Anda di halaman 1dari 30

TEKNIK PENGELOLAAN INDUK IKAN RAINBOW

BOESEMANI (Melanotaenia boesemani) DAN IKAN RAINBOW


AJAMARU (Melanotaenia ajamaruensis) DI INSTALASI
BUDIDAYA AIR TAWAR (IBAT), KAMPUS POLITEKNIK
KELAUTAN DAN PERIKANAN SORONG, PAPUA BARAT

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) I


PROGRAM STUDI TEKNIK BUDIDAYA PERIKANAN

Oleh:

YESYA SALAY
NIT 20.3.03.112

KEMENTRIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SORONG
2022
TEKNIK PENGELOLAAN INDUK IKAN RAINBOW
BOESEMANI (Melanotaenia boesemani) DAN IKAN RAINBOW
AJAMARU (Melanotaenia ajamaruensis) DI INSTALASI
BUDIDAYA AIR TAWAR (IBAT), KAMPUS POLITEKNIK
KELAUTAN DAN PERIKANAN SORONG, PAPUA BARAT

Oleh:

YESYA SALAY
NIT 20.3.03.112

Laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) I ini disusun sebagai salah


satu syarat untuk memenuhi penilaian semester IV
Pada Program Studi Teknik Budidaya Perikanan
Politeknik Kelautan Dan Perikanan Sorong

KEMENTRIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SORONG
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Teknik Pengelolaan Induk Ikan Rainbow


Peminatan : Pengelolaan Induk Ikan Rainbow
Nama : Yesya Salay
Nit : 20.3.03.112

Laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) I ini disusun sebagai salah


satu syarat untuk memenuhi penilaian semester IV
Pada Program Studi Teknik Budidaya Perikanan
Politeknik Kelautan Dan Perikanan Sorong

Komisi pembimbing:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Agung Setia Abadi, S.Pi.,MP Astherfina Widyastami Puspitasari., MP


NIP. 19921001 201801 1 003 NIP. 19920204 202012 2 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Budidaya Perikanan

Ernawati, M.Si
NIP. 19900510 201902 2 00
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmatnya serta hidayatnya penulis bisa melaksanakan Laporan Praktik Lapang
(PKL), laporan ini berisi tentang ulasan kegiatan selama PKL I berlangsung.
Dalam penyusunan laporan PKL ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Muhamad Ali Ulat, S.Pi,M.Si selaku direktur Politeknik Kelautan
dan Perikanan Sorong
2. Ibu Ernawati, M.SI selaku ketua Program Studi Teknik Budidaya
Perikanan
3. Bapak Agung Setia Abadi, S.Pi.,MP selaku pembimbing utama yang telah
meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan kepada penulis
sehingga dapat menyelessaikan laporan dengan baik
4. Ibu Astherfina Widyastami Puspitasari., M.P selaku pembimbing
pendamping yang selalu memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini
5. Orang tua tercinta yang selalu senantiasa memberikan dukungan moral
maupun material, motivasi dan mendoakan penulis sehingga diberi
kelancaran dan kesusksesan dalam segala hal.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran bersifat membangun dari pembaca sangat
diharapkan penulis untuk menyempurnakan laporan ini.

