Anda di halaman 1dari 62

TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANNAME (Litopenaeus

vannamei) DENGAN SISTEM INTENSIF DI PT. GGA


KABUPATEN BULUKUMBA, PROVINSI SULAWESI
SELATAN

LAPORAN KERJA PRAKTIK AKHIR (KPA)


PROGRAM STUDI TEKNIK BUDIDAYA PERIKANAN

Oleh :
WELIN ANGELY WARLELA
NIT. 21.3.03.058

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN
SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN
SORONG 2024
MANAJEMEN PAKAN UDANG VANNAME (Litopenaeus vannamei)
DENGAN SISTEM INTENSIF DI PT.GGA
KABUPATEN BULUKUMBA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

Oleh :
WELIN ANGELY WARLELA
NIT. 21.3.03.058

Laporan KPA Ini disusun sebagai salah satu syarat


untuk mengikuti Kerja Praktik Akhir (KPA) pada
Program Studi Teknik Budidaya Perikanan
Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN
SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
SORONG 2024
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Teknik Pembesaran Udang Vanname (Litopenaeus Vannamei) Dengan


Sistem Intensif di PT.GGA, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi
Selatan
Nama : Welin Angely Warlela
NIT : 21.3.03.058

Proposal Kerja Praktik Akhir (KPA) ini disusun Sebagai salah


satu syarat untuk mengikuti Kerja Praktik Akhir (KPA) pada
Program Studi Teknik Budidaya Perikanan
Politeknik Kelautan dan Perikanan

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Ahmad Yani, M.Si Hendra poltak, S.E.,M.S.A


NIP. 19901207 202012 1 001 NIP. 19801112200801 1 004

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Budidaya Perikanan

Ernawati, M.Si
NIP. 1990051 201902 2 007
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan, Laporan Kerja Praktik
Akhir (KPA) yang berjudul “Manajemen Pakan Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei)” Tambak H. Takdir, Desa Angkue, kecamatan Kajuara, Kabupaten
Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai
pihak, demikian pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Daniel Heintje Ndahawali S.Pi,M.Si selaku Direktur Politeknik Kelautan
Dan Perikanan Sorong.
2. Ernawati, M.Si Selaku Kepala Program Studi Teknik Budidaya Perikanan.
3. Ahmad Yani, M.Si selaku pembimbing utama.

4. Hendra Poltak, S.E., M S A Selaku Pembimbing Pendamping.

5. Petugas BAAK yang telah membantu mengurus administrasi KPA (Kerja


Praktik Akhir)

6. H. Takdir sebagai kepala Tambak di Desa Angkue

7. Orang tua, keluarga dan teman-teman yang setia memberi dorongan, semangat
serta doa kepada saya.
8. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penulisan proposal
ini, yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
sehingga penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun serta memberikan motivasi kepada penulis untuk perbaikan
proposal ini.

Bone, 05 Januari 2024


Welin Angely Warlela
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Komoditas yang menjadi sasaran untuk dikembangkan sebagai hasil
produksi budidaya perikanan yang saat ini diutamakan adalah udang vaname.
Budidaya udang vaname telah dikomersialkan dan berkembang sangat pesat
karena peminatnya yang semakin meningkat, baik dari dalam negeri maupun dari
luar negeri. Selain Indonesia, negara-negara yang telah mengembangkan udang
vaname antara lain China, Taiwan, dan Thailand (Rahmadina et al., 2022).
komoditas ini juga memiliki keunggulan cukup baik karena
produktivitasnya tinggi sehingga peluang kelangsungan hidup udang ini tinggi,
penebaran padat tebar yang tinggi tidak banyak dipermasalahkan karena
komoditas ini dapat memaksimalkan seluruh kolom air dari dasar hingga
kepermukaan dan toleran terhadap lingkungan yang berubah - ubah, waktu
pemeliharaan lebih singkat, pertumbuannya relative cepat sehingga komoditas ini
lebih mudah dibudidayakan. Udang vaname merupakan komoditas air payau yang
banyak diminati karena menjadi salah satu komoditas yang banyak diminati dan
mempunyai tingkat pertumbuhan yang relatif cepat (A. W. W. Pratama &
Suciyono, 2022).
Kegiatan pembesaran udang vaname yang sedang berkembang adalah
budidaya yang dilakukan secara intensif yang ditandai dengan padat tebar yang
tinggi, padat modal serta teknologi. Tahapan-tahapan pembesaran udang vaname
dimulai dari tahapan pertama persiapan lahan yang meliputi pengeringan,
perbaikan konstruksi, pengapuran, pemupukan, pemberantasan hama dan
pengisian air. Tahap kedua penebaran benih mulai dari padat tebar, jumlah tebar
dan waktu dan serta cara penebaran benih. Tahap ketiga untuk budidaya udang
yaitu pemeliharaan yang meliputi menajemen kualitas air, manajemen pakan,
pengendalian hama penyakit dan sampling serta tahap terakhir yaitu panen dan
pasca panen (Alwie et al., 2020a).
Budidaya teknologi intensif Udang Vaname (Litopenaeus vannamei),
dicirikan dengan padat penebaran benih tinggi, mempergunakan pakan tambahan
(pellet) sebagai pakan utama, dan sarana dan prasarana yang lengkap baik
konstruksi maupun manajemen berbudidayanya (Romadhona et al., 2016).
Budidaya intensif merupakan sistem teknologi budidaya udang dengan tingkat
penebaran benih lebih tinggi, serta memanfaatkan pakan alami, pakan tambahan,
dan di dukung oleh teknologi budidaya(Yunarty et al., 2022)
Udang vaname memiliki keunggulan yang tepat untuk kegiatan budidaya
udang dalam tambak antara lain: Responsif terhadap pakan/nafsu makan yang
tinggi, lebih tahan terhadap serangan penyakit dan kualitas lingkungan yang buruk
pertumbuhan lebih cepat, tingkat kelangsungan hidup tinggi, padat tebar cukup
tinggi (Musa et al., 2020). Pakan merupakan sumber nutrisi yang terdiri dari
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral yang dibutuhkan udang untuk
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal sehingga produktivitasnya bisa
ditingkatkan.
Usaha peningkatan produksi udang vaname dapat dilakukan melalui usaha
budidaya secara intensif dengan penerapan sapta usaha pertambakan secara utuh
dan menyeluruh. Salah satu di antaranya adalah pemberian pakan yang efektif dan
efisien. Penyediaan pakan berkualitas tinggi merupakan faktor penting yang
menentukan keberhasilan budidaya udang. Pada kegiatan budidaya udang
vaname, ketersediaan pakan yang tepat, baik secara kualitas maupun kuantitas
merupakan syarat mutlak untuk mendukung pertumbuhannya, yang pada akhirnya
dapat meningkatkan produksi(Tahe & Suwoyo, 2011).
Tingkah laku dan sifat makna udnag vaname. Sifat udang vaname dalam
mencari makan adalah diurnal dan nocturnal. Pemberian pakan untuk
budidayanya disesuaikan dengan sifat dari udang tersebut dalam hal jumlah dan
frekuensi pakan (Nuhman, 2009). Umur dan jumlah tebar juga menentukan dalam
hal pemberian pakan. Sehingga perlu adanya suatu etepatan dan kecermatan
dalam memberinya sehingga udang tidak mengalami kelebihan dan kekurangan
pakan. Pemberian pakan yang sesuai dan tepat akan memberikan hasil
pertumbuhan yang maksimal (Renitasari et al., 2021).

2.2 Tujuan
Adapun Tujuan dilakukannya Kerja Praktik Akhir adalah sebagai berikut.
1. Untuk Mengetahui Teknik Pembesaran Udang Vanname
2. Untuk mengetahui Cara program dan Manajemen Pakan pada Budidaya
Udang Vanname
3. Untuk mengetahui Analisa Usaha budidaya udang Vanname
4. Untuk mengetahui ketentuan pada Checklist Cara Budidaya Ikan yang
Baik (CBIB) pada tambak Budidaya Udang Vanname
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Kultivan


2.1.1 Klasifkasi Udang Vanname
Udang Vaname dikenal sebagai white leh shrimp atau western white
shrimp atau pacific white leg shrimp dalam dunia perdagangan. Di Indonesia,
selain dikenal sebagai udang vaname juga dikenal sebagai udang vannmei atau
udang kaki putih. Udang vaname menyandang nama ilmiah Litopenaeus
Vannamei (Multazam & Hasanuddin, 2017). Udang vaname digolongkan dalam
famili Penaidae.
Penggolongan udang vaname secara lengkap adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Crustacea
Sub kelas : Eunalacrostaca
Super Ordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Sub ordo : Dendrobranciata
Famili : Penaide
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei

2.1.2 Morfologi Udang Vaname


Gambar 1. Udang Vanname (Litopenaeus vannamei)
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Secara morfologis udang vaname dapat dibedakan dalam dua bagian yaitu
bagian kepala yang menyatu dengan dada disebut chepalotorax dan bagian
belakang bagian perut disebut abdomen. Pada bagian kepala terdapat mata
majemuk yang bertangkai, rostrum, dimana gerigi rostrum pada bagian atas
biasanya terdiri dari sembilan buah dan bagian bawah terdiri dari tiga buah dan
dilengkapi pula dengan sepasang antena yang panjang. Pada bagian perut terdapat
lima pasang kaki renang (pleopoda) yang terletak di masing-masing ruas,
sedangkan pada ruas keenam terdapat kaki renang yang telah berubah bentuk
menjadi kipas (uropoda) yang ujungnya membentuk ujung ekor yang disebut
dengan telson dan di bawahnya terdapat lubang dubur (anus). Alat kelamin jantan
disebut petasma, yang terletak di antara kaki renang pertama sedangkan alat
kelamin udang betina disebut thelicum yang terletak antara kaki jalan dan kaki
renang (Mukhammad Amrillah et al., 2015)
2.1.3 Habitat dan Siklus Hidup
Nadhif, (2016) menyatakan bahwa udang vaname (Litopenaeus vannamei)
sebenarnya bukan udang lokal atau asli Indonesia. Udang ini berasal dari Meksiko
yang kemudian mengalami kemajuan pesat dalam pembudidayaannya dan
menyebar ke Hawaii hingga Asia. Budidaya udang vaname (Litopenaeus vaneme)
di Asia pertama kali adalah di Taiwan pada akhir tahun 1990 dan pada akhirnya
merambah ke berbagai negara di Asia diantaranya Indonesia dan mulai meningkat
pada tahun 2001 – 2002. Di habitat alaminya udang vaname suka hidup pada
kedalaman kurang lebih 70 meter. Udang vaname bersifat nocturnal, yaitu aktif
mencari makan pada malam hari.
Siklus hidup udang vaname sebelum ditebar di tambak yaitu stadia naupli,
stadia zoea, stadia mysis, dan stadia post larva. Pada stadia naupli larva berukuran
0,32-0,59 mm, sistem pencernaanya belum sempurna dan masih memiliki
cadangan makanan berupa kuning telur. Stadia zoea terjadi setelah larva ditebar
pada bak pemeliharaan sekitar 15-24 jam. Larva sudah berukuran 1,05-3,30 mm
dan pada stadia ini benih mengalami 3 kali moulting. Pada stadia ini pula benih
sudah bisa diberi makan yang berupa artemia. Pada stadia mysis, benih udang
sudah menyerupai bentuk udang. Maksud dicirikan dengan sudah terlihatnya ekor
kipas (uropoda) dan ekor (telson). Selanjutnya udang mencapai stadia post larva,
dimana udang sudah menyerupai udang dewasa. Hitungan stadianya sudah
menggunakan hitungan hari. Misalnya, PL1 berarti post larva berumur satu hari.
Pada stadia ini udang sudah mulai bergerak aktif (Nadhif, 2016).
2.2 Teknik Budidaya Udang Vaname
Budidaya intensif merupakan sistem teknologi budidaya udang dengan
tingkat penebaran benih lebih tinggi dari pada tingkat semi intensif, serta
memanfaatkan pakan alami, pakan tambahan, dan input produksi lainnya.
Budidaya udang vaname dengan teknologi intensif mencapai padat tebar yang
tinggi berkisar 100-300 ekor/m2 (Sutiana et al., 2017).
2.2.1 Teknik Pembesaran Udang Vanname
A. Persiapan Media
Tahap awal budidaya udang vannamei di kolam beton dengan
mempersiapkan kolam atau bak beton. Ukuran kolam atau bak beton yang
digunakan untuk pemeliharaan udang vannamei disesuaikan dengan lahan yang
ada minimal kedalaman 1 meter. Sebaiknya dilakukan pengkapuran di dasar
kolam untuk mencegah unsur biotik dan hama yang merugikan atau pengeringan
air dalam kolam ini dibiarkan selama 3 hari untuk memastikan bakteri yang ada
tadi benar – benar hilang dan mati (Kusyairi et al., 2019)
B. Pengisian Air
Setelah petakan siap maka dilakukan pengisian air laut dengan ketinggian
air 70 cm. Air yang masuk kepetakan tambak terlebih dahulu disaring
menggunakan saringan dengan ukuran mesh size 80 yang selanjutnya disterilisasi
dengan kaporit sebanyak 30 ppm yang ditebar secara merata. Sehari setelah
penebaran kaporit, kincir dihidupkan dengan tujuan untuk menetralkan kandungan
kaporit. Penambahan air tawar dipetakan tambak dilakukan sampai dengan
ketinggian air di tambak mencapai 120 cm dengan salinitas sekitar 20 ppt
(Subyakto, S., Sutende, D., Afandi, M., 2009)
C. Seleksi Benih
Seleksi benih juga perlu diperhatikan. Benih udang (benur) yang
digunakan harus memiliki SPF (Spesific Pathogen Free), PL 8-9, tahan terhadap
perubahan lingkungan dan tahan terhadap penyakit. Ciri benih udang yang bagus
diantaranya ukuran benih seragam, panjang benih > 6 mm, aktif berenang secara
menyebar dan melawan arus, tubuh berwarna bening transparan, serta terbebas
dari infeksi virus dan bakteri (Arsad et al., 2017)
D. Penebaran Benur
Sebelum benur vanamei ini ditebar, harus dilakukan aklimitasasi terhadap
suhu pada air dalam kolam budidaya. Dengan cara mengapungkan kantong –
kantong yang berisi benur ke dalam kolam. Kemudian, dilanjutkan dengan cara
menyiram kantung yang berisi benur tersebut dengan air di dalam kolam. Benih
harus dilakukan proses aklimitisasi sebelum ditebar agar memiliki daya tahan
yang baik. Proses ini dilakukan dengan memberikan air tambak pada kantung
yang berisi udang, lalu diapungkan dalam tambak selama 15-20 menit, setelah itu
udang dilepas perlahan-lahan didalam kolam. Proses ini sebaiknya dilakukan saat
siang hari
Pada umumnya waktu penebaran benih – benih jenis ikan air tawar
dilakukan pada sore hari atau matahari tidak terlalu panas. Berbeda dengan waktu
penebaran benur vanamei di kolam, kalau benur udang vaname malah ditebar
pada saat matahari sedang panas yaitu siang hari (Kusyairi et al., 2019).
E. Kontrol Pertumbuhan
Pemantauan pertumbuhan udang vaname selama masa pemeliharaan patut
dilakukan untuk memonitor apakah penegelolan dan manajemen pemberian pakan
sudah benar. Kegiatan pemantauan pertumbuhan populasi udang dilakukan
dengan mengambil sampel udang dengan rentang waktu 7 hari sekali, yang
dimulai dari umur pemeliharaan 40 hari hingga pemanenan total. Pengambilan
sampel pada kegiatan sampling dilakukan dengan menggunakan anco atau
dijaring menggunakan jala. Pengambilan sampel dilakukan pada satu titik yaitu di
bagian sudut tambak dengan cara menebar jala di permukaan hingga kolom air
tambak (Iskandar, Trianto, et al., 2022).
F. Analisa Teknik Pembesaran
Analisa teknik pembesaran perlu dilakukan untuk mengetahui perkembangan
udang yang dibudidayakan. Analisa data pembesaran udang dapat terbagi sebagai
berikut :
 ABW (Average Body Weight)
Average Body Weight merupakan rata-rata berat secara keseluruhan
dalam suatu populasi
 ADG (Average Daily Growth)
Average Daily Growth adalah rata-rata pertambahan berat perhari dalam
suatu periode waktu (Yasin & Azis, 2022)
 FCR (Feed Convertio Ratio)
Feed Conversion Rate adalah perbandingan antara jumlah kebutuhan
pakan yang diperlukan untuk memproduksi satu kg bobot udang. Semakin kecil
FCR maka akan semakin besar keuntungan yang diperoleh, karena kebutuhan
pakan pada kegitan pembesaran udang vaname merupakan kebutuhan terbesar(M
aryadi romansyah, 2015). Nilai konversi pakan yang rendah akan meningkatkan
efisiensi penyerapan pakan oleh udang (Ariadi et al., 2020).
 SR (Survival Rate)
Survival Rate merupakan tingkat kehidupan udang dalam petakan
tambak Survival rate dikategorikan baik apabila nilai SR> 70%, untuk SR
kategori sedang 50-60%, dan pada kategori rendah nilai SR <50% (Arsad et al.,
2017)
 Mortalitas

