HAMDANI AKBAR
071 2019 0004
Laporan praktek kerja profesi (PKP) ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk penyelesaian studi pada fakultas perikanan dan ilmu kelautan
universitas muslim Indonesia
HAMDANI AKBAR
071 2019 0004
SK pembimbing : 751/H.20/FPIK-UMI/VII/2022
Diketahui oleh:
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya. Beserta keluarga dan para sahabatnya, yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang
sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam, sehingga penulis dapat
dorongan dari beberapa pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
1. Kedua orang tua penulis yang sangat penulis hormati, sayangi, dan
Indonesia
3. Ibu Dr. Ir. H. Harlina, MP, Ketua Program Studi Budidaya Perairan
Praktek Profesi
7. Kak Anca, Kak Sakka, Kak Acca, Kak Erna, dan Kak Bahar selaku
kerja Profesi.
10. Fajrin, Fikram, haykal, Ilham, Trys, Agil dan Candra yang selalu
11. Semua pihak yang tidak penulis sebut satu-persatu yang telah ikut
baik serta jasa dari pihak yang membantu penulis mendapat berkah dan
Penulis
DAFTAR ISI
RINGKASAN..........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1.Latar Belakang...............................................................................................1
2.3.1. Visi..................................................................................................7
2.3.2. Misi.................................................................................................8
3.6.1 Pemanenan......................................................................................48
4.1.2 Pemberian Pakan Pasca Panen Blind Feeding dan Pasca Panen
Parsial...............................................................................................54
BAB V PENUTUP................................................................................................61
5.1. Kesimpulan..................................................................................................61
5.2. Saran...........................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................62
LAMPIRAN...........................................................................................................65
DAFTAR GAMBAR
3. Sketsa tambak....................................................................................................10
6. Pipa Inlet............................................................................................................12
8. Central drain.......................................................................................................14
11. Anco.................................................................................................................20
c) parameter fisika..................................................................................................38
10. Feeding rate berdasarkan berat rata-rata udang sebagai penentuan pakan
11. Analisa anco pasca blind feeding di tambak PT Esaputlii Prakarsa Utama.....56
12. Persentase pakan anco pasca blind feeding di tambak PT Esaputlii Prakarsa
Utama.....................................................................................................................56
BAB 1
PENDAHULUAN
ekspor.
sintasan selama pemeliharaan tinggi dan nilai konversi pakan (FCR) rendah
vaname juga dapat di produksi dengan pola tradisional. Bahkan dengan pola
tradisional petambak dapat menghasilkan ukuran panen yang lebih besar sehingga
harga perkilogramnya menjadi lebih mahal. Teknologi yang tersedia saat ini
masih untuk pola intensif dan semi intensif, Padahal luas awal pertambakan di
Indonesia yang mencapai sekitar 360.000 Ha, 80% digarap oleh petambak yang
pembesaran udang dimulai dari tahapan pertama yaitu persiapan lahan yang
2
pemberantasan hama dan pengisian air. Tahap kedua penebaran benih mulai dari
padat tebar, jumlah tebar dan waktu serta cara penebaran benih, tahap ketiga
untuk budidaya udang yaitu pemeliharaan yang meliputi menajemen kualitas air,
manajemen pakan, pengendalian hama penyakit dan sampling serta tahap terakhir
melakukan praktek kerja lapang dengan judul “Teknik Budidaya Udang Vaname
Prakarsa Utama
Praktek Kerja Profesi (PKP) dilaksanakan selama dua bulan dimulai pada
benur)
2. Pada tahun 1986 PT. BIDADARI LAUT Pembenihan udang Windu yang
Kita
diantaranya:
1. Awal Penggelonggongan (Bibit yang berasal dari Jawa) pada tahun 1984
pemegang saham tunggal melalui Akte Notaris Sitske Limowa No. 62 tahun 1998,
kemudian pada tahun 1998 berganti nama menjadi PT. Esaputlii Prakarsa Utama
hingga saat ini dikenal dengan nama tersebut atau dengan nama Benur Kita. Pada
tambak yang tidak diperbaiki dan saluran airnya yang rusak. Selanjutnya pada
tahun 2006 munculah udang vaname yang lebih bagus dari pada Udang Windu.