Sorong, Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai
ekonomis tinggi sebagai komoditi ekspor, sehingga sangat menjanjikan untuk
dikembangkan. Indonesia manpu melakukan penjualan senilai USD 24 juta pada
2014 (KKP, 2014). Ikan hias Indonesia, didalam dunia perdagangan
internasional dikenal memiliki banyak spesies, baik ikan hias air tawar maupun
ikan hias air laut. Ikan hias yang paling banyak digemari oleh pasar ikan hias
yaitu ikan yang berwarna cerah, berbentuk unik dan mudah dipelihara, Ikan
rainbow (Melanotaenia sp.) atau yang umumnya dikenal dengan ikan pelangi
merupakan salah satu jenis ikan hias yang sangat populer bagi kalangan pecinta
ikan hias akuarium.
Ikan rainbow termasuk dalam famili Melanotaeniidae, yang terdiri dari
beberapa spesies (Nugraha et al., 2015). Diantaranya (Melanotaenia
boesemani), ikan M. ajamaruensis, ikan M. praecox, ikan M. susii, ikan M.
parva dan masih banyak lagi. Ikan rainbow memiliki bentuk tubuh yang kecil
dan mempunyai warna yang bermacam-macam seperti pelangi. Ikan rainbow
merupakan salah satu ikan hias endemik asal Papua yakni di Danau Ajamaru dan
beberapa anak sungai yang ada disekitarnya (Allen and Hadiaty, 2013).
Ikan rainbow sangat rentan terhadap perubahan lingkungan di habitat
aslinya (Sudarto dan Nur, 2008). Habitat asli ikan rainbow di Papua sering
terjadi perubahan akibat kejadian alam maupun eksploitasi manusia yang dapat
merusak habitat aslinya, sehingga dapat mengakibatkan sebagian besar ikan
rainbow musnah dari daratan Papua.
Ikan rainbow banyak dibudidayakan oleh pembudidaya ikan hias di
Indonesia, baik budidaya pembenihan maupun pembesaran pada akuarium atau
bak beton. Pembenihan ikan rainbow dilakukan dengan dua cara yakni
pembenihan secara alami dan buatan. Secara alami ikan rainbow memijah pada
malam hari. Sedangkan secara buatan ikan rainbow diberi rangsangan hormon
yang disuntikkan pada induk betina untuk mempercepat proses pematangan telur
dan proses pembuahan (Murtijo, 2001).
Banyaknya permintaan ikan rainbow dapat dilihat dari banyaknya hasil
tangkapan yang dilakukan dihabitat alaminya. Para pemasok ikan hias memenuhi
permintaan pasar dengan cara melakukan penangkapan pada habitat aslinya.
Apabila hal tersebut terus terjadi secara terus menerus tanpa adanya pelestarian
terhadap ikan rainbow, maka di khawatirkan ikan rainbow akan mengalami
kepunahan (Saskia, 2012). Oleh sebab itu spesies ikan rainbow perlu
dibudidayakan.
Usaha untuk menjaga kelestarian ikan rainbow di habitat aslinya
diantaranya dengan menerapkan teknik budidaya ikan rainbow yang baik.
Dengan menerapkan teknik budidaya ikan rainbow yang baik diharapkan dapat
membantu memenuhi tingginya permintaan pasar terhadap ikan rainbow,
sehingga pemasok ikan rainbow tidak merusak habitat asli dari ikan rainbow
(Subandiyah et al., 2010).
Permasalahan yang terjadi dalam budidaya rainbow adalah rendahnya laju
pertumbuhan dan tingkat kematian yang tinggi terutama pada stadia larva. Untuk
itu perlu dilakukan metode perbaikan sistem dalam budidaya ikan rainbow
sehingga dapat mempersingkat waktu pembesaran dan meningkatkan tingkat
kelangsungan hidup. Atas dasar pemikiran tersebut maka dilakukan Praktek Kerja
Lapang tentang teknik pengelolaan ikan rainbow dalam budidaya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktik Kerja Lapang (PKL) I ini adalah:
1. Mengetahui Teknik Pengelolaan Induk Ikan Rainbow
2. Mengetahui Jenis-jenis Ikan Rainbow yang ada pada Kolam BS1 sampai
BS16
3. Mengetahui dosis pakan yang diberikan pada setiap kolam ikan rainbow
4. Mengetahui Jumlah ikan pada masing-masing kolam
II. METODE PRAKTIK

2.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan Prakit Kerja Lapangan (PKL) I dilaksanakan hari jumat tanggal 11
Maret sampai hari kamis 31 Maret 2022. bertempat di Instalasi Budidaya Air
Tawar (IBAT), Kampus Politeknik Kelautan Dan Perikanan Sorong, Papua Barat.

2.2 Prosedur Kerja


2.2.1 Pengelolaan Induk Ikan Rainbow
a. P ersiapan Wadah
Persiapan media dilakukan dengan cara menyiapkan bak/kolam
pemeliharaan induk ikan rainbow sebanyak 16 kolam, berukuran, 171x115x102
cm. Alat dan bahan yang digunakan untuk persiapan wadah seperti, bak beton,
sikat, sapu, ember, gayung dan air. Kegiatan persiapan wadah pemeliharaan induk
ikan rainbow yaitu pencucian kolam, pembersihan sisa lumut dan pengisian air.
Kegiatan persiapan kolam merupakan salah satu syarat untuk memenuhi standar
agar induk ikan rainbow dapat tumbuh optimal dan sehat. Kegiatan ini dilakukan
dalam menyiapakan indukan yang berkualitas, dimana induk yang unggul akan
menghasilkan keturunan benih yang unggul pula wadah pemeliharaan induk ikan
rainbow berupa kolam beton yang berukuran panjang 171 cm, lebar 115 cm,
tinggi kolam 102 cm dengan ketinggian air 90 cm.
b. Seleksi Induk
Induk ikan rainbow dilakukan dengan cara menangkap induk ikan rainbow
baik jantan maupun betina kemudian dipisahkan jantan dan betina.
Menangkapnya dari kolam dan waring dikolam.
c. Perhitungan umur, ukuran panjang, dan berat induk
Perhitungan umur induk ikan rainbow terhitung dari mulai menjadi larva
kemudian menjadi induk, ukuran panjang ikan di ukur menggunakan pengaris
meter kemudian untuk berat induk ditimbang menggunakan timbangan digital.
d. Pengelolaan Pakan
Jenis Pakan yang diberikan dalam pemeliharaan induk rainbow berupa
pakan buatan yang telah disesuaikan dengan bukaan mulut induk rainbow.
Frekuensi pemberian pakan dua kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 07.00 WIT
dan pada sore hari pada pukul 16.00 WIT.
e. Pengelolaan Kulitas Air
Pengelolaan kualitas air harus terus dijaga pada masa pemeliharaan induk.
Penyiponan dapat dilakukan terus selama 3 hari sekali. Jika dirasa air yang
digunakan terlalu buruk dapat dilakukan pergantian air yang dilakukan secara
perlahan-lahan. Penggantian air yang dilakukan secara perlahan-lahan dilakukan
agar ikan rainbow tidak stres menghadapi pergantian air yang ekstrim.
f. Hama Dan Penyakit
Pengontrolan hama dan penyakit induk ikan rainbow dilakukan dengan
cara memeriksa hama dan penyakit yang menyerang induk ikan rainbow.
2.3 Analisa Data
Data yang dikumpulkan pada PKL 1 ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
masyarakyat, adapun data primer terdiri dari sekunder dikumpulkan sebagai studi
diteratur dan bahan pembanding terhadap data primer yang dikumpulkan, adapun
data sekunder yang dikumpulkan terdiri dari hama dan penyakit ikan serta panen
dan pasca panen.
Data yang diperoleh kemudian dianalisa secara deskriptif untuk
mengetahui teknik pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) dan diolah
dalam bentuk table, gambar, grafik dan serta dituangkan dalam bentuk urain
(tergantung kebutuhan), deskriptif yaitu proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden dengan mengunakan alat yang dinamakan
interview guide (paduan wawancara) atau juga dengan mengunakan daftar
kuisioner. Selain itu juga dilakukan analisis kuantatif sebagai berikut:

2.2.1 Fekunditas
Menurut (H Kara, 2014) Fekunditas (F) merupakan jumlah telur yang
diovulasikan per satuan bobot tubuh induk. Untuk mengetahui penghitungan
fekunditas adalah dengan cara mengambil sampel sebanyak 0,1 gr sebanyak tiga
kali ulang dan dicari hasil rata-ratanya. Telur sampel di timbang menggunakan
timbangan digital. Adapun rumus fekunditas dengan menggunakan metode
gravimetrik. Rumus yang digunakan untuk menghitung fekunditas adalah sebagai
berikut.

GS−GSS
F= Berat sampel telur x jumlah

Keterangan:
Fekunditas (F) = Jumlah telur
Gs = Berat total telur
Gss = berat sampel telur

2.2.2 Tingkat Penetasan Telur (HR)


Derajat Penetasan/Hatching Rate (HR) Derajat penetasan dapat diketahui
dengan menghitung jumlah telur yang menetas dari total sampel telur, maka akan
di ketahui nilai Hatching Rate (HR). Menurut Said (2008), rumus penghitungan
Hatching rate (HR) adalah sebagai berikut:

Jumlah telur yang menetas


HR = Jumlah total telur
x 100 %
2.2.3 Kelulushidupan/Survival Rate (SR)
Kelangsungan hidup adalah persentase ikan yang hidup pada akhir
pemeliharaan dari jumlah seluruh ikan awal yang dipelihara dalam suatu wadah.
Setelah benih berumur 60 hari atau pada waktu pemanenan, maka akan diketahui
SR atau Survival Rate, Menurut Said (2008), rumus penghitungan Survival Rate
(SR) adalah sebagai berikut: Menurut Effendi (2002) bahwa untuk mengetahui
tingkat kelangsungan hidup ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah ikan akhir pemeliharaan


SR = Jumlahikan awal pemeliharaan x 100 %
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1  Biologi Ikan Rainbow Boesemani (Melanotaenia boesemani)


Klasifikasi ikan Rainbow Boesemani (Melanotaenia boesemani) adalah
(Allen dan Cross 1980):

Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Osteichthyes
Sub Class : Actinopterygii
Ordo : Atheriniformes
Family : Melanotaeniidae
Genus : Melanotaenia
Spesies : Melanotaenia boesemani
Nama Lokal : Ikan kaskado, ikan Rainbow

Gambar 1 Ikan Rainbow Boesemani ( Melanotaenia


boesmani )

Ikan Rainbow Boesemani bernama latin Melanotaenia boesemani,


berbentuk tubuh pipih dan sirip punggungnya ganda. Tubuhnya berwarna biru
agak 5 sedikit gelap di bagian depan dan bagian tengah ke belakang berwarna
kekuningan. Sisi tutup insang (operkulum) ikan jantan terdapat pita horizontal
berwarna gelap yang semakin memudar ke arah belakang. Sedangkan pada ikan
betina sebaliknya, pita horizontal pada tutup insang kurang gelap, akan tetapi
semakin gelap kea rah belakang. Sirip punggung dan sirip anal berwarna jingga
dan menawan dibatasi warna gelap pada tepinya dan sirip ekor berwarna kuning.
Panjang maksimal ikan rainbow boesemani sekitar 9 cm ukuran jantan dewasa
dan 7 cm ukuran betina dewasa. Ikan ini biasa hidup berkoloni dan pada habitat
aslinya ikan ini sering ditemui berenang dalam kelompok. Ikan ini bukan
merupakan ikan predator, maka dari itu penggemar ikan hias di Indonesia
menjadikan ikan ini sebagai salah satu ikan aquascape (Yusup, 2000).
3.1.1 Habitat dan penyebaran
Ikan rainbow berasal dari Papua (Papua Indonesia dan Papua New Guinea)
dan sebagian benua Australia. Ikan Rainbow Boesemani merupakan ikan hias
endemik di perairan Papua, yang belum banyak diketahui data biologinya terkait
dengan reproduksinya. Menurut Allen (1991), beberapa jenis rainbow merupakan
ikan spesifik yang hidup endemik di danau Aitinjo dan danau Ayamaru di Papua.
Menurut Kottelat et al. (1993), jenis-jenis rainbow hidup tersebar mulai dari
dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1.500 meter dari
permukaan laut, sehingga rainbow dapat dijumpai mulai dari perairan rawa,
sungai hingga danau. Ikan rainbow merupakan ikan tenang dan hidup di perairan
berarus yang relatif tenang. Menurut Nasution (2000), ikan rainbow hidup di
perairan tawar seperti danau, rawa dan sungai mengalir yang berbatu. Ikan
rainbow sangat peka terhadap oksigen rendah, kekeruhan dan suhu tinggi.

