangan dengan

menggunakan metode kontrol anco. Kontrol anco (Gambar 2) dilakukan untuk

mengetahui nafsu makan udang serta digunakan sebagai acuan dalam menaikkan

atau menurunkan jumlah pakan yang diberikan. Pakan yang tidak habis pada anco

tidak dilakukan pemotongan persentase anco, namun dilakukan pemuasaan.

Pemuasaan tersebut dilakukan pada frekuency pemberian pakan 2 atau 3. Manfaat

dari pemuasaan yaitu menjaga nafsu makan, menjaga kualitas air, dan menjaga

Feed Convertion Ratio (FCR). Panen parsial menyebabkan turunnya biomassa dan

populasi udang sehingga dilakukan program pakan pasca panen parsial pada DOC

60 sampai panen total. Ketentuan program pakan jika panen parsial mencapai 1

ton dilakukan pengurangan jumlah pemberian pakan sebanyak 30 kg, kemudian


59

pemberian pakan dinaikkan sebanyak 5 % dari estimasi biomassa udang. Feeding

Rate (FR) berdasarkan berat rata-rata udang dan penyesuaian tingkat konsumsi

udang pada pakan anco dapat dilihat pada Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5.

Tabel 10. Feeding rate berdasarkan berat rata-rata udang sebagai penentuan pakan
harian di PT Esaputlii Prakarsa Utama

DOC Berat Rata-Rata (gr) FR


35 2 6%
40 3-4 5%
55 9 3%
75 16 2%
90 20 1%

Perhitungan pakan dilakukan berdasarkan berat rata-rata udang hasil

sampling. Kebutuhan pakan yang diberikan tiap harinya terus meningkat seiring

dengan bertambahnya biomassa udang. Semakin meningkat biomassa udang maka

semakin meningkat pula jumlah pakan yang diberikan. Perhitungan kebutuhan

pakan harian dapat dicari menggunakan rumus berikut

Kebutuhan pakan harian = Jumlah udang ditebar x Estimasi SR (%) x FR x

ABW tercapai
Pemberian pakan dapat ditambah maupun dikurangi berdasarkan

pengamatan yang dilakukan menggunakan kontrol anco. Penambahan pakan

dilakukan apabila pakan pada anco habis, sedangkan jika pakan pada anco tidak

habis maka bisa dilakukan pemuasaan terhadap udang. Analisa anco dapat dilihat

pada Tabel 9.

Tabel 11. Analisa anco pasca blind feeding di tambak PT Esaputlii Prakarsa
60

Utama

Analisa Anco Presentase sisa Pakan Kategori


(%)
0.0 0 Pakan habis ditambah 5-7 %
0.I 5-10 Tetap
0.II 20-30 Pemuasaan
0.III >30 Pemuasaan

Kode analisa anco yang digunakan di PT EPU yaitu 0, I, II, dan III dengan

pengamatan dua unit anco pada masing-masing petak tambak. Kode 0 digunakan

apabila pakan pada kedua kontrol anco habis maka pemberian pakan selanjutnya

ditambah 5-7%. Kode 0 dan I digunakan apabila terdapat satu anco dengan

persentase sisa pakan 0% sedangkan salah satu anco dengan persentase sisa pakan

sebanyak 5-10% maka pemberian jumlah pakan tetap. Kedua anco dengan analisa

0 dan II serta analisa kedua anco dengan analisa 0 dan III dilakukan pemuasaan.

Tabel 12. Persentase pakan anco pasca blind feeding di tambak PT Esaputlii
Prakarsa Utama

DOC Prsesentase Pakan Anco Jangka Waktu Pengamatan (jam)


15-20 0.2 2-3
21-30 0.3 2-3
31-40 0.4 2-3
41-55 0.5 2-3
56-60 0.6 2-3
60-Panen 0.7 2-3
61

