Oleh :
WELIN ANGELY WARLELA
NIT. 21.3.03.058
Oleh :
WELIN ANGELY WARLELA
NIT. 21.3.03.058
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Budidaya Perikanan
Ernawati, M.Si
NIP. 1990051 201902 2 007
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan, Laporan Kerja Praktik
Akhir (KPA) yang berjudul “Manajemen Pakan Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei)” Tambak H. Takdir, Desa Angkue, kecamatan Kajuara, Kabupaten
Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai
pihak, demikian pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Daniel Heintje Ndahawali S.Pi,M.Si selaku Direktur Politeknik Kelautan
Dan Perikanan Sorong.
2. Ernawati, M.Si Selaku Kepala Program Studi Teknik Budidaya Perikanan.
3. Ahmad Yani, M.Si selaku pembimbing utama.
7. Orang tua, keluarga dan teman-teman yang setia memberi dorongan, semangat
serta doa kepada saya.
8. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penulisan proposal
ini, yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
sehingga penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun serta memberikan motivasi kepada penulis untuk perbaikan
proposal ini.
2.2 Tujuan
Adapun Tujuan dilakukannya Kerja Praktik Akhir adalah sebagai berikut.
1. Untuk Mengetahui Teknik Pembesaran Udang Vanname
2. Untuk mengetahui Cara program dan Manajemen Pakan pada Budidaya
Udang Vanname
3. Untuk mengetahui Analisa Usaha budidaya udang Vanname
4. Untuk mengetahui ketentuan pada Checklist Cara Budidaya Ikan yang
Baik (CBIB) pada tambak Budidaya Udang Vanname
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Secara morfologis udang vaname dapat dibedakan dalam dua bagian yaitu
bagian kepala yang menyatu dengan dada disebut chepalotorax dan bagian
belakang bagian perut disebut abdomen. Pada bagian kepala terdapat mata
majemuk yang bertangkai, rostrum, dimana gerigi rostrum pada bagian atas
biasanya terdiri dari sembilan buah dan bagian bawah terdiri dari tiga buah dan
dilengkapi pula dengan sepasang antena yang panjang. Pada bagian perut terdapat
lima pasang kaki renang (pleopoda) yang terletak di masing-masing ruas,
sedangkan pada ruas keenam terdapat kaki renang yang telah berubah bentuk
menjadi kipas (uropoda) yang ujungnya membentuk ujung ekor yang disebut
dengan telson dan di bawahnya terdapat lubang dubur (anus). Alat kelamin jantan
disebut petasma, yang terletak di antara kaki renang pertama sedangkan alat
kelamin udang betina disebut thelicum yang terletak antara kaki jalan dan kaki
renang (Mukhammad Amrillah et al., 2015)
2.1.3 Habitat dan Siklus Hidup
Nadhif, (2016) menyatakan bahwa udang vaname (Litopenaeus vannamei)
sebenarnya bukan udang lokal atau asli Indonesia. Udang ini berasal dari Meksiko
yang kemudian mengalami kemajuan pesat dalam pembudidayaannya dan
menyebar ke Hawaii hingga Asia. Budidaya udang vaname (Litopenaeus vaneme)
di Asia pertama kali adalah di Taiwan pada akhir tahun 1990 dan pada akhirnya
merambah ke berbagai negara di Asia diantaranya Indonesia dan mulai meningkat
pada tahun 2001 – 2002. Di habitat alaminya udang vaname suka hidup pada
kedalaman kurang lebih 70 meter. Udang vaname bersifat nocturnal, yaitu aktif
mencari makan pada malam hari.
Siklus hidup udang vaname sebelum ditebar di tambak yaitu stadia naupli,
stadia zoea, stadia mysis, dan stadia post larva. Pada stadia naupli larva berukuran
0,32-0,59 mm, sistem pencernaanya belum sempurna dan masih memiliki
cadangan makanan berupa kuning telur. Stadia zoea terjadi setelah larva ditebar
pada bak pemeliharaan sekitar 15-24 jam. Larva sudah berukuran 1,05-3,30 mm
dan pada stadia ini benih mengalami 3 kali moulting. Pada stadia ini pula benih
sudah bisa diberi makan yang berupa artemia. Pada stadia mysis, benih udang
sudah menyerupai bentuk udang. Maksud dicirikan dengan sudah terlihatnya ekor
kipas (uropoda) dan ekor (telson). Selanjutnya udang mencapai stadia post larva,
dimana udang sudah menyerupai udang dewasa. Hitungan stadianya sudah
menggunakan hitungan hari. Misalnya, PL1 berarti post larva berumur satu hari.
Pada stadia ini udang sudah mulai bergerak aktif (Nadhif, 2016).