3.2 Biologi Ikan Rainbow Ajamaru (Melanotaenia ajamaruensis)


Klasifikasi ikan Rainbow adalah (ITIS, 2012):
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclass : Osteichthyes
Class : Actinopterygii
Subclass : Neopterygii
Infraclass : Teleostei
Superorder : Athernoidea
Family : Melanotaeniidae
Genus : Melanotaenia
Species : Melanotaenia ajamaruensis (Allen & Cross, 1980)

Gambar 2 Ikan Rainbow Ajamaru (Melanotaenia ajamaruensis)

Ikan rainbow Ajamaru (Melanotaenidae ajamaruensis) memiliki panjang


makimal 15 cm pada indukan jantan, sedangkan pada indukan rainbow betina
memiliki panjang dan ukuran tubuh relatif kecil jika di bandingkan dengan
rainbow jantan. Ikan rainbow mempunyai bentuk tubuh yang panjang dan pipih ke
samping. Mempunyai dua buah sirip punggung yang pertama letaknya paling
depan ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan sirip punggung sedangkan
yang kedua berada dibelakangnya. Warna dasar tubuhnya suram tetapi mengkilap
dengan bagian punggung kecoklatan, serta kekuningan pada bagian perut. Selain
itu pada sisi 4 badannya terdapat banyak garis memanjang berwarna coklat
kemerahan(Daelami, 2010).

3.2.1 Habitat dan penyebaran


Ikan rainbow tergolong dalam famili melanotaenidae yang terdistribusi di
Irian Jaya, Papua New Guinea, dan Australia dengan habitat kebanyakan air
bersih pada ketinggian di bawah 1500 meter, baik di sungai, danau,dan rawa (Said
dan Hidayat, 2005). Ikan rainbow bersifat endemik di Danau Aitinjo dan Danau
Ajamaru, Irian Jaya (Allen,1995) Ikan ini aktif pada siang hari (diurnal) untuk
mencari makan dan beraktifitas (Allen, 1995). Ikan rainbow tergolong ikan
pemakan segala (omnivora) sehingga bisa mengkonsumsi pakan berupa hewan
atau tumbuhan (Saputra, 2007). Pada benih, pakan yang disukainya adalah
zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera dan Moina sp. (Amri dan
Khairuman, 2003). Ikan rainbow aktif mencari makan pada siang hari (diurnal)
(Allen, 1995). Pada malam hari, ikan rainbowl ebih banyak beristirahat (Amri dan
Khairuman, 2008). Ikan rainbow juga merupakan ikan pelagis yaitu ikan yang
mencari makanan di permukaan air. Umumnya, ikan jenis ini menghabiskan
waktunya lebih lama berada di lapisan atas perairan (Pemula, 2006).

3.3 Perbedaan Induk Ikan Rainbow Jantan dan Betina


Proses seleksi induk jantan dan betina dilakukan dengan cara memisahkan
induk jantan dan betina dengan ciri-ciri yang tampak pada tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan ikan rainbow Jantan dan Betina

No Indikator Jantan Betina


Seks kunder
1. Warna Warnah lebih cerah dan Warnanya pucat
beragam
2. Gerakan Lincah Lambat
3. Sirip Sirip punggung panjang Sirip punggung
sampai pada pangkal ekor tidak sampai
pangkal ekor
4. Bentuk tubuh Tubuhnya ramping Tubuhnya gemuk
5. Perut Perutnya Kecil Perutnya besar
Menurut (Himawan et al., 2017) ikan rainbow jantan mempunyai kelebihan
dibandingkan ikan rainbow betina perbedaaanya antara lain ikan rainbow jantan
lebih cepat pertumbuhannya, postur tubuh lebih besar, dan warna yang paling
cerah. Sehingga ikan rainbow jantan lebih bernilai ekonomis dibandingkan yang
betina.

Gambar 3 Induk ikan rainbow Jantan dan Betina

Menurut (Kunci, 2020) ikan rainbow memiliki warna tubuh yang indah, terutama
pada ikan jantan. Tubuhnya berwarna kuning kecoklatan dibagian atas dan
terdapat tiga atau lebih pita vertikal yang terlihat lebih kontras dibandingkan ikan
betina.

3.3 Teknik Pengelolaan Induk Ikan Rainbow


3.3.1 Persiapan Wadah Ikan Rainbow
Kegiatan persiapan wadah pemeliharaan intduk ikan rainbow yaitu
pencucian kolam, pembersihan sisa lumut dan pengisian air. Kegiatan persiapan
kolam merupakan salah satu syarat untuk memenuhi standar agar induk ikan
rainbow dapat tumbuh optimal dan sehat. Kegiatan ini dilakukan dalam
menyiapkan indukan yang berkualitas, dimana induk yang unggul akan
menghasilkan keturunan benih yang unggul pula, wadah pemeliharaan induk ikan
rainbow berupa kolam beton yang berukuran panjang 171 cm, lebar 115 cm,
tinggi kolam 102 cm dengan ketinggian air 90 cm. kolam pemeliharaan induk
masing-masing memiliki saluran masuknya air (inlet) dan saluran keluarnya air
(outlet). Perbedaan ukuran, pengeluaran air (outlet) yang lebih besar dengan
ukuran saluran pemasukan air (inlet) bertujuan untuk mempercepat proses
penyurutan air kolam sehingga dapat mempermudah proses pemanenan ikan
pemeliharaan induk di Instalasi Budidaya Air Tawar (IBAT). Pada setiap kolam
dari kolam BS1 sampai kolam BS16 berisi 50-100 ekor induk ikan rainbow.

