Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA UDANG WINDU DI TAMBAK


SMKN 1 NUNUKAN
KABUPATEN NUNUKAN

Oleh:

Nama : Andi Kurniawan


NISN : 0041550128
Kelas : XII B
Bidang Keahlian : Kemaritiman
Program Keahlian : Perikanan
Kompetensi Keahlian : Agribisnis Perikanan Payau Dan Laut

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 NUNUKAN


DINAS PENDIDIKAN
PROVINSI KALIMANTAN UTARA
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
Disetujui / Disahkan

Laporan Praktik Kerja Lapangan


Pengendalian Hama Dan Penyakit Pada Udang Windu Di Tambak Smkn 1
Nunukan
Kabupaten Nunukan

Oleh:

Nama : Andi Kurniawan


NISN : 0041550128
Kelas : XII B
Bidang Keahlian : Kemaritiman
Program Keahlian : Perikanan
Kompetensi Keahlian : Agribisnis Perikanan Payau Dan Laut

Nunukan, 13 Desember 2021

Mengetahui/ Menyetujui

Kepala Instansi/Perusahaan Pembimbing Instansi


Menyetujui / Mengesahkan
Pengendalian Hama Dan Penyakit Pada Udang Windu Di Tambak Smkn 1
Nunukan
Kabupaten Nunukan

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Nama : Andi Kurniawan


NISN : 0041550128
Kelas : XII B
Bidang Keahlian : Kemaritiman
Program Keahlian : Perikanan
Kompetensi Keahlian : Agribisnis Perikanan Payau Dan Laut

Nunukan, 13 Desember 2021


Ketua Program Studi, Pembimbing,

Purkon,S.St.Pi A. Nurfaidah, S.Pi.


NIP. 198007042011011003 NIP. 197211252006042003

Mengetahui :
Kepala SMK Negeri 1 Nunukan

Mahfuz, S.Ag
Nip. 197102102003121009
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya yang telah memberikan banyak kesempatan, sehingga kami dapat

menyelesaikan laporan PKL dengan baik. Laporan ini disusun guna melengkapi salah

satu persyaratan dalam menyelesaikan PKL (Praktik Kerja Lapang) bagi siswa siswi

bidang Keahlian Budidaya Perikanan guna meningkatkan peran serta keaktifan para

siswa.

Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari sepenuhnya bahwa selesainya

laporan PKL ini tidak terlepas dari dukungan, semangat serta bimbingan dari

berbagai pihak, baik bersifat moril maupun material. Oleh karena itu saya ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Mahfuz, S.Ag. Selaku Plt. Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Nunukan yang telah

banyak memberikan nasehat nasehat dan memberikan izin kepada kami untuk

melaksanakan PKL.

2. Kepala Program Kompetensi Keahlian APAPL Purqon, S.St.Pi, Gr.

3. Guru pembimbing Andi Nurfaidah, S.Pi.

4. Wali kelas XIIB APAPL Henni Nurliana Pasaribu, S.Pd.. Kedua Orang Tua saya

yang selalu memberikan dukungan berupa doa dan materi yang beliau berikan

kepada saya.

5. Jumadi S.Tr,Pi selaku pengawas PKL yang telah banyak memberikan ilmu dan

pengalaman terkait praktik kerja lapang serta senantiasa mengawasi dan


menyampaikan arahan langsung oleh Bapak/Ibu guru selama kegiatan PKL

berlangsung.

6. Panitia Program Praktik Kerja Lapang (PKL) 2021 – 2022 SMK Negeri 1

Nunukan.

7. Bapak Ibu Guru SMK Negeri 1 Nunukan yang telah memberikan bekal ilmu

selama dibangku sekolah.

8. Teman-teman sekolah SMK Negeri 1 Nunukan yang turut serta dalam membantu
selama PKL berlangsung.
Laporan ini menjelaskan aktivitas PKL yang dilaksanakan oleh praktikan kurang

lebih selama 3 (tiga) bulan di Tambak SMK Negeri 1 Nunukan. Dalam menyusun

laporan ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan oleh karena itu, kami

mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan laporan ini.

Semoga laporan PKL ini dapat memberikan manfaat berupa inspirasi dan motivasi

bagi pembaca terutama bagi kami pribadi selaku penyusun laporan ini serta semoga

kita semua mendapat Ridho dari Allah SWT.


HALAMAN JUDUL ................................................................................................... I
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ II
KATA PENGANTAR .............................................................................................. III
DAFTAR ISI .............................................................................................................. V
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. VII
DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii
Bab I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................................. 2
C. Manfaat ........................................................................................................... 3
Bab II PROSES DAN HASIL BELAJAR DI INDUSTRI/DU-DI ...............................
A. Persiapan Kerja ..................................................................................................
B. Proses Kerja ......................................................................................................
C. Hasil Kerja ........................................................................................................
Bab III PENUTUP ........................................................................................................
A. Kesimpulan .......................................................................................................
B. Saran-saran ........................................................................................................
DAFTAS PUSTAKA ....................................................................................................
LAMPIRAN .................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia perikanan merupakan salah satu sumber devisa Negara yang

sangat potensial. Budidaya air payau di Indonesia untuk waktu yang akan datang

sangat penting bagi pembangunan di sektor perikanan, serta merupakan salah

satu prioritas yang diharapkan menjadi sumber pertumbuhan di sektor perikanan.