2.2 Teknik Budidaya Udang Vaname
Budidaya intensif merupakan sistem teknologi budidaya udang dengan
tingkat penebaran benih lebih tinggi dari pada tingkat semi intensif, serta
memanfaatkan pakan alami, pakan tambahan, dan input produksi lainnya.
Budidaya udang vaname dengan teknologi intensif mencapai padat tebar yang
tinggi berkisar 100-300 ekor/m2 (Sutiana et al., 2017).
2.2.1 Teknik Pembesaran Udang Vanname
A. Persiapan Media
Tahap awal budidaya udang vannamei di kolam beton dengan
mempersiapkan kolam atau bak beton. Ukuran kolam atau bak beton yang
digunakan untuk pemeliharaan udang vannamei disesuaikan dengan lahan yang
ada minimal kedalaman 1 meter. Sebaiknya dilakukan pengkapuran di dasar
kolam untuk mencegah unsur biotik dan hama yang merugikan atau pengeringan
air dalam kolam ini dibiarkan selama 3 hari untuk memastikan bakteri yang ada
tadi benar – benar hilang dan mati (Kusyairi et al., 2019)
B. Pengisian Air
Setelah petakan siap maka dilakukan pengisian air laut dengan ketinggian
air 70 cm. Air yang masuk kepetakan tambak terlebih dahulu disaring
menggunakan saringan dengan ukuran mesh size 80 yang selanjutnya disterilisasi
dengan kaporit sebanyak 30 ppm yang ditebar secara merata. Sehari setelah
penebaran kaporit, kincir dihidupkan dengan tujuan untuk menetralkan kandungan
kaporit. Penambahan air tawar dipetakan tambak dilakukan sampai dengan
ketinggian air di tambak mencapai 120 cm dengan salinitas sekitar 20 ppt
(Subyakto, S., Sutende, D., Afandi, M., 2009)
C. Seleksi Benih
Seleksi benih juga perlu diperhatikan. Benih udang (benur) yang
digunakan harus memiliki SPF (Spesific Pathogen Free), PL 8-9, tahan terhadap
perubahan lingkungan dan tahan terhadap penyakit. Ciri benih udang yang bagus
diantaranya ukuran benih seragam, panjang benih > 6 mm, aktif berenang secara
menyebar dan melawan arus, tubuh berwarna bening transparan, serta terbebas
dari infeksi virus dan bakteri (Arsad et al., 2017)
D. Penebaran Benur
Sebelum benur vanamei ini ditebar, harus dilakukan aklimitasasi terhadap
suhu pada air dalam kolam budidaya. Dengan cara mengapungkan kantong –
kantong yang berisi benur ke dalam kolam. Kemudian, dilanjutkan dengan cara
menyiram kantung yang berisi benur tersebut dengan air di dalam kolam. Benih
harus dilakukan proses aklimitisasi sebelum ditebar agar memiliki daya tahan
yang baik. Proses ini dilakukan dengan memberikan air tambak pada kantung
yang berisi udang, lalu diapungkan dalam tambak selama 15-20 menit, setelah itu
udang dilepas perlahan-lahan didalam kolam. Proses ini sebaiknya dilakukan saat
siang hari
Pada umumnya waktu penebaran benih – benih jenis ikan air tawar
dilakukan pada sore hari atau matahari tidak terlalu panas. Berbeda dengan waktu
penebaran benur vanamei di kolam, kalau benur udang vaname malah ditebar
pada saat matahari sedang panas yaitu siang hari (Kusyairi et al., 2019).
E. Kontrol Pertumbuhan
Pemantauan pertumbuhan udang vaname selama masa pemeliharaan patut
dilakukan untuk memonitor apakah penegelolan dan manajemen pemberian pakan
sudah benar. Kegiatan pemantauan pertumbuhan populasi udang dilakukan
dengan mengambil sampel udang dengan rentang waktu 7 hari sekali, yang
dimulai dari umur pemeliharaan 40 hari hingga pemanenan total. Pengambilan
sampel pada kegiatan sampling dilakukan dengan menggunakan anco atau
dijaring menggunakan jala. Pengambilan sampel dilakukan pada satu titik yaitu di
bagian sudut tambak dengan cara menebar jala di permukaan hingga kolom air
tambak (Iskandar, Trianto, et al., 2022).
F. Analisa Teknik Pembesaran
Analisa teknik pembesaran perlu dilakukan untuk mengetahui perkembangan
udang yang dibudidayakan. Analisa data pembesaran udang dapat terbagi sebagai
berikut :
ABW (Average Body Weight)
Average Body Weight merupakan rata-rata berat secara keseluruhan
dalam suatu populasi
ADG (Average Daily Growth)
Average Daily Growth adalah rata-rata pertambahan berat perhari dalam
suatu periode waktu (Yasin & Azis, 2022)
FCR (Feed Convertio Ratio)
Feed Conversion Rate adalah perbandingan antara jumlah kebutuhan
pakan yang diperlukan untuk memproduksi satu kg bobot udang. Semakin kecil
FCR maka akan semakin besar keuntungan yang diperoleh, karena kebutuhan
pakan pada kegitan pembesaran udang vaname merupakan kebutuhan terbesar(M
aryadi romansyah, 2015). Nilai konversi pakan yang rendah akan meningkatkan
efisiensi penyerapan pakan oleh udang (Ariadi et al., 2020).