Adapun bidang usaha perusahaan ini yaitu pada tahun 2006 pemeliharaan udang
windu, ikan bandeng, tambak udang windu, serta pembenihan udang vannamei
tetapi sejak tahun 2013 berfokus pada bidang usaha tambak udang vannamei atau
memproduksi udang ukuran konsumsi. Tambak ini, telah berdiri sejak tahun 2013
menggunakan wadah budidaya beton berjumlah satu petak tambak dengan luas
3000 m2 . Tambak udang mengalami penambahan sebanyak dua unit pada tahun
2014 dan pada tahun 2015. Budidaya pembesaran udang mengalami pertambahan
jumlah tambak sebanyak tiga unit dan satu petak tandon pada tahun 2017, pada
tahun 2018 memiliki 6 petak tambak produksi, dua tandon treatment dan satu
6
tandon sedimentasi. PT. Esaputlii Prakarsa Utama memiliki tiga unit petak tambak
dengan luas 1000 m2 , satu tandon treatment dan satu tandon sedimentasi pada
tahun 2019. Sistem budidaya yang digunakan pada tahun 2013 sampai 2015
menggunakan open system air laut atau sistem terbuka yang menggunakan arus
air yang mengalir secara alami yang akan membawa oksigen ke dalam perairan
budidaya. Sistem budidaya yang digunakan pada tahun 2016 sampai 2019
tertutup dengan sedikit sirkulasi, air budidaya yang berada di tambak udang
Keterangan :
A.Tambak pembesaran
B.Tandon Treatment
C.Tandon pengendapan
E.IPAL
1. Topografi
dengan laut sehingga dapat menyuplai air laut untuk memenuhi kebutuhan
2. Vegetasi
3. Hidrologi
a. Kualitas air yang cukup baik karena bebas dari pencemaran dan
gas-gas beracun.
8
4. Sosial Ekonomi
juga tenaga
Jl. Poros Makassar - Parepare KM. 138 Desa JalangE, Kelurahan Mallawa,
memiliki 5 petak yang terdiri dari 3 petak produksi dan 2 petak tandon. Petakan
2.3.1. Visi
di Indonesia
2.3.2. Misi
budidaya perikanan.
kegiatan budidaya udang vaname dibagi menjadi dua yaitu fasilitas utama dan
yang berfungsi sebagai penggerak utama dalam kegiatan produksi udang vaname.
Fasilitas utama yang terdapat ditambak PT EPU Meliputi wadah budidaya, sistem
10
tata air, sistem aerasi, inlet tambak, pembuangan air (outlet tambak), central drain
unit blower dan memiliki ruang panel kincir dan ruang blower, kemudian untuk
panel pompa air terdapat diruang panel kincir petakan tambak nomor Sembilan.
jembatan pada setiap ujungnya, 1 inlet berukuran 8 inci, dan 3 outlet berukuran 10
inci, satu central drain, saluran pembuangan lumpur dengan ukuran 8 inci, dan 3
outlet berukuran 10 inci, satu central drain, saluran pembuangan lumpur dengan
11
ukuran 8 inci, dan pipa aerasi yang berukuran 4 inci. Jumlah kincir sebanyak 11
unit perpetak yang ditempatkan dengan formasi searah jarum jam. Tinggi air
yang digunakan pada budidaya udang vaname 1,7-1,9 m. sketsa tambak dapat
15
sumber air yang digunakan pada tambak PT EPU berasal dari selat Makassar,
Jarak pengambilan air laut sekitar 150 m dari rumah pompa air dengan kedalaman
7 m dibawah surut terendah dari permukaan air laut (Gambar 16a). air laut disedot
12
niagara berukuran 8 inci dengan saringan yang dilapisi oleh arang aktif dan
waring hitam yang langsung dihubungkan dengan ujung pipa. Sebelum air masuk
dan diberi perlakuan kincir sebanyak enam unit berkapasitas 2 HP selama 24 jam
untuk menyebarkan kaporit dan menetralkan residu kaporit. Air laut yang telah
serta mengurangi kandungan amoniak yang terdapat didalam lumpur pada tambak
budidaya. Sistem aerasi yang digunakan pada tambak budidaya supra intensif di
13
PT EPU yaitu tipe attect dengan model dua kipas kincir yang berkapasitas 15 HP
berjumlah enam unit, masing-masing petak dipasang dua unit blower. Setiap petak
airlaut berjumlah empat unit dengan model 4 kipas kincir yang berkapasitas 2
HP.
a b
Inlet tambak adalah saluran yang terhubung langsung dengan kanal atau pipa
dari pompa air. Inlet digunakan sebagai saluran pengisian air laut ketiap petakan.
