Oleh :
LINDA LUTFIAH
2019505017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Diajukan kepada
Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Ibrahimy Sukorejo Situbondo
untuk dapat diajukan dalam seminar laporan Praktek Kerja Lapangan
Oleh :
LINDA LUTFIAH
2019505017
Disetujui oleh :
Pembimbing
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
LINDA LUTFIAH
2019505017
Dewan Penguji,
Penguji Sekertaris,
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya meyatakan bahwa praktek kerja lapangan dengan judul “Proses
Pengemasan dan Penyimpanan Ikan Lemuru Kaleng Di CV. Pasific Harvest
Muncar, Kabupaten Banyuwangi” ini besrta seluruh isinya adalah benar-benar
karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila apabila
kemudian ditemukan adanya pelangaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya ini.
Linda Lutfiah
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, tidak lupa saya sebagai penulis mengucapkan syukur
dan terima kasih kepada Allah SWT atas segala rahmat dan ridha-Nya, sehingga
kegiatan PKL ini mulai dari tahap awal hingga akhir dapat terselesaikan dengan
baik. Saya juga berterima kasih kepada :
1. KHR.Achmad azaim ibrahimy selaku pengasuh pondok pesantren
salafiyah syafi’iyah sukorejo situbondo, yang telah memberi izin kepada
mahasiswa santri untuk melaksanakan praktek kerja lapanag.
2. Kedua orang tua dan keluarga yang senantiasa mendo’akan setiap langkah
dan memberikan dukungan, baik dukungan materi maupun moral.
3. Bapak Dr. Ach. Khumaidi, M.P., Selaku Dekan Teknologi Hasil Perikanan
Universitas Ibrahimy
4. Ibu Siti Nur Aisyah Jamil, M.P. Selaku Kepala Prodi Teknologi Hasil
Perikanan.
5. Ibu Ika Junia Ningsih, M.Ling. Selaku Dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk dalam menyusun laporan
PKL ini.
6. Bapak Dan Ibu Dosen Fakultas Sains Dan Teknologi, Prodi Teknologi
Hasil Perikanan yang telah memberikan ilmu bermanfaat, baik akademik
maupun non akanemik, selama perkuliahan awal hingga akhir.
7. Bapak Roni Fajar Laksana, selaku pembimbing lapangan selama
pelaksanaan PKL di CV.Pasific Harfest.
8. Keluarga Bapak Hj. Ridiyanto Dan Ibu Verawati yang telah mengijinkan
saya tinggal selama satu bulan di rumah beliau dan membantu proses
kelancaran PKL selama di Banyuwangi.
9. Semua pihak yang telah membantu hingga laporan PKL ini bisa
terselesaikan dengan baik.
v
RINGKASAN
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami pankatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Praktek Kerja Lapang
tentang teknik pengemasan dan penyimpanan ikan lemuru dalam kaleng ini dapat
terselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang
telah dilaksanakan di CV.Pasific Harvest, Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur pada
tanggal 9 Februari 2022 sampai 2 Maret 2022.
Tujuan Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui proses
pengemasan dan penyimpanan di CV.Pasific Harvest, Muncar, Banyuwangi, Jawa
Timur. Manfaat dari Praktek Kerja Lapang ini juga untuk meningkatkan
pengetahuan, menambah wawasan, mengetahui proses pengemasan dan
pengalengan ikan, serta memadukan teori yang telah diajarkan di perkuliahan dan
kenyataan yang ada di lapangan, sehingga dapat memahami dan mengatasi
permasalahan yang timbul di lapangan kerja.
Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang dan penyusunan laporan penulis
tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
selama penyusunan laporan. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih jauh
dari kata sempurna, dan masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Penulis
berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Linda Lutfiah
vii
DAFTAR ISI
viii
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 13
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan lemuru merupakan bahan pangan yang mudah rusak perishable food
(mudah rusak/busuk). Usaha untuk membuat ikan lemuru agar tetap digemari
yaitu dengan melalui pengolahan yang baik dan benar. Prinsip pengolahan ikan
pada dasarnya bertujuan melindungi ikan dari pembusukan dan kerusakan. Selain
itu juga untuk memperpanjang daya awet olahan hasil perikanan. Pengalengan
merupakan suatu bentuk pengolahan dan pengawetan ikan secara modern yaitu
kemasan kaleng yang dikemas secara hermetis dan kemudian disterilkan (Zailanie,
2015).
1
Pengemasan dengan kaleng merupakan salah satu cara yang efektif guna
mengawetkan ikan. Pengalengan merupakan salah satu cara pengawetan bahan
pangan. Prinsip pengalengan itu sendiri adalah pengawetan bahan pangan
dengan cara membuat suatu kondisi vakum didalam kaleng sehingga tidak adanya
kontaminasi dari luar dan menjaga kualitas bahan tetap baik. Salah satu proses
penanganan ikan adalah pengemasan dan penyimpanan yang baik dan benar
(Rahardjo, 2018)
1.3 Tujuan
Bedasarkan uraian rumusan masalah di atas maka dapat ditentukan tujuan,
sebagai berikut.