SR (Survival Rate)
Survival Rate merupakan tingkat kehidupan udang dalam petakan
tambak Survival rate dikategorikan baik apabila nilai SR> 70%, untuk SR
kategori sedang 50-60%, dan pada kategori rendah nilai SR <50% (Arsad et al.,
2017)
Mortalitas
a. Suhu
Suhu air sangat erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dalam air dan laju
konsumsi oksigen hewan air. Suhu berbanding terbalik dengan konsentrasi jenuh
oksigen terlarut (Boyd 1979). Menurut Amri dan Kanna (2008), suhu air optimal
bagi udang berkisar antara 26 – 30 oC, sedangkan berdasarkan SNI 01-7246-2006
adalah 28,5 – 31,5 oC. Pada suhu 18 – 25 oC udang masih bisa hidup, tetapi nafsu
makannya menurun (Alwie et al., 2020).
b. pH
pH air tambak udang dapat berubah menjadi asam karena meningkatnya
benda-benda membusuk dari sisa-sisa pakan atau yang lain. Derajat keasaman
(pH) air pada sore hari biasanya lebih tinggi dari pada pagi hari karena kegiatan
fotosintesis fitoplankton dalam air yang menyerap CO2 sehingga menjadi sedikit,
sedangkan di pagi hari CO2 banyak sebagai hasil dari kegiatan pernapasan
binatang maupun fitoplankton dan juga pembusukan di dalam air. Haliman dan
Adijaya (2005) menyatakan bahwa kisaran nilai pH yang ideal untuk
pertumbuhan udang adalah 7,5 – 8,5, sedangkan berdasarkan SNI 01- 7246-2006
adalah 7,5 – 8,5.
c. Kecerahan
Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi
suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus kedalam air.
Kecerahan air pada tambak udang vaneme sangat tergantung kepada kelimpahan
fitoplankton, zooplankton dan bahan partikel yang terlarut. Kisaran kecerahan
yang baik untuk pemeliharaan udang adalah 35–45 cm. Pengamatan kecerahan air
dapat menggunakan alat yang disebut dengan sechi disk (Pasongli & Dirawan,
2016)
d. DO (Dissolved oxygen)
Nilai DO cenderung lebih rendah pada pagi hari dibandingkan siang dan
sore hari. Hal ini dikarenakan pada siang hari adanya aktivitas fotosintesis dari
fitoplankton yang menghasilkan oksigen. Keadaan sebaliknya pada malam hari
fitoplankton tidak berfotosintesis dan berkompetisi dengan udang dalam
mengkonsumsi oksigen. Oksigen terlarut di bawah 3 mg/l dapat menyebabkan
udang stress dan mengalami kematian.
e. Salinitas
Kenaikan dan penurunan salinitas yang terjadi masih berada dalam kisaran
optimal dan masih mendukung pertumbuhan dan kehidupan udang vaname. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Nababan dkk. (2015) menyatakan bahwa salinitas
yang baik untuk pertumbuhan berkisar antara 10-30 ppt (Musa et al., 2020).
f. Amonnia
Amonia di perairan merupakan hasil metabolisme protein oleh Udang dan
Mikroorganisme. Amonia yang dilepaskan akan berakumulasi dalam jumlah besar
pada lingkungan dan dapat mengakibatkan mekanisme yang memerlukan energi
seperti aktifnya NH4 dan meningkatnya aliran air seni untuk membuang sisa
nitrogen. Oleh karenanya Ph air tambak akan naik dengan naikknya amonia dan
keadaan ini akan mengakibatkan pertumbuhan udang melambat dan efisiensi
pakan rendah (Sutrisyani, 2005)
2.2.4 Kontrol Hama dan Penyakit
Penyakit merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara lingkungan,
inang, udang dan jasad organisme penyakit. Interaksi yang tidak seimbang
ini menyebabkan stress pada udang, sehingga mekanisme pertahanan diri
yang dimilikinya menjadi lemah akhirnya mudah diserang penyakit (Evi Gusti
Yanti et al., 2017). Beberapa kasus membuktikan bahwa penyakit tersebut belum
dapat ditanggulangi secara efektif sehingga tindakan yang tepat dapat dilakukan
adalah preventif (pencegahan), seperti :
Manajemen kualitas air secara teratur dan kontinyu.