Masing-masing inlet yang ada ditambak PT EPU diberi waring sebagai penyaring
dengan tujuan kotoran dari sumber air tidak masuk ke petakan (gambar 18).
Bahan yang digunakan untuk inlet adalah pipa berukuran 12 inci dan masing-
14
pembuangan air dibuka pada saat panen total dan pengeringan tambak (gambar).
Diameter pipa outlet yang digunakan pada masing-masing petakan tambak yaitu
outlet yang terdapat pada pada jembatan tambak dengan tinggi 3 m yang
digunakan pada saat pengeringan air tambak serta pada saat pemanenan total.
a b
inci yang dilubangi yang dilubangi dengan diameter 3 cm. Central drain di tambak
15
pemeliharaan awal central drain ditutup menggunakan waring agar udang tidak
EPU berasal dari PLN dengan daya listrik sebesar 197 KVA berjumlah 2 unit
(gambar 21a) dan satu unit genset berkapasitas 500 KVA yang berukuran 2,5 m x
1,5 m. Generator set (gambar 21) digunakan saat terjadi pemadaman listrik dari
PLN.
16
dioperasikan secara manual, apabila terjadi pemadaman listrik dari PLN. Divisi
tambak PT EPU memasang alarm khusus dan akan berbunyi Ketika terjadi
pemadaman listrik agar karyawan tambak bisa segera menyalakan genset dan
mematikan genset apabila listrik dari PLN telah menyala. Hal ini diharapkan
factor yang sangat penting dalam kegiatan budidaya udang dengan sistem supra
intensif.
2.4.2.1. Bangunan
laboratorium, ruang panel listrik, ruang genset, ruang blower, ruang panel kincir
dan pompa air, serta mes karyawan. Fasilitas bangunan di tambak PT EPU dapat
Sumber limbah terbesar dalam kegiatan budidaya ini adalah sisa pakan dan feses
yang begitu besar selama kegiatan budidaya yang mana tidak semua pakan yang
diberikan dapat dimakan oleh udang, sehingga sisa pakan dapat menimbulkan
polutan. Pengelolaan air buangan tambak merupakan salah satu upaya untuk
sehingga aman dan tidak menimbulkan kerusakan pada lingkungan ketika dibuang
Limbah (IPAL) dengan membangun tandon air limbah dengan perlakuan fisika
dan biologi.
Tandon Tandon
Air laut Tambak
treatment pengendap
Saluran pembuangan air
18
Parit pembuangan
Biokontrol
Pengelolaan limbah yang dilakukan diantaranya pengendapan, saringan fisik,
pengendapan zig-zag, bio filtrasi, dan bio kontrol. Air buangan dari tambak
Laut
dialirkan ke wadah pengendapan melalui parit, dari wadah pengendapan air
melewati filter fisik berupa sekat/saringan dari besi untuk menyaring sampah air.
Air limbah dari pengendapan dialirkan menuju wadah pengendapan zig-zag untuk
biofiltrasi yang berisi ikan nila, ikan bandeng dan kerang-kerangan yang bertujuan
wadah biofilter dengan tujuan untuk membantu proses oksidasi. Air limbah dari
kolam biofiltrasi diolah menuju wadah bio kontrol menggunakan ikan nila dan
ikan-ikan kecil dari laut. Setelah melalui beberapa proses tersebut, air dialirkan
menuju parit yang ujungnya langsung ke laut. Pengerukan kualitas air di IPAL
19
dilakukan setiap minggu oleh bagian laboratorium dan mikrobiologi yang ada di
PT EPU.
Keterangan
a.Wadah pengendapan c. pengendapan zig-zag e. biokontrol
b.Saringan fisik d. biofiltrasi f. ujung saluran ipal
kegiatan produksi. Adapun alat transportasi yang dimiliki adalah 1 unit mobil pick
dari luar ke dalam maupun dari dalam ke luar. Transportasi motor Nozomi
EPU terdiri dari komponen peralatan penunjang. Peralatan ini berperan langsung
automatic feeder, rakit, anco, jala, timbangan, sendok pakan, sendok pakan,
1. Automatic feeder
feeder yang digunakan di divisi tambak PT EPU adalah eFishery (Gambar 10)
20
dapat diatur melalui aplikasi smartphone. Kekurangan dari alat ini adalah
ujung jembatan yang terbuat dari kayu dengan jarak dari pematang 14 m.