2.2.2 Manajemen Pakan


A. Nutrisi Pakan
Kandungan nutrisi pakan tersebut terdiri dari protein 35%, serat kasar
4,0%, lemak 4,5%, air 12% dan abu 14%. Protein adalah zat makanan yang
digunakan untuk kebutuhan udang tumbuh secara optimum. Menurut Supono
(2017) menyatakan bahwa kadar protein termasuk factor yang penting untuk
pertumbuhan udang vaname. Protein menjadi factor pembatas harga pakan dan
pertumbuhan udang. Selain untuk pertumbuhan, protein juga berfungsi untuk
sumber energi apabila kebutuhan energi dari karbohidrat dan lemak tidak
terpenuhi. Sumber energi undang diperoleh dari karbohidrat dan lemak sedangkan
protein hanya digunakan untuk pertumbuhan.
Hal ini sama dengan penelitian Muqaramah (2016) yang menyatakan
bahwa hasil kelangsungan hidup udang tertinggi pada pemberian protein pakan
35%. Lemak dibutuhkan udang sebagai nutrisi pada pakan untuk kebutuhan energi
dan juga proses metabolisme. Lemak ini nantinya akan digunakan sebagai sumber
energi. Seperti pendapat Rahman et al. (2018) bahwa keberadaan lemak memiliki
peranan yang penting juga sebagai proses kelangsungan hidup dan pertumbuhan,
beberapa jenis asam lemak ini sangat berdampak untuk kehidupan udang. Pada
proses oservasi penelitian bahwa kadar lemak sebesar 4,5%. Kebutuhan lemak
pada pakan yang telah diserap oleh udang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme pada udang vaname(Tahe & Suwoyo, 2011)
B. Jenis Pakan, Ukuran, dan Dosis Pakan
Pemberian pakan tergantung dari jenis, bentuk dan ukuran udang. Untara
et al. (2018), pemberian pakan dengan jenis dan ukuran yang berbeda bertujuan
agar pakan yang diberikan dimakan udang secara efektif (Riani et al., 2012).

2.2.3 Manajemen Kualitas Air


Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kelulushidupan dalam
budidaya adalah faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik diantaranya adalah faktor
fisika, kimia air suatu perairan atau sering disebut dengan kualitas air. Kualitas air
yang baik akan menyebabkan proses fisiologi dalam tubuh biota berjalan dengan
baik, sehingga mendukung pertumbuhan dan tingkat kelulushidupan biota (Fuady
et al., 2013).
Air merupakan media yang terpenting dan sangat berperan dalam segala
aktivitas dalam kegiatan budidaya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ghufron et al.
(2017), bahwa kualitas air media budidaya memegang peran penting dalam
kegiatan budidaya karena dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup serta
performa pertumbuhan udang vannamei (Halim et al., 2022)

a. Suhu
Suhu air sangat erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dalam air dan laju
konsumsi oksigen hewan air. Suhu berbanding terbalik dengan konsentrasi jenuh
oksigen terlarut (Boyd 1979). Menurut Amri dan Kanna (2008), suhu air optimal
bagi udang berkisar antara 26 – 30 oC, sedangkan berdasarkan SNI 01-7246-2006
adalah 28,5 – 31,5 oC. Pada suhu 18 – 25 oC udang masih bisa hidup, tetapi nafsu
makannya menurun (Alwie et al., 2020).
b. pH
pH air tambak udang dapat berubah menjadi asam karena meningkatnya
benda-benda membusuk dari sisa-sisa pakan atau yang lain. Derajat keasaman
(pH) air pada sore hari biasanya lebih tinggi dari pada pagi hari karena kegiatan
fotosintesis fitoplankton dalam air yang menyerap CO2 sehingga menjadi sedikit,
sedangkan di pagi hari CO2 banyak sebagai hasil dari kegiatan pernapasan
binatang maupun fitoplankton dan juga pembusukan di dalam air. Haliman dan
Adijaya (2005) menyatakan bahwa kisaran nilai pH yang ideal untuk
pertumbuhan udang adalah 7,5 – 8,5, sedangkan berdasarkan SNI 01- 7246-2006
adalah 7,5 – 8,5.

c. Kecerahan
Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi
suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus kedalam air.
Kecerahan air pada tambak udang vaneme sangat tergantung kepada kelimpahan
fitoplankton, zooplankton dan bahan partikel yang terlarut. Kisaran kecerahan
yang baik untuk pemeliharaan udang adalah 35–45 cm. Pengamatan kecerahan air
dapat menggunakan alat yang disebut dengan sechi disk (Pasongli & Dirawan,
2016)
d. DO (Dissolved oxygen)
Nilai DO cenderung lebih rendah pada pagi hari dibandingkan siang dan
sore hari. Hal ini dikarenakan pada siang hari adanya aktivitas fotosintesis dari
fitoplankton yang menghasilkan oksigen. Keadaan sebaliknya pada malam hari
fitoplankton tidak berfotosintesis dan berkompetisi dengan udang dalam
mengkonsumsi oksigen. Oksigen terlarut di bawah 3 mg/l dapat menyebabkan
udang stress dan mengalami kematian.
e. Salinitas
Kenaikan dan penurunan salinitas yang terjadi masih berada dalam kisaran
optimal dan masih mendukung pertumbuhan dan kehidupan udang vaname. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Nababan dkk. (2015) menyatakan bahwa salinitas
yang baik untuk pertumbuhan berkisar antara 10-30 ppt (Musa et al., 2020).
f. Amonnia
Amonia di perairan merupakan hasil metabolisme protein oleh Udang dan
Mikroorganisme. Amonia yang dilepaskan akan berakumulasi dalam jumlah besar
pada lingkungan dan dapat mengakibatkan mekanisme yang memerlukan energi
seperti aktifnya NH4 dan meningkatnya aliran air seni untuk membuang sisa
nitrogen. Oleh karenanya Ph air tambak akan naik dengan naikknya amonia dan
keadaan ini akan mengakibatkan pertumbuhan udang melambat dan efisiensi
pakan rendah (Sutrisyani, 2005)
2.2.4 Kontrol Hama dan Penyakit
Penyakit merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara lingkungan,
inang, udang dan jasad organisme penyakit. Interaksi yang tidak seimbang
ini menyebabkan stress pada udang, sehingga mekanisme pertahanan diri
yang dimilikinya menjadi lemah akhirnya mudah diserang penyakit (Evi Gusti
Yanti et al., 2017). Beberapa kasus membuktikan bahwa penyakit tersebut belum
dapat ditanggulangi secara efektif sehingga tindakan yang tepat dapat dilakukan
adalah preventif (pencegahan), seperti :
 Manajemen kualitas air secara teratur dan kontinyu.
 Monitoring dan pengelolaan tanah dasar tambak secara intensif.
 Ketepatan dalam pemberian pakan, baik jumlah, waktu, frekuensi jenis, ukuran,
maupun kualitas pakan.
 Kepadatan penebaran benur dibatasi berdasarkan spesifikasi teknologi yang
diterapkan (Andriyanto et al., 2013).
2.2.5 Panen dan Pasca Panen
Pemanenan merupakan salah satu rangkaian hasil kegiatan akhir usaha
pembesaran udang yang telah mencapai ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan
secara parsial dan total. Pemanenan total merupakan teknik pemanenan yang
dilakukan dengan menyurutkan secara total seluruh air media pemeliharaan dan
semua udang yang ada di dalam satu petakan dipanen.
Pemanenan hasil budidaya udang vannamei di kolam beton bisa dilakukan
sesuai kebutuhan atau sesuai pesanan dari konsumen disesuaikan dengan berat per
ekor yang mereka pesan. Umumnya udang vannamei dipanen saat usia 70 hari
atau 85 hari (3 bulan 10 hari)
2.2.6 Analisa Usaha
1. Laba/Rugi
Laba rugi adalah selisih jumlah total pendapatan dengan total biaya,
meliputi biaya tidak tetap yang digunakan untuk menghasilkan produksi
(Permatasari & Ariadi, 2021)
2. R/C Ratio
R/C Ratio adalah besaran nilai perbandingan antara penerimaan usaha
(revenue) dengan total biaya (cost). Dari analisis R/C Ratio dapat diketahui
apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak menguntungkan. Jika hasil
perhitungan R/C Ratio lebih dari satu berarti usaha tersebut menguntungkan, jika
hasilnya sama dengan satu maka usaha tersebut dikatakan impas atau belum
memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Dan jika hasil
perhitungan R/C Ratio kurang dari satu maka usaha tersebut mengalami kerugian
(Yasin & Azis, 2022)
3. PayBack Period
Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas yang diterima.
Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik untuk diusahakan. Semakin
cepat dana investasi dapat diperoleh kembali, semakin kecil risiko yang
ditanggung oleh perusahaan. Dana investasi tersebut dapat digunakan untuk
kebutuhan lain( Yasin et al., 2022).

2.2.7 SOP (Standar Operasional Prosedur )


Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman atau
acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai denga fungsi dan alat
penilaian kinerja instansi berdasarkan indikator-indikator teknis,
administratif dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem
kerja pada unit kerja yang bersangkutan, (Budiarto, 2021).

