Anda di halaman 1dari 28

PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DALAM

MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA (STUDI KASUS


BAPAK ISMAIL) DI DESA PELAWA BARU KECAMATAN
PARIGI TENGAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PROVINSI SULAWESI TENGAH

LAPORAN SOSIOLOGI PERIKANAN DAN KEHIDUPAN NELAYAN

Oleh:

ASMAUL HUSNA
21001047

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


SEKOLAH TINGGI PERIKANAN DAN KELAUTAN
PALU
2022

i
PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DALAM
MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA (STUDI KASUS
BAPAK ISMAIL) DI DESA PELAWA BARU KECAMATAN
PARIGI TENGAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PROVINSI SULAWESI TENGAH

LAPORAN SOSIOLOGI PERIKANAN DAN KEHIDUPAN NELAYAN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah


Sosiologi Perikanan dan Kehidupan Nelayan
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan
Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Palu

Oleh :

ASMAUL HUSNA
21001047

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


SEKOLAH TINGGI PERIKANAN DAN KELAUTAN
PALU
2022

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Penanganan Hasil Tangkapan Dalam Meningkatkan Ekonomi


Keluarga (Studi Kasus Bapak Ismail) di Desa Pelawa Baru
Kecamatan Parigi Tengah Kabupaten Parigi Moutong
Provinsi Sulawesi Tengah

Nama : Asmaul Husna

No. Stambuk : 21 001 047

Program Studi : Teknologi Hasil Perikanan

Lulus Ujian :

Menyetujui :
Pembimbing

Finarti,S.Pi,MP

Disahkan oleh
Mengetahui :

Ketua Koordinator Program Studi


Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Teknologi Hasil Perikanan

Dr. Ir. Minarny Gobel, M.Si Renol S.Pi, MP

iii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan Praktek Sosiologi


Perikanan dan Kehidupan Nelayan yang saya tulis benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau di terbitkan oleh orang lain kecuali yang
tertulis dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan Praktek
Sosiologi Perikanan dan Kehidupan Nelayan ini hasil jiplakan, maka saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Palu, Juni 2022


Mahasiswa

Materai

10000

Asmaul Husna
21 001 047

iv
RINGKASAN

Asmaul Husna, NIM 21 001 047. Penanganan Hasil Tangkapan Dalam


Meningkatkan Ekonomi Keluarga (Studi Kasus Bapak Ismail) di Desa Pelawa
Baru Kecamatan Parigi Tengah Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi
Tengah dibawah bimbingan ibu Finarti,S.Pi,MP.

Nelayan tradisional adalah nelayan yang melakukan penangkapan ikan di


perairan yang merupakan hak perikanan tradisional yang telah dimanfaatkan
secara turun temurun sesuai dengan budaya dan kearifan lokal (UU No.7 Tahun
2016 Tentang Perlindungan dan pemberdayaan Nelayan).
Tujuan dari Penulisan Laporan ini adalah untuk mengetahui Penanganan
Hasil Tangkapan Dalam Meningkatkan Ekonomi yang ada di Desa Pelawa Baru

Manfaat dari Penulisan Laporan ini adalah dapat memberikan informasi


dan pengetahuan kepada penulis dan pembaca tentang Penanganan Hasil
Tangkapan Dalam Meningkatkan Ekonomi yang ada di Desa Pelawa Baru

Bapak Ismail merupakan masyarakat Desa Pelawa Baru yang


kesehariannya sebagai nelayan tangkap. Sebelum bapak Ismail melakukan
aktifitas menangkap ikan, ada beberapa hal yang harus disiapkan, diantaranya
alat pancing jenis rawai dan long line, termos ikan yang sudah terisi bahan
pengawet ikan (es batu) serta konsumsi dan lain-lain.

Sistem Pemasaran yang dilakukan oleh nelayan di Desa Pelawa Baru yaitu
pedagang pengumpul maupun pengecer langsung menjemput ikan pada saat
pendarataan. Setelah melakukan aktifitas penangkapan ikan, kegiatan yang
dilakukan oleh bapak Ismail adalah memperbaiki alat tangkap dan perahu, agar
tetap dapat digunakan dalam melakukan aktifitas penangkapan.
Penanganan pasca penangkapan dilakukan dengan mempertahankan ikan
dalam keadaan dingin, sangat penting untuk dilakukan agar ikan tidak mudah
rusak atau busuk (Manoppo dan Luasunaung 2017). Menurut Aminatuzzuhra,
Purwaningsih, dan Susanto (2016), proses pembusukan pada ikan yang tidak
menggunakan sistem rantai dingin menyebabkan suhu ikan tidak terjaga dengan
baik sehingga mempercepat berkembangnya bakteri.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT . yang telah


memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Praktek Sosiologi Perikanan dan Kehidupan Nelayan.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah
Sosiologi Perikanan dan Kehidupan Nelayan