2. Rakit
lumut yang menempel pada tali kincir. Rakit yang digunakan dibuat dari
3. Anco
Anco yang digunakan terbuat dari rangka besi dan dilapisi dengan waring,
petakan tambak. Tiap petakan tambak memiliki 2 buah anco, anco dipasang
Jala adalah alat yang terbuat dari jaring untuk penangkapan ikan/udang,
biasanya jala digunakan pada saat pemantauan atau pada saat panen parsial.
Jala untuk udang adalah jala lampung yang dapat menampung udang dengan
membentuk kantong yang apabila tali bagian tengahnya ditarik. Jala ini
dikhususkan bagi udang karena berbeda dengan ikan yang bagian insangnya
bisa terjebak jaring, udang tidak memiliki insang sehingga jala jenis kantong
cocok digunakan untuk udang agar udang tidak terlepas kembali. Jala yang
22
5. Timbangan
penimbangan udang yang keluar dari pipa central saat melakukan penyiponan
timbangan digital duduk untuk penimbangan pakan atau hasil panen dengan
tingkat akurasi 2 angka dibelakang koma dengan kapasitas 200 kg, timbangan
7. Drum
yaitu drum .Drum yang digunakan memiliki volume 200 L. Lokasi kultur
8. Pipa siphon
kotoran/limbah budidaya yang ada di area tengah petak tambak. Pipa yang
9. Secchi disk
budidaya. Secchi disk (Gambar 12) yang digunakan di PT EPU dibuat dari
tutup ember kaporit yang dipotong dengan ukuran diameter 20 cm dan dicat
dengan warna hitam putih, kemudian dipasangkan pipa PVC 1 /2 inci yang
Tabel 9.
kimia lainnya
10. Bunsen 2 Mensterilkan proses kultur
bakteri
11. Timbangan Acis, kapasitas 1 Menimbang kebutuhan
duduk 300 g bahan
Excellent scale 1
super h20
12. Teko ukur 2L 1 Mengukur akuades
13. Pengaduk 2 Mengaduk cairan agar
homogen
14. Tabung reaksi Pyrex, 20 ml 30 Wadah pengenceran
Pyrex,10 ml 15 bakteri
Pyrex, 25 ml 3
15. Pipet mohr Pyrex, 10 ml 3 Memindahkan cairan atau
Pyrex, 1 ml 9 memindahkan larutan
dengan ukuran tertentu
16. Pipet tetes Sedang 1 Memindahkan cairan
Kecil 3 terukur dengan jumlah
yang sangat sedikit
17. Gelas Boker Pyrex, 50 ml 2 Wadah penampung yang
Pyrex, 100 ml 4 digunakan untuk
Pyrex, 1000 ml 1 mengaduk, mencampur,
dan memanaskan cairan
18. Gelas ukur Pyrex, 50 ml 1 Mengukur volume larutan
Pyrex, 100 ml 1
BAB III
KEGIATAN UMUM
menciptakan wadah yang optimal bagi biota yang akan dipelihara. Persiapan
pemeriksaan peralatan tambak, persiapan air, pengisian air dan persiapan air,
dinding tambak dan membersihkan sisa limbah budidaya pada siklus budidaya
yang sebelumnya. Pengeringan umumnya dilakukan selama dua sampai tiga hari
setelah proses panen selesai dan tergantung cuaca. Saat kegiatan pengeringan
untuk membuang lumpur, pasir, dan teritip. Kegiatan ini dilakukan dengan
menyikat dinding dan dasar tambak menggunakan sikat dan sapu lidi, kemudian
dibilas menggunakan pompa air merk Ya-Oke WP20 dengan bantuan selang
dengan air.
mencapai 3 m.
pipa PVC 3 /4 inci. Pada pipa tersebut diberi lubang aerasi yang
perputaran.
sampai dengan DOC 31. Pemasangan alat ini diletakkan pada ujung
atas jaring dan dijahit menggunakan tali nilon 70 liebs. Anco yang
dengan dosis 20-30 mg/L dan ditebar merata dengan bantuan kincir.
jernih, serta bebas dari hama dan penyakit. Air yang jernih
3.1.4.1 Fermentasi
menggunakan saringan.