Standar Operational Procedure (SOP) :


 Persiapan Lahan
 Persiapan Air
 Pembentukan Air
 Penebaran Benur
 Manajemen Kualitas Air
 Program Perlakuan
 Manajemen Pakan
 Panen dan Pascapanen
BAB III METODE PRAKTIK

3.1 Persiapan Kolam (Beton)


3.1.1 Tujuan: Tujuan dilakukannya Kegiatan Persiapan Kolam (Beton) adalah
untuk membersihkan hama dan penyakit masuk ke dalam wadah budidaya dan
juga sebagai tempat budidaya ikan.
3.1.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan Persiapan Kolam dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Bahan Persiapan kolam (Beton).
No Alat Kegunan
1 Sikat Untuk menyikat kotoran (Lumut, pasir,
teritip) pada dinding dan dasar kolam
2 Pisau Untuk membersihkan teritip
3 Kawat Baja Untuk menyikat kotoran (Lumut, pasir,
teritip) pada dinding dan dasar kolam
4 Alkon Untuk memompa air
5 Selang Untuk mengalirkan air dari alkon

3.1.3 Prosedur Kerja


Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan Persiapan Kolam
(Beton) adalah sebagai Berikut.
 Siapkan Alat dan bahan yang akan digunakan
 Sikat seluruh permukaan dinding dan dasar tambak menggunakan sikat dan
kawat baja untuk membersihkan lumut, pasir dll
 Pembersihan teritip menggunakan pisau
 Hidupkan mesin pompa air (alkon)
 Arahkan selang pada kolam
 Lakukan penyemprotan kotoran- kotoran (lumpur, lumut, pasir, teritip dll) yang
telah dibersihkan sebelumnya
 Lakukan hingga kotoran keluar pada lubang pembuangan

3.2 Persiapan Media (Pengisian air)


3.2.1 Persiapan Media (Sterilisasi air )
a. Tujuan : Tujuan dilakukannya kegiatan pengisian air / persiapan media
(sterilisasi) adalah untuk memenuhi kebutuhan kegiatan budidaya.

b. Alat dan Bahan


Alat dan Bahan yang digunakan dalam kegiatan pengisian air dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Alat dan Bahan yang digunakan
No Alat Kegunaan
1 Pompa Air Untuk memompa air masuk ke
dalam kolam Budidaya
2 Selang Untuk mengalirkan air ke dalam
kolam budidaya
3 Timbangan Untuk menimbang

No Bahan Kegunaan
1 Bestacide Untuk membunuh Crustacea liar
2 Cuprisulfat (CuSO4) Untuk membunuh hewan jenis
kerang-kerangan
3 Kaporit Untuk desinfektan, membunuh
hewan -hewan liar
c. Prosedur Kerja
Langkah- langkah yang dilakukan dalam kegiatan sterilisasi air adalah
adalah sebagai berikut.
 Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
 Hidupkan Mesin pompa air
 Alirkan air dari laut menggunakan pompa air dan selang ke dalam tandon
hingga tinggi air mencapai 150 cm.
 Proses sterilisasi air di tandon dengan Pengaplikasian iodine sebanyak 4
ppm
 Proses sterilisasi air di tandon menggunakan euroseptic sebanyak 4 ppm
 Air dalam tandon diendapkan selama 24 jam
 Alirkan air dalam tandon kedalam kolam pemeliharaan
 Pengaplikasian Bestacide dengan dosis 2 ppm
 Pengaplikasian cuprisulfat (CuSO4) dengan dosis 2,5 ppm
 Pemberian Kaporit sebanyak dengan dosis 30 ppm

3.2.2 Penumbuhan plankton


a. Tujuan : Tujuan dilakukannya kegiatan penumbuhan plankton dan probiotik
untuk dapat mempercepat pembentukan dan kestabilan plankton,
menurunkan pertumbuhan bakteri yang merugikan, penyedia pakan
alami dalam bentuk flok bakteri dan menumbuhkan bakteri pengurai.

b. Alat dan Bahan


Alat dan Bahan yang digunakan dalam kegiatan penumbuhan planton dan
probiotik dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Alat dan Bahan yang digunakan (Penumbuhan plankton)


No Alat Kegunaan
1 Ember Sebagai wadah untuk menaruh bahan-
bahan
2 Timbangan Untuk menimbang
3 Gayung Untuk mengambil

No Bahan Kegunaan
1 Khaptan Untuk menaikan alkalinitas, pH,
mengikat koloid.
2 Biolacto Menekan vibrio, menstimulasi daya
imun, mengurangi akumulasi bahan
organik
3 Bacillus Menekan vibrio, menstimulasi daya
imun, mengurangi akumulasi bahan
organik dan Melysis BGA, menekan
vibrio dan menebalkan flock
c. Prosedur Kerja
Langkah Langkah yang dilakukan dalam kegiatan penumbuhan plankton
dan probiotik adalah sebagai berikut .
 Siapkan Alat dan Bahan yang akan digunakan
 Timbang khaptan menggunakan Timbangan digital dengan dosis 10 ppm yang
digunakan pada hari ke 1, 3, 5, 7, dan 9 setelah sterilisasi air
 Penggunaan Biolacto dengan Dosis 20 ppm yang digunakan pada hari ke 1,
3,5, 7, dan 9 setelah kegiatan sterilisasi air
 Penggunaan lodin 2% dengan dosis 5 ppm yang diaplikasikan pada hari ke 2
setelah proses sterilisasi air
 Penggunaan Bacillus dengan dosis 5 ppm yang diaplikasikan pada hari ke 4, 5,
dan 7 setelah kegiatan sterilisasi air
 Diamkan air dalam petak selama 24 jam.
3.3. Penebaran Benur
3.3.1 Tujuan : Tujuan dilakukannya kegiatan penebaran benur adalah sebagai
awal untuk kegiatan budidaya
3.3.2 Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam kegiatan penebaran benur dapat
dilihat Tabel 4.
Tabel 4. Alat dan bahan yang digunakan (penebaran benur)
No Alat Kegunaan
1 Bambu Sebagai pembatang kantong benur
2 Refraktometer Untuk mengukur salinitas
3 Suhu Untuk mengukur suhu air

No Bahan Kegunaan
1 Benur Udang Vanname Sebagai biota yang akan dibudidayakan
3.3.3 Prosedur Kerja
Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan penebaran benur adalah
sebagai berikut.
 Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
 Letakkan seluruh kantong benur ke atas permukaan air kolam
 Letakkan bambu ataus selang spiral ke sebelah kantong agar sebagai pembatas
kantong tak hanyut ke sisi lain kolam
 Siram seluruh kantong benur dengan air tambak.
 Setelah sekitar 15 menit buka kantong benur dan masukan air tambak kedalam
kantong benur.
 Lepaskan benur kedalam kolam setelah sekitar 2 menit kantong yang telah
diberi air kolam

3.4 Manajemen Pakan


3.4.1 Tujuan : Tujuan dilakukannya manajemen pakan adalah untuk menentukan
frekuensi pemberian pakan dan dosis pakan agar pemberian pakan
dapat teratur
3.4.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan Manajemen Pakan dapat
dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Alat dan bahan yang digunakan (manajemen pakan)


No Alat Kegunaan
1 Timbangan digital (Kg) Untuk menimbang pakan
2 Timbangan digital (gr) Untuk menimbang pakan (anco)
3 Gayung Untuk menimba pakan dari dalam
karung
4 Ember Sebagai Wadah untuk meletakkan pakan
5
No Bahan Kegunaan
1 Pakan
3.4.3 Prosedur Kerja
Langkah- langkah yang digunakan dalam kegiatan manajemen pemberian
pakan adalah sebagai berikut.
 Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
 Timbang Pakan sesuai dengan dosis dan jumlah pakan harian menggunakan
timbangan digital (kg)
 Timbang pakan (anco) menggunakan timbangan digital (gr)
 Pakan diberikan pada udang secara manual (menggunakan tangan) ditebar
secara merata pada tiap petaknya.
 Lakukan hingga pakan habis

3.4 Monitoring Kualitas air


3.4.1 Tujuan : Tujuan dilakukannya Monitoring kualitas air adalah Untuk
mengetahui kualitas air kolam, dengan diketahuinya kualitas air
pada kolam dapat di lakukan pencegahan terhadap penyakit
3.4.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan monitoring kualitas air
dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Alat dan bahan yang digunakan (Monitoring kualitas air)