Udang windu (penaeus monodon) komoditas unggulan Indonesia dalam upaya

devisa Negara dari ekspor nonmigas. Berbagai upaya telah dilakukan dalam

meningkatkan produksi udang windu, salah satu diantaranya adalah penerapan

sistem budidaya udang windu secara intensif yang di mulai sejak pertengahan

tahun 1986.

Perkembangan udang windu sendiri telah mengalami kemajuan yang sangat

pesat baik dengan pola tradisional, semi intensif, maupun intensif. Usaha

budidaya dengan kemajuan teknologi yang telah dikuasai, harga yang tinggi di

pasar lokal maupun internasional dan peluang yang luas telah membuat udang

windu menjadi komoditas harapan bagi para pengusaha. Udang windu digemari

konsumen lokal dan konsumen luar negeri karena memiliki rasa yang enak dan

gurih serta kandungan gizinya yang sangat tinggi. Daging udang windu

diperkirakan mengandung 90% protein, keunggulan lainnya adalah kandungan

lemaknya yang sedikit.


Telah disadari bahwa budidaya udang windu merupakan salah satu budidaya

tambak dengan prospek usaha yang cukup baik untuk dikembangkan, oleh karena

itu perlu perhatian lebih dalam proses peningkatan produksi udang melalui usaha

budidaya. Keberhasilan usaha budidaya udang tambak pada umumnya ditentukan

oleh faktor manajemen dan beberapa faktor lain seperti pemilihan lokasi, fisika-

kimia air serta biologis, unsur makro dan mikro terlaut, faktor kualitas dan

kuantitas pakan dan juga faktor penanganan dalam pemberantasan hama tambak.

Dalam melakukan kegiatan budidaya, pengendalian hama dan penyakit sangat

diperlukan untuk mencegah terjadinya kerugian oleh pembudidaya dan kerugian

bagi orang banyak akibat mutu rendah dan penyakit yg menyerang. Untuk itu

perlu dilakukan pengendalian hama dan penyakit dalam upaya pemberantasan

hama dan penyakit dengan baik.

B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan

1. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian yang berkualitas yaitu

tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja

yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.

2. Memperkokoh link and match sekolah dan dunia kerja.

3. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi proses pendidikan dan pelatihan

tenaga kerja yang berkualitas.

4. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai

bagian dari proses pendidikan.


C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan

Manfaat Praktik Kerja Lapangan Bagi Siswa

1. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengenal dan mengetahui

tentang dunia industri.

2. Menjadi media pengaplikasian dari pembelajaran yang diperoleh dari

sekolah untuk diterapkan di dunia industri.

3. Meningkatkan hubungan kerjasama antara pihak sekolah dan instansi terkait.

4. Memperoleh wawasan tentang dunia kerja.

5. Dapat memahami konsep non akademis seperti etika kerja, profesionalitas

kerja, disiplin kerja, dan lain-lain.

Manfaat Praktik Kerja Lapang Bagi Sekolah

1. Meningkatkan citra sekolah

2. Meningkatkan hubungan sekolah dengan masyarakat.

3. Meningkatkan popularitas sekolah di mata masyarakat.

4. Memberikan kontribusi dan tenaga kerja bagi perusahaan.


BAB II

PROSES DAN HASIL BELAJAR DI INDUSTRI/DU-DI

A. Persiapan kerja

1. Waktu dan Tempat

Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan selama 90 (sembilan

puluh) hari terhitung mulai dari tanggal 01 September 2021 sampai dengan

tanggal 30 November 2021. Adapun tempat kegiatan ini berlangsung di

Tambak SMK Negeri 01 Nunukan, Kalimantan Utara. Dalam melaksanakan

Praktik Kerja Lapang ini diperlukan persiapan kerja matang untuk menunjang

keberhasilan kegiatan tersebut, meliputi persiapan lahan dan persiapan media

sebagai berikut.

2. Alat dan Bahan

Adapun peralatan yang digunakan untuk menunjang kegiatan Praktik

Kerja Lapang adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Alat yang digunakan

NO Alat Yang Digunakan


1 Sandak
2 Sekop
3 Alkon
4 Selang Hisap Spiral
5 Ember
6 Papan/Kayu
7 Pipa
8 Refraktometer
9 Secchi Disk
10 Termometer
11 Kertas PH
12 Anco

Bahan yang digunakan pada kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.2 Bahan yang digunakan

NO Bahan yang digunakan


1 Pupuk
2 Kapur
3 Pakan
4 Saponin

3. Hama dan Peyakit

Berbagai macam pengganggu kesehatan udang windu dapat

mengakibatkan kematian, terutama pada fase post larva yang sangat peka

terhadap lingkungan dan penyakit. Pada garis besarnya, jenis pengganggu

kesehatan udang windu dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan yaitu

hama dan penyakit.

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya udang

windu adalah pengendalian hama dan penyakit di dalam tambak, baik dengan

melakukan pencegahan atau pemberantasan. Pemberantasan hama dan


penyakit dapat dilakukan dengan pengobatan, atau melakukan panen dini jika

tidak bisa lagi ditanggulangi, agar penyakit tidak menyebar.

B. Proses Kerja

Proses kerja merupakan tahapan atau langkah-langkah dalam melakukan

budidaya udang yang dimulai dari proses persiapan lahan dan persiapan media

meliputi; proses kerja pematang dan pintu air, proses kerja penebaran saponin,

pengapuran dan pemupukan, pemasukan air serta proses kerja pemberantasan

hama.