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada


semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Rasa terima kasih ini penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Minarny Gobel, M.Si Selaku Ketua Sekolah Tinggi Perikanan
dan Kelautan Palu.
2. Bapak Renol, S.Pi, MP selaku Ketua Program Studi Teknologi Hasil
Perikanan.
3. Bapak Alismi M. Salanggon S.Pi M.Si Selaku Penanggung Jawab mata
kuliah Sosiologi Perikanan dan Kehidupan Nelayan.
4. Ibu Anita Tresya Aristawati S.Pi, MP selaku Dosen Wali yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan
motivasi dalam penyusunan laporan.
5. ibu Finarti,S.Pi,MP. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan motivasi
dalam penyusunan laporan ini.
6. Kedua Orang Tua beserta keluarga yang telah memberikan dukungan
moril maupun materil dan doa yang tulus.
7. Semua rekan-rekan mahasiswa angkatan 2021 yang telah memberikan
bantuan baik spirit dan motivasinya selama penulisan Laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan ini tidak lepas dari
kekurangan dan kekeliruan. Oleh nya itu demi kesempurnaan tulisan ini, kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan. Akhirnya, semoga
Karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan bagi penulis pada
khususnya. Amiin Ya Rabbal Alamin.
Palu, Juni 2022

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii
RINGKASAN ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang ............................................................................ 1

1.2. Tujuan ........................................................................................ 2

1.3. Tujuan ........................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Nelayan ................................................................... 3

2.2. Penanganan ikan hasil tangkapan Nelayan ................................ 4

2.3. Definisi alat Tangkap .................................................................. 4

2.4. Jenis-Jenis Alat Tangkap ........................................................... 5

2.4.1. Pancing Ulur ....................................................................... 5

2.4.2 Jala .................................................................................... 5

2.4.3 Long Line ............................................................................ 6

2.4.4 Bubu ................................................................................... 7

BAB III METODOLOGI PRAKTEK

3.1. Waktu dan tempat ..................................................................... 9

3.2. Alat dan bahan ........................................................................... 9

3.3. Sumber dan jenis data ............................................................... 9

3.4. Teknik pengambilan data........................................................... 9

3.5. Analisis data ............................................................................... 9

vii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi umum wilayah ............................................................... 10

4.1.1. Batas wilayah ................................................................... 10

4.2. Keadaan penduduk ................................................................... 10

4.2.1. Data penduduk menurut jenis kelamin .............................. 10

4.2.2. Data penduduk menurut pekerjaan ................................... 11

4.3. Aktifitas nelayan(Bapak Ismail) ................................................... 11

4.3.1 Bapak Ismail ..................................................................... 11

4.3.2 Persiapan Didarat (Fishing base) ....................................... 11

4.3.3 Fishing Grown .................................................................. 12

4.4. Hasil Tangkapan ........................................................................ 12

4.5 Pemasaran Hasil Tangkapan ...................................................... 13

4.6 Kendala Yang Dihadapi ............................................................... 13

4.7 Kegiatan Pasca Melaut ............................................................... 14

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ................................................................................ 15

5.2. Saran ......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1. Data Penduduk Menurut Jenis Kelamin .......................................... 10


Tabel 2. Data Penduduk Menurut Pekerjaan ................................................ 11
Tabel 3. Nama Ikan Dominan Tertangkap .................................................... 13
Tabel 4. Harga Ikan Hasil Tangkapan ........................................................... 13

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Foto bersama Bapak Ismail ............................................................... 18


2. Alat tangkap yang digunakan Bapak Ismail ....................................... 18
3. Perahu Bapak Ismail ........................................................................ 18

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kabupaten Parigi Moutong adalah salah satu daerah Tingkat II di provinsi


Sulawesi Tengah, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Parigi. Kabupaten
Parigi Moutong melingkupi sebagian besar dari daerah pantai timur Sulawesi
Tengah dan Teluk Tomini. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 6.231,85 km² dan
berpenduduk sebanyak 443.170 jiwa (2021), dengan jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 227.196 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 215.974 jiwa.
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Parigi Moutong)
Pemanfaatan sumberdaya hayati laut tidak lepas dari kegiatan operasi
penangkapan ikan yang melibatkan berbagai unit penangkapan ikan, unit
penangkapan ikan yang berkembang saat ini cukup bervariasi mulai dari yang
berukuran kecil seperti tombak,dan serok. pancing sampai alat tangkap yang
berukuran besar seperti trawl, purse seine, rawai tuna serta payang. Payang
merupakan salah satu unit penangkapan ikan yang umum dikenal dan
dioperasikan hampir di seluruh perairan Indonesia (Subani & Barus, 1989).