1. Mengetahui proses pengalengan ikan lemuru di CV.Pasific Harvest
2. Mengetaui proses pengemasan dan penyimpanan pengalengn ikan lemuru
di CV.Pasivic Harvest
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi
Ikan lemuru juga memiliki sisik lebih halus (dibanding famili Clupeidae
lainnya), tutup insang bagian bawah membentuk sudut, keping insang berbentuk
setengah lingkaran. Di belakang tutup insang ada noda kuning kehijauan diikuti
dengan garis berwarna kekuningan pada gurat sisi (lateral line). Pungung
berwarna gelap, sedangkan perut berwarna keperakan. (Dwiponggo, 1982)
2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi ikan lemuru menurut Bleeker (dalam hartuti dkk, 2004) adalah sebagai
berikut
Kingdom : animalia
Phylum : chordata
Sub phylum : vertebrata
3
Class : pisces
Sub class : teleostei
Ordo : clupeiformes
Family : clupeidae
Genus : sardinella
Species : Sardinella lemuru
2.1.2 Lemuru
4
memangsa plankton (fitoplankton dan zooplankton), terutama kopepoda. Ikan ini
terkenal rakus makan plankton. Uniknya, pertumbuhan panjang badannya tidak
secepat pertambahan bobot badan. Dalam ilmu perikanan, pola pertumbuhan ini
disebut positive allometric. Bobot badannya sudah naik banyak, tapi panjang
badannya hanya bertambah sedikit.
Lemak merupakan salah satu unsur besar dalam ikan, unsur lainnya adalah
protein, vitamin, dan mineral. Vitamin yang ada dalam ikan juga bermacam-
macam, yaitu vitamin A, D, thiamin, riboflavin, dan niacin. Ikan juga
mengandung mineral yang kurang lebih sama banyaknya dengan mineral yang ada
dalam susu seperti kalsium, phosphor, akan lebih tinggi dibandingkan dengan
susu.
Lemuru (Sardinella lemuru) adalah salah satu ikan yang memiliki
kandungan gizi tinggi. Salah satunya memiliki kandungan asam lemak omega
36,56% (Isa, 2011). Menurut Hendrasaputra (2008) per 100 gram ikan
lemuru mengandung omega 3 sebanyak 3 g, protein sebesar 20 g, kalsium
sebesar 20 mg, fosfor sebesar 100 mg, zat besi sebesar 1 mg, vitamin B
sebesar 10,05 mg.
5
ekonomi yang cukup tinggi. Salah satu hasil perikanan Indonesia dengan potensi
ekonomi yang tinggi adalah ikan sarden (Supenah P, 2019).
6
b) Bahan Baku Ikan Utuh Beku
Bahan baku ikan segar tujuannya untuk mendapatkan bahan baku yang
sesuai dengan spesifikasi. Untuk dapat mempertahankan bahan baku agar tetap
segar ditangani denagan cepat, cermat, dan saniter dalam kondisi suhu pusat
maksimal -18oC.
2. Pelelehan
Mendapatkan bahan baku sesuai spesifikasi. Proses ini dinamakan
thawing, bahan baku ikan beku didalam kemasan plastic dilakukan dengan cara
direndam dalam air secara cepat, cermat dan sanite
3. Penyiangan
Penyiangan ikan ini bertujuan untuk mendapatkan ikan yang bersih,
dilakukan pemotongan pada bagian kepala, isi perut, dan ekor. Serta mereduksi
kontaminasi bakteri pathogen. Selama penyiangan ikan dilakukan penyiraman
dengan air dingin mengalir. Penyiangan dilakukan secara cepat, cermat, dan
saniter dalam keadaan dingin.
4. Pencucian
Pencucian bertujuan untuk membersihkan sisa dari proses pemotongan
dengan tujuan mendapatkan bahan baku yang besih sesuai spesifikasi. Bahan baku
dicuci dengan air mengalir dalam kondisi dingin secara cepat, cermat dan saniter.
7
6. Pengukusan
Pengukusan berujuan untuk mendapatkan tekstur daging ikan sesuai
spesifikasi, menghambat pertumbuhan bakteri, dan ketengikan. Ikan kaleng
dikukus dengan suhu dan waktu yang telah ditentukan hingga mencapai mutu
sesuai spesifikasi.
7. Penirisan
Bahan baku ikan yang telah dikukus, disusun dalam pan kemudian
ditiriskan untuk membuang sisa air pengukusan. Bertujuan untuk mendapatkan
bahan baku sesuai spesifikasi.
8. Pengisian Media
Pengisian media bertujuan untuk mendapatkan ikan dalam kemasan
dengan media sesuai spesifikasi. Media yang sudah disiapkan sesuai spesifikasi
dimasukkan dalam keadaan panas kedalam kemasan secara cepat, cermat, dan
saniter.
9. Penutupan Kaleng
Penutupan kaleng bertujuan untuk mendapatkan ikan dalam kemasan
dengan mutu sesuai spesifikasi. Penutupan kemasan segera dilakukan dengan
menggunakan mesin penutup kaleng (can seamer) dan dilakukan pemeriksaan
kondisi lipatan pada penutupan kaleng secara berkala.