No Alat Kegunaan
1 Refraktometer Untuk mengukur Salinitas
2 pH Digital Untuk mengukur asam dan basa
3 pH Paper Untuk mengukur asam dan basa
4 Sechi disk Untuk mengukur kecerahan
5 Amonnia test Untuk mengukur kadar amonia
6 Nitrit test Untuk mengukur nitrit
7 Nitrat test Untuk mengukur Nitrat
8 Thermometer Untuk mengukur suhu
9 DO meter Untuk mengukur oksigen terlarut
No Bahan Kegunaan
1 Air tambak Sebagai Media budidaya
3.4.3 Prosedur Kerja
Langkah- langkah yang dilakukan dalam kegiatan monitoring kualitas air
adalah sebagai berikut.
 Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
 Diambil air sample dari dalam petak secukupnya
 Diukur setiap parameter kualitas air
 Catat hasilnya
 Pengukuran suhu dilakukan 3 kali sehari (Pagi, siang, dan sore)
 Pengukuran pH Dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore)
 Lakukan pengukuran nitrit, nitrat dan amonia seminggu sekali

3.5 Kontroling Hama dan Penyakit


3.5.1 Tujuan : Tujuan dari kegiatan kontroling hama dan penyakit adalah Untuk
mencegah terjadinya kerugian oleh pembudidaya, mencegah
serangan penyakit.
3.5.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan kontroling hama dan
penyakit dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Alat dan bahan yang digunakan (Kontroling hama dan penyakit)
No Alat Kegunaan
1 Cuprisulfat Untuk membunuh hewan jenis
kerang-kerangan
2 Waring Sebagai Biosecurity (pagar) untuk
mengurangi resiko masuknya
penyakit dan hama kedalam
petakan
3 Kaporit Untuk desinfektan, membunuh
hewan -hewan liar
No Bahan Kegunaan
1 Air tambak Sebagai media pemeliharaan
3.5.3 Prosedur Kerja
Langkah- langkah yang dilakukan dalam kegiatan kontroling hama dan
penyakit adalah sebagai berikut.
 Siapkan Alat dan bahan yang akan digunakan
 Timbang kaporit dengan dosis 2,5 ppm
 Timbang Cuprisulfat dengan dosis 2,5 ppm
 Lakukan pengaplikasian pada setiap petak (tebar secara merata)
 Pemasangan Waring secara keliling dengan tinggi 2 m

3.6 Panen dan Pasca Panen


3.6.1 Tujuan : Tujuan dilakukan panen (parsial) adalah untuk menjaga keseimbangan
antara biomasa dengan ruang gerak udang dan panen total dilakukan saat ikan sudah
mencapai size dan ukuran yang diinginkan dan nuntuk mendapat keuntungan produksi
3.6.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan panen dan pasca panen dapat
dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Alat dan bahan yang digunakan (panen/pasca panen )
No Alat Kegunaan
1 Box Sebagai wadah untuk menaruh udang
2 Jala Untuk mengambil ikan dari dalam
petak
3 Keranjang / buket Untuk meniriskan udang sebelum
ditimbang
4 Timbangan digital Untuk menimbang udang
5 Loyang (besar) Sebagai wadah untuk mencuci udang
6 Ember Sebagai wadah untuk mencuci udang
No Bahan Kegunaan
1 Udang Sebagai biota yang dipanen
2 Es Batu Untuk
3 Air Tawar Untuk membersihkan udang
3.6.3 Prosedur Kerja
Langkah- langkah yang dilakukan saat kegiatan panen (Total dan parsial) adalah
sebagai berikut.
 Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
 Ambil udang dari dalam petak menggunakan jala
 Letakkan udang pada Buket
 Pindahkan udang pada loyang yang telah diisi air tawar
 Cuci udang hingga bersih
 Pisahkan udang dari kotoran lainnya yang ikut terangkut dari dalam petak dalam
jala
 Masukkan udang dalam box
 Masukkan es batu agar mencegah kebusukan udah lebih lama
2.4 Analisa U saha
Data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dengan cara mengamati, menghitung atau mengukur secara langsung
pada saat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dan melalui wawancara langsung
dengan pembimbing lapangan (Alwie et al., 2020). Sedangkan data sekunder
adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, data sekunder umumnya berupa
bukti, catatan atau laporan yang ada hubungannya dengan penelitian. Data
sekunder yang di ambil terdiri dari literatur, buku dan pustaka (Maflahah, 2013).
Selain itu juga dilakukan analisa data secara kuantitatif menggunakan rumus
sebagai berikut :

1. SR (Survival Rate)
Menurut P r a t a m a e t a l . , ( 2 0 1 7 ) adapun rumus untuk menghitung
tingkat kelangsungan hidup (SR) adalah sebagai berikut :

𝑁𝑡
SR = x 100%
𝑁𝑜

Keterangan :
SR : Tingkat kelangsungan hidup
Nt :Jumlah udang vaname yang hidup pada akhir
budidaya (individu).
No : Jumlah udang vaname yang hidup di awal budidaya (individu)

2. ABW (Average Body Weight)


Menurut Oktaviana et al., (2022) adapun rumus yang digunakan untuk
menghitung ABW adalah sebagai berikut:

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
ABW =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒k𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Keterangan:
ABW : Berat rata-rata udang sampling (gr/ekor)

Bobot total : Berat seluruh udang sampling (gr ekor)


Jumlah ekor total : Jumlah semua udang sampling

3. ADG (Average Daily Growth)


Menurut Witoko et al., (2018) adapun rumus yang digunakan untuk
menghitung ADG adalah sebagai berikut:

𝐴𝐵𝖶1−𝐴𝐵𝖶2
ADG =
𝑇

Keterangan :
ABW : Rata-rata pertambahan berat perhari dalam satu
periode (gr/hari)
ABW1 : Berat rata-rata akhir sampling (gr/ekor/hari)
ABW2 : Berat rata-rata awal (gr/ekor/hari)
T : Interval Waktu Sampling

4. FCR (Feed Convertio Ratio)


Menurut Ariadi et al., (2020) adapun rumus yang digunakan untuk
menghitung FCR adalah sebagai berikut:
Total Pakan
FCR=
Biomassa

Keterangan :
FCR : Nilai rasio konversi pakan
Total pakan : Jumlah pakan yang diberikan
(kg) Biomassa : Berat udang yang dihasilkan
(kg)

2.5 Analisa Usaha

a) Analisa Laba Rugi

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besaran laba/rugi dari usaha


setiap tahunnya. Keuntungan merupakan selisih antara total penerimaan dan
total biaya produksi. Adapun rumus perhitungan laba/rugi menurut Qomariyati
et al., (2018) adalah sebagai berikut :

π=TR−TC

Keterangan:
π : Laba/Rugi
TR : Total pendapatan (total revenue)
TC : Total biaya (total cost)

b) R/C Ratio
R/C Ratio merupakan rasioantara total penerimaan dengan total biaya
yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha(Mutakin et al., 2019). Analisis rasio
penerimaan biaya dimaksudkan untuk mengetahui besarnya nilai perbandingan
penerimaan dan xbiaya produksi yang digunakan. Adapun rumus perhitungan
R/C Ratio menurut Romadhona et al., (2016) adalah sebagai berikut:
R/C Ratio = 𝑇𝑅
𝑇𝐶

Keterangan :
TR : total revenue (total penerimaan)
TC : total cost (total pengeluaran)
C ratio > 1, untung atau layak untuk dikembangkan.
/C ratio < 1, rugi atau tidak layak untuk dikembangkan.
R/C ratio = 1, berada pada titik impas (Break Event
Point)

c) PayBack Period

Payback Period adalah jangka waktu yang diperlukan perusahaan untuk


mengembalikan modal investasinya. Rumus yang digunakan untuk menghitung
payback period menurut Prawitasari & Rafiqie, (2022) adalah sebagai berikut:

𝑃𝑃 = 𝐵𝐼
𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢n
𝑈𝑇+𝐵𝑃

Keterangan:
PP : PayBack Period
BI : Biaya Investasi
UT : Keuntungan
BP : Biaya Penyusutan
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Lokasi Pembesaran Udang Vaname


Lokasi Pembesaran Udang Vaname berada di PT. Global Gosyen
Aquaculture, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. PT. Global
Gosyen Aquaculture melakukan proses Budidaya 1 siklus selama 3- 4 bulan.
Sistem Budidaya yang diterapkan adalah sistem budidaya intensif.