Gambar 26. Monitoring Pakan menggunakan Anco


Sumber: dokumentasi pribadi

4.2. Penggunaan Automatic Feeder

Automatic feeder adalah mesin untuk pemberian pakan secara otomatis

dengan pemberian yang dapat diatur sesuai keinginan. Produk automatic feeder

yang digunakan di divisi tambak PT EPU adalah eFishery (Gambar 3) dengan

kapasitas 100 kg pakan. Kelebihan penggunaan alat ini diantaranya dapat

memudahkan kegiatan pemberian pakan dengan pakan sehingga dapat mengatasi

kelalaian pemberian pakan, lontaran yang berputar memiliki lingkup area 3600

dengan kemampuan melontarkan pakan hingga 20 m, dan dapat diatur melalui

aplikasi smartphone. Kekurangan dari alat ini adalah biaya yang tinggi. Waktu

pemberian pakan, frekuensi, dan banyaknya dan banyaknya pakan yang diberikan

dapat diatur menggunakan menggunakan smartphone yang terhubung dengan

panel automatic feeder (Gambar 26). Mesin diletakkan di ujung jembatan yang

terbuat dari kayu dengan jarak dari pematang 14 m.


62

Gambar 27. Automatic Feeder


Sumber: dokumentasi pribadi

4.3. Pemberian Fermentasi Probiotik dan Suplemen pada Pakan

Pemberian fermentasi probiotik dan suplemen pada pakan dilakukan

sebelum pakan ditebar ke petakan tambak. Produk fermentasi yang digunakan

adalah Lactobac dan Nutribio Salman. Alat yang digunakan pada saat proses

fermentasi adalah drum berkapasitas 200 L, karung bekas pakan, karet, aerasi, dan

ember 5 L. Tahap awal yang dilakukan adalah pengisian drum sebanyak 100 L

menggunakan air tawar. Dosis bahan yang digunakan adalah Lactobac 100 g,

Nutribio Salman 100 g, gula 1 kg, dan air tawar sebanyak 100 L. Sebelum

bahanbahan dimasukkan ke dalam drum, terlebih dahulu Lactobac, Nutribio

Salman, gula, dan fermipan dimasukan ke dalam ember dengan air secukupnya,

kemudian bahan-bahan diaduk hingga homogen. Khusus untuk dedak, bagian

yang dicampurkan dengan bahan lain hanyalah sarinya. Sari dedak diambil

dengan mencampur dedak di ember kemudian di peras menggunakan saringan.

Bahanbahan yang telah dicampurkan dimasukkan ke dalam drum yang telah diisi

dengan air tawar dan diaduk hingga homogen. Selama proses fermentasi aerasi

dipasang agar bahan fermentasi tetap teraduk. Drum yang telah berisi bahan

fermentasi dan aerasi ditutup rapat menggunakan karung bekas pakan dan diikat

menggunakan karet untuk kemudian didiamkan selama 24-48 jam. Dalam satu

kali fermentasi mampu untuk mencukupi kebutuhan selama 3-4 hari.

Hasil fermentasi dicampurkan ke pakan sebelum ditebar ke petak tambak.

Penyampuran pakan (Gambar 74) dengan hasil fermentasi dilakukan dengan


63

mengaduk pakan dengan larutan hasil fermentasi di dalam bak ember plastik

hingga pakan terlihat basah dan didiamkan terlebih dahulu kurang lebih sekitar 10

menit sebelum pakan ditebar. Pemberian fermentasi probiotik pada pakan dua kali

dalam sehari dan umum dilakukan pada jam pemberian pakan pada pukul 11.00

dan 17.00 WITA

Selain fermentasi probiotik, produk herbal juga dicampurkan ke pakan.

Produk herbal yang ditambahkan adalah Herbamat dengan fungsi utamanya untuk

mencegah udang terjangkit penyakit berak purih (White Feses disease).

Pemberian Herbamat dilakukan secara langsung ke pakan tanpa melalui proses

fermentasi, dosis yang digunakan sebanyak 1 g/kg. Pemberian herbamat

dilakukan satu kali dalam satu hari dan umum dilakukan pada pukul 11.00 WITA

bersamaan pada saat penyampuran hasil fermentasi.

4.4. Penyimpanan Pakan

Penyimpana pakan bertujuan untuk menjaga kualitas pakan agar tetap

dalam kondisi yang baik sehingga tidak terjadi perubahan kandungan pakan yang

dapat mengurangi kualitas pakan. Pakan yang ada di divisi tambak PT EPU

disimpan pada ruang gudang pakan (Gambar 27). Hal-hal yang diperhatikan pada

saat penyimpanan pakan diantaranya kondisi gudang pakan kering atau tidak

lembab. Hal ini bertujuan untuk menghindari tumbuhnya jamur pada pakan.