1. Persiapan Wadah

a. Perbaikan Pematang

Pada umumnya pematang tambak dibangun dengan cara cut and fill

menggali tanah dari petakan tambak atau saluran di sekitarnya kemudian

ditimbun menjadi pematang dari tanah sekitarnya. Tekstur tanah untuk

pematang dipilih yang kompak agar dapat menahan air dan tidak rembes

atau bocor. Menurut fungsinya pematang tambak berfungsi menahan air

yang ada di seluruh petakan tambak. Pematang ini dibangun di sepanjang

tepi tambak dengan jarak beberapa puluh meter dari tepi tersebut.

1) Siapkan segala peralatan yang diperlukan seperti, sandak dan sekop

untuk menggali.

2) Menggali tanah dari petakan tambak atau saluran di saluran

sekitarnya.

3) Ambil tanah lumpur yang memiliki tekstur setengah padat.


4) Timbun atau tempelkan tanah lumpur tersebut disisi pematang yang

rusak.

5) Setelah selesai membuat pematang tambak, biarkan terlebih dahulu

sampai kering dan jangan dipijak.

Perbaikan pematang perlu dilakukan agar tidak terjadi kerusakan atau

kebocoran pada pematang. Kerusakan/kebocoran pada pematang biasanya

diakibatkan oleh kepiting, belut, dan ular. Hal ini menyebabkan air

tambak tidak stabil sehingga ikan atau udang bisa lolos keluar dari

tambak. Kerusakan pematang juga disebabkan oleh menyusutnya

ketinggian pematang akibat pemadatan, longsoran oleh hujan, atau

aktivitas panen.

Selain itu perbaikan pematang bertujuan untuk mengembalikan fungsi

utamanya, yaitu sebagai penahan air. Untuk menahan air, tentu pematang

harus kuat dan kokoh. Bagian luar pematang sebagai penahan utama

posisinya harus miring ke luar. Sementara itu, bagian dalamnya harus

miring ke dalam. Dengan demikian, jika dilihat secara melintang, kolam

akan berbentuk trapesium ketika perbaikannya sudah selesai.

b. Perbaikan Pintu Air

Dalam satu petak tambak sebaiknya terdapat pintu pemasukan air dan

pintu pengeluaran air. Pintu tempat air masuk dan keluar dibuat untuk

mengatur pemasukan dan pengeluaran air didalam tambak sehingga

sangat memudahkan untuk pergantian air selama pemeliharaan udang.


1) Siapkan segala peralatan yang diperlukan seperti sekop, ember, alkon

dan selang spiral serta pipa paralon.

2) Menggali saluran air agar lebih rendah daripada dasar tambak untuk

mengurangi pelumpuran dalam tambak.

3) Menggali lumpur di sekitar pipa masuknya air yang telah tertutup

oleh lumpur untuk memudahkan pemasangan pipa masuknya air.

4) Kemudian sisa lumpur yang telah digali ditampung ke dalam wadah

ember lalu dibuang ditepi tambak.

5) Lalu sisa-sisa lumpur dan air yang berada disaluran dibersihkan

dengan cara disedot menggunakan mesin alkon, setelah itu dibuang

di sekitar petakan tambak

6) Pemasangan pipa masuknya air lalu ditutup menggukan waring untuk

mencegah masuknya hama ke dalam petak tambak.

7) Pemasangan pipa paralon yang dilengkapi dengan pipa tegak untuk

pergantian air, kemudian ditutup sementara agar air tidak masuk ke

dalam tambak.

8) Langkah terakhir adalah pengeringan pintu air.

c. Perbaikan Saluran Air

Saluran air merupakan salah satu bagian tambak, posisi saluran air ini

berada di depan dan di belakang tambak. Tinggi dasar saluran air masuk

dibuat lebih rendah dari pada dasar tambak untuk mengurangi

pelumpuran dalam tambak. Perbaikan saluran air dilakukan dengan cara

menggali tanah di sekitar saluran air hingga kedalaman tertentu yang


bertujuan untuk mengalirkan air ke dalam tambak atau mengeluarkannya

serta untuk pengendali banjir apabila saat musim hujan.

d. Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan mengeluarkan semua air dalam tambak

kemudian dilakukan penjemuran. Selama proses tersebut dilakukan

kegiatan pengolahan tanah dasar, misalnya pencangkulan, lalu

dikeringkan selama 3-5 hari sampai tanah dasar tambak tersebut

mengering. Adapun tujuan pengeringan antara lain adalah membasmi

hama dan penyakit, mempercepat penguapkan zat-zat beracun yang

terdapat pada tambak, memadatkan lumpur sehingga mudah diolah.

e. Pemupukan

Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang organik,

pemberian pupuk dilakukan setelah tambak kering dengan cara pupuk

ditaburkan ke seluruh tanah tambak secara merata kemudian diamkan

tambak selama 2 hari dan dilanjutkan dengan pengisian air pada tambak.

Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah dasar kolam,

pemilihan pupuk termasuk hal yang penting untuk dilakukan oleh karena

itu pastikan menggunakan pupuk yang tepat guna mendapatkan hasil

yang maksimal.

f. Pemberian Saponin
Saponin merupakan senyawa alami yang dapat diperoleh dari tanaman

di daerah tropis pada umumnya terdapat dalam akar, tetapi juga terdapat

pada bagian daun misalnya daun papaya, daun atau biji teh. Kali ini

saponin yang kami gunakan adalah dari biji the. Penebaran saponin

dilakukan pada seluruh area tambak dengan tujuan untuk membunuh

hama yang terdapat di tambak dan sebagai imunostimulan yaitu memicu

sistem imun pada udang. Penebaran saponin ini cukup dilakukan satu kali

setelah pematang dan pintu air selesai diperbaiki.

2. Pemasukan Air

Pemasukan air tambak dapat dilakukan melalui pintu air. Pengisian air

dilakukan pada saat air pasang telah stabil (1-2 jam setelah pasang). Untuk

mencegah masuknya hama ke petak pembesaran dengan cara memasang

saringan ganda (berbentuk kantung) pada pintu atau pipa pemasukan air

(panjang minimal 2m).

C. Hasil Kerja

1. Penebaran

a. Waktu Penebaran Benur

Waktu penebaran dilakukan pada sore hari sekitar pukul 17.00 WITA

sesuai dengan waktu penebarn yang disarkan oleh WWF Indonesia

(2014) https://app.jala.tech/kabar_udang/21 yaitu waktu penebaran

disarankan agar dilakukan pada suhu air rendah, misalnya pada sore atau

malam hari hingga dini hari karena dapat mempercepat proses


aklimatisasi atau penyesuaian udang dengan lingkungan baru. Menurut

Supito dkk (2017) sebelum ditebar perlu dilakukan aklimatisasi atau

dengan cara mengapungkan kantong plastik pada air tambak.

b. Cara Penebaran

Penebaran diawali dengan proses aklimatisasi suhu media dengan cara

mengapungkan kantong plastik ke perairan tambak, hingga kantong benur

mengembun (suhu dalam kantong dan kolam sudah sama). Aklimatisasi

suhu dianggap cukup bila benih sudah aktif berenang di dalam kantung

(Supito dkk, 2017).

1) Apungkan plastik yang berisi benur selama 15-30 menit di

permukaan tambak (adaptasi dengan suhu air tambak).

2) Buka ikatan plastik dan dibiarkan dalam keadaan udara terbuka

selama 15-30 menit (adaptasi udara baru).

3) Sirami air ke dalam plastik dengan air tambak (adaptasi salinitas)

4) Pastikan penebaran dilakukan pada area yang terdapat arus (bukan di

area titik mati).

5) Miringkan atau tenggelamkan plastik perlahan hingga terendam air

tambak dan biarkan benur berenang keluar dengan sendirinya.

c. Jumlah Padat Tebar

Kepadatan tebar yang tepat akan mengoptimakan pertumbuhan udang,

kaitannya adalah dengan kompetisi makan yang terjadi di dalam tambak

akan menentukan besaran kebutuhan pakan sebagai sumber utama energy

bagi kehidupan udang dan kemampuan sistem kolam untuk menampung


aktivitas udang (WWF Indonesia, 2014). Pada kegiatan praktik kerja

lapang kali ini jumlah pada tebar benur adalah 20.000 benur.

2. Pengukuran Kualitas Air

a. Suhu

Menurut Sulistinarto (2008) sama halnya dengan pH air, suhu air juga

berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya reaksi kimiawi air. Suhu

optimum bagi udang adalah 26-32oC. Suhu air tambak diukur 2x dalam

satu minggu pada pagi hari dan hasil pengukuran yang diperoleh adalah

30oC.

Suhu diukur menggunakan thermometer dengan cara sebagai berikut:

1) Celupkan thermometer kedalam perairan

2) Tunggu 1-3 menit atau sampai angka stabil

3) Catat skala thermometer tanpa mengangkat thermometer terlebih

dahulu

4) Setelah thermometer digunakan, hendaklah dibilas/cuci dengan

menggunakan air bersih lalu keringkan menggunakan tissue atau kain

lap dan disimpan pada tempat yang aman.


b. Dissolved

Oxygen (DO)

Menurut Supono,

2017 dissolved oxygen

merupakan

oksigen yang tersedia

dalam air berupa

oksigen terlarut. Oksigen


Gambar 2.1 Thermomerter
berperan penting dalam

respirasi dan reaksi metabolisme organisme di kolam tambak udang

seperti udang, plankton, dan bakteri.

c. Potensial Hidrogen (pH)


PH  merupakan

indikator tingkat asam

atau basa pada air yang

dinilai dengan skala 0-

14. Pada kegiatan

praktik kerja lapang

kali ini, praktikan

menggunakan

kertas pH sebagai alat

ukur kadar pH air

tambak dan hasil yang diperoleh adalah 5. Pengukuran kadar pH ini

dilakukan 1 x dalam seminggu dengan frekuensi 1 x dalam sehari.

Mengukur pH menggunakan kertas pH caranya sangat mudah yaitu, ambil

1 strip kertas pH lalu celupkan ke dalam air / cairan selama kira kira 5

detik, lalu angkat dan langsung cocokan perubahan warna pada kertas strip

tersebut pada tabel warna yang ada di kotak kemasan. Air yang netral alias

tidak basa maupun asam memiliki kandungan pH sebesar 7. Air asam

memiliki pH kurang dari 7 dan air basa lebih dari 7. Haliman dan Adijaya

(2005) menyatakan bahwa kisaran nilai pH yang ideal untuk pertumbuhan

udang adalah 7,5 – 8,5 sedangkan berdasarkan SNI 01- 7246 - 2006 adalah

7,5 – 8,5.
d.
Gambar 2.2 Hasil Ukur Menggunakan Kertas pH

Kecerahan

Kecerahan indentik dengan kepadatan plankton dan warna air.