Gambar 1. Petak Pembesaran


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Konstruksi kolam budidaya Udang Vaname PT. Global Gosyen Aquaculture


terbuat dari Beton dan dilapisi dengan Plastik HDPE (High Density Polyethylene)
memiliki 35 petak operasional yang mana Terbagi atas 5 Block atau Unit.
Pengelolaan secara intensif dengan menggunakan dasar tambak berupa HDPE
merupakan pilihan yang tepat bagi para pengusaha tambak yang ingin melakukan
penebaran tinggi dan memperoleh hasil panen yang maksimal. Posisi kawasan
tambak tergolong tambak tepi (pinggir) yaitu tambak yang berdekatan dengan
laut.
Fasilitas yang dimiliki setiap Petakan adalah terdapat 8 buah kincir, 2 buah
anco, saluran pemasukan air, saluran pembuangan air dan central drain.
Tabel 1. Ukuran Tambak Tiap Block di PT. Global Gosyen Aquaculture
Kode Nama Kolam dan Ukuran (m2)
Block 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A 3.967 4.257 3.969 4.519 3.937 4.031 4.000 3.312


B 5.063 5.465 4.832
C 3.135 4.917 4.410 4.497 4.482 4.473 4.425
D 4.602 4.272 4.432 3.600 3.600 3.600
E 5.151 3.852 2.232 3.600 3.600 2.472 3.000 3.000 2.865 5.110

Pemilihan lokasi yang tepat untuk usaha budidaya udang vaname akan
menentukan tingkat keberhasilan produksi (Ghufron et al., 2018). Pemilihan
lokasi budidaya udang dilakukan dengan mengidentifikasi faktor- faktor yang
mempengaruhi kelayakan suatu lahan untuk konstruksi tambak dan operasional,
memperkirakan kemudahan teknis dengan finansial yang layak seperti jarak area
pertambakan dengan area pantai sebagai penyediaan air laut (Awanis et al., 2017).

4.2 Persiapan Tambak budidaya Udang Vaname


4.2.1 Pembersihan petak tambak
Pembersihan petakan yang tambak yang dilakukan terdiri dari
perbersihan teritip yang menempel pada dinding petakan, dasar petakan, kincir
dan jembatan anco. Pembersihan petakan tambak yang dilakukan meliputi
pembersihan teritip yang menempel pada dinding, dasar petakan, kincir dan
jembatan anco. Selain itu, dilakukan juga pembersihan lumut yang menempel
pada kincir menggunakan H2O2. Pembersihan ini dilakukan dengan cara
menyemprot kotoran dengan menggunakan air, alat semprot yang digunakan
adalah alkon dan selang spiral. Setelah proses penyemprotan selesai, selanjutnya
dilakukan penyemprotan HCl sebanyak 30 liter yang diencerkan dengan air
sebanyak 500 liter. Penyemprotan HCl bertujuan untuk membunuh
mikroorganisme patogen.
Gambar 2. Proses Pembersihan petak pembesaran
Sumber: Dokumentasi pribadi

Proses pemeliharaan udang menimbulkan sisa budidaya maupun kotoran


yang terdapat di tambak. Contoh dari kotoran tersebut adalah tritip,
lumut,lumpur , sisa pakan, dan organisme yang mati. Semua kotoran tersebut
dibersihkan karena dapat menjadi inang untuk tumbuhnya agen penyakit
berupa bakteri dan virus. Teknik pembersihan dilakukan dengan cara
penyemprotan menggunakan air bertekanan tinggi sehingga dapat mengangkat
kotoran yang menempel (Iskandar, Wandanu, et al., 2022).

4.2.2 Pengeringan
Pengeringan Tambak PT. dilakukan untuk membunuh patogen yang
terdapat dalam petakan tambak selama 6 hari disesuaikan dengan cuaca dan
pasokan sinar matahari hingga seluruh petakan menjadi kering dan tak ada air.

Gambar 3. Proses pengeringan petakan


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Hal ini sesuai dengan pernyataan Anjarwati., (2014)Sebelum digunakan
tambak dikeringkan dahulu untuk membunuh bibit penyakit serta hama, kegiatan
pengeringan membutuhkan waktu selama 3-4 hari dengan bantuan sinar matahari
hingga dasar petakan tambak tidak terdapat genangan air.

4.2.3 Perbaikan Konstruksi dan peralatan tambak


Perbaikan yang dilakukan di Tambak H. Takdir diantaranya Pemasangan
Pintu, perbaikan kincir, pengisian oli, perbaikan jembatan anco.

Gambar 4. Perbaikan kincir


Sumber : Dokumentasi pribadi

Perbaikan konstruksi tambak bertujuan untuk mengontrol kondisi


konstruksi tambak dan memperbaiki apabila terdapat kerusakan (Ritonga et al.,
2021).

4.2.4 Pengisian air


Pengisian air di Tambak H. Takdir dilakukan setelah semua perbaikan
konstruksi dan peralatan tambak selesai dilakukan. Air yang digunakan
merupakan air laut yang berasal dari Perairan pulau sembilan dan di pompa
dengan jarak 400 meter dari bibir pantai, Kemudian air dalam tandon diberi
perlakukan H2O2 selanjutnya air diendapkan ditandon pengendapan selama 24 jam
untuk kemudian didistribusikan ke petakan tambak sampai mencapai ketinggian
140 cm.

Gambar 5. Proses Pengisian Air


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Tujuan pengisian air merupakan suatu kegiatan yang di lakukan untuk


memasukkan air ke dalam petakan tambak sebagai wadah pemeliharaan udang,
pengisian air untuk menjalankan kembali proses budidaya udang dan pengisian air
Memompa air dari laut ke petakan tambak sampai mencapai tinggi air 120-130
cm, pengisian air ini merupakan tahap awal dalam persiapan media budidaya pada
pengelolaan kualitas air pembesaran udang vaname (Ardianti, 2019)
4.2.3 Sterilisasi air
Setelah dilakukan pengisian air, pada H-10 sebelum tebar dilakukan
sterilisasi air dengan pemberian CuSO4 (Copper Sulphate) sebanyak 5 ppm (20
Liter) disetiap petakan. Pemberian CuSO4 dilakukan pada sore hari dengan tujuan
agar CuSO4 tidak cepat mengalami penguapan. Pemberian CuSO4 bertujuan
untuk membunuh mikroorganisme yang merugikan.

Gambar 6. Pengaplikasian CuSO4


Sumber : Dokumentasi pribadi

Menurut Yudhistira, (2019) Cuprisulfat merupakan bahan sterilisasi


berupa tepung atau bubuk berwarna biru, bertujuan untuk membunuh hewan jenis
kerang-kerangan dan menekan pertumbuhan lumut.
4.2.4 Penumbuhan plankton
Penumbuhan plankton dilakukan dengan pemberian Probiotik
Lactoblast dan Supermix. Dosis Pemberian Lactoblast

Gambar 7. Penumbuhan Plankton


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Menurut Sulistianarto (2008), keberadaan plankton dalam media air


pemeliharaan udang vaname khususnya jenis fitoplankton yang menguntungkan
dan persentase dominansi (keseimbangan) sangatlah dibutuhkan, baik dari segi
keanekaragaman dan kemelimpahannya.
4.2 Penebaran Benur

Benur yang digunakan adalah benur yang berasal dari Hatchery , Benur
yang dipilih adalah benur yang berumur PL 8.

Gambar 9. Penebaran Benur


Sumber : Dokumentasi Pribadi

4.3 Manajemen Pemberian Pakan


Menurut Kaligis (2015), udang vaname merupakan salah satu produk
perikanan unggulan sektor perikanan. Nuhman (2009), menyatakan peluang
budidaya udang Vanamei sangat besar, namun penggunaan pakan pada budidaya
udang Vanamei sangat tinggi hampir 60- 70% dari total biaya operasional
digunakan untuk pakan. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan
sehingga dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan serta meningkatkan
produktivitas udang vannamei secara optimal. Pemberian pakan harus
diperhatikan secara cermat dan tepat sehingga udang tidak mengalami kekurangan
pakan (underfeeding) yang mengakibatkan pertumbuhan menjadi lambat dan tidak
seragam atau kelebihan pakan (overfeeding) yang dapat mencemari perairan dan
mengakibatkan kualitas air menjadi jelek sehingga udang mudah stres dan
pertumbuhan udang terhambat (Ritonga et al., 2021).

4.3.1 Sumber Pakan


4.3.2 Jenis Pakan
A. Pakan Alami
Sumber Pakan alami bagi udang adalah dengan penumbuhan Plankton.
Kegiatan Penumbuhan Plankton

Gambar 10. Pakan Alami bagi Udang


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Hal ini diduga karena pada media bioflok terdapat mikroorganisme seperti
protozoa, rotifera dan bakteri probiotik yang dapat menjadi sumber pakan bagi
udang, sehingga dapat menekan sifat kanibalisme, selain itu penambahan
probiotik juga dapat memperbaiki kualitas air dan meningkatkan pertumbuhan.

Hal ini juga disebabkan pada pemeliharaan teknologi bioflok, adanya


penambahan molase ke dalam media budidaya yang menstimulasi pertumbuhan
bakteri udang vaname untuk pertumbuhan karena adanya pakan alami dari flok,
flok juga terbentuk membuat udang dapat memanfaatkan bakteri sebagai salah
satu sumber protein sehingga membentuk biomassa flok yang dapat berperan
sebagai pakan alami untuk udang vaname (Dahlan et al., 2019)

B. Pakan Buatan

4.3.2 Frekuensi Pemberian Pakan

Frekuensi pemberian pakan pada udang kecil cukup 2−3 kali sehari karena
masih mengandalkan pakan alami. Setelah terbiasa dengan pakan buatan
berbentukpelet, frekuensi pemberian pakan dapat ditambahkan menjadi 4−6 kali
sehari pada pukul 07:00,10:00,13:00,16:00,19:00,22:00. Pakan yang di berikan
yaitu pakan udang Feed and Care. Tabel Program Pemberian Pakan dapat dilihat
pada Tabel 10.