drum yang telah diisi air tawar sebanyak 100 L dan diaduk hingga
Chlorella sp. yang diambil dari kultur algae yang dilakukan oleh
pagi hari. Kriteria benur yang akan ditebar adalah bebas penyakit,
ukuran seragam, tidak cacat, dan bergerak aktif. Stadia benur udang
35
intensif sehingga padat penebaran yang digunakan sangat tinggi. Sistem budidaya
supra intensif mempunyai ciri yaitu dengan menggunakan padat penebaran lebih
dari 300 ekor/m2 . Padat penebaran yang digunakan pada kegiatan pembesaran
udang vaname di PT EPU pada saat pelaksanaa PKL adalah 1000 ekor/m2 . Data
penebaran benur pada saat pelaksanaa PKL dapat dilihat pada Tabel 2.
terlalu besar.
yang digunakan pada saat proses penebaran adalah bak fiber kerucut
36
berkapasitas 500 L air, selang, pipa PVC, aerasi, kursi dan pompa
lubang yang ditutup dengan waring pada pipa outlet bak penebaran
PVC dilakukan untuk proses pengisian air pada bak penebaran, lalu
pada pipa PVC (Gambar 15) dan blower diletakkan di bawah bak
fiber.
37
Benur diambil dari unit hatchery PT EPU peralatan yang digunakan untuk
pengambilan benur diantaranya bak fiber, pick up, plastik, tabung oksigen, dan
dalam bak fiber yang telah dinaikkan keatas mobil pick up dan diberi oksigen.
Jumlah benur yang dimasukkan ke dalam bak fiber dalam satu kali angkut
permukkaan bak fiber ditutup menggunakan plastik untuk mencegah benur keluar
dari bak fiber dan mengoptimalkan penggunaan oksigen. Benur yang telah sampai
menggunakan air dari petak tambak sebanyak 20% dari volume bak
dengan selang dan pipa PVC. Air akan keluar secara perlahan
72b) dengan isi 800 g/box dengan kepadatan naupli artemia 70.000
aklimatisasi antara air dalam bak penebaran dengan air yang berada
pipa penutup saluran air yang berada di tengah bak penebaran secara
berlangsung dinding bak penebaran disirami air agar tidak ada benur
kualitas air secara total dilakukan setiap hari Senin, Rabu, dan
Jumat. Kualitas air yang diukur saat pengukuran kualitas air total
setiap hari Selasa, Kamis, Sabtu, dan Minggu dengan kualitas air
yang diukur diantaranya suhu, DO, kecerahan, warna air, pH, dan
Salinitas. Kualitas air yang diukur meliputi kualitas air fisika, kimia
dan biologi. Fisika air (Gambar 76a) yaitu suhu, kecerahan, warna
air, dan kedalaman air tambak yang diukur setiap pagi dan sore hari.
Parameter kimia air (Gambar 17c) yang diukur meliputi total bahan
dilakukan pada pagi dan sore hari, oksigen terlarut (DO) setiap pagi,
sore dan malam hari, alkalinitas setiap pagi hari, salinitas pada pagi
hari dan sore hari. Pengukuran biologi air (Gambar 17a) phospat
c
42
dan total organic matter atau total bahan organik pada parameter
biologi air bakteri vibrio masih dalam batas aman sesuai dengan
standar.
saluran pencernaan (Awais et al. 2007), selain itu bakteri ini mampu
(Yani et al.2011).
dan glukosidase.
laktat.
mineral ini dilakukan secara manual dengan dosis 0,5 mg/L yang
dosis pemberian 0,5 mg/L yang diberikan minimal satu bulan sekali.
penguapan air, selain itu pada central drain diberi lubang yang
central drain. Debit air yang keluar dari central drain kurang lebih
celup 12 inci dan sumber air bersumber dari air yang telah di
berdiameter 2,5 inci yang digunakan sebagai alat sipon, proses sipon
disebabkan karena mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus. Hama yang
sering ditemukan pada tambak udang vaname di PT EPU yaitu burung bangau,
52
biawak, dan ular, sedangkan penyakit yang pernah terjadi yaitu White Feses
Desease (WFD) atau berak putih penanganan yang dapat dilakukan yaitu dengan
Penyakit berak putih disebabkan oleh bakteri Vibrio sp. Penyakit WFD
umumnya ditemukan pada umur 50-70 hari setelah benih ditebar (Somboon et al.