Penanganan ikan hasil tangkapan nelayan harus dilakukan dengan benar,


dimulai dari saat ikan ditangkap hingga sampai ke tangan konsumen. Salah satu
cara yang dilakukan nelayan adalah menggunakan sistem rantai dingin. Hal ini
dilakukan untuk mencegah kemunduran mutu ikan. Sistem rantai dingin atau cold
chain management adalah sebuah sistem yang menjamin proses penangkapan
di laut, pengolahan, distribusi produk ikan beku sampai dengan tiba di negara
pengimpor, yang berlangsung secara utuh dan fungsional sesuai standar yang
diinginkan (Lailossa 2009).
Penanganan pasca penangkapan dilakukan dengan mempertahankan ikan
dalam keadaan dingin, sangat penting untuk dilakukan agar ikan tidak mudah
rusak atau busuk (Manoppo dan Luasunaung 2017). Menurut Aminatuzzuhra,
Purwaningsih, dan Susanto (2016), proses pembusukan pada ikan yang tidak
menggunakan sistem rantai dingin menyebabkan suhu ikan tidak terjaga dengan
baik sehingga mempercepat berkembangnya bakteri.

1
1.2. Tujuan
Tujuan dari Penulisan Laporan ini adalah untuk mengetahui Penanganan
Hasil Tangkapan Dalam Meningkatkan Ekonomi yang ada di Desa Pelawa Baru

1.3. Manfaat
Manfaat dari Penulisan Laporan ini adalah dapat memberikan informasi
dan pengetahuan kepada penulis dan pembaca tentang Penanganan Hasil
Tangkapan Dalam Meningkatkan Ekonomi yang ada di Desa Pelawa Baru.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1. Pengertian Nelayan

Menurut Undang-undang perikanan nomor 45 tahun 2009, Nelayan adalah


orang yang mata pencaharian nya melakukan penangkapan ikan. Nelayan kecil
adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Nelayan tradisional adalah nelayan yang melakukan penangkapan ikan di
perairan yang merupakan hak perikanan tradisional yang telah dimanfaatkan
secara turun temurun sesuai dengan budaya dan kearifan lokal (UU No.7 Tahun
2016 Tentang Perlindungan dan pemberdayaan Nelayan).
Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup,
tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara
wilayah darat dan laut (Kusnadi, 2009).
Dilihat dari teknologi peralatan tangkap yang digunakan dapat dibedakan
dalam dua kategori, yaitu nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan
modern menggunakan teknologi penangkapan yang lebih canggih dibandingkan
dengan nelayan tradisional. Ukuran modernitas bukan semata-mata karena
pengunaan motor untuk mengerakkan perahu, melainkan juga besar kecilnya
motor yang digunakan serta tingkat eksploitasi dari alat tangkap yang digunakan.
Perbedaan modernitas teknologi alat tangkap juga akan berpengaruh pada
kemampuan jelajah operasional mereka (Imron, 2003).
Sejalan dengan itu, dalam hal tingkat pendidikan khususnya bagi nelayan
tradisional, untuk bekal kerja mencari ikan dilaut, latar belakang seorang nelayan
memang tidak penting artinya karena pekerjaan sebagai merupakan pekerjaan
kasar yang lebih banyak mengandalkan otot dan pengalaman, maka setinggi
apapun tingkat pendidikan nelayan itu tidaklah memberikan pengaruh terhadap
kecakapan mereka dalam melaut. Persoalan dari arti penting tingkat pendidikan
ini biasanya baru mengedepankan jika seorang nelayan ingin berpindah ke
pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Dengan pendidikan yang rendah jelas
kondisi itu akan mempersulit nelayan tadisional memilih atau memperoleh
pekerjaan lain selain mejadi nelayan. (Kusnadi, 2009).