Kemudian penempatan pakan tidak bersentuhan langsung dengan lantai dan

dinding gudang. Alas yang digunakan sebagai tempat peletakan pakan agar pakan

tidak bersentuhan langsung dengan lantai adalah papan kayu dengan ketinggian

sekitar 10 cm dari lantai. Penyusunan pakan dilakukan berdasarkan tanggal


64

kedatangan pakan dan ditumpuk maksimal 10 karung pakan dengan tumpukan

saling bersilangan yang bertujuan untuk memudahkan saat pengambilan pakan.

Gambar 28. Tempat penyimpanan pakan


Sumber: dokumentasi pribadi
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Profesi di PT. Esaputlii Prakarsa

Utama Barru, mengenai Teknik Pembesaran Udang Vaname (panaeus vannamei)

selama 2 bulan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kegiatan persiapan lahan meliputi pengeringan, pembersihan dinding dan

dasar kolam, perbaikan peralatan (kincir, kabel, paralon, dll), perbaikan

biosecurity (saringan inlet, pagar, dll) dan setting kincir.

2. Kegiatan persiapan dan sterilisasi air meliputi pengisian air, pemberian

cuprisulfat (CUSO4), pemberian kaporit, pemberian pupuk ZA,

fermentasi, bioassay, dan pemberian mineral.

3. Kegiatan penebaran benur meliputi pemilihan benur, sampling dan

aklimatisasi.

4. Kegiatan manajemen pakan meliputi blind feeding/ pakan buta dan pasca

blind feeding.

5. Kegiatan manajemen kualitas air meliputi pergantian air, manajemen

dasar tambak, pemberian probiotik dan monitoring kualitas air.

5.2. Saran

Setelah melakukan kegiatan Praktek Kerja Profesi, Penulis memberikan

saran agar setiap mahasiswa yang akan melaksanakan PKP mengikuti SOP

(Standart operational prosedur) yang ada, konsisten dalam pelaksanaannya, serta

harus menjaga protokol Kesehatan dimasa pandemi seperti ini.


DAFTAR PUSTAKA

Erlangga E. 2012. Budidaya Udang Vannamei Secara Intensif. Tangerang Selatan

(ID): Pustaka Agro Mandiri.

Ghufron, M., Lamid, M., Sari, PDW., dan Suprapto, H. (2017). Teknik

Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Pada Tambak

Pendampingan PT Central Proteina Prima Tbk di Desa Randutatah,

Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Journal of Aquaculture

and Fish Health. 7(2), 70-77.

Amri K, Kanna I. 2008. Budidaya Udang Vaname. Jakarta (ID) : Gramedia

Pustaka Utama.

Hastuti YP. 2013. Mengenal pengaruh cendawan dalam lingkungan budidaya

[artikel]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Syah R, Makmur, Mat F. 2017. Budidaya Udang Vaname Dengan Padat

Penebaran Tinggi. Media Akuakultur. [Internet]. [diunduh 2018

Desember 29]. Vol 12 : Maros, Sulawesi Selatan. ISSN: 2502-9460.

Tersedia pada :http//ejournal-balitbang.kkp.go.id//.

Yulianti, E. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pengembangan Udang

Vaname. (Litopenaeus vannamei) (Kasus pada PT Suri Tani

Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten). Skripsi. Departemen

Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Amri dan Iskandar. 2008. Budidaya Udang Vannamei. PT Central Pratiwi Bahari;

Lampung.
67

Anonim, 2003. Litopenaeus vannamei sebagai alternative budidaya udang saat ini.

PT. Central Proteinaprima (Charoen Pokphand Group) Surabaya. 16

hal.

Badrudin. 2014. Seri Panduan Perikanan Skala Kecil Budidaya Udang Vannamei.

In WWF-Indonesia.

Edhy, W.A., Azhary K., Pribadi J., Chaerudin M.K., 2010.Budidaya udang putih

(Litopenaeus vannamei. Boone, 1931). CV. Mulia Indah. Jakarta.

Effendi, H., 2003. Telahan Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya

Lingkungan Perairan. Jurusan Manajemen Sumberdaya

Periran.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian

Bogor. 259 hal.