Monitoring dan pengelolaan tanah dasar tambak secara intensif.
Ketepatan dalam pemberian pakan, baik jumlah, waktu, frekuensi jenis, ukuran,
maupun kualitas pakan.
Kepadatan penebaran benur dibatasi berdasarkan spesifikasi teknologi yang
diterapkan (Andriyanto et al., 2013).
2.2.5 Panen dan Pasca Panen
Pemanenan merupakan salah satu rangkaian hasil kegiatan akhir usaha
pembesaran udang yang telah mencapai ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan
secara parsial dan total. Pemanenan total merupakan teknik pemanenan yang
dilakukan dengan menyurutkan secara total seluruh air media pemeliharaan dan
semua udang yang ada di dalam satu petakan dipanen.
Pemanenan hasil budidaya udang vannamei di kolam beton bisa dilakukan
sesuai kebutuhan atau sesuai pesanan dari konsumen disesuaikan dengan berat per
ekor yang mereka pesan. Umumnya udang vannamei dipanen saat usia 70 hari
atau 85 hari (3 bulan 10 hari)
2.2.6 Analisa Usaha
1. Laba/Rugi
Laba rugi adalah selisih jumlah total pendapatan dengan total biaya,
meliputi biaya tidak tetap yang digunakan untuk menghasilkan produksi
(Permatasari & Ariadi, 2021)
2. R/C Ratio
R/C Ratio adalah besaran nilai perbandingan antara penerimaan usaha
(revenue) dengan total biaya (cost). Dari analisis R/C Ratio dapat diketahui
apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak menguntungkan. Jika hasil
perhitungan R/C Ratio lebih dari satu berarti usaha tersebut menguntungkan, jika
hasilnya sama dengan satu maka usaha tersebut dikatakan impas atau belum
memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Dan jika hasil
perhitungan R/C Ratio kurang dari satu maka usaha tersebut mengalami kerugian
(Yasin & Azis, 2022)
3. PayBack Period
Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas yang diterima.
Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik untuk diusahakan. Semakin
cepat dana investasi dapat diperoleh kembali, semakin kecil risiko yang
ditanggung oleh perusahaan. Dana investasi tersebut dapat digunakan untuk
kebutuhan lain( Yasin et al., 2022).
No Bahan Kegunaan
1 Bestacide Untuk membunuh Crustacea liar
2 Cuprisulfat (CuSO4) Untuk membunuh hewan jenis
kerang-kerangan
3 Kaporit Untuk desinfektan, membunuh
hewan -hewan liar
c. Prosedur Kerja
Langkah- langkah yang dilakukan dalam kegiatan sterilisasi air adalah
adalah sebagai berikut.
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Hidupkan Mesin pompa air
Alirkan air dari laut menggunakan pompa air dan selang ke dalam tandon
hingga tinggi air mencapai 150 cm.
Proses sterilisasi air di tandon dengan Pengaplikasian iodine sebanyak 4
ppm
Proses sterilisasi air di tandon menggunakan euroseptic sebanyak 4 ppm
Air dalam tandon diendapkan selama 24 jam
Alirkan air dalam tandon kedalam kolam pemeliharaan
Pengaplikasian Bestacide dengan dosis 2 ppm
Pengaplikasian cuprisulfat (CuSO4) dengan dosis 2,5 ppm
Pemberian Kaporit sebanyak dengan dosis 30 ppm
No Bahan Kegunaan
1 Khaptan Untuk menaikan alkalinitas, pH,
mengikat koloid.
2 Biolacto Menekan vibrio, menstimulasi daya
imun, mengurangi akumulasi bahan
organik
3 Bacillus Menekan vibrio, menstimulasi daya
imun, mengurangi akumulasi bahan
organik dan Melysis BGA, menekan
vibrio dan menebalkan flock
c. Prosedur Kerja
Langkah Langkah yang dilakukan dalam kegiatan penumbuhan plankton
dan probiotik adalah sebagai berikut .
Siapkan Alat dan Bahan yang akan digunakan
Timbang khaptan menggunakan Timbangan digital dengan dosis 10 ppm yang
digunakan pada hari ke 1, 3, 5, 7, dan 9 setelah sterilisasi air
Penggunaan Biolacto dengan Dosis 20 ppm yang digunakan pada hari ke 1,
3,5, 7, dan 9 setelah kegiatan sterilisasi air
Penggunaan lodin 2% dengan dosis 5 ppm yang diaplikasikan pada hari ke 2
setelah proses sterilisasi air
Penggunaan Bacillus dengan dosis 5 ppm yang diaplikasikan pada hari ke 4, 5,
dan 7 setelah kegiatan sterilisasi air
Diamkan air dalam petak selama 24 jam.