Tabel 10. Manajemen Program Pemberian Pakan

Kode Pakan DOC Bobot Feeding Frekuensi


ke- udang Rate (Kali/hari)
Jenis Ukuran (gr) (% bobot
(mm) udang)

SI-00 Crumble < 0,4 0,1 - 3

SI-01 Crumble 0,4- 0,8 0,1 – 1,0 10,0- 8,0 4

SI-025 Crumble 0,8 – 1,0 1,0 - 2,0 8,0-7,5 4

SI-02 Crumble 1,0 – 1,2 2,0 – 3,5 7,5-6,0 4

SI-02UP Pellet 1,0 x 2,0 3,5 – 5,5 6,0-5,5 5

SI-02SP Pellet 1,2 x. 2,0 5,5 – 10,0 5,5- 4,2 5

SI- 02P Pellet 1,4x 2,0 10,0 – 4,2-2,7 5


15,0

SI-03 Pellet 1,4 x 2,5 15,0 – 2,7-2,1 5


20,0

SI-04 Pellet 1,6 x 4,0 > 20,0 <2,1 5

Manajemen pakan merupakan komponen penting dalam usaha


budidaya udang Vaname ditambak. Pakan mempengaruhi terhadap pertumbuhan
udang dan kondisi lingkungan perairan, sehingga diperlukan manajemen yang
baik. Pelaksaanaan program pakan selama penelitian menggunakan dua program
pakan meliputi blind feeding program dan demand (Romadhona et al., 2016).

A. Pakan Buta (Blind Feeding)

Pemberian pakan pada awal pemeliharaan dilakukan secara blind feeding


hingga umur pemeliharaan udang 30 hari. Dan selanjutnya, jumlah pakan
dinaikkan secara bertahap. Tabel Program Pakan Buta (Blind feeding) dapat
dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Program Pakan Buta (Blind Feeding)


Jumlah (1x Jumlah Frekuensi
Kolam DOC Kode makan) pakan/ pemberian
hari (Kg) pakan

1-10

P1 11-20

21-30

1-10

P3 11-20

21-30
B. Pakan terprogram (Demand Feeding)

Penentuan pakan harian pasca blind feeding di dimulai pada umur 31 hingga
panen, sesuai dengan SOP yang ada di Tambak H. Takdir

Tabel 12. Tabel Program Demand Feeding

Pemberian pakan setelah pemeliharaan 30 hari hingga panen dilakukan


berdasarkan feeding rate yang ditentukan dari hasil sampling biomassa udang
dan kontrol pada anco (Wahyudi et al., 2022)

4.3.3 Kandungan Nutrisi pakan


Kandungan nutrisi pakan pada pakan Udang Feed & Care berkisar 30-
32 %. Komposisi nutrisi dan Program pemberian pakan udang dapat dilihat pada
tabel 9.

Tabel 9. Komposisi Pakan Udang Feed and Care


Protein Lemak Serat Abu Air
Kode (% min) (% min) (% maks) (% maks) (% maks)

SI-00 32 6 3,5 13 11

SI-01 32 6 3,5 13 11

SI-025 32 6 3,5 13 11

SI-02 32 6 3,5 13 11

SI-02UP 30 6 3,5 13 11
SI-02SP 30 6 3,5 13 11

SI- 02P 30 6 3,5 13 11

SI-03 30 6 3,5 13 11

SI-04 30 6 3,5 13 11

Bahan – bahan yang terkandung dalam Pakan udang Feed and Care adalah
Tepung Ikan, Tepung Hati cumi, Tepung Gandum, bungkil kedelai, minyak ikan,
kolesterol, Vitamin C, Premiks Vitamin & Mineral dan antioksidan.

Kandungan protein pakan udang buatan (pellet) cukup tinggi, yaitu sekitar
40% (Romadhona et al., 2016).

4.3.4 Teknik Pemberian Pakan

4.3.5 Pengkayaan Pakan

4.3.6 Dosis pemberian pakan

4.3

4.3.7 Tempat Penyimpanan Pakan

4.4 Pengelolaan Kualitas air

4.5 Kontroling Hama dan penyakit

4.6 Panen dan pasca panen


DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN I

CHECKLIST CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

Nama Unit Budidaya Tambak H. Takdir


Lokasi & GPS refference Desa Angkue, Kecamatan Kajuara, Kabupaten Bone, Provinsi
Sulawesi Selatan
Komoditas Udang Vanname
Nama Personil unit budidaya Muhammad Asyarur Rohman
Nama Penilai Welin Angely Warlela
Tanggal Penilaian Senin, 13 Oktober 2023

Sesua Ketidaksesuaia Keteranga


No Indikator Pengertian i n n
Minor Mayor
1 LOKASI
1.1 Area budidaya harus  Lokasi sesuai zonasi ✓
sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
No Indikator Pengertian i n n
Wilayah (RTRW)
1.2 Kawasan di sekitar  Lokasi budidaya ✓
unit budidaya ikan berada pada kawasan
tidak terdapat potensi yang aman dari
kontaminasi yang potensi kontaminasi
dapat menyebabkan (industri, pertanian,
produk menjadi tidak rumah tangga, dan
aman. sumber kontaminan
lain).
 Tanah dasar tidak
mengandung
kontaminan
 Bila ada potensi
kontaminasi,
dilakukan upaya
pengendalian yang
efektif untuk
mengeliminir
kandungan
kontaminan.
1.3 Kawasan di sekitar  Tidak ada sejarah ✓
unit budidaya ikan banjir pada area
tidak terdapat potensi budidaya yang dapat
banjir. membawa risiko
kontaminasi
1.4 Ketersediaan dan  Mempunyai air ✓
mutu air memenuhi sumber yang cukup
persyaratan peraturan sepanjang tahun
yang berlaku untuk dengan kualitas yang
budidaya ikan. memenuhi
persyaratan(SNI
budidaya ikan air
tawar)
 Perlakuan pada air
sumber sesuai
kebutuhan untuk
memperbaiki kualitas
air agar sesuai
persyaratan
1.5 Penggunaan air  Perlakuan pada air ✓
sumber yang berasal sumber sesuai
dari air yang kebutuhan untuk
terkontaminasi limbah memperbaiki kualitas
(pertanian,budidaya air sesuai kebutuhan
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
i n n
ikan, atau rumah (secara fisika, biologi
tangga) harus dikelola dan/atau kimia) untuk
untuk memenuhi mutu memastikan tingkat
air sumber dan cemaran mikrobiologi
dan kimia telah
Mengeliminasi dieliminir sehingga
No kontaminan keamanan memenuhi
Indikator baku mutu
Pengertian
pangan; dan Jika mutu air budidaya
air yang dipakai  Limbah hewan dapat
berdasarkan menyebabkan
identifikasi risiko cemaran mikroba dan
cemaran tidak residu obat.
memenuhi baku  Limbah aktifitas
manusia dapat berupa
mutu air maka harus bahan kimia seperti
dilakukan tindakan cristal violet, pewarna,
khusus sehingga mutu logam berat.
air yang dipakai
mencapai
baku mutu air sumber.

2 DESAIN & TATA


LETAK
2.1 Desain dan tata letak  Tata letak wadah dan ✓
unit budidaya dibuat sarana lain menunjang
untuk mendukung efektivitas dan
bagi pertumbuhan efisiensi operasional
ikan, aman bagi budidaya
pembudidaya dan  Kolam memiliki
tidak merusak saringan pada saluran
air masuk, terbuat dari
lingkungan nylon dengan ukuran
tertentu.

2.2 Desain dan tata letak  Unit budidaya ✓


unit budidaya dibuat mempunyai desain
untuk mengurangi dan tata letak petak
terjadinya kolam, saluran dan
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
No Indikator Pengertian i n n
kontaminasi dan/atau fasilitas lain yang baik
kontaminasi dan
silang penempatan
termasuk penempatan teratur sehingga
fasilitas mencegah
sanitasi
(toilet, septic tank, kontaminasi dan
kontaminasi silang
limbah cair dan selama praproduksi,
saluran drainase); produksi, panen dan
pascapanen.
 Toilet dan septic tank
didesain secara
permanen untuk
mencegah cemaran,
serta ditempatkan di
lokasi yang
meminimalkan potensi
cemaran pada wadah
budidaya, produk dan
lingkungan.

2.3 Desain dan tata letak  Konstruksi kuat ✓


unit budidaya dibuat sehingga dapat
untuk mempertahankan
mempertahankan volume dan kualitas
kondisi lingkungan air.
yang optimal sesuai  Pematang kolam kuat
jenis ikan dan wadah dan dapat menahan
banjir.