Kecerahan yang baik pada tambak udang berkisar 30-40 cm. Sedangkan

warna air untuk budidaya udang adalah hijau muda dan coklat muda

karena mengandung banyak diatomae dan clorophyta (Effendi, 2003).

Kecerahan air diukur dengan piring seschi disk pada tempat yang terpapar

langsung dengan cahaya atau tidak membelakangi cahaya, hal ini agar

lebih mudah untuk melihat/mengamati secchi disk.

Cara mengukur kecerahan air menggunakan seschi disk sebagai berikut:

1) Terlebih dahulu ikatkan secchi disk dengan tali.


2) Turunkan piring secchi disk ke perairan secara perlahan, sampai tidak

terlihat 3. Catat dikedalaman berapa meter secchi disk tidak terlihat

(D1)

3) Angkat perlahan secchi disk sampai dengan terlihat

4) Kemudian catat dikedalam berapa meter secchi diks terlihat (D2)

5) Untuk mendapatkan hasil yang maksimal ulangi langkah tersebut

sampai 3 x.

Rumus kecerahan perairan:

D 1+ D 2
Kecerahan  ¿
2

Berdasarkan pengamatan kerja lapang yang dilakukan, hasil parameter

kecerahan air yang diukur menggunakan piring seschi disk berwarna

hitam putih adalah 100cm yang diukur secara rutin setiap dua kali dalam

satu minggu pada pagi hari jam 09.00 WITA, sedangkan keadaan warna

air tambak adalah hijau lumut.

Gambar 2.3 Hasil Ukur Menggunakan Kertas pH


e. Salinitas

Menurut Sulistinarto (2008), salinitas merupakan parameter air yang

penting bagi udang meskipun pengaruhnya tidak spontan seperti halnya

oksigen. Udang dapat hidup pada salinitas air antara 5-40 ppt. Salinitas

yang optimal untuk pertumbuhan udang adalah 15-30 ppt. Pengukuran

salinitas air dilakukan satu kali sehari yaitu pada siang hari menggunakan

refraktometer dengan cara penggunaan sebagai berikut:

1) Sebelum dipakai, refraktometer dibersihkan dengan tisu mengarah ke

bawah.

2) Pada bagian prisma refraktometer ditetesi dengan air tambak. Cairan

dituangkan hingga melapisi seluruh permukaan prisma. Gunakan

pipet untuk mengambil air tambak yang ingin diukur.

3) Tutup secara hati-hati refraktometer dengan mengembalikan pelat ke

posisi awal. Prisma jangan dipaksakan masuk jika sedikit tertahan.

4) Untuk mendapat hasil salinitas, tengok ke dalam ujung bulat

refraktometer. Bakal terlihat satu angka skala atau lebih, skala

salinitas biasanya bertanda 0/00 yang berarti "bagian per seribu", dari

0 di dasar skala hingga 50 di ujungnya. Ukuran salinitas terlihat pada

garis pertemuan bagian putih dan biru.

5) Setelah dipakai, Refraktometer wajib dibersihkan hingga kering

menggunakan tisu atau kain lembut.

6) Refraktometer sebaiknya disimpan di tempat kering.


Tabel 2.3 Parameter Kualitas Air

Kisaran
NO Parameter Keterangan
Nilai
1 Suhu air oC 30 Diukur pagi hari, 2x dalam 1 minggu
2 Kecerahan (cm) 100 Diukur pagi hari, 2x dalam 1 minggu
Potensial
3 5 Diukur 2x dalam 1 hari
Higrogen (pH)
4 Salinitas 15-16ppt Diukur 1x dalam 1 hari

3. Pemberian Pakan

Udang termasuk golongan omnivora atau pemakan segala, beberapa

sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), phytoplankton,

copepoda, polycaeta, larva kerang dan lumut. Bila pakan mengandung

senyawa organik (asam amino) dan lemak maka udang meresponnya dengan

cara mendekati sumber pakan tersebut (Soleha, 2006). Dalam pemberian

pakan, faktor yang sangat penting diperhatikan adalah ukuran, jumlah dan

frekuensi pemberian disesuaikan dengan kondisi udang di tambak. Pada

budidaya udang dengan teknologi sederhana lebih banyak mengandalkan

pakan alami yang tumbuh dalam tambak, berupa cacing dan hewan renik

lainnya. Sifat udang lebih menyukai pakan alami yang tumbuh di tambak dari

pada pakan buatan sehingga pemberian pakan buatan mulai dilakukan bila

ketersediaan pakan alami sudah menipis.


Berikut adalah tabel pemberian makan pakan untuk udang windu saat umur 1-

60 hari dengan kepadatan 20.000 benur dalam kegiatan praktik kerja lapang

ini.