Erlando.G., Rusliadi., Mulyadi. 2015. Increasing Calcium Oxide (Cao) To

Accelerate Moulting And Survival Rate Vannamei Shrimp

(Litopenaeus Vannamei)). Universitas Riau.

Farchan, M. 2006. Teknik Budidaya Udang Vaname. BAPPL STP: Serang.

Haliman, RW., dan Dian, AS. 2005. Udang Vannamei. Jakarta: Penebar Swadaya.

Haliman dan Adijaya. 2005. Pembudidayaan dan Prospek Pasar Udang Putih yang

Tahan Penyakit. Udang Vannamei. Penebar Swadaya. Jakarta

Huda. 2010. Teknik Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus vannameii)

Dengan Pola Intensif Pada Tambak Plastik (Hdpe) Di Kso Cp. Prima

Pt. Negara Indah Makmur berhasil Situbondo Artikel Ilmiah

Lamongan.Jawa Timur. Universitas Airlangga Surabaya

Jayadi, M., A. Prajitno and Maftuch. 2016. The Identification of Vibrio spp.
68

Bacteria from Litopenaeus Vannamei Infected by White Feces

Syndrome. International Journal of ChemTech Researc, .9: 448-452

Kaligis E. 2015. Respons Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)

di Media Bersalinitas Rendah Dengan Pemberian Pakan Protein Dan

Kalsium Berbeda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No.

1, Hlm. 225-234

Mastan, S. A. (2015). Incidences Of White Feces Syndrome (Wfs) In Farm-

Reared Shrimp, Litopenaeus Vannamei, Andhra Pradesh. Indo Am. J.

Pharm. Res, 5, 3044-3047.

Mawar. (2014). Pembesaran Udang Windu (Penaeus monodon) dengan Penerapan

Sistem Modular dan Biosekuriti di Desa Tindaki Kabupaten Parigi

Moutong. Prosiding Seminar Regional Pekan Agro Inovasi BPTP Sulteng,

212-230.

Prasetya. A.W., Dan Sapto. A. 2014. Pemanfaatan Fitoplankton Dan Zooplankton

Pada Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Di Pt. Surya

Windu Kartika Banyuwangi, Jawa Timur. Universitas Airlangga.

Surabaya.

Putra. F. R., dan Abdul. M. 2014. Monitoring Kualitas Air Pada Tambak

Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Di Situbondo,

Jawa

Romadhona. B., Bambang. Y., dan Sudarno. 2016. Fluktuasi Kandungan Amonia

Dan Beban Cemaran Lingkungan Tambak Udang Vaname Intensif

Dengan Teknik Panen Parsial Dan Panen Total. SAINTEK


69

PERIKANAN : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology.

11(2).

Sudrajat A dan Wedjatmiko. 2010. Budidaya Udang di Sawah dan Tambak.

Penebar Swadaya. Jakarta.

LAMPIRAN

Penerimaan Mahasiswa PKP

Pembuatan fermentasi Pembibisan pakan


70
Pengambilan benur
Bioassay

Penarikan mahasiswa PKP


72

KEGIATAN HARIAN

No Hari/Tanggal Kegiatan Paraf


1. Senin, 20 Juni 2022
09.00 Penerimaan di lokasi PKP
11.00 Pengenalan Lokasi
2. Selasa, 21 Juni 2022
07.00 -Fermentasi dedak 2 kg, fermipan, 30
gr, aquacare : 5 kg
10.00 -Terima materi oleh oleh Teknisi
Tambak
3. Rabu, 22 Juni 2022
08.00 -Fermentasi dedak 2 kg, fermipan, 30
gr, pupuk ZA 2 kg
10.00 -pembuatan secchi disk
4 Kamis, 23 Juni 2022
08.00 - fermentasi dedak 2 kg fermipan 30
gr, molase 0,5 gr pupuk ZA 3 kg
10.00 - jahit anco
5 Jumat, 24 Juni 2022
09.00 -uji bioassay
10.00 - Terima materi
6 Sabtu, 25 Juni 2022
08.00 -penebaran benur sebanayak 800.000
ekor
7 Minggu, 26 Juni 2022
07.00 -Pemberian pakan
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
8 Senin, 27 Juni 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 -penebaran probiotik goldback
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
9 Selasa, 28 Juni 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik mastio
11.00 -Pemberian pakan
73