2.2. Penanganan ikan hasil tangkapan Nelayan

3
Penanganan ikan hasil tangkapan nelayan harus dilakukan dengan benar,
dimulai dari saat ikan ditangkap hingga sampai ke tangan konsumen. Salah satu
cara yang dilakukan nelayan adalah menggunakan sistem rantai dingin. Hal ini
dilakukan untuk mencegah kemunduran mutu ikan. Sistem rantai dingin atau cold
chain management adalah sebuah sistem yang menjamin proses penangkapan
di laut, pengolahan, distribusi produk ikan beku sampai dengan tiba di negara
pengimpor, yang berlangsung secara utuh dan fungsional sesuai standar yang
diinginkan (Lailossa 2009).
Penanganan pasca penangkapan dilakukan dengan mempertahankan ikan
dalam keadaan dingin, sangat penting untuk dilakukan agar ikan tidak mudah
rusak atau busuk (Manoppo dan Luasunaung 2017). Menurut Aminatuzzuhra,
Purwaningsih, dan Susanto (2016), proses pembusukan pada ikan yang tidak
menggunakan sistem rantai dingin menyebabkan suhu ikan tidak terjaga dengan
baik sehingga mempercepat berkembangnya bakteri.

2.3. Definisi Alat Tangkap

Kapal perikanan merupakan kapal, perahu, atau alat apung lain yang
dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi
penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan,
pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan (UU no.31 Th. 2004).
Perlengkapan atau benda-benda lainnya merupakan mesin bantu
penangkapan ikan (Deck Machinery) seperti penarik tali (line hauler dan winch),
penggulung tali atau kelos (line reel) dan penarik jaring (net drum atau power
blok), alat bantu penduga adanya gerombolan ikan (echo sounder, fish finder,
sonar), dan alat bantu pengumpul ikan (rumpon, lampu) (Hakim, 2006).

2.4. Jenis-Jenis Alat Tangkap


2.4.1. Pancing Ulur
Pancing adalah salah satu alat penangkap yang terdiri dari dua komponen
utama,yaitu :tali mata pancing Jumlah mata pancing berbeda-beda, yaitumata

4
pancing tunggal, ganda, bahkan sampai ribuan. Prinsip alat tangkap ini
merangsangikan dengan umpan alam atau buatan yang dikaitkan pada mata
pancingnya. Alat ini pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama yaitu tali
dan mata pancing. Namun, sesuaidengan jenisnya dapat dilengkapi pula
komponen lain seperti tangka, pemberat, pelampung dan kili-kili. Cara
pengoperasiannya bisa di pasang menetap pada suatu perairan, ditarik dari
belakang perahu/kapal yang sedang dalam keadaan berjalan, dihanyutkan,
maupun langsung diulur dengan tangan. Alat ini cenderung tidak destruktif dan
sangat selektif. Pancing dibedakan atas rawai tuna, rawai hanyut, rawai tetap,
pancing tonda, dan lain-lain (Gunawan, 2019).
Jumlah mata pancing bisa satu buah, bisa juga lebih, nisa menggunakan
umpan asli ataupun palsu pemancingan dapat dilakukan disekitar rumpon dasar
dan perairan sekitarnya (Sudirman dan Mallawa, 2004) Pada umumnya mata
pancing diberikan umpan baik dalam bentuk mati maupun hidup atau umpan
tiruan Banyak macam alat pancing digunakan oleh para nelayan, mulai dari
bentuk yang sederhana sampai dalam bentuk ukuran skala besar yang
digunakan untuk perikanan industri.

2.4.2. Jala
Jala adalah alat penangkap yang berbentuk seperti kerucut dan terdiri dari
badan jaring (kantong), pemberat yang dipasang mengelilingi mulut dan tali yang
diikatkan pada bagian ujung jaring agar tidak terlepas pada waktu dioperasikan.
Tujuan utamanya untuk mengurung ikan dan udang dari atas dengan cara
menebarkan alat tersebut pengoprasian sendiri dilakukan dengan cara
menjatuhkan/menebarkan pada suatu perairan dimana target sasaran tangkapan
berada,dilanjutkan dengan menarik tali kerut pada bagian bawah jala
dioperasikan di perairan yang lebih jauh dari pantai dengan menggunakan alat
bantu penangkapan lampu yang berfungsi sebagai pengumpul ikan atau tanpa
alat bantu penangkapan berupa lampu dan kapstan sebagai penarik tali kerut
dan juga berfungsi untuk menaikan hasil tangkap (Ayodhyoa, 1981).
Menurut (Klust dan Gerhard, 2010) menyatakan bahwa Jala adalah alat
untuk menangkap ikan yang digunakan oleh masyarakat tradisional Melayu yang
tinggal di daerah pesisir pantai atau di pinggiran sungai. Alat tangkap ini

5
ditemukan hampir di semua negara yang berkebudayaan Melayu, seperti
Malaysia, Indonesia, Singapura dan Brunei. Jala pada umumnya digunakan oleh
para nelayan yang menggunakan perahu sampan. Para nelayan ini menyusuri
tepian pantai ketika air surut, jumlah mereka biasanya dua orang untuk sebuah
sampan. Satu orang sebagai pendayung sampan, dan satu lagi yang menebar
jala.