Tabel 2.4 Pemberian Pakan Udang

Frekuensi
N Klasifikasi Jenis Waktu
Dosis Interval Pemberian
O Udang Pakan (WITA)
(kali/hari)
1-2
genggaman 07.00-12.00 6 jam
tangan
Starter 1-2
Mesh
1 genggaman 12.00-18.00 4 jam 3
(Tepung)
(1-10 hari) tangan
1-2
genggaman 18.00-07.00 13 jam
tangan
1-2
genggaman 07.00-12.00 6 jam
tangan
Starter 1-2
Mesh
2 genggaman 12.00-18.00 4 jam 3
(Tepung)
(11-15 hari) tangan
1-2
genggaman 18.00-07.00 13 jam
tangan
1-2
genggaman 07.00-12.00 6 jam
tangan
Grower 1-2
Mesh
3 genggaman 12.00-18.00 4 jam 3
(Tepung)
(16-30 hari) tangan
1-2
genggaman 18.00-07.00 13 jam
tangan
4 Grower Pellet 1-2 3
genggaman 07.00-12.00 6 jam
(31-40 hari) tangan
1-2 12.00-18.00 4 jam
genggaman
tangan
1-2
genggaman 18.00-07.00 13 jam
tangan
1-2
genggaman 07.00-12.00 6 jam
tangan
Grower 1-2
5 Pellet genggaman 12.00-18.00 4 jam 3
(41-45 hari) tangan
1-2
genggaman 18.00-07.00 13 jam
tangan
1-2
genggaman 07.00-12.00 6 jam
tangan
Finisher 1-2
6 Pellet genggaman 12.00-18.00 4 jam 3
(46-60 hari) tangan
1-2
genggaman 18.00-07.00 13 jam
tangan

Pakan yang diberikan juga tidak asal-asalan, karena setiap proses

perkembangannya udang memerlukan jenis pakan yang berbeda. Jenis pakan

buatan yang digunakan ada 2 jenis yaitu mesh dan pellet. Pemberian pakan

yang berbeda ini berdasarkan 3 fase perkembangan udang, yaitu fase starter,

grower dan finisher.

Pemberian makan pada udang disesuaikan juga dengan umurnya,

makanan untuk udang windu fase sarter yakni saat udang masih dalam bentuk

benur atau berumur ≤ 15 hari disarankan untuk memberikan pakan dalam

frekuensi 2-3 kali/hari. Ini dikarenakan udang kecil masih memakan pakan

alami seperti fitoplankton dan zooplankton yang ada di tambak, pakan yang

diberikan adalah jenis mesh atau tepung yaitu pakan yang memiliki bentuk
sangat halus dengan cara disebarkan secara merata pada area pembesaran

udang.

Sedangkan untuk udang yang memasuki masa pembesaran (grower) atau

berusia 16-45 hari diberikan pakan jenis pellet yang memiliki bentuk silinder

atau butiran dalam frekuensi 2-3 hari/hari dengan cara yang sama yaitu

disebarkan secara merata pada area pembesaran udang.

4. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit merupakan faktor penyebab kegagalan budidaya

yang bila tidak ditangani dengan baik akan merugikan budidaya. Hama

merupakan organisme yang dapat mengganggu budidaya dan kemungkinan

besar membawa penyakit yang dapat menyerang udang (Nonny Herlina,

2004).

a. Hama

Hama adalah makhluk hidup yang dapat merusak serta merugikan pada

kegiatan budidaya perikanan. Hama yang terdapat pada tambak adalah

burung, kepiting kecil dan ikan-ikan liar. Menurut Nonny Herlina (2018)

hama mencakup tiga golongan pemangsa (predator), golongan penyaing

(competitor) dan golongan pengganggu

1) Golongan Pemangsa

Golongan hama pemangsa (Predator) merupakan golongan yang

sangat merugikan karena memagsa udang secara langsung, yang

termasuk golongan ini adalah:


a) Ikan-ikan buas yaitu: kakap (Lates Colcalifer), payus atau

bandeng lelaki (Elops hawaiensis), kuro (Polynemus Sp), kerong-

kerong (therapon Spp), mayung atau keting (Arius maculates),

belut (Synbranchus bengalensis).

b) Ketam-ketaman yaitu: Golongan predator ketam – ketaman yakni

kepiting, (Scylla serata), ketam bulum (sesarma SP).

c) Bangsa ular yaitu: ular air atau ular kadut (cerberus rhynchops),

fordonia leucobalia dan chersidrus granulates.

d) Bangsa burung antar lain adalah: Burung blekok (Ardeola

rallloides speciosa), cagak (Ardea cinerea rectirostris), Pecuk

gagakan (Phalocrocoray corbo simensis), Pucuk ulo (Anhinga

rufa melanogaster).

2) Golongan Penyaing

Adalah Golongan hama penyaing merupakan hama yang dapat

menyaingi udang dalam hidupnya, baik mengenai makanan maupun

tersedianya oksigen di dalam tambak. Yang termasuk golongan ini

adalah:

a) Ikan liar yaitu, Mujair (Tilapia mossambica), Belanak (Bugil Spp),

Pernet (Aplocheilus javanicus), Rekret (Ambassis gynocephalus).

b) Bangsa Siput yaitu Trisipan (Cerithidea alata), Cerithidea

djariensis dan Cerithidea autodorata, Larva nyamuk (Cyronomas

longilobus).
c) Udang yaitu udang kecil kecil Cardina dentaculata, jenis ketam

yaitu Seasorina SP.