3.3.2 Umur, Ukuran, Panjang dan Berat Induk


Umur ikan adalah lama hidup suatu ikan mulai dari menetasnya telur hingga
ikan menjadi dewasa. Ukuran panjang induk ikan rainbow yang berada pada
kolam BS1 sampai dengan BS16 rata-rata ukuran panjang untuk jantan 6-12
sedangkan betina 4-10, untuk melakukan pengukuran panjang induk ikan rainbow
alat yang digunakan untuk menghitung panjang yaitu meter, sedangkan berat
untuk induk ikan rainbow yaitu untuk jantan beratnya 6-20 gram sedangkan untuk
betina 4-15 gram, untuk pengukuran panjang dan berat induk kita memakai alat
meter dan timbangan digital yang berada pada unit Instalasi budidaya Air Tawar
(IBAT) dan Instalasi Budidaya Air Laut (Hatchery).

3.3.3 Pengelolaan Pakan


Pada pengelolaan induk ikan rainbow yang dipelihara di kolam BS1
sampai BS16 pakan yang diberikan pada induk ikan rainbow ini adalah pakan
buatan berupa pakan FF-999, frekuensi pemberian pakan diberikan 2 kali sehari,
itupun sesuai dosis pakannya masing-masing, jadi setiap ukuran pemberian
pakannya bereda-beda. Tujuan dari pemberian pakan adalah untuk mempercepat
proses kematangan gonad ikan rainbow, hal ini sesuai dengan pendapat
(Mudjiman 2002) yang menyatakan bahwa pakan yang diberikan sangat
berpengaruh pada kematangan gonad dan kualitas telur yang dihasilkan,
pemberian pakan induk dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4 Pemberian pakan ikan rainbow

3.3.4 Kualitas Air


Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya ikan karena
diperlukan sebagai media hidup ikan, kualitas air yang ideal adalah yang tidak
berpengaruh negatif terhadap perkembangan ikan serta kelulushidupan ikan
(Zonneveld., et al). Pengelolaan kualitas air pada bak pemeliharaan induk ikan
rainbow, air yang diambil berasal dari air tawar.
Pada pengukuran kualitas air yang di ukur dikolam induk ikan rainbow
milik Instalasi Budidaya Air Tawar (IBAT), yaitu suhu, pH dan DO (Oksigen
Terlarut). Pengukuran suhu pada kolam induk ikan rainbow menggunakan alat
thermometer, Murtidjo (2002) kisaran optimum suhu yang baik bagi kehidupan
ikan rainbow adalah 25 - 28,80C.
Sedangkan pH merupakan derajat keasaman pada suatu perairan, pH yang
diukur menggunakan alat pH meter. Menurut Kordi (2001) usaha budidaya ikan
air tawar akan berhasil dengan baik jika pHnya berkisar antara 6,2-6,7. Sedangkan
untuk pengukuran oksigen terlarut (DO) menggunakan alat DO meter,
pengukuran oksigen terlarut ini untuk mengetahui berapa besar kandungan
oksigen yang terdapat didalam kolam atau bak pemeliharaan, menurut Kordi
(2001) Untuk pertumbuhan dan reproduksi ikan air tawar, kandungan oksigen
terlarut dalam air minimal 5,8. Pada saat praktek kami selalu mengukur kualitas
air pada pagi hari dan sore hari.
Tujuan dari mengukur kualitas air ini agar memantau kualitas air dan
kondisi air dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air
juga menunjukkan ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan
manusia.

3.3.5 Hama dan Penyakit


Hama pada bak pemeliharaan induk ikan rainbow ditemukan dikolam
BS(8) yaitu hama penganggu, berupa ikan nila. Cara mengatasi hama ikan nila
dikolam BS(8) adalah dengan mengambil hama ikan nila itu menggunakan seser
dan kemudian hama tersebut dikeluarkan dan digabungkan ke kolam ikan nila.
Menurut (Hernawan., et al 1999) penyakit adalah faktor yang sangat merugikan,
oleh karena itu untuk menanggulangi penyakit pada usaha pembenihan ikan
rainbow perlu diperhatikan beberapa faktor seperti kualitas air, pakan atau faktor
lain yang berhubungan dengan kegiatan pembenihan.
3.4 Data Pembenihan
Tabel data pembenihan ikan rainbow