3.3. Penebaran Benur
3.3.1 Tujuan : Tujuan dilakukannya kegiatan penebaran benur adalah sebagai
awal untuk kegiatan budidaya
3.3.2 Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam kegiatan penebaran benur dapat
dilihat Tabel 4.
Tabel 4. Alat dan bahan yang digunakan (penebaran benur)
No Alat Kegunaan
1 Bambu Sebagai pembatang kantong benur
2 Refraktometer Untuk mengukur salinitas
3 Suhu Untuk mengukur suhu air
No Bahan Kegunaan
1 Benur Udang Vanname Sebagai biota yang akan dibudidayakan
3.3.3 Prosedur Kerja
Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan penebaran benur adalah
sebagai berikut.
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Letakkan seluruh kantong benur ke atas permukaan air kolam
Letakkan bambu ataus selang spiral ke sebelah kantong agar sebagai pembatas
kantong tak hanyut ke sisi lain kolam
Siram seluruh kantong benur dengan air tambak.
Setelah sekitar 15 menit buka kantong benur dan masukan air tambak kedalam
kantong benur.
Lepaskan benur kedalam kolam setelah sekitar 2 menit kantong yang telah
diberi air kolam
1. SR (Survival Rate)
Menurut P r a t a m a e t a l . , ( 2 0 1 7 ) adapun rumus untuk menghitung
tingkat kelangsungan hidup (SR) adalah sebagai berikut :
𝑁𝑡
SR = x 100%
𝑁𝑜
Keterangan :
SR : Tingkat kelangsungan hidup
Nt :Jumlah udang vaname yang hidup pada akhir
budidaya (individu).
No : Jumlah udang vaname yang hidup di awal budidaya (individu)
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
ABW =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒k𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Keterangan:
ABW : Berat rata-rata udang sampling (gr/ekor)
𝐴𝐵𝖶1−𝐴𝐵𝖶2
ADG =
𝑇
Keterangan :
ABW : Rata-rata pertambahan berat perhari dalam satu
periode (gr/hari)
ABW1 : Berat rata-rata akhir sampling (gr/ekor/hari)
ABW2 : Berat rata-rata awal (gr/ekor/hari)
T : Interval Waktu Sampling
Keterangan :
FCR : Nilai rasio konversi pakan
Total pakan : Jumlah pakan yang diberikan
(kg) Biomassa : Berat udang yang dihasilkan
(kg)
π=TR−TC
Keterangan:
π : Laba/Rugi
TR : Total pendapatan (total revenue)
TC : Total biaya (total cost)
b) R/C Ratio
R/C Ratio merupakan rasioantara total penerimaan dengan total biaya
yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha(Mutakin et al., 2019). Analisis rasio
penerimaan biaya dimaksudkan untuk mengetahui besarnya nilai perbandingan
penerimaan dan xbiaya produksi yang digunakan. Adapun rumus perhitungan
R/C Ratio menurut Romadhona et al., (2016) adalah sebagai berikut:
R/C Ratio = 𝑇𝑅
𝑇𝐶
Keterangan :
TR : total revenue (total penerimaan)
TC : total cost (total pengeluaran)
C ratio > 1, untung atau layak untuk dikembangkan.
/C ratio < 1, rugi atau tidak layak untuk dikembangkan.
R/C ratio = 1, berada pada titik impas (Break Event
Point)
c) PayBack Period
𝑃𝑃 = 𝐵𝐼
𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢n
𝑈𝑇+𝐵𝑃
Keterangan:
PP : PayBack Period
BI : Biaya Investasi
UT : Keuntungan
BP : Biaya Penyusutan
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemilihan lokasi yang tepat untuk usaha budidaya udang vaname akan
menentukan tingkat keberhasilan produksi (Ghufron et al., 2018). Pemilihan
lokasi budidaya udang dilakukan dengan mengidentifikasi faktor- faktor yang
mempengaruhi kelayakan suatu lahan untuk konstruksi tambak dan operasional,
memperkirakan kemudahan teknis dengan finansial yang layak seperti jarak area
pertambakan dengan area pantai sebagai penyediaan air laut (Awanis et al., 2017).
4.2.2 Pengeringan
Pengeringan Tambak PT. dilakukan untuk membunuh patogen yang
terdapat dalam petakan tambak selama 6 hari disesuaikan dengan cuaca dan
pasokan sinar matahari hingga seluruh petakan menjadi kering dan tak ada air.
Benur yang digunakan adalah benur yang berasal dari Hatchery , Benur
yang dipilih adalah benur yang berumur PL 8.
B. Pakan Buatan
Frekuensi pemberian pakan pada udang kecil cukup 2−3 kali sehari karena
masih mengandalkan pakan alami. Setelah terbiasa dengan pakan buatan
berbentukpelet, frekuensi pemberian pakan dapat ditambahkan menjadi 4−6 kali
sehari pada pukul 07:00,10:00,13:00,16:00,19:00,22:00. Pakan yang di berikan
yaitu pakan udang Feed and Care. Tabel Program Pemberian Pakan dapat dilihat
pada Tabel 10.