3) Golongan pengganggu

Hama jenis ini merupakan hama yang walaupun tidak memangsa

ataupun menyaingi udang namun suka merusak lingkungan tambak

yaitu merusak pematang tanah dasar dan pintu air, yang termasuk

golongan ini adalah:

a) Bangsa ketam, yang suka membuat lubang di pematang sehingga

dapat mengakibatkan bocoran-bocoran.

b) Bangsa udang, yaitu Udang tanah (Thallasina anomala), udang

kecil - kecil (Cardina  dentaculata), ini juga suka membuat

lubang – lubang di pematang.

c) Hewan – hewan pengerek kayu pintu air seperti remis pengerek

(Teredo navalis) dll.

d) Tritip (Belanus SP), dan tiram (Crossostrea Sp) yang suka

menempel pada bangunan – bangunan pintu air.

b. Penyakit

Penyakit adalah kondisi terjadinya abnormalitas dari struktur, fungsi dan

tingkah laku maupun abnormalitas pada metabolism. Adapaun skema

terjadinya penyakit:
a. Pantogen, adalah sumber penyakit atau organisme pembawa penyakit

baik dalam maupun dari luar system budidaya dan segala aktifitas

yang beresiko sebagai sumber penyakit.

b. Lingkungan, merupakan pemicu potensi penyakit (virulence trigger),

misalnya perubahan kualitas air yang drastis.

c. Host/inang, organisasi yang dijangkit. Pada prosesnya dipengaruhi

oleh umur, ukuran, status nutrisi, padat tebar, biomassa, status

immune.

Inang

D
Lingkungan Pantogen

D: Disease/Penyakit

Gambar 2.1 Skema terjadinya penyakit

Deteksi penyakit perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit

lebih luas dan dapat segera melakukan tindakan pengobatan dan

pencegahan. Deteksi penyakit dapat dilakukan dengan melihat kondisi

udang dan kondisi kualitas air.

Tabel 2.5 Deteksi Penyakit Pada Udang

No Waktu Cara Deteksi


1 Siang Usus terlihat kosong, ekor kipas tidak membuka, perukaan tubuh
kusam, kasar dan tidak berkilau, berwarna putih, berlendir putus-
putus, mata bengkak dan tangkai mata berwarna buram.
Dilakukan sebelum pemberian pakan malam dengan
menggunakan senter, udang yang sehat matanya akan
2 Malam memantulkan sinar dan segera menghindari cahaya. Sedangkan
udang yang terkena penyakit membutuhkan waktu untuk
merespon cahaya, berenang ke tepian dekat permuakaan air.

Jenis penyakit yang dapat menyerang udang dapat dikelompokkan

menjadi:

a) White Spot Baculovirus (SEMBV)

Ciri-ciri: Ditandai dengan terbentuknya bercak putih seperti panu

pada bagian Cephalothorax (kepala) disebabkan oleh virus

b) Kunang-kunang (Luminous) pada larva udang

Ciri-ciri: Bila dilakukan pengamatan diruangan gelap udang akan

terlihat menyala, penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang

didominasi oleh genus vibrio sp.

c) Nekrosis

Ciri-ciri: Putusnya organ eksternal dengan warna kehitaman pada

sekitar organ yang putus misalnya ekor kipas. Daging berwarna

kehitaman. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri, timbulnya penyakit

ini berkaitan pergantian air yang kurang memadai, pasokan air yang

terbatas dan berkualitas jelek

d) Insang hitam
Ciri-ciri: warna

insang udang

hitam /

kecoklatan.

Penyakit ini

disebabkan oleh

protozoa, jamur

dan alga.

Gambar 2.2 White Spot Baculovirus


2.3 Gambar Nekrosis pada udang
(Sumber BBPBAP)

Jenis penyakit yang sering menyerang udang, di kelompokkan dalam

beberapa penyebab penyakit, diantaranya:

1. Penyakit viral (di sebabkan oleh virus)

2. Bacterial (disebabkan oleh bakteri)

3. Fouling disease (penyakit penempel oleh alga & protozoa)

4. Penyakit karena faktor nutrisi (penyakit insang hitam)

c. Penanggulangan Hama

Menurut Layanan Informasi Penyuluhan Perikanan (2015) cara

penanggulangan dan upaya pemberantasan hama tambak dikenal dengan

dua cara yaitu cara mekanis dan cara kimiawi.