2012). Gejala yang ditimbulkan apabila udang terserang WFD yaitu nafsu makan
udang pada saat pelaksanaan PKL di tambak supra intensif PT EPU tidak
ditemukan penyakit yang menyerang udang vaname. Kondisi udang sehat ditandai
dengan bagian kepala tidak terdapat bintik putih, usus terlihat tidak terputus,
hepatppankreas terisi serta tidak terdapat bintik putih, dan bagian kipas pada ekor
3.6.1 Pemanenan
vaname. Ada dua macam panen yang dilakukan yaitu panen parsial dan panen
total. Panen parsial merupakan panen yang bertujuan menguragi padat tebar udang
ketika DO mulai rendah dengan nilai kurang 3 mg/L dan kualitas air yang buruk
yang disebabkan oleh tingkat kepadatan yang sangat tinggi. Apabila tidak
dilakukan panen parsial dapat menyebabkan kematian pada udang vaname karena
kapasitas oksigen yang tidak sebanding dengan kepadatan udang yang dipelihara.
belum dipanen menjadi lebih optimal karena ruang gerak udang semakin, menjaga
kualitas air budidaya, perputaran uang lebih cepat dan menghemat pakan. Panen
parsial di tambak supra intensif PT EPU dilakukan sebanyak tiga sampai empat
kali, dengan persentase panen parsial pertama sebanyak 10% dari estimasi
udang yang dipanen sebesar 15% dari estimasi biomassa udang, kegiatan panen
parsial (Gambar 87a) diawali dengan mematikan kincir disekitar titik pemanenan,
menebar pakan pada titik pemanenan, menebar jala ke titik pemanenan, kemudian
tambak. Panen total diawali dengan memasang jaring panen di pintu pengeluaran
air yang terdapat tali pada ujung jaring panen untuk mempermudah pemindahan
pengangkutan udang.
BAB IV
KEGIATAN KHUSUS
4.1. Manajemen Pemberian Pakan
pakan yang digunakan dalam kegiatan pembesaran udang di PT EPU yaitu blind
feeding, pasca blind feeding, dan pasca panen parsial. Jenis pakan buatan yang
digunakan untuk kegiatan pembesaran terdiri dari tujuh jenis pakan berbentuk
serbuk, crumble, dan pelet tenggelam. Jenis pakan yang digunakan berasal dari
merek Gold Coin Supreme yang dipesan dari PT Gold Coin Specialities.
harga, dan tingkat ketahanan pakan dalam air. Spesifikasi pakan buatan yang
Kandungan Pakan
Serat Lemak, Kadar Abu
No Kode Bentuk Ukuran Protein Kasar, Min air, Max
Pakan Pakan pakan , min Max (%) Max (%)
(mm) (%) (%) (%)
1 960 Tepung 0,1 42 3 6 12 13
2 961 Crumble 0,5 42 3 6 12 13
3 962 Pelet 0,9 42 3 6 12 13
4 962 P Pelet 1,3 42 3 6 12 13
5 933 P Pelet 1,4 36 4 6 12 15
6 933 S Pelet 1,4 36 4 6 12 15
dari 960, 961, 962, 962 P, 963 S, dan 933 P. Kandungan protein pada pakan yang
Blind feeding atau yang biasa disebut pakan buta merupakan metode
dilakukan secara manual dengan menebar pakan secara merata ke seluruh petakan
sehari pada DOC 1-17 dan lima kali sehari pada DOC 18-30. Penerapan metode
ini bertujuan untuk memberikan pakan sesuai dengan penambahan jumlah pakan
menggunakan asumsi kelangsungan hidup (SR) 100% dengan jumlah benur yang
anco. Anco tersebut tidak digunakan sebagai patokan pemberian pakan namun
hanya sebagai kontrol pakan habis atau tidak, selain itu anco juga berfungsi untuk
monitoring kesehatan udang. Dosis pemberian pakan pada anco adalah 0,2% dari
jumlah pakan yang diberikan saat pemberian pakan dengan kontrol anco kurang
lebih setiap 2 jam setelah pemberian pakan. Sistem penambahan pakan pada
metode blind feeding dilakukan setiap 2 hari dengan penambahan pakan sebanyak
2 kg. Penambahan pakan pada metode blind feeding dapat dilihat pada Tabel 28.