1-10
P1 11-20
21-30
1-10
P3 11-20
21-30
B. Pakan terprogram (Demand Feeding)
Penentuan pakan harian pasca blind feeding di dimulai pada umur 31 hingga
panen, sesuai dengan SOP yang ada di Tambak H. Takdir
SI-00 32 6 3,5 13 11
SI-01 32 6 3,5 13 11
SI-025 32 6 3,5 13 11
SI-02 32 6 3,5 13 11
SI-02UP 30 6 3,5 13 11
SI-02SP 30 6 3,5 13 11
SI-03 30 6 3,5 13 11
SI-04 30 6 3,5 13 11
Bahan – bahan yang terkandung dalam Pakan udang Feed and Care adalah
Tepung Ikan, Tepung Hati cumi, Tepung Gandum, bungkil kedelai, minyak ikan,
kolesterol, Vitamin C, Premiks Vitamin & Mineral dan antioksidan.
Kandungan protein pakan udang buatan (pellet) cukup tinggi, yaitu sekitar
40% (Romadhona et al., 2016).
4.3
LAMPIRAN I
4.2 Karamba
a Konstruksi kuat; Cukup jelas ✓
b Bahan konstruksi
● Bahan ✓
tidak korosif dan
ramah lingkungan; konstruksi tidak
menyebabkan
cemaran pada
lingkungan
c Ukuran lubang
● Pemilihan ✓
karamba disesuaikan
ukuran ikan agar ikan ukuran mata jaring
disesuaikan dengan
tidak lolos; dan
jenis dan pertumbuhan
ikan (ukuran)
d Pergantian dan
● Jaring diganti
pembersihan wadah
dilakukan secara rutin dan dibersihkan secara
rutin sesuai kebutuhan
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
No Indikator Pengertian i n n
sesuai dengan
● Jaring perlu
kebutuhan.
dibersihkan bila
terdapat kotoran yang
melekat di jaring dan
mengganggu sirkulasi
air.
● Tidak
menggunakan bahan
yang dilarang untuk
membersihkan jaring
5 BENIH
5.1 Benih yang digunakan Surat jalan benih dari
berasal dari unit hatchery dari unit
pembenihan pembenihan.
bersertifikat CPIB Bila dipersyaratkan
atau menerapkan Karantina: hasil uji
prinsip-prinsip CPIB penyakit ikan
khusus bagi unit karantina
pembenihan Benih yang tidak
berasal dari wilayah
skala mikro dan kecil. NKRI harus
Bagi benih yang mempunyai
berasal dari rekomendasi impor.
penangkapan alam
dilengkapi surat
keterangan asal
(SKA) dari instansi
yang berwenang
5.2 Penangkapan benih di Cara penangkapan
alam harus dengan tidak merusak benih
memperhatikan dan lingkungan
kelestarian (menggunakan bahan
sumberdaya ikan; kimia berbahaya,
listrik, atau peralatan
penangkapan yang
merusak lingkungan)
Surat Keterangan Asal
untuk benih dari alam
diterbitkan Dinas
Kab/Kota setiap
pengiriman.
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
i n n
5.3
No Penggunaan strain
Indikator StrainPengertian
introduksi baru
introduksi baru harus adalah varian dari
melalui rekomendasi suatu spesies yang
otoritas kompeten belum pernah ada di
Indonesia
5.4 Budidaya ikan
introduksi terutama di
perairan umum
diupayakan
pengendalian lepasnya
ikan dari wadah
budidaya ke perairan
umum untuk menjaga
keanekaragaman
hayati
5.5 Pemilihan spesies
● Spesies
dalam polikultur
dengan menekan polikultur yang
dibudidayakan tidak
potensi penularan
berpotensi membawa
penyakit antar
penyakit yang dapat
spesies yang menulari spesies
dibudidayakan. lainnya
9 Pengelolaan
kesehatan
9.1 Pengelolaan kesehatan Pengelolaan kesehatan
diterapkan secara ikan disesuaian
efektif dengan jenis ikan,
tingkatan teknologi,
padat tebar dan
prosedur/pengendalian
yang digunakan, untuk
menjamin kesehatan
terjaga
9.2 Ikan dijaga dan Kesehatan ikan dijaga
dimonitor melalui pengelolaan
kesehatannya secara air, pakan dan
rutin dengan cara biosekuriti yang baik;
visual dan/atau Kesehatan ikan
laboratorium bila dimonitor secara rutin
diperlukan; dengan cara visual
Bila terjadi wabah
penyakit,
pemeriksaan
laboratorium
dilakukan sesuai
kebutuhan.