10. Sterilisasi
Sterilisasi bertujuan untuk mendapatkan produk sesuai spesifikasi. Ikan
dalam kaleng disterilisasi dengan menggunakan aoutoclave (retort) pada suhu,
waktu, dan tekanan sterilisasi tergantung jenis, ukuran, dan bentuk kaleng sampai
tercapai suhu sterilisasi komersal.
8
11. Pendinginan
Untuk retort otomatis, air dingin mengalir secara otomatis setelah proses
sterilisasi, seadang retort semi-otomatis pendinginan dilakukan secara manual,
ikan di dinginkan mencapai suhu 45oC atau lebih rendah agar tidak terbentuk
bercak air atau karat. Untuk memenuhi spesifikasi suhu air pendingin harus selalu
dipantau dan dilakukan dengan cepat, cermat, dan pada lingkungan dingin.
12. Inkubasi
Kaleng disimpan selama 5-12 hari pada suhu ruang, sesuai ukuran kaleng,
pada posisi terbalik dan ditempatkan pada tempat yang bebas dari kontaminan.
Tempat inkubasi harus diisolasi untuk mencegah setiap orang mendapat akses
keruang inkubasi. Ruang inkubasi harus bersih dan dijaga sanitasinya.
15. Penyimpanan
Tujuan dari penyimpanan yaitu untuk mempertahankan mutu produk
sebelum didistribusikan. Produk disusun didalam gudang penyimpanan FIFO
(frist in first out).
9
2.3 Pengemasan dan Penyimpanan
Pengemasan merupakan cara untuk melindungi produk agar tidak mudah
rusak dan siap untuk disimpan atau didistribusikan hingga ke tangan konsumen.
Definisi pengemasan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah “cara
mengemas yang baik serta prosesnya”, sementara definisi menurut Amstrong at al.
(2014) merupakan “kegiatan merancang dan memproduksi wadah kemas atau
pembungkus untuk suatu produk”.
Fungsi dan peran kemasan yang besar pada suatu produk pangan. Fungsi
utama kemasan adalah melindungi produk pangan. Hal ini disebabkan oleh bahan
pangan memiliki sifat yang mudah rusak. Kerusakan bahan pangan dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Ditinjau dari bahan pangan dan hubungannya dengan
kemasan, ada dua faktor yang mempengaruhi kerusakan, yaitu:
10
melindungi dari bahaya pencemaran dan juga gangguan fisik (gesekan, benturan,
getaran)
11
BAB III
METODOLOGI
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan
di CV.Pasific Harvest ini adalah :
a. Alat
12
b. Bahan
13
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PKL
Perusahaan telah berkembang dengan pesat sebagai hasil kerja keras semua
bagian di dalam perusahan tersebut. Dengan tiga pabrik pengolahan yang di dirikan
di atas lahan kurang lebih 6 Hektar / CV. Pasific Harvest kini mampu
memproduksi 200 ton ikan/hari.
14
4.2 Visi dan Misi
CV.Pasific Harvest memiliki visi yakni menjadi salah satu industri pangan
hasil laut terdepan yang menghasilkan produk bermutu tinggi dan aman untuk
memberikan kepuasan kepada semua kebutuhan pelanggan. Misi yang dimiliki
oleh CV.Pasific Harvest yaitu berkomitmen untuk :
15
4.4 Peta Lokasi
16
4.6 Struktur Organisasi
CV.Pasific Harvest yang bergerak dibidang pengolahan ikan sarden
memiliki unsur organisasi untuk dapat mengatur dan menjalankan proses produksi
dengan baik. Adanya stuktur organisasi juga dapat memperjelas fungsi tugas,
wewenang seta tanggung jawab masing-masing karyawan sehingga semua dapat
terkoordinasi dengan baik dan sejalan dengan tujuan perusahaan. Adapun stuktur
organisasi di CV.Pasific Harvest sebagai berikut :
17
2. Jam Kerja Shift
Jam keja ini berlaku selama 7 hari kerja yaitu mulai hari Senin hinga
Minggu, dimana 1 shift terdiri dari 12 jam, sehingga dalam 1 hari hanya
berlangsung 2 shift jam kerja. Jam kerja ini berlaku bagi security dan
pegawai cold storage.
3. Jam Kerja Lembur
Jam kerja lembur dihitung setelah pukul 16.00 WIB. Karyawan yang
mengikuti jam lembur biasanya merupakan karyawan bagian produksi. Jam
kerja lembur ini diperlukan untuk mengejar jumlah target ataupun terjadi
kendala dalam proses produksi hari itu.
Jam kerja yang diberikan oleh CV.Pasific Harvest ditunjukkan pada tabel berikut:
18
ruang ganti karyawan, musholla, gudang RMPM, tempat parkir, cold storage,
ruang teknisi, dan ruang sanitasi (ruang pencucian seragam karyawan).
c.) Conveyor
Alat ini berfungsi untuk menjalankan bahan dari proses yang satu ke proses yang
lain. selain itu, alat ini membantu proses penirisan setelah pre-cooking dan
pembentukan head space sebelum menutup kaleng.