2.4.3 Long Line


Longline fishing bisa dilakukan dengan kapal khusus karena beratnya
rangkayan senar dan kail yang akan ditarik nanti. Longline fishing dapat
dilakukan diperairan dalam, perairan menengah, maupun dipermukaan. Teknik
mencari ikan dengan longline fishing akan menghasillkan jenis ikan yang
beraneka ragam, karena caranya yang menggunakan ratusan mata kail serta
penggunaanya yang memiliki jangkauwan yang lebar akan menyapu hampir
semua mahluk hidup yang berada dijalurnya. Meski tujuannya mencari ikan
komersil seperti ikan tuna, ikan mackerel, namun dalam sekali tarik ikan-ikaan
lain seperti ikan pedang, bahkan jenis hewan lain seperti kura-kura bisa saja
tersangkut dimata pancing (Najamuddin, 2011).
Pancing terdiri dari rangkaian tali utama dan tali pelampung, pada tali
utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek dan
berdiameter lebih kecil dan diujung tali cabang ini diikatkan pancing yang
berumpan. Rawai yang dipasang didasar perairan dalam jangka waktu tertentu
disebut rawai tetap atau bottom long line atau set long line digunakan untuk
menangkap ikan domersal. Ada juga raawai yang haanyut bisa disebut dript long
line digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis (Najamuddin, 2011).
Menurut Mustofa (2011), alat tangkap berupa longline atau rawai pada
dasarnya dengan penggunaan mati pancing yang mana prinsip pengoprasianya
menungggu umpan dimakan mangsa. Long line terdiri dari sederetan tali utama
dan pada tali utama pada jarak tertentu terdapat tali cabang yang ukuranya
diameter panjangnya lebih kecil dari tali utama, pada ujung tali cabang dikaitkan
mata pancing yang diisi oleh umpan.

2.4.4 Bubu

6
Menurut Subani dan Barus (1988), bubu adalah suatu alat tangkap
dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi yang dipasang secara pasif dan
dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan ikan masuk kedalamnya dan
sukar untuk keluar.
Menurut (Gunarso 1989), bubu merupakan alaat tangkap yang umumnya
berbentuk kurungan. Ikan dapat masuk dengan mudah tanpa ada paksaan,
tetapi ikan akan sukar keluar karena terhalang pintu masuk yang berbentuk
corong.
Menurut sudirman dan Mallawa (2004), umumnya bubu terdiri dari 3
bagian:
 Badab bubu terbuat dari anyaman bambu yang berbentuk empat persegi
panjanng.
 Lubang untuk mengeluarkan hasil tangkapan posisinya tepat dibelakang
mulut.
 Mulut bubu yang berfungsi untuk masuknya ikan yang terdapat pada
bagian depan badan bubu
Menurut Subani dan Barus (1988), bubu terdiri dari:
a. Badan atau tubuh bubu terbuat dari anyaman bambu berbentuk persegi
panjang.
b. Lubang tempat mengeluarkan hasil tangkapan. Lubang ini terletak berada
dibelakang mulut bubu dan lubang ini dilengkapi dengan penutup mulut.
c. Mulut bubu untuk tempat masuknya ikan terletak pada bagian badan
bubu, menjorok kedalam badan atau tubuh bubu.
Menurut BPPI (1996), alat tangkap bubu lebih cocok dioprasikan
diperairan dangkal, berkarang, dan berpasir dengan kedalaman 2-7 m. Karena
umumnya terbuat dari bambu, bubu diletakkan pada celah karang untuk
menhadang ikan yang keluar dari celah karang dan posisi mulutnya harus
menghadap ke hilir mudik ikan yang berada diperairan karang. waktu
pemasangan atau setting dan penangkapan (hauling) ada yang dilakukan pagi
hari, siang hari, sore hari, dan sebelum matahari terbenam. Lamah perendaman
bubu diperairan ada yang direndam beberapa jam, ada yang direndam satu
malam, dan ada yang direndam tiga hari sampai empat hari (Mustasuganda,
2002).