Nomor Jumlah Biomassa Berat Jumlah Berat Berat Jumlah


bak ikan (gr) rata-rata pakan sebelum sesudah telur
(ekor) (gr) memijah memijah sampel
1 41 279 7.2 13.95 5.8 5 28
2 61 439.2 7.2 21.96 8.16 5.41 22
3 40 288 7.2 7.2 9.8 6.4 90
4 38 273.6 7.2 6.84 8.7 6 90
5 57 410.4 7.2 10.12 7.3 4.75 25
6 25 180 7.2 4.2 7 4.8 15
7 47 54.2 7.2 1.35 8.9 8 20
8 32 230.4 7.2 5.76 6.8 5 7
9 9 295.2 7.2 7.38 11 6.14 35
10 20 144 7.2 3.6 6.6 3.6 31
11 28 201.6 7.2 5.04 6.8 4.2 43
12 30 216 7.2 5.4 7.1 5.1 61
13 20 144 7.2 3.6 6.5 5.4 9
14 54 388.8 7.2 9.72 6.75 5.5 41
15 41 295.2 7.2 7.8 6.8 5.4 12
16 36 259.2 7.2 6,48 8.4 7.2 47
Nomo Berat Fekunditas Jumlah telur HR Jumlah Jumlah SR
r sampel (butir) yang menetas ikan awal ikan
bak telur (gr) (jumlah larva) akhir
1 0.25 90 3 3% 45 40 89%
2 0.55 110 5 5% 50 45 90%
3 2.25 136 20 15% 40 35 88%
4 1.2 203 25 12% 38 25 66%
5 0.625 102 23 23% 50 45 90%
6 0.735 45 5 11% 25 20 80%
7 0.5 36 10 28% 40 35 88%
8 0.17 74 3 4% 30 25 83%
9 0.87 196 15 8% 30 25 83%
10 0.77 121 13 11% 20 15 75%
11 1.14 98 7 7% 30 26 87%
12 1.52 80 11 14% 30 24 80%
13 0.22 45 3 7% 20 18 90%
14 0.97 53 11 21% 50 37 74%
15 0.3 56 4 7% 40 36 90%
16 1.17 48 12 25% 30 26 87%
 Fekunditas (F)
Menurut (H Kara, 2014) Fekunditas (F) merupakan jumlah telur yang
diovulasikan per satuan bobot tubuh induk. Untuk mengetahui penghitungan
fekunditas adalah dengan cara mengambil sampel sebanyak 0,1 gr sebanyak
tiga kali ulang dan dicari hasil rata-ratanya. Telur sampel di timbang
menggunakan timbangan digital. Adapun rumus fekunditas dengan
menggunakan metode gravimetrik. Rumus yang digunakan untuk menghitung
fekunditas adalah sebagai berikut.

GS−GSS
F= Berat sampel telur x jumlah

Keterangan:
Fekunditas (F) = Jumlah telur
Gs = Berat total telur
Gss = berat sampel telur

 Fekunditas (Kolam BS1)

Fekunditas (Kolam BS 1)

GS−GSS
F= x jumlah telur
Berat sampel telur
9,8−6,4
F= x 90
2,25
3,4
= x 90
2,25

FEKUNDITAS
250
200
jumlah telur

150
FEKUNDITAS
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nomor Kolam

Gambar 5 Grafik Fekunditas ikan rainbow

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada gambar 5 grafik diatas


terlihat bahwa rata-rata fekunditas ikan rainbow terendah pada stasiun/kolam
nomor 7,6,13,14,15,16,1,5,11,3,10, rata-rata fekunditas tertinggi pada grafik
diatas yaitu kolam nomor 4 dan 9. Grafik nomor 5 menerangkan bahwa setiap
penambahan panjang dan bobot ikan cenderung meningkat dengan kenaikan berat
gonad dan jumlah fekunditas. Effendie (2002) menyatakan bahwa variasi jumlah
telur ikan dapat disebabkan karena adanya variasi ukuran ikan. Nilai fekunditas
spesies ikan dipengaruhi oleh ukuran panjang total dan bobot tubuh (Sukandi,
2001). Perkembangan gonad dan fekunditas sangat dipengaruhi oleh nutrisi induk
(Bromage, 1995). Akan tetapi, pada kenyataannya dari data penelitian
menunjukkan bahwa tidak setiap penambahan panjang dan bobot tubuh diiringi
kenaikan bobot gonad dan jumlah fekunditas. Hal ini karena sampel ikan tidak
berasal dari ukuran, umur dan nilai IKG yang sama, semakin tua umur ikan maka
semakin berkurang tingkat kesuburan. Alat reproduksinya dan meningkatnya
diameter telur pada ikan akan menurunkan jumlah fekunditas ikan tersebut
(Himawan., et al., 2017).

 Tingkat Penetasan Telur (HR)


Derajat Penetasan/Hatching Rate (HR) Derajat penetasan dapat diketahui
dengan menghitung jumlah telur yang menetas dari total sampel telur, maka akan
di ketahui nilai Hatching Rate (HR). Menurut Said (2008), rumus penghitungan
Hatching rate (HR) adalah sebagai berikut:

Jumlah telur yang menetas


HR = Jumlah total telur
x 100 %

HR = Kolam BS1

Jumlah Larva Yang Menetas


HR= x jumlah telur
Jumlah Total Telur
3
HR = x 100 %
28
= 0 ,1%

HR
30%
25%
20%
15% HR
10%
5%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Nomor Kolam

 Gambar 6 Grafik data Tingkat Penetasan Telur (HR)