3 22 62 960 100
4 22 84 960 100
5 24 108 960 + 930 80 + 20
6 24 132 960 + 930 70 + 20
7 26 158 930 + 961 60 + 40
8 26 184 930 + 961 50 + 50
9 28 212 930 + 961 40 + 60
10 38 240 930 + 961 80 + 20
11 30 270 961 100
12 30 300 961 100
13 32 332 961 100
14 32 364 961 100
15 34 398 961 100
16 34 432 961 100
17 36 468 961 100
18 36 504 961 100
19 38 542 961 100
20 48 580 961 100
21 40 620 961 100
22 40 660 961 + 962 C 80 + 20
23 42 702 961 + 962 C 80 + 20
24 42 744 961 + 962 C 70 + 30
25 44 788 961 + 962 C 60 + 40
26 44 832 961 + 962 C 50 + 50
27 46 878 961 + 962 C 40 + 60
28 46 924 961 + 962 C 20 + 80
29 48 972 962 C 100
30 48 1020 961 C 100
Tipe pakan yang digunakan untuk blind feeding yaitu 960, 961, dan 962
feeding time dan feeding frequency. Pemberian pakan untuk DOC 1-17 dilakukan
sebanyak 4 kali pada pukul 07.00, 11.00, 14.00, dan 17.00 WITA. Sedangkan
pemberian pakan pada DOC 18-30 dilakukan sebanyak 5 kali yaitu pada pukul
07.00, 11.00, 14.00, 17.00, dan 21.00 WITA dengan persentase jumlah pakan
58
yang berbeda. Jadwal pemberian pakan dan persentase pemberian pakan dapat
4.1.2 Pemberian Pakan Pasca Panen Blind Feeding dan Pasca Panen Parsial
Pakan pasca blind feeding diberikan mulai DOC 30 sampei DOC 60.
berdasarkan kelangsungan hidup (SR), feeding rate, dan perkiraan bobot udang.
mengetahui nafsu makan udang serta digunakan sebagai acuan dalam menaikkan
atau menurunkan jumlah pakan yang diberikan. Pakan yang tidak habis pada anco
dari pemuasaan yaitu menjaga nafsu makan, menjaga kualitas air, dan menjaga
Feed Convertion Ratio (FCR). Panen parsial menyebabkan turunnya biomassa dan
populasi udang sehingga dilakukan program pakan pasca panen parsial pada DOC
60 sampai panen total. Ketentuan program pakan jika panen parsial mencapai 1
Rate (FR) berdasarkan berat rata-rata udang dan penyesuaian tingkat konsumsi
udang pada pakan anco dapat dilihat pada Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5.
Tabel 10. Feeding rate berdasarkan berat rata-rata udang sebagai penentuan pakan
harian di PT Esaputlii Prakarsa Utama
sampling. Kebutuhan pakan yang diberikan tiap harinya terus meningkat seiring
ABW tercapai
Pemberian pakan dapat ditambah maupun dikurangi berdasarkan
dilakukan apabila pakan pada anco habis, sedangkan jika pakan pada anco tidak
habis maka bisa dilakukan pemuasaan terhadap udang. Analisa anco dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 11. Analisa anco pasca blind feeding di tambak PT Esaputlii Prakarsa
60
Utama
Kode analisa anco yang digunakan di PT EPU yaitu 0, I, II, dan III dengan
pengamatan dua unit anco pada masing-masing petak tambak. Kode 0 digunakan
apabila pakan pada kedua kontrol anco habis maka pemberian pakan selanjutnya
ditambah 5-7%. Kode 0 dan I digunakan apabila terdapat satu anco dengan
persentase sisa pakan 0% sedangkan salah satu anco dengan persentase sisa pakan
sebanyak 5-10% maka pemberian jumlah pakan tetap. Kedua anco dengan analisa
0 dan II serta analisa kedua anco dengan analisa 0 dan III dilakukan pemuasaan.