10 Air pemeliharaan
10. Kualitas air dipantau, Kualitas air
1 khususnya parameter menunjang kesehatan
suhu, pH dan oksigen dan pertumbuhan
terlarut. maksimal ikan
Pengelolaan kualitas
air dilakukan sesuai
kebutuhan/ tingkatan
teknologi
10. Pengelolaan air Bila ada risiko,
2 dilakukan untuk diberikan perlakuan
menjamin air masuk
kelangsungan hidup Bila terjadi serangan
dan pertumbuhan penyakit, air di petak
ikan. pemeliharaan diberikan
perlakuan untuk
mematikan penyakit
sebelum dibuang ke
saluran.
10. Unit budidaya ikan Penggunaan air
3 menggunakan air dilakukan secara
secara efisien untuk efisien
menjaga kelestarian Bila mungkin
lingkungan menggunakan sistem
resirkulasi air
11 Pengelolaan limbah
11. Penanganan limbah Dilakukan
1 cair, padat dan bahan pengelolaan limbah
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
No Indikator Pengertian i n n
berbahaya lainnya hasil budidaya, hasil
dilakukan untuk panen dan pasca
meminimalkan panen serta limbah
dampak lingkungan lainnya secara efektif
dan kontaminasi dan efisien, sesuai
produk yang dengan jenis (cair,
padat dan bahan lain)
disesuaikan dengan
untuk mencegah
kebutuhan;
pencemaran pada
wadah dan produk
budidaya, serta
lingkungan.
Limbah cair kegiatan
budidaya bila
dimanfaatkan untuk
kegiatan pertanian
tidak perlu dikelola.
Limbah B3 ditampung
dalam wadah yang
kedap air dan
diberikan tanda
Limbah rumah tangga:
tersedia fasilitas septic
tank dan saluran
pembuangan kegiatan
rumah tangga tidak
mencemari budidaya
dan produknya.
11. Limbah bahan Limbah beracun dan
2 berbahaya dan berbahaya (sebagai
beracun (B3) seperti contoh oli bekas),
oli dan bahan bakar perlu dikelola dengan
minyak (BBM) baik sehingga tidak
membahayakan
ditangani dengan baik lingkungan
dan tidak
membahayakan
lingkungan
11. Pengolahan limbah Pengolahan effluent
3 cair dilakukan sesuai budidaya dilakukan
dokumen persetujuan untuk memenuhi
lingkungan hidup persyaratan air
untuk buangan sesuai
regulasi yang ada
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
i n n
No memperbaiki
Indikator sesuaiPengertian
dengan
kualitasnya sebelum dokumen persetujuan
dibuang ke perairan lingkungan
umum
11. Pengolahan limbah Cukup jelas
4 padat dengan cara
pengangkatan dapat
dimanfaatkan untuk
peruntukan lainnya
12 Pengelolaan
lingkungan
12. Kualitas lingkungan • Penerapan dokumen
1 budidaya dan AMDAL &
lingkungan sekitar UKL/UPL, atau SPPL
unit budidaya dikelola • Melakukan
sesuai pemantauan
perubahan rona
dokumen persetujuan lingkungan yang
lingkungan hidup terjadi selama
kegiatan usaha, sesuai
persyaratan yang
tercantum pada Ijin
Lingkungan Usaha
dan Rekomendasi
UKL/UPL (khusus
AMDAL dan
UKL/UPL) serta
melakukan perbaikan
12. Penggunaan energi • Dilakukan upaya
2 listrik dan bahan efisiensi energi listrik
bakar dikelola secara dan bahan bakar
efisien.
12. Pembudidaya • Dilakukan upaya
3 mendukung perbaikan perbaikan (restorasi)
lingkungan di sekitar lingkungan di sekitar
unit budidaya yang lokasi, diantaranya
rusak akibat kegiatan reboisasi
budidaya sebelumnya
12. Unit budidaya yang • Secara bersama-sama
4 berada di dalam satu melakukan
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
i n n
No Indikator
kawasan budidaya Pengertian
pemantauan
melakukan upaya lingkungan secara
periodik dan upaya
pengelolaan kawasan perbaikan lingkungan.
secara Bersama.
12. Pengendalian hewan • Tidak dilakukan
5 liar dilakukan secara tindakan yang
ramah lingkungan menyebabkan
kematian/penyiksaan.
12. Dilakukan upaya • Pemasangan jaring
6 untuk pencegahan atau fasilitas lain yang
ikan lepas dari wadah dapat mencegah
budidaya. lepasnya udang ke
luar tambak
13 Panen dan
pascapanen
13. Panen dan pascapanen Panen dilakukan
1 dilakukan dengan secara terencana dan
cepat untuk mencegah baik agar kualitas
kerusakan dan hasil panen tidak
meminimalkan menurun.
kontaminasi Penanganan ikan
dilakukan secara
higienis dan efisien
sehingga tidak
menimbulkan
kerusakan fisik dan
kontaminasi.