Berdasarkan hasil penelitian gambar 6 (grafik) diatas menunjukan Hatching
Rate (telur yang menetas/daya tetas) bisa dilihat bahwa pada kolam nomor
1,2,4,6,8,9,10,11, 13, 15 jumlah telur yang menetas sedikit, sedangkan jumlah
telur yang menetas paling banyak adalah kolam nomor 3,5,7,12, 14, 16.
Berdasarkan gambar 6 diatas dapat dilihat bahwa rata – rata persentase daya tetas
telur terdapat perbedaan yang cukup jauh, setelah melakukan analisis bahwa
pemberian kejutan suhu yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap daya
tetas telur ikan rainbow. Sependapat dengan Mulyari (2016), bahwa proses
penetasan telur akan terganggu pada suhu tinggi sehingga dapat menyebabkan
kerusakan pada jaringan sel telur.

 Kelulushidupan/Survival Rate (SR)


Kelangsungan hidup adalah persentase ikan yang hidup pada akhir
pemeliharaan dari jumlah seluruh ikan awal yang dipelihara dalam suatu wadah.
Setelah benih berumur 60 hari atau pada waktu pemanenan, maka akan diketahui
SR atau Survival Rate, Menurut Said (2008), rumus penghitungan Survival Rate
(SR) adalah sebagai berikut: Menurut Effendi (2002) bahwa untuk mengetahui
tingkat kelangsungan hidup ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah ikan akhir pemeliharaan


SR = Jumlahikan awal pemeliharaan x 100 %

Jumlah ikan akhir


SR = x 100 %
Jumlahikan awal
40
SR = x 100 %
45
= 89%
SR
100%
80%
60%
40% SR
20%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nomor Kolam

Gambar 7 Grafik Survival Rate (SR)

Bedasarkan gambar 7 (Grafik) diatas survival rate (Tingkat kelangsungan


hidup ikan), bisa dilihat bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan baik, pada
pemberian pakan mengakibatkan kelangsungan hidup ikan rainbow meningkat.
Jika tingkat kelangsungan hidup ikan rendah maka itu di pengaruhi oleh beberapa
faktor salah satunya pakan yang diberikan tidak sesuai (kordi, 2009).
Menurut Djunaedi., et al. (2016), pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain pakan, wadah budidaya, suhu, salinitas, musim dan
aktifitas fisik. Semakin tinggi jumlah pemberian pakan memberikan pertumbuhan
yang sedikit lebih tinggi pertumbuhannya.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari Praktik Kerja Lapang (PKL) I dapat disimpulkan yaitu:
1. Induk ikan Rainbow berasal dari Papua
2. Induk ikan rainbow yang dipelihara berjumlah 579
3. Induk ikan rainbow dipelihara di kolam sebanyak 16 kolam dengan
spesies ikan rainbow yang berbeda.
4. Induk ikan rainbow yang dipelihara di Instalasi Budidaya Air Tawar
(IBAT) tidak hanya satu spesies tetapi 16 spesies
5. Tahapan pada pengelolaan induk ikan rainbow meliputi, bak
pemeliharaan induk, seleksi induk, pemijahan, penanganan telur,
pemberian pakan, kualitas air dan hama penyakit.
6. Pengukuran parameter kualitas air meliputi, suhu, DO, salinitas dan
pH.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil kegiatan praktik kerja lapang (PKL) I yang dilaksanakan
di Instalasi Budidaya Air Tawar (IBAT) :
1. Saran saya mengecek selalu kualitas air kualitas untuk meminimalisir
kematian pada induk ikan rainbow
2. Harus dipertingkatkan lagi budidaya dan pembenihan ikan Rainbow
boesemani (Melanotaenia boesemani) dan ikan rainbow ajamaru
(Melanotaenia ajamaruensis) karena dapat menjadi peluang usaha yang bagus.
DAFTAR PUSTAKA