2.4 Desain dan tata letak  Wadah budidaya ✓
unit budidaya dibuat diberi tanda sesuai
untuk memberikan peruntukannya
kemudahan
identifikasi sesuai
dengan peruntukannya
2.5 Desain dan tata letak  Pemasangan fasilitas ✓
unit budidaya dibuat pengaman (saringan,
untuk menjamin ikan jaring pelapis, dll)
tidak lepas langsung untuk mencegah
di perairan umum lepasnya ikan ke
untuk menjaga perairan umum.
kelestarian  Wadah/pematang kuat
sumberdaya untuk mencegah ikan
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
No Indikator Pengertian i n n
lepas ke perairan
umum.
3 PERALATAN
3.1 Peralatan budidaya  Peralatan dibuat dari ✓
dibuat dari bahan bahan yang dapat
yang ramah didaur ulang atau
lingkungan tidak mencemari
lingkungan

3.2 Peralatan budidaya  Terbuat dari bahan ✓


dibuat dari bahan yang tidak korosif,
yang tidak berbahaya desain tidak
serta tidak menyebabkan
menyebabkan kerusakan fisik ikan
kerusakan fisik dan
kontaminasi pada ikan

3.3 Peralatan dibuat dari  Peralatan untuk ✓


bahan dan desain yang penanganan ikan
mudah dibersihkan bahan dan desainnya
tidak mudah
terkelupas dan mudah
dibersihkan

3.4 Pemakaiannya  Peralatan digunakan ✓


terpisah antar wadah terpisah antar wadah,
untuk menghindari atau dilakukan
kontaminasi dan sterilisasi/desinfeksi
penularan (sesuai kebutuhan)
bila digunakan untuk
penyakit wadah lain
 Penandaan dan
penempatan peralatan
untuk mencegah salah
penggunaan
4 PERSIAPAN
WADAH
4.1 Kolam Air Tenang ✓
dan Kolam Air Deras
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
i n n
a Wadah dipersiapkan  Persiapan wadah ✓
dengan cara saniter, dilaksanakan dengan
yaitu melakukan prosedur yang jelas
No Indikator Pengertian
pengeringan dasar dan dan dapat mendukung
penyaringan air yang kesehatan ikan selama
masuk ke wadah pemeliharaan
untuk menghindari
masuknya inang
parasit dan hama;
b Persiapan wadah  Persiapan kolam ✓
budidaya dilakukan dilakukan sesuai
dan dikelola dengan kebutuhan untuk
baik untuk mengurangi dampak
meminimalkan risiko sisa bahan organik
masalah kesehatan dari penebaran
dan meminimalkan sebelumnya sehingga
mendukung kesehatan
penggunaan obat ikan;
ikan yang dipelihara
dan
c Bahan-bahan yang  Digunakan dengan ✓
digunakan untuk tepat untuk
persiapan wadah menghindari dampak
sesuai dengan negatif pada
regulasi. lingkungan

4.2 Karamba
a Konstruksi kuat; Cukup jelas ✓
b Bahan konstruksi
● Bahan ✓
tidak korosif dan
ramah lingkungan; konstruksi tidak
menyebabkan
cemaran pada
lingkungan
c Ukuran lubang
● Pemilihan ✓
karamba disesuaikan
ukuran ikan agar ikan ukuran mata jaring
disesuaikan dengan
tidak lolos; dan
jenis dan pertumbuhan
ikan (ukuran)
d Pergantian dan
● Jaring diganti
pembersihan wadah
dilakukan secara rutin dan dibersihkan secara
rutin sesuai kebutuhan
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
No Indikator Pengertian i n n
sesuai dengan
● Jaring perlu
kebutuhan.
dibersihkan bila
terdapat kotoran yang
melekat di jaring dan
mengganggu sirkulasi
air.
● Tidak
menggunakan bahan
yang dilarang untuk
membersihkan jaring
5 BENIH
5.1 Benih yang digunakan  Surat jalan benih dari
berasal dari unit hatchery dari unit
pembenihan pembenihan.
bersertifikat CPIB  Bila dipersyaratkan
atau menerapkan Karantina: hasil uji
prinsip-prinsip CPIB penyakit ikan
khusus bagi unit karantina
pembenihan  Benih yang tidak
berasal dari wilayah
skala mikro dan kecil. NKRI harus
Bagi benih yang mempunyai
berasal dari rekomendasi impor.
penangkapan alam
dilengkapi surat
keterangan asal
(SKA) dari instansi
yang berwenang
5.2 Penangkapan benih di  Cara penangkapan
alam harus dengan tidak merusak benih
memperhatikan dan lingkungan
kelestarian (menggunakan bahan
sumberdaya ikan; kimia berbahaya,
listrik, atau peralatan
penangkapan yang
merusak lingkungan)
 Surat Keterangan Asal
untuk benih dari alam
diterbitkan Dinas
Kab/Kota setiap
pengiriman.
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
i n n
5.3
No Penggunaan strain
Indikator  StrainPengertian
introduksi baru
introduksi baru harus adalah varian dari
melalui rekomendasi suatu spesies yang
otoritas kompeten belum pernah ada di
Indonesia
5.4 Budidaya ikan 
introduksi terutama di
perairan umum
diupayakan
pengendalian lepasnya
ikan dari wadah
budidaya ke perairan
umum untuk menjaga
keanekaragaman
hayati
5.5 Pemilihan spesies
● Spesies
dalam polikultur
dengan menekan polikultur yang
dibudidayakan tidak
potensi penularan
berpotensi membawa
penyakit antar
penyakit yang dapat
spesies yang menulari spesies
dibudidayakan. lainnya

5.6 Penebaran benih


● Penebaran
dilaksanakan dengan
cara yang baik untuk benih diawali dengan
aklimatisasi untuk
menjamin kesehatan
menjamin kesehatan
dan
dan kesejahteraan
kesejahteraan ikan. ikan;
● Penebaran
benih dilakukan pada
saat suhu rendah.
5.7 Padat tebar  Ukuran tebar, padat
disesuaikan dengan tebar, dan waktu
spesies, wadah, pemeliharaan sesuai
teknologi dan daya dengan SNI CBIB
dukung lingkungan CBIB Bagian 4: Ikan
budidaya Air Tawar (SNI 8228-
4:2022)
6 PAKAN
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
i n n
6.1 Pakan buatan  Pakan komersial,
komersial, bahan bahan imbuhan dan
imbuhan dan bahan bahan pelengkap
pelengkap yang terdaftar di KKP
digunakan harus  Pakan mandiri yang
No pada otoritas diperjualbelikan
Indikator
terdaftar Pengertian
kompeten, termasuk pakan
komersial.
 Pakan buatan sendiri
umumnya memiliki
tingkat kecernaan
rendah sehingga
berpotensi
meningkatkan limbah
organik.
6.2 Pakan, bahan imbuhan  Pemberian pakan
dan bahan pelengkap sesuai kebutuhan
digunakan secara  Penggunaan imbuhan
efisien dan dan bahan pelengkap
bertanggung jawab (bahan yang
untuk meminimalkan ditambahkan pada
dampak negatif pakan, misalnya
terhadap lingkungan vitamin, probiotik,
atraktan, dll) sesuai
serta menjamin
tujuan pemakaian dan
keamanan pangan; label
 Hormon dan bahan
terlarang lain tidak
boleh digunakan atau
ditambahkan pada
pakan.
6.3 Pakan yang diberikan  Sesuai SNI ikan air
disesuaikan dengan tawar
jenis dan ukuran ikan  Pertumbuhan ikan
serta sesuai dosis yang maksimal
dianjurkan;

6.4 Pakan disimpan di  Penyimpanan pakan:


dalam wadah dan/atau higienis, tidak terkena
ruangan khusus sinar matahari
dengan mengikuti langsung, suhu sesuai
kaidah jenis pakan
 Khusus pakan kering:
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
No Indikator Pengertian i n n
penyimpanan pakan penyimpanan tidak
yang baik dan benar. lembab

7 Obat ikan, bahan


kimia dan bahan
biologi
7.1 Obat ikan terdaftar di Menggunakan obat
otoritas kompeten; ikan yang terdaftar di
Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP);
 Nomor pendaftaran
obat ikan tertulis pada
label kemasan obat
ikan.
7.2 Penggunaan obat ikan, • Penggunaan OIKB
bahan kimia dan sesuai etiket,
biologi sesuai dengan rekomendasi dan
etiket atau regulasi
rekomendasi, • Penggunaan obat
dilakukan secara memenuhi ketentuan:
a. digunakan sebagai
bertanggung jawab
upaya pencegahan
untuk mencegah
pengendalian
dampak negatif pada penyakit
lingkungan; dan dibandingkan
dengan tindakan
pengobatan
b. Pemberian obat ikan