Penghentian pemberian
pakan sebelum panen
sangat dianjurkan
untuk mengurangi
metabolisme sehingga
meminimalkan
pencemaran feses
selama panen dan
aktivitas pembersihan.
13. Peralatan terbuat dari Desain dan bahan
2 bahan yang tidak peralatan tidak
berbahaya serta tidak menyebabkan
menyebabkan kerusakan fisik ikan,
kerusakan fisik dan antara lain tidak
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
i n n
No Indikator Pengertian
kontaminasi pada ikan korosif dan mudah
dibersihkan
13. Air dan/atau es yang Air bersih dan es
3 digunakan pada saat digunakan sesuai
panen dan kebutuhan
penanganan hasil Volume air bersih dan
dalam kondisi bersih es mencukupi
kebutuhan panen &
penanganan hasil
Air bersih adalah air
yang tidak
mengandung cemaran
mikrobiologi dan
unsur lain yang
berbahaya.
Es yang digunakan
untuk penanganan dan
transportasi ikan
memenuhi baku mutu
air minum
Es ditangani dan
disimpan dalam
kondisi higienis.
14 Pekerja
14. Pekerja mendapatkan Sudah cukup jelas
1 bayaran, tunjangan,
jaminan sosial dan
fasilitas kesejahteraan
lainnya sesuai aturan
ketenagakerjaan
dan/atau kontrak kerja
yang tidak
bertentangan dengan
aturan
ketenagakerjaan yang
berlaku dan/atau
berdasarkan
kesepakatan kerja;
14. Pekerjaan yang Pelatihan prosedur K3
2 memiliki risiko dan fasilitas K3 sesuai
kesehatan dan kebutuhan untuk
keselamatan kerja menjamin keamanan
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
i n n
(K3) perlu pekerja
No Indikator
diperlengkapi dengan Pengertian
peralatan dan
prosedur sesuai
kebutuhan;
14. Tidak mempekerjakan Sudah cukup jelas
3 pekerja anak.
15. KOMPETENSI
PERSONEL
15. Unit budidaya • Pekerja memahami
1 mengupayakan dan dapat menerapkan
pelatihan, sosialisasi a. Tata cara
dan/atau peningkatan pengelolaan
kompetensi terkait kesehatan udang
dengan b. Cara Higiene yang
Baik
a) tata cara c. Jaminan mutu dan
pengelolaan keamanan pangan
kesehatan udang; d. Tanggung jawab
lingkungan
b) cara higiene yang
e. Higiene personel
baik (CHB) untuk Pemahaman bisa
memastikan didapatkan dari
kesadaran pekerja Pendidikan, pelatihan
terhadap peran atau sosialisasi
serta tanggung
jawab untuk
melindungi udang
dari kontaminasi
dan kerusakan;
c) pemahaman serta
kemampuan untuk
menerapkan
jaminan mutu
keamanan pangan,
kesehatan udang
serta lingkungan
bagi pekerja yang
bertanggung jawab
pada praproduksi,
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
i n n
No Indikator Pengertian
produksi, panen
dan pascapanen;
d) pemahaman
higiene personel.
16 Pendokumentasian
Dokumentasi kegiatan • Dokumentasi kegiatan
budidaya budidaya dilakukan,
dikembangkan dan direkam dan
diterapkan guna digunakan sejak
ketertelusuran yang tahapan pra produksi,
mencakup data: produksi dan pasca
a) persiapan wadah; produksi
b) penggunaan benih; Dokumentasi
•
c) penggunaan pakan; budidaya dilakukan
untuk membuktikan
d) penggunaan
efektivitas
energi; pengendalian unit
e) pengelolaan budidaya yang
kualitas air dan bertanggung jawab
lingkungan; berdasarkan aspek
f) pengelolaan keamanan pangan,
kesehatan udang lingkungan, kesehatan
dan kesejahteraan ikan
dan penggunaan
serta social ekonomi,
obat ikan; serta ketertelusuran.
g) penanganan panen, • Unit budidaya dalam
pascapanen, dan membuktikan
distribusi; dan pengendalian
h) pemantauan dan kegiatannya antara
pengelolaan lain mencatat
waktu/tanggal, jenis
limbah buangan
(merk) serta volume
budidaya. sarana budidaya yang
digunakan, perlakuan
serta alasan dan/atau
hasil perlakuan,
identitas
pemasok/pembeli
produk akhir
• Dokumentasi antara
lain terdiri dari
dokumen pengadaan
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
i n n
No Indikator saranaPengertian
budidaya, hasil
pemantauan dan
pengujian serta
perlakuan yang
diberikan
Pagi Sore
Tabel 3. Data hasil pengukuran Salinitas