Alifudin. 2003. Parasites In Fresh Water Ornamental Fish (Cupang, Guppy and
Rainbow fish). Jurnal Akuakultur Indonesia, 2 (2): 93-100.
Allen, G. R. and N. J. Cross. 1980. A Genetic classification of the eastern
rainbowfish (Family Melanotaedae). Record of the Western Australian
Museum. Australia. 8 (3): 377-396.
Allen, G. R. Dan R. K. Hadiary. 2013. Melanotaenia sneideri, a new spesies of
rainbowfishes (Melanotaeniidae), from West Papua Province, Indonesia.
Aquaculture, International Journal Ichthyology, 19 (3): 137-146.
Ardias, N. 2008. Peranan NaCl Terhadap Derajat Pembuahan, Penetasan Telur
dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Koi (Cyprinus carpio). Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. hal
40.
Boeseman, M. 1963. Notes on the fishes of Western New Guinea. Zoologische
Dharmaraj, S. and K. Dhevendaran. 2011. Aplication of Microbial Caratenoids as
a source of Colouration and Growth of Ornamental Fish Xiphophorus
helleri. World Journal of Fish and Marine Sciences, 3 (2): 137-144.
Dickreson, H. W. 2006. Ichthyophthyrius multifilis and Cryptocaryon irritans
(Philum Chiliophoa). Dalam Woo PTK. Fish desease and disorders. Volume
1 Protozoa and metazoan infections 2nd edition. University of Guelph
Canada. hal 116-153.
Effendi, I., N. J. Bugri dan Widanarni. 2006. Pengaruh padat penebaran terhadap
kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gurami (Osphronemus
gouramy) ukuran 2 cm. Jurnal Akuakultur Indonesia, 5 (2): 127-135.
Farmer, B. D., S. A. Fuller, A. J. Mitchell, D. L. Straus, S. A. Bullard. 2013.
Efficacy of bath treatmaent of formalin and copper sulfate on cultured white
bass Morone chrysops concurrently infected by Onchocleidus mimus and
Ichthyopthirius multifilis. Journal of the World Aquaculture Society, 42:
399-405.
Fernando, C. H., J. I. Furtado, A. V. Gussev and S. A. Kakonge. 1972. Methods
for the study of freshwater fish parasites. University of Waterloo, Canada.
Biology Series, 2: hal 1-44.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. PT.
Rineka Cipta. Jakarta. 179 hal.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid III untuk SMK. Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Pusey dkk, 2001. Spesis Ikan Pelangi. http://google.com diakses pada tanggal 1
Juni 2013
Saskia Y. 2012. Pembenihan ikan rainbow (Melanotaenia boesemani) di Balai
Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar (BRBIH) Depok. Usulan Praktik
Umum Universitas Lampung . Lampung
Soetrisno, 2006. Pemeliharaan Induk. dalam buku Ikan Hias Air Tawar :
Rainbow. Penebar Swadaya. Jakarta
Subandiyah S, Hirnawati R & Rohmy S. 2010. Pemijahan ikan rainbow asal
Papua dengan menggunakan shelter yang berbeda. Seminar Nasional
Biologi; Yogyakarta, 15 Mei 2010. Yogyakarta: UGM
Subandiyah S, Hirnawati R, Rohmy S, & Atmaja. 2010. Pemeliharaan larva ikan
hias pelangi asal Danau Kurumoi umur 7 hari dengan pakan alami. Seminar
Nasional Biologi; Yogyakarta, 15 Mei 2010. Yogyakarta: UGM
Umar C & Makmur S. 2006. Komposisi jenis dan hasil tangkapan ikan di Danau
Sentani Papua. J. BIODIVERSITAS 7:349-353
Widyati, W. 2009. Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila (Oreocromis niliticus) yang
Diberi Berbagai Dosis Enzim Cairan Romen pada Pakan Berbasis Daun
Lamtoro Lecucarena klocuola. Skripsi. Program studi Teknologi dan
Menejemen Budidaya. Institut Pertanian Bogor.
Yusrizal, M. 2000. Perbandingan Nilai Fertilitas, Daya Tetas dan Kelulusan
Hidup Larva Ikan Baung (Myttus nemurus C,V) Yang Diperoleh Dari
Perairan Alam Dengan Yang Dimatangkan Dikolam Akibat Penyuntikan
Hormon Ovaprim dan Prostagladin F2 A (PGF2a). Skripsi Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru.
LAMPIRAN

FORMAT JURNAL HARIAN (PKL) I PROGRAM STUDI TBP

Tanggal Uraian Foto Kegiatan Mengetahui


Kegiatan instruktur
Kegiatan
Jumat, Pencucian Ibu, Rike
11 kolam induk Kagiling,
Maret ikan rainbow S.Pi
2022

Sabtu, Pemilihan Ibu, Rike


12 induk ikan Kagiling,
Maret rainbow S.Pi
2022

Minggu, Pemeliharaan Ibu, Rike


13 induk ikan Kagiling,
Maret rainbow S.Pi
2022

Senin 14 Pengukuran Ibu, Rike


Maret kualitas air Kagiling,
2022 S.Pi
Selasa, Sampling Bapak,
15 Maret Induk ikan Ghurdi,
2022 rainbow S.Pi

Rabu, 16 Timbang Berat Bapak,


Maret Induk Ikan Ghurdi,
2022 Rainbow S.Pi

Kamis, Penimbangan Ibu, Rike


17 Maret Pakan Ikan Kagiling,
2022 Rainbow S.Pi

Jumat, Pengukuran Ibu, Rike,


18 Maret panjang ikan S.Pi
2022 rainbow
Sabtu, 19 Pemberian Ibu, Rike
Maret pakan ikan Kagiling.
2022 rainbow S.Pi

Minggu, Pengamatan Bapak,


20 Maret telur dibawah Agung
2022 mikroskop Setia
Abadi,
M.P

Senin, 21 Penimbangan Bapak,


Maret telur ikan Agung
2022 rainbow Setia
Abadi,
M.P

Selasa, Hasil Bapak,


22 Maret pengamatan Agung
2022 Telur yang Setia
belum terbuai Abadi,
M.P

Rabu, 23 Hasil Bapak,


Maret pangamatan Agung
2022 telur yang Setia
sudah terbuai Abadi,
M.P
Kamis, Hasil Bapak,
25 Maret pengamatan Agung
2022 hama pada Setia
ikan rainbow Abadi,
M.P

Jumat, Hasil Bapak,


26 Maret pengamatan Agung
2022 hama pada Setia
ikan rainbow Abadi,
M.P

Sabtu 27 Pengukuran Ibu, Rike


Maret nitrat dan nitrit Kagiling
2022

Anda mungkin juga menyukai