1) Pemberantasan secara mekanis yaitu cara pemberantasan yang

dilakukan pada saat pengeringan rehabilitasi tambak, dengan cara

mencari, menangakap, dan mematikannya, namun untuk tambak

yang sukar dikeringakan maka alterantif lain adalah dengan cara

kimiawi.
2) Pemberantasan secara kimiawi yaitu suatu cara pemberantasan yang

umum dilakukan dengan bantuan racun nabati dan pestisida yang

dianjurkan. Penggunaan racun nabati untuk pemberantasan hama

tambak biasanya berupa perasan atau ekstrak, sebagai contoh adalah

saponin yang merupakan pestisida bersifat selektif yang pada dosis

tertentu bahan tersebut mematikan ikan tetapi tidak mematikan udang

yang dibudidyakan. Saponim yang terdapat dalam bungkil biji teh

(Camellia cinensis) sangat efektif untuk memberantas penyakit buas

bagi udang windu seperti siput dan ketam, ampas yang memberantas

penyakit buas bagi udang windu seperti siput dan ketam, ampas yang

terdapat di dalam biji teh setelah diekstrsaksi yang akan dipakai

sebagai racun nabati

Cara pengolahan dan pemberian saponin yaitu: pertama, biji teh

dikeringkaingkan kemudian ditumbuk sampai halus. Selanjutnya

direndam dalam dalam air dan diperas-peras agar saponinnya melarut

hingga berbentuk ekstrak. Kemudian larutan saponin sudah bisa

digunakan untuk pengobatan hama tambak

d. Pengendalian Penyakit

Pengendalian penyakit baru dapat dilaksanakan secara sempurna

apabila patogen dapat dikenali dengan baik, termasuk didalamnya cara

penularan, perwabahan dan karakter patogenitasnya. Dengan pemahaman

yang benar akan sifat-sifat patogen maka diharapkan wabah penyakit

dapat di antisipasi dengan baik, Nonny Herlina (20014). Jenis penyakit


dan pengendaliannya menurut modul Pengendalian Hama dan Penyakit

Pada Pembesaran Udang (2004)

Tabel 2.6 Jenis penyakit dan pengendaliannya

Jenis penyakit Gejala/Ciri-ciri Pengendalian

Udang menempel di Memilih benih bebas virus


White Spot
pematang, timbul Aplikasi air steril
Baculovirus
bercak putih di kulit Aplikasi pagar keliling.

Kulit seperti berburu


Buang lapisan lumpur
Lumutan Tubuh keropos / kotor
organik, ganti air.
Insang kotor

Warna insang udang


Rutin pergantian air
kehitaman/ kecoklatan
Insang hitam Pengambilan lumpur dasar
terjadi nekrosis
Managemen kualitas air.
jaringan

5. Laju Pertumbuhan

Budidaya udang windu berlangsung selama ±37 hari terhitung mulai dari

tanggal 24 Oktober s/d tanggal 30 November 2021. Pengukuran pertumbuhan

udang windu dalam kegiatan paktik kerja lapang ini dapat diketahui melalui

teknik sampling. Pengukuran pertumbuhan meliputi pertambahan berat dan

pertambahan panjang. Menurut Satyani et al., 2010, Pertumbuhan adalah

perubahan ikan/udang yang dilihat dari berat maupun panjang tubuh dalam
waktu tertentu. Pertumbuhan dihitung dengan menimbang berat dengan

menggunakan timbangan digital (ketelitian 0,01gram) dan panjang dengan

menggunakan alat ukur penggaris.

Laju

Tabel 2.7 Tabel Pertumbuhan Panjang dan Berat Udang Windu

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan panjang udang

windu memiliki panjang rata-rata yang lebih tinggi dengan nilai 0,288cm dan

diikuti berat dengan nilai 0,236cm. Udang windu yang memiliki sifat individu

dan kanibal padat penebaran yang tinggi serta asupan pakan yang diberikan

tidak mencukupi sehingga menimbulkan sifat kanibal antar sesama untuk

memenuhi kebutuhan asupan makanannya, akibatnya banyak udang windu

yang mati sehingga persaingan lebih sedikit. Kekurangan pakan akan

memperlambat laju pertumbuhan sehingga dapat menyebabkan kanibalisme,

sedangkan kelebihan pakan akan mencemari perairan sehingga menyebabkan

udang stres dan menjadi lemah serta nafsu makan udang akan menurun. Hasil

pengukuran panjang udang windu ini dapat ditarik kesimpulan bahwa laju

pertumbuhan panjang udang windu dipengaruhi ruang gerak dan pakan yang

tersedia di dalam tambak yang merupakan faktor luar yang mempengaruhi

laju pertumbuhan panjang udang windu.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktik kerja lapang yang dilaksanakan di Tambak SMK

Negeri 01 Nunukan pada budidaya udang windu, dapat diambil kesimpulan

bahwa kegiatan budidaya udang merupakan suatu proses pembesaran udang

dalam suatu petakan tambak dari usia benur hingga mencapai ukuran (size)

tertentu yang dianggap telah layak secara finansial maupun teknis untuk

dilakukan pemanenan. Beberapa tahapan dalam budidaya udang windu yaitu

persiapan wadah dan media, pemasukan air, penyiapan pakan, pengelolaan

kualitas air serta pengendalian hama & penyakit.

Lokasi asal benur merupakan salah faktor keberhasilan siklus budidaya

udang, benur sebaiknya berasal dari lokasi yang tidak terlalu jauh dengan lokasi

tambak agar relatif terjaga kualitasnya. Jika lokasi asal benur terlalu jauh dari

lokasi tambak maka dikhawatirkan akan terjadi penurunan kualitas benur secara

nyata selama proses pengangkutan (transportasi) menuju lokasi tambak sehingga

peluang terjadinya permasalahan juga semakin besar seperti benur yang bisa saja

stess selama perjalanan atau bahkan mati diperjalanan.

Hama dan penyakit merupakan faktor penyebab kegagalan budidaya yang

bila tidak di tangani dengan baik akan merugikan budidaya. Pengendalian hama

dan penyakit pada budidaya udang vaname dilakukan sejak persiapan tambak,

pemasukan air, pemilihan benur, dan selama masa pemeliharaan. Aktivitas yang
perlu di lakukan adalah memonitoring rutin terhadap kesehatan udang dan

memonitoring kualitas air serta tindakan pencegahan

Anda mungkin juga menyukai