19
e.) Alat Sterilisasi
Retort adalah sebuah bejana raksasa yang mampu menampung empat keranjang
sekaligus dalam sekali proses sterilisasi. Retort yang ada di CV.Pasific Harvest
ada 10 alat retort yang dilengkapi dengan thermometer pengukur suhu dan
manometer pengukur tekanan. Fungsi alat ini untuk melakukan pemasakan tahap
awal agar daging ikan matang.
20
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
( Gambar 5.1 Diagram alir proses produksi ikan sarden dalam kaleng )
21
1. Penerimaan Bahan Baku
Proses pengalengan ikan dalam media minyak membutuhkan bahan baku.
Bahan baku ikan lemuru diterima dalam keadaan beku yang dikemas dalam
plastik dan master karton menggunakan kendaraan container berkapasitas
mencapai 27 ton, dengan suhu -17,16℃ sesuai standar mutu ikan beku pada SNI
4110-2014 (Lapene, 2021). Terdapat 4 spesies ikan yang digunakan oleh CV.
Pasific Harvest yaitu Sardinella longiceps (ikan Lemuru), Sardinella fimbriata
(ikan Tembang), Scomber australasicus, Scomber japanicus. Ikan-ikan yang
digunakan berasal dari perairan lokal seperti perairan selat Bali, perairan utara Jawa
(laut Jawa), perairan selat Madura dan perairan selatan Jawa (Samudra Hindia).
Selain itu ikan-ikan yang digunakan juga dapat diperoleh dengan cara impor
dari beberapa negara seperti China, India, Pakistan. Ikan-ikan yang akan diproses dapat
berupa ikan segar maupun ikan beku (Rahardjo, 2017). Ikan beku tersebut dikemas
dalam kemasan polybag dan wadah karton yang disimpan dalam cold storage,
sedangkan ikan segar dimasukkan kedalam wadah dan ditambahkan es batu. Bahan-
bahan lain juga dubutuhkan dalam pemuatan media (minyak) yaitu minyak yang ada
berbagai jenis minyak yang digunakan yaitu :
VO : vegetable oil, SFO : sun flower oil, SBO : soya bean oil
A. Ikan Segar
Bahan baku berupa ikan segar berasal dari perairan sekitar pulau Jawa
yaitu di sekitar pesisir laut Selat Bali, dan sekitar laut Jawa. Ikan segar yang
didapat kemudian dapat langsung diolah sebagai bahan baku segar atau
dikumpulkan di ruang pendingin untuk menjaga kesegaran ikan. Untuk menangani
ikan segar yang sesuai menurut SNI yaitu untuk dapat mempertahankan bahan
baku agar tetap segar ditangani dengan cepat, cermat, dan saniter dalam kondisi
suhu dingin ( 0oC - 4,4oC ).
22
B. Ikan Beku
Ikan beku didapat dari perairan luar dan umumnya berasal dari perairan di
Timur Tengah. Ikan sarden yang didapat umumnya berasal dari daerah Oman, dan
Yaman. Ikan yang didapat dari jenis Sardinella lemuru dengan ukuran size 8.
Istilah size 8 berarti terdapat 8 ikan utuh dalam 1 kg berat ikan. Ikan dengan size 8
dapat dikatakan ikan dalam ukuran tepat sehingga umumnya digunakan untuk
sarden dalam kaleng ukuran besar. Penanganan ikan beku ini sesuai dengan SNI
2712-2013 suhu sesuai untuk menangani ikan beku -18oC.
2. Pencucian I
Pencucian ini dilakukan khusus untuk ikan yang segar karena ikan segar
yang berasal dari sekitar Muncar lebih kotor dan dibandingkan ikan beku yang
diimpor. Pada ikan beku tidak dilakukan pencucian karena ikan yang didapat
sudah dalam keadaan bersih sehingga dapat langsung dilakukan pemotongan.
Tujuan pencucian ini yakni agar kotoran yang terdapat pada tubuh ikan seperti
darah, sisik, dan sebagian isi perut yang masih ada pada ikan dapat dihilangkan.
Setelah ikan bersih, maka ikan akan ditampung dalam keranjang besar untuk
didistribusikan ke meja-meja pengisian kaleng (Rahardjo, 2017).
3. Pelelehan (Thawing)
Pada tahap pelelehan dilakukan khusus pada bahan baku ikan beku.
Pelelehan terbagi dalam 2 jenis yaitu pelelehan kering dan peleleha basah.
A. Pelelehan Kering
Pelelehan kering yaitu dengan menggunakan udara dengan kurun waktu
pelelehan ± 10 jam untuk menghasilkan ikan yang dapat dipotong pada tahap
selanjutnya.
B. Pelelehan Basah
Pelelehan basah yaitu pelelehan dengan menggunakan air sehingga lebih
cepat bila dibandingkan dengan pelelehan kering yaitu dengan kurun waktu ± 2
23
jam. Proses ini air diganti selama 15 menit dengan 4 kali pergantian, sehingga
mencegah adanya penurunan suhu ikan yang drastis. Air yang digunakan untuk
melelehkan ikan yaitu air sumur artetis milik perusahaan yang langsung dialirkan
dengan selang. Ikan-ikan dilelehkan hingga masih setengah beku dan tidak benar-
benar leleh seutuhnya (Ayu, 2017).
Proses thawing dilakukan dengan memasukkan setiap blok ikan beku ke
dalam bak thawing, menggunakan air karena waktunya lebih cepat. Satu bak
thawing terisi oleh 100 blok ikan beku berukuran sekitar 10 kilogram per blok
ikan. Blok ikan beku yang sudah berada di dalam bak thawing dialiri oleh air
dengan cara membuka kran saluran air dan dibiarkan mengalir. Waktu pelelehan
sangat tergantung dari ukuran dan volume ikan dalam satu bak (Yuliati, 2021).
5. Pencucian II
Ikan-ikan yang telah dipotong kemudian akan dicuci dengan 2 metode.
Untuk ikan berukuran kecil akan dicuci secara manual menggunakan ember kecil,
24
sedangkan untuk ikan berukuran besar akan dicuci menggunakan rotary washer
(Chandra, 2017). Tahap ini dilakukan untuk membersihkan sisa kotoran dan darah
akibat proses pemotongan.
25
potongan ikan yang terlalu kecil akan diganti dengan potongan yang lebih besar,
begitu pula sebaliknya. Kaleng-kaleng yang telah diisi dengan ikan kemudian
akan dibawa ke exhaust box menggunakan troli (Rahardjo, 2019).
8. Pemasakan Pendahuluan
Tahap ini dilakukan dengan menggunakan alat exhaust box dengan suhu
90-100oC selama 10 sampai 12 menit dan suhu saat keluar exhaust box sebesar ±
70oC. Tujuan dari pemasakan pertama ini yaitu untuk mematangkan ikan sarden
sehingga ikan sarden memiliki tekstur yang lebih matang dan siap diberi media
saus atau minyak. Selain itu, tujuan pemasakan pendahuluan yaitu mencegah
adanya pertumbuhan bakteri akibat ikan sarden yang belum matang. Penggunaan
alat exhaust box menggunakan uap untuk mematangkan ikan, uap ini dihasilkan
dari bahan dasar kayu yang di bakar di tempat khusus bernama boiler. Boiler
adalah penampungan untuk uap setelah kayu di bakar.
Tujuan dilakukannya pemasakan pendahuluan yaitu untuk mengeluarkan
kandungan air dari tubuh ikan sehingga nantinya air yang keluar dapat dipisahkan.
Apabila air dalam tubuh ikan tetap tertampung dalam kaleng, maka dapat merubah
cita rasa saus tomat. Uap panas yang digunakan untuk pemasakan ini berasal dari
mesin boiler yang dialirkan melalui pipa. Suhu maksimum ikan setelah melalui
proses pemasakan pendahuluan yaitu 75oC (Rahardjo, 2019).
9. Penirisan (Dripping)
Tahap ini dilakukan untuk membuang sisa air dan minyak yang
dimungkinkan terdapat di dalam kaleng bersama ikan sarden yang telah
dimatangkan pada tahap pemasakan pertama. Penirisan dilakukan secara manual
oleh orang. Tujuan penirisan pada sudut 45o yaitu mencegah bahan tumpah dan
meniriskan produk dari air yang masih menggenang. Penirisan secara manual
dilakukan dengan menggunakan nampan yang berlubang. Nampan yang berisi
kaleng dibalik menggunakan nampan berlubang agar air dalam kaleng keluar
seluruhnya. Di sisi lain, penirisan secara otomatis dilakukan menggunakan
26
conveyor dengan kemiringan tertentu agar air dalam kaleng dapat keluar
(Rahardjo, 2019).
27
11. Penutupan Kaleng (Seamer)
Pada tahap ini dilakukan penutupan pada suhu media sekitar 70 oC dengan
menggunakan metode penutupan double seaming Mesin-mesin tersebut
menggunakan prinsip double seam. Kapasitas mesin seamer di CV. Pasific
Harvest terdapat 2 mesin seamer untuk round can 202, 1 mesin seamer untuk
round can 300, dan 1 mesin seamer untuk club can (Rahardjo, 2017). Metode ini
mencegah adanya kontaminasi dari mikroorganisme selama di dalam kaleng.
Kaleng yang telah terisi media dan telah melewati pemberian head space ditutup
menggunakan mesin penutup kaleng. Mesin penutup kaleng ada 2 macam, yaitu
single head yang dapat menutup kaleng hanya 1 kaleng , sedangkan five heads
bisa menutup sebanyak 5-6 kaleng dalam satu kali waktu.
28
13. Sterilisasi
(Tabel 2. Suhu dan Waktu Sterilisasi)
Jenis kaleng Suhu (oC) Waktu (Menit)
Round can 202 118 90
Round can 300 118 110
Club can 206 118 90
Tahap awal yaitu venting untuk membuang sisa air dan udara sampai terisi
dengan uap murni, venting dilakukan selama 10 menit dari suhu ± 40 oC – 109o C.
Proses sterilisasi memiliki tujuan untuk mematikan bakteri Clostridium botulinum
dan bagian sporanya. Sterilisasi di industri dilakukan secara komersial dengan
suhu 110-121oC untuk mematikan mikroorganisme. Bakteri C.botulinum ini
merupakan anaerob dan tahan suhu tinggi. Bakteri ini dapat menghasilkan toksin
botulinin yang berbahaya (Mega, 2017). Berikutnya tahap venting close yang
dilakukan di CV.Pasific Harvest yaitu dengan menaikkan suhu 109o C - 118o C,
proses ini terjadi selama 2-5 menit tergantung besar uap di terminal. Pada kaleng
jenis round can untuk berat 425 gram dilakukan sterilisasi pada suhu 118 oC
selama 1 jam 30 menit. Pada kaleng berat 155 gram dilakukan sterilisasi pada
suhu 118oC selama 90 menit. Pada kaleng jenis club can untuk ukuran berat 125
gram dilakukan sterilisasi pada suhu 118oC selama 90 menit. Standar sterilisasi
dilakukan berdasarkan standar aman untuk mencegah pertumbuhan bakteri
Clostridium botulinum.
29
atm sampai keluar air di kran blider samping. Tekanan diturunkan dan
dipertahankan pada batas 0,6 atm, kemudian membuka dan menutup kran venting
untuk memancing air keluar dari dalam retort melalui kran breeder samping., kran
venting dibuka sepenuhnya supaya tekanan dalam retort turun. Proses pendinginan
berlangsung selama ±20 menit. Produk dianggap telah melewati proses
pendinginan jika telah mencapai suhu 40°C (Achatur dan Yuliati, 2021). Selain
itu, uap panas dari suhu tinggi yang dikeluarkan sesaat setelah sterilisasi dapat
membahayakan karena juga memiliki tekanan yang tinggi, sehingga dilakukan
pendinginan selama 10-30 menit sebelum retort dibuka.
16. Pengkodean
Pada tahap ini, kaleng sarden yang bersih diberi kode sesuai kode yang
telah ditentukan dalam pembuatan sarden. Pengkodean kaleng dilakukan agar
produk-produk tersebut memiliki identitas. Kaleng-kaleng yang telah dibersihkan
dan dikeringkan akan dilewatkan di atas conveyor dan diberi kode produksi yang
sesuai dengan kode retort serta tanggal kadaluarsa (Adina, 2017). Kode akan
berbeda dari segi jenis produk dan tanggal produksi sesuai kode Julian date. Julian
date adalah jenis pengkodean dalam perhitungan hari yaitu dalam satu tahun ada
365 hari. Pengkodean dilakukan dengan menggunakan mesin khusus yang dapat
digunakan untuk mencetak kode.
30
17. Pelabelan
Tahap ini dilakukan bertujuan untuk memberikan label pada kaleng sarden
yang awalnya tidak diberi merk yaitu produk sarden lokal non merk GAGA.
Pelabelan menggunakan kertas yang telah cetakkan sesuai merk dagang yang
dipesan. Produksi sarden dengan label kertas sesuai dengan pesanan karena
keterbatasan bahan baku. Pelabelan dilakukan dengan menggunakan mesin
khusus. Pelabelan juga diperlukan untuk kalengkaleng yang polos. Pelabelan
dilakukan dengan melewatkan kaleng-kaleng pada mesin pelabelan. Apabila
terdapat label yang terlepas ataupun tidak menempel secara sempurna pada
kaleng, maka pengawas akan memisahkan kaleng tersebut dan dilakukan
pelabelan ulang (Rahardjo, 2017).
18. Inkubasi
Tahap ini dilakukan sebelum produk barang dipasarkan. Proses inkubasi
dilakukan dengan menyimpan produk selama ± 7 hari. Setelah ± 7 hari, akan
diketahui ada tidaknya kerusakan produk yang dapat diketahui melalui
penampakan kaleng, sama dengan yang dilakukan di pabrik (Hendriaswari, 2017),
kaleng sarden yang telah diberi label dan dimasukkan dalam kardus selama satu
minggu untuk mengetahui kontaminasi yang dimungkinkan dapat terjadi pada
kaleng ikan sarden. Selain kontaminasi juga adanya kerusakan dan kesalahan
selama proses pengolahan. Setelah satu minggu, produk sarden dalam kaleng
dicek kembali untuk melihat apakah terdapat kecacatan pada produk. Proses cek
dilakukan secara visual oleh pekerja dan di awasi oleh pengawas gudang. Produk
yang tidak lolos cek dipisah dari produk yang lolos.
19. Pengepakan
(Tabel 3. Jumlah Kaleng Dalam Karton)
Jenis kaleng Jumlah kaleng dalam 1 karton (buah)
202 24, 48, 50
300 12 atau 24
206 50 atau 100
31
Tahap ini dilakukan setelah tahap inkubasi. Kaleng yang telah bersih dan
lolos pengecekan dimasukkan dalam kardus. Kardus berisi kaleng sarden
kemudian disusun di atas pallet dan siap untuk proses selanjutnya. Kaleng yang
melewati conveyor kemudian akan diambil dan dimasukkan ke dalam karton oleh
pekerja. Setelah itu karton yang berisi kaleng akan disimpan di gudang selama
beberapa waktu untuk tahap inkubasi (Rahardjo, 2017).
20. Penyimpanan
Pallet yang telah berisi kardus sarden dipindah dengan menggunakan fork
lift. Penyusunan dilakukan disesuaikan menurut produk yang baru diproduksi.
Karton-karton yang berisi kaleng-kaleng ikan akan diletakkan di atas palet kayu
dengan susunan tertentu. Suhu di dalam ruang gudang yaitu suhu ruang. Menurut
Bratt (2013), penyimpanan prosuk makanan kaleng dilakukan di dalam gudang
penyimpanan dengan ventilasi yang baik. Gudang harus memiliki kondisi yang
kering. Suhu di dalam gudang tidak boleh melebihi 40 oC dan tidak boleh dalam
kondisi beku. Suhu penyimpanan ini penting untuk mencegah kaleng dari
kondensasi dan korosi (Hendriaswari, 2017). Hal ini juga dilakukan di CV.Pasific
Harvest dan barang yang lebih baru diproduksi diletakkan dibelakang untuk
memudahkan pengambilan barang stok lama yaitu barang yang sudah lebih dulu
diproduksi. Barang disimpan sesuai jenis produk dan merk dagang.
21. Pengiriman
Pengiriman barang dilakukan mengunakan sistem FIFO (First In First
Out) merupakan salah satu metode manajemen persediaan dengan cara memakai
stok barang di gudang sesuai dengan waktu masuknya. Stok yang pertama kali
masuk ke gudang adalah stok yang harus pertama kali keluar dari gudang.
Menurut Mulyadi First-in, First-Out method (FIFO) adalah metode penilaian yang
menganggap barang yang pertama kali masuk diasumsikan keluar pertama kali
pula. Jika barang dikeluarkan dari gudang maka akan dihargai sebesar harga
perolehan yang pertama. Metode ini sejalan dengan alur arus fisik dimana sudah
sepantasnya barang yang pertama kali masuk dikeluarkan pertama kali dahulu.
32
Produk ikan sarden dalam saus tomat ditujukan untuk penjualan di pasar lokal. Di
sisi lain, untuk produk ikan sarden dalam minyak banyak diekspor ke beberapa
negara di Afrika, Timur Tengah, Eropa Timur, Asia Tenggara, dan beberapa
negara lainnya (Rahardjo, 2017).
33
untuk membunuh semua mikroba patogen yang menyebabkan penyakit pada
manusia dan mikroba yang menyebabkan kerusakan pada bahan pangan. Produk
pengalengan sudah seharusnya terhindar dari kerusakan, perubahan kadar air,
kerusakan akibat oksidasi, serta perubahan citarasa. Berikut adalah karakteristik
pengemas berbahan logam dan nonlogam yang menjadi alasan penggunaan kaleng
pada produk ikan kaleng.
( Tabel 4. Kemasan logam dan nonlogam )
34
Kaleng yang digunakan CV.Pasific Harvest memiliki 2 jenis yaitu round
can dan club can. Kaleng dipesan dari pabrik kaleng dengan menyebutkan
kodenya. Kaleng round can disebut dengan can 202, sedangkan untuk kaleng club
can disebut dengan can 206. Angka-angka ini didapatkan dari perhitungn ukura
masing-masing kaleng. Can 202 memiliki berat bersih 155 gram, sedangkan can
206 memiliki berat bersih 125 gram. Seringkali can 202 ini bukan untuk produk
dalam negeri, melainkan untuk diekspor ke luar negeri.
Bahan untuk kemasan kaleng makanan terdiri dari baja, aluminium dan
daur ulang kemasan logam Bahan untuk kemasan kaleng makanan terdiri dari
baja, alumunium, dan daur ulang kemasan logam. Kemasan baja sendiri terdiri
dari tiga jenis, yaitu blackplate, tinplate, dan tin free steel (TFS) atau Electrolytic
Chromium/ Chormium Oxide-coated steel (ECCS). Blackplate yaitu lembaran
baja tanpa tambahan pelapis logam. Kemasan ini biasanya digunakan untuk non-
chemical active product seperti minyak, lilin, dan pelumas. Tinplate yaitu
lembaran baja dengan lapisan timah murni pada kedua sisinya.
35
mampu menolak masuknya gas, memiliki karakteristik tidak berbau dan tidak
berasa. Tetapi perlakuan aluminium akan berbeda dengan kaleng baja.
Alumunium memiliki sifat tidak dapat dapat disolder atau dilas, melainkan hanya
dapat diseamless. Kelemahan dari bahan alumunium murni yaitu perlu adanya
tambahan lapisan lain untuk meningkatkan daya tahan korosinya misalnya dari
tembaga, magnesium, mangan, besi, seng, dan titanium (kaihatu, 2014).
Pemeriksaan kaleng dilakukan pada bagian luar dan bagian dalam kaleng.
Pada bagian luar dilakukan pegukuran lebar lipatan atau seam width dan seam
thickness menggunakan seam micrometer. Untuk melakukan pemeriksaan bagian
dalam hasil seaming perlu dilakukan tear down terlebih dahulu. Tear down
disebut juga dengan cara dikupas, cara ini merupakan cara yang paling murah
36
karena hanya dengan menggunakan tang serta tenaga manusia. Selanjutnya
dilakukan pengukuran dengan menggunakan seam micrometer untuk mengukur
kaitan badan atau body hook, kaitan tutup atau cover hook.
37
Deadhead diakibatkan oleh seaming roll yang macet, seaming chuck rusak,
ukuran tutup tidak cocok dengan chuck karena adanya minyak pada chuck. False
seam berarti antara body hook dan end hook tidak saling berkaitan. Kesalahan ini
disebabkan oleh flange pada kaleng rusak, kedudukan kaleng dan chuck tidak
tepat. Knock down flanges yaitu flange pada kaleng rusak pada suatu bagian,
kedudukan kaleng miring, dan tutup penyok. Buckle/ overfill yaitu terjadinya
penggelembungan pada tutup kaleng yang disebabkan oleh pengisian ikan
kedalam kaleng terlalu berlebihan.
38
Dalam karton single wall ini kaleng disusun dua tingkat dalam
pengemasannya, maka dari itu pada kemasan sekunder ini juga terdapat lapisan
pada bagian tengah karton yang bertujuan menjadi penyekat atau pemisah antara
kaleng atas dan kaleng bawah. Karton yang digunakan dilengkapi dengan layer
creasing. Layer creasing merupakan bantuan lipatan berupa cekungan lurus pada
karton. Ketebalan dari layer creasing bervariasi mulai dari 1/4 , 1/2, maupun 3/4
dari ketebalan karton. Adapun istilah slot dan flab pada karton sebagai kemasan
sekunder. Flab adalah bagian yang menjadi tutup pada karton. Lubangan atau
garis yang memotong serta memisahkan antara flap merupakan slot dengan kata
lain slotter (Anonim, 2014).
39
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan sebelum ikan lemuru kaleng
masuk ke dalam penyimpanan yaitu tahap pelabelan, tahap ini dilakukan bertujuan
untuk memberikan label pada kaleng sarden yang awalnya tidak diberi merk yaitu
produk sarden lokal non merk GAGA. Pelabelan menggunakan kertas yang telah
cetak sesuai merk dagang yang dipesan. Produksi sarden dengan label kertas
sesuai dengan pesanan karena keterbatasan bahan baku. Pelabelan dilakukan
dengan menggunakan mesin khusus. Tahap ini dilakukan setelah tahap inkubasi,
kaleng yang telah bersih dan lolos pengecekan dimasukkan dalam kardus. Kardus
berisi kaleng sarden kemudian disusun di atas pallet dan siap untuk proses
selanjutnya yaitu pengiriman.
40
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Bedasarkan praktek kerja lapang yang dilakukan di CV.Pasific Harvest
dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengalengan merupakan salah satu cara pengawetan bahan pangan. Prinsip
pengalengan itu sendiri adalah pengawetan bahan pangan dengan cara
membuat suatu kondisi vakum didalam kaleng sehingga tidak adanya
kontaminasi dari luar dan menjaga kualitas bahan tetap baik. Pengawetan
makanan dalam kaleng diartikan sebagai suatu cara pengolahan dengan
41
6.2 Saran
Dalam proses pengemasan di CV.Pasific Harvest perlu memperhatikan
kondisi mesin seamer kaleng, karena proses yang paling menentukan dari proses
pengalengan untuk tahap berikutnya apakah kaleng akan mengalami kerusakan
atau tidak dilihat dari mesin penutupnya. Usahanya dengan mengecek mesin
secara berkala.
42
DAFTAR PUSTAKA
Arini Dan Sri Subekti. “Proses Pengalengan Ikan Lemuru (Sardinella Longiceps)
Di Cv. Pacific Harvest, Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Journal Of
Marine And Coastal Science Vol. 8 (2) – June 2019.
Kartini Zailani. 2015. Fish Handling. Malang. Universitas Brawijaya Press (UB
Press).
Lutfi, Laili. 2018. Kandunagn Asam Lemak Tak Jenuh Omega 3 Pada Tempe
Dengan Penambahan Tepung Ikan Lemuru (Sardinella Lemuru). Skripsi
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jember.
Martha Kaihena dan Abdul Mahid Ukratalo. “Analisis Kandungan Gizi dan
Jumlah Mikroba Produk Ikan Kaleng yang Dijual Di Beberapa
Supermarket Di Kota Ambon Bedasarkan Lama Penyimpanan”. Jurnal
Kaiwedi Sains (KASA). Maret 2022 ISSN: 2722-6964 (Online).
43
Mohammad Effendi. Pengaruh Hasil Kerapatan Double Seam Terhadap Penutup
Kaleng Ikan Tuna Pada Settingan Mesin Seamer. Journal Mechanical and
Manufacture Technology. Vol. 2 No. 2 (2021) ISSN: 2721-4664.
Pratama. 2017. Jenis Dan Karakteristik Kemasan Kaleng Yang Sesuai Standard di
CV.Pasific Harvest, Banyuwangi
Rahardjo. 2017. Pengawasan Mutu Bahan Baku dan Produk Ikan Sarden Dalam
Saus Tomat Di CV.Pasific Harvest, Banyuwangi
44
LAMPIRAN
45
Lampiran 2. Proses Pengolahan Ikan Lemuru Kaleng di CV.Pasific Harvest
46
Pengisian ikan dalam kaleng
47
Penutupan Kaleng Proses Seamer
48
Tempat Pengkodean dan Pelabelan Produk Ikan Kaleng
49