7
Menurut Arthur (1976), alat bantu yang digunakan pada bubu adalah
menggunakan GPS (Global Positioning System). GPS digunakan untuk
menentukan dan mencari posisi bubu saat setting dan hauling.Menurut Hakim
(2008), alat bantu bubu sebagai berikut:
a. Umpan; diletakkan didalam bubu yang akan dioprasikan. Umpan yang dibuat
disesuaikan dengan jenis ikan ataupun udang yang menjadi tujuan
penangkapan.
b. Rumpon; pemasangan rumpon berguna dalam pengumpulan ikan.
c. Pelampung; penggunaan pelampung membantu dalam pemasangan bubu,
dengan tujuan agar memudahkan mengetahui tempat dimana bubu dipasang.
d. Perahu; digunakan sebagai alat transportasi dari darat kelaut (daera
pemasangan bubu).
e. Katrol; membantu dalam penangkapan dan biasanya pada bubu jeimal.

BAB III
METODOLOGI PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat

8
Pelaksanaan Praktek Sosiologi Perikanan Dan Kehidupan Nelayan
dilaksanakan selama Empat Hari dan bertempat di Desa Pelawa Baru , Kec.
Kecamatan Parigi Tengah, Kabupaten Parigi Moutong pada tanggal 19-22 Maret
2022

3.2. Alat Dan Bahan


Alat dan bahan yang dipakai dalam pengambilan data yaitu alat tulis, daftar
pertanyaan dan kamera.

3.3. Sumber dan Jenis Data


Data yang diperoleh terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer
yakni dengan mengadakan pengamatan dan wawancara langsung dengan
nelayan atau pelaku usaha perikanan. Sedangkan data sekunder ialah data yang
diperoleh tidak dari sumber nya langsung, melainkan sudah dikumpulkan dan
sudah diolah oleh pihak.

3.4. Teknik Pengambilan Data


Teknik pengambilan data yang digunakan dilapangan dalam yaitu:
1. Wawancara dilakukan untuk pengambilan data dengan melakukan
tanya jawab kepadaba pak ismail. Wawancara dilakukan bersamaan
dengan observasi dilapangan.
2. Observasi langsung di lapangan untuk mengamati langsung data
yang telah diambil.
3. Dokumentasi dilakukan untuk pengambilan gambar saat dilapangan.

3.5. Analisis Data


Data yang diperoleh dan diolah dalam bentuk tabel, gambar dan kemudian
dijelaskan dalam penerapan mengenai kehidupan nelayan di Desa Pelawa Baru.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Wilayah


4.1.1 Batas Wilayah

9
Desa Pelawa Baru merupakan salah satu Desa yang terletak Kecamatan
Parigi Tengah, Kabupaten Parigi Moutong, Propinsi Sulawesi Tengah. Jarak
Desa Pelawa Baru dari ibu kota provinsi sekitar 77 km dan dari ibu Kota
Kabupaten sekitar 5 km, serta jarak ibu Kota Kecamatan sekitar 3 KM dan dapat
ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Secara Administrasi
Desa Pelawa Baru terbagi atas 5 dusun 5 RW dan 5 RT.
Sebelah Utara : Desa Pangi
Sebelah Timur : Teluk Tomini
Sebelah Selatan : Desa Pelawa
Sebelah Barat : Desa Binangga dan Desa Matolele

4.2 Keadaan Penduduk


4.2.1 Data Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Penduduk merupakan komponen yang sangat penting dalam penataan
suatu kawasan. Faktor ini merupakan indikator utama dalam memperkirakan
kebutuhan fasilitas dan rutilitas suatu pemanfaatan lahan dimasa yang akan
datang.
Perkembangan penduduk pada Desa Pelawa Baru dapat dilihat berdasarkan
tabel dibawah ini.
Tabel 1. data penduduk menurut Jenis kelamin
No Jenis kelamin Jumlah
L P
1 1103 1045 2152
Sumber :data Desa Pelawa Baru 2021

4.2.2. Data Penduduk Menurut Pekerjaan


Komposisi penduduk menurut pekerjaan didominasi oleh Petani/Pekebun
dan Nelayan. Hal ini terkait dengan banyaknya penduduk yang Berkebun dan
Nelayan. Rincian komposisi penduduk menurut pekerjaan dapat dilihat pada
tabel berikut :

10
Tabel 2. Data penduduk menurut pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah (orang)


1 Pegawai negeri sipil (PNS) 31
2 ABRI 5
3 Polri 10
4 Swasta 207
5 Petani/Pekebun 400
6 Nelayan 703
7 Total 1356
Sumber : Data Desa Pelawa Baru Tahun 2021

4.2.3. Gambaran Umum Masyarakat Nelayan Desa Pelawa Baru


Desa Pelawa Baru merupakan salah satu Desa yang masyarakatnya
sebagian besar bermata pencaharian sebagai Petani dan nelayan. Dengan jenis
alat tangkap yang umum dipakai adalah alat tangkap pancing.