14.00 -Pemberian pakan


17.00 -Pemberian pakan
10 Rabu, 29 Juni 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik golback
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
11 Kamis, 30 Juni 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik aspergillus
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
12 Jumat, 1 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
13 Sabtu, 2 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
14 Minggu, 3 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik goldback
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
15 Senin, 4 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik mastio
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
16 Selasa, 5 Juli 2022
74

07.00 -Pemberian pakan


08.00 - penebaran probiotik aspergillus
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
17 Rabu, 6 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 -penebaran mineral dan artemia 800 gr
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-buka central drain
18 Kamis, 7 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
19 Jumat, 8 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
16.00 -melakukan sipon
17.00 -Pemberian pakan
-buka central drain
20 Sabtu, 9 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik goldback dan
11.00 artemia
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-Pemberian pakan
-membuka central drain
21 Minggu, 10 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik mastio, artemia
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
22 Senin, 11 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
75

08.00 - penebaran probiotik asper dan


11.00 mineral
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-Pemberian pakan
23 Selasa, 12 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran mineral
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
24 Rabu, 13 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
25 Kamis, 14 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 penebaran probiotik goldback
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
26 Jumat, 15 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik mastio
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
27 Sabtu, 16 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 -penebaran probiotik asper
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-buka central drain
28 Minggu, 17 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
76

08.00 -pemberian mineral


11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
29 Senin,18 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
30 Selasa, 19 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 -penebaran mineral
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
31 Rabu, 20 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik goldback
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
32 Kamis, 21 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik mastio
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
33 Jumat, 22 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 penebaran probiotik asper
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
34 Sabtu, 23 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
77

08.00 -penebaran mineral


11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
35 Minggu, 24 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
36 Senin, 25 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik golback
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
37 Selasa, 26 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 penebaran probiotik mastio
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
38 Rabu, 27 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik asper
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
39 Kamis, 28 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 -penebaran mineral
09.00 - melakukan sipon
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
78

40 Jumat, 29 Juli 2022


07.00 -Pemberian pakan
08.00 penebaran probiotik golback
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
Membuka central drain
41 Sabtu, 30 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik mastio
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
42 Minggu, 31 Juli 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 penebaran probiotik asper
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
43 Senin, 1 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 -penebaran mineral
10.00 -Sampling
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
44 Selasa, 2 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
45 Rabu, 3 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik golback
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
79

17.00 -Pemberian pakan


-membuka central drain
46 Kamis, 4 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 penebaran probiotik mastio
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
47 Jumat, 5 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik asper
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
48 Sabtu, 6 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik golback
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka cenral drain
49 Minggu, 7 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 penebaran probiotik mastio
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
50 Senin, 8 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 penebaran probiotik asper
10.00 -sampling
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
51 Selasa, 9 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
80

08.00 - penebaran probiotik golback


11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
52 Rabu, 10 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 -penebaran probiotik mastio
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
53 Kamis, 11 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran mineral
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
54 Jumat, 12 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 -penebaran pionact 2kg, kapur 1
11.00 kg,mineral 1kg
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-Pemberian pakan
-membuka central drain
55 Sabtu, 13 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik golback
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
81

56 Minggu, 14 Agustus
2022 -Pemberian pakan
07.00 -Pemberian pakan
11.00 -Pemberian pakan
14.00 - penebaran pionact 1 kg, gula 0,5 kg
16.00 -Pemberian pakan
17.00 -membuka central drain
20.00 -pemberian pakan
57 Senin, 15 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran priobiotik mastio
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
20.00 -Membuka central drain
58 Selasa, 16 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik aspergillus
10.00 -Sampling
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
59 Rabu, 17 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik golback
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
60 Kamis, 18 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran pionact 1 kg, gula 0,5 kg
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
82

61 Jumat, 19 Agustus 2022


07.00 -Pemberian pakan
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
20.00 -pemberian kapur 2 kg, mineral 1 kg
62 Sabtu, 20 Agustus 2022
08.00 - ujian seminar
10.00 -Penarikan mahasiswa PKL

Anda mungkin juga menyukai