Tabel 12. Persentase pakan anco pasca blind feeding di tambak PT Esaputlii
Prakarsa Utama
dengan pemberian yang dapat diatur sesuai keinginan. Produk automatic feeder
kelalaian pemberian pakan, lontaran yang berputar memiliki lingkup area 3600
aplikasi smartphone. Kekurangan dari alat ini adalah biaya yang tinggi. Waktu
pemberian pakan, frekuensi, dan banyaknya dan banyaknya pakan yang diberikan
panel automatic feeder (Gambar 26). Mesin diletakkan di ujung jembatan yang
adalah Lactobac dan Nutribio Salman. Alat yang digunakan pada saat proses
fermentasi adalah drum berkapasitas 200 L, karung bekas pakan, karet, aerasi, dan
ember 5 L. Tahap awal yang dilakukan adalah pengisian drum sebanyak 100 L
menggunakan air tawar. Dosis bahan yang digunakan adalah Lactobac 100 g,
Nutribio Salman 100 g, gula 1 kg, dan air tawar sebanyak 100 L. Sebelum
Salman, gula, dan fermipan dimasukan ke dalam ember dengan air secukupnya,
yang dicampurkan dengan bahan lain hanyalah sarinya. Sari dedak diambil
Bahanbahan yang telah dicampurkan dimasukkan ke dalam drum yang telah diisi
dengan air tawar dan diaduk hingga homogen. Selama proses fermentasi aerasi
dipasang agar bahan fermentasi tetap teraduk. Drum yang telah berisi bahan
fermentasi dan aerasi ditutup rapat menggunakan karung bekas pakan dan diikat
menggunakan karet untuk kemudian didiamkan selama 24-48 jam. Dalam satu
mengaduk pakan dengan larutan hasil fermentasi di dalam bak ember plastik
hingga pakan terlihat basah dan didiamkan terlebih dahulu kurang lebih sekitar 10
menit sebelum pakan ditebar. Pemberian fermentasi probiotik pada pakan dua kali
dalam sehari dan umum dilakukan pada jam pemberian pakan pada pukul 11.00
Produk herbal yang ditambahkan adalah Herbamat dengan fungsi utamanya untuk
dilakukan satu kali dalam satu hari dan umum dilakukan pada pukul 11.00 WITA
dalam kondisi yang baik sehingga tidak terjadi perubahan kandungan pakan yang
dapat mengurangi kualitas pakan. Pakan yang ada di divisi tambak PT EPU
disimpan pada ruang gudang pakan (Gambar 27). Hal-hal yang diperhatikan pada
saat penyimpanan pakan diantaranya kondisi gudang pakan kering atau tidak
lembab. Hal ini bertujuan untuk menghindari tumbuhnya jamur pada pakan.
dinding gudang. Alas yang digunakan sebagai tempat peletakan pakan agar pakan
tidak bersentuhan langsung dengan lantai adalah papan kayu dengan ketinggian
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
aklimatisasi.
4. Kegiatan manajemen pakan meliputi blind feeding/ pakan buta dan pasca
blind feeding.
5.2. Saran
saran agar setiap mahasiswa yang akan melaksanakan PKP mengikuti SOP
Ghufron, M., Lamid, M., Sari, PDW., dan Suprapto, H. (2017). Teknik
Pustaka Utama.
Bogor. Bogor.
Amri dan Iskandar. 2008. Budidaya Udang Vannamei. PT Central Pratiwi Bahari;
Lampung.
67
Anonim, 2003. Litopenaeus vannamei sebagai alternative budidaya udang saat ini.
hal.
Badrudin. 2014. Seri Panduan Perikanan Skala Kecil Budidaya Udang Vannamei.
In WWF-Indonesia.
Edhy, W.A., Azhary K., Pribadi J., Chaerudin M.K., 2010.Budidaya udang putih
Haliman, RW., dan Dian, AS. 2005. Udang Vannamei. Jakarta: Penebar Swadaya.
Haliman dan Adijaya. 2005. Pembudidayaan dan Prospek Pasar Udang Putih yang
Dengan Pola Intensif Pada Tambak Plastik (Hdpe) Di Kso Cp. Prima
Jayadi, M., A. Prajitno and Maftuch. 2016. The Identification of Vibrio spp.
68
Kalsium Berbeda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No.
1, Hlm. 225-234
212-230.
Surabaya.
Putra. F. R., dan Abdul. M. 2014. Monitoring Kualitas Air Pada Tambak
Jawa
Romadhona. B., Bambang. Y., dan Sudarno. 2016. Fluktuasi Kandungan Amonia
11(2).
LAMPIRAN
KEGIATAN HARIAN
56 Minggu, 14 Agustus
2022 -Pemberian pakan
07.00 -Pemberian pakan
11.00 -Pemberian pakan
14.00 - penebaran pionact 1 kg, gula 0,5 kg
16.00 -Pemberian pakan
17.00 -membuka central drain
20.00 -pemberian pakan
57 Senin, 15 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran priobiotik mastio
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
20.00 -Membuka central drain
58 Selasa, 16 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik aspergillus
10.00 -Sampling
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
59 Rabu, 17 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran probiotik golback
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
60 Kamis, 18 Agustus 2022
07.00 -Pemberian pakan
08.00 - penebaran pionact 1 kg, gula 0,5 kg
11.00 -Pemberian pakan
14.00 -Pemberian pakan
17.00 -Pemberian pakan
-membuka central drain
82