4.3. Aktifitas Nelayan (Bapak Ismail)


4.3.1. Bapak Ismail
Bapak Ismail merupakan masyarakat Desa Pelawa Baru yang keseharian nya
sebagai nelayan tangkap.
• Nama : Ismail
• Umur : (48) tahun
• Pekerjaan : Nelayan

4.3.2 Persiapan Didarat (Fishing base)


Sebelum bapak Ismail melakukan aktifitas menangkap ikan, ada beberapa
hal yang harus disiapkan, diantaranya alat pancing jenis rawai dan long line,
termos ikan yang sudah terisi bahan pengawet ikan (es batu) serta konsumsi dan
lain-lain. Dari persiapan tersebut sudah pasti memerlukan biaya, biaya yang
disiapkan oleh bapak Ismail setiap kali turun melaut Rp 53.000,00. Bapak Ismail
biasanya melakukan aktifitas menangkap ikan mulai pukul 16.30 Malam WITA
sampai dengan pukul 06.30 Pagi WITA.
Agar hasil tangkapan tetap segar, bapak Ismail menyimpan hasil
tangkapan pada termos yang sudah di siapkan lalu diberi es yang sudah

11
dihancurkan. Penanganan ikan dilakukan untuk mempertahankan tingkat
kesegaran ikan.

4.3.3 Fishing Grown


Jarak yang ditempuh bapak Ismail dari darat kelokasi penangkapan ikan
(Fishing grown) sekitar 300 sampai 500 meter dari tempat perahu (Fisihng bese).
Waktu yang ditempuh bapak kusain ke lokasi penangkapan yaitu ± 30 menit.
Setelah sampai dilokasi penangkapan ikan (Fishing grown), bapak Ismail melihat
situasi yang bisa dilakukan untuk penangkapan ikan. Jika lokasi penangkapan
ikan yang baik telah di dapat, bapak Ismail langsung menyiapkan alat dan bahan
yang digunakan untuk memancing. Setelah alat dan bahan siap maka dilakukan
penangkapan ikan dengan menurunkan alat pancing ke dasar laut.
Setelah alat tangkap di ulurkan kedasar laut, dilakukan pengontrollan pada
alat tangkap. Ketika menjelang siang, sambil mengontrol alat tangkap, bapak
Ismail membuka dan makanan siang yang telah disiapkan.

4.4. Hasil Tangkapan


Jenis ikan hasil tangkapan bapak Ismail biasanya adalah jenis ikan
permukaan (pelagis). Untuk lebih jelasnya, jenis ikan hasil tangkapan bapak
Ismail dapat dilihat pada tabel 3. berikut ini.

12
Tabel 3. Nama Ikan Dominan Tertangkap

No. Nama lokal Nama Indonesia Nama Ilmiah


1. Katombo Selar Selaroides Sp
2. Deho Ekor kuning Caerio Sp
Sumber : Data diolah 2022

Penanganan ikan diatas kapal adalah upaya mempertahankan kesegaran


ikan dari lokasi penangkapan sampai ke lokasi pendaratan ikan. Penanganan
ikan hasil tangkapan yang dilakukan oleh pak ismail adalah menggunakan es
batu yang disimpan dalam termos untuk tempat ikan yang telah didapatkan agar
tetap terjaga kesegarannya ketika sampai ke tempat pendaratan.

4.5. Pemasaran Hasil Tangkapan


Sistem Pemasaran yang dilakukan oleh nelayan di Desa Pelawa Baru yaitu
pedagang pengumpul maupun pengecer langsung menjemput ikan pada saat
pendarataan. Disaat inilah terjadi transaksi antara nelayan (produsen) dan
pedagang pengumpul / pengecer (konsumen). Selain itu Bapak Ismail biasanya
langsung menjual ikan hasil tangkapannya ke konsumen dengan cara menjual
menggantung atau diletakan dimeja ikan dipinggir jalan sehingga pembeli
langsung melihat ikan tersebut. Adapun ikan hasil tangkapan bapak Ismail dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. harga ikan hasil tangkapan


No Jenis ikan Jumlah/Ekor Harga (Rp)
1. Katombo 5 ekor 10.000
2. Deho 5 ekor 15.000
Sumber : Data diolah 2022

Dari pemasaran hasil tangkapan, pendapatan bapak Ismail bervariasi


antara 100 ribu sampai dengan 150 ribu tergantung dari jenis ikan yang
ditangkap.

13
4.6. Kendala Yang Dihadapi
Kendala yang dihadapi bapak Ismail diantaranya cuaca dan kerusakan
alat tangkap (pancing dan perahu). Hal ini sangat berpengaruh terhadap aktifitas
penangkapan, karena jika cuaca buruk dan alat tangkap tidak bisa digunakan
maka rangkaian kegiatan penangkapan tidak bisa dilakukan. Bapak Ismail
Pernah mendapatkan Bantuan dari Baznas berupa perahu.

4.7. Kegiatan Pasca Melaut


Setelah melakukan aktifitas penangkapan ikan, kegiatan yang dilakukan
oleh bapak Ismail adalah memperbaiki alat tangkap dan perahu, agar tetap dapat
digunakan dalam melakukan aktifitas penangkapan berikutnya.

14
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa:


1. Bapak Ismail melakukan aktifitas penangkapan ikan dengan
menggunakan alat tangkap pancing jenis rawai dan long line.
2. Jika lokasi penangkapan ikan yang baik telah di dapat, bapak Ismail
langsung menurunkan alat pancing ke dasar laut dan dilakukan
pengontrollan pada alat tangkap.
3. Sistem Pemasaran yang dilakukan oleh bapak Ismail yaitu: pedagang
pengumpul maupun pengecer langsung menjemput ikan pada saat
pendarataan Menjual lan gsung ke konsumen. Kendala yang dihadapi
bapak Ismail diantara nya cuaca dan kerusakan alat tangkap.

5.2. Saran
Saran yang dapat penulis berikan pada praktek lapangan Sosiologi
Perikanan dan kehidupan nelayan adalah Masyarakat nelayan harus lebih
bersikap aktif untuk sama-sama memberikan dorongan dan motivasi dalam
membangun perekonomian warga pesisir untuk menjadi lebih baik;

15
DAFTAR PUSTAKA

Afrida. 2005. Jurnal Antropologi “Kehidupan sosial-ekonomi masyarakat nelayan di


pantai utara pulau jawa tengah”

Ayodhyoa, A. U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Penerbit Yayasan Dewi Sri. Bogor.

BRKP. 2004. Daya dukung kelautan dan perikanan. Tim Proyek Carrying Capacity
Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan.
Jakarta. 122hlm.

Gunarso W. 1989.Tingkah Laku ikan dalam "Hubungannya dengan Alat,Metode dan


Teknik Penangkapan Ikan,Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian 0ogor.

Imron, masyuri. 2003 “kemiskinan dalam Masyarakat Nelayan” dalam Jurnal


masyarakat dan budaya. PMB –LIPI.

"Kabupaten Parigimoutong Dalam Angka 2020" (pdf). www.parigimoutongkab.bps.go.id.


hlm. 40 -110. Diakses tanggal 01 April 2022

Kusnadi. 2000. Nelayan: Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Humaniora Utama
Press. Bandung

Kusnadi. 2009. Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir. Jogyakarta: Ar-
ruzz Media.

Lailossa, Grasiano Warakano. 2009. “Studi Awal Design Model Sistem Rantai Dingin
(Cold Chain System) Komoditas Unggulan Ekspor Sektor Perikanan Maluku
(Ikan Beku/Frozen Fish).” in Seminar Nasinaol Teori dan Aplikasi Teknologi
Kelautan. Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh November.

Manoppo, Victoria E. .., dan Alfret Luasunaung. 2017. “IBM Kelompok Nelayan Desa
Tateli Ii Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa Dalam Menerapkan Sistem
Rantai Dingin Guna Meningkatkan Pemasaran Dan Pendapatan.” AKULTURASI
(Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan) 5(10). doi:
10.35800/akulturasi.5.10.2017.179 53.

Subani, W dan Barus, H.R., 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut, Bapan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta

Sudirman dan Mallawa, 2004 Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit Rineka Cipta
Jakarta.

Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan

16
LAMPIRAN

17
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lampiran 2.
Bapak Ismail Alat tangkap Bapak Ismail

Lampiran 3.
Perahu Bapak Ismail

18

Anda mungkin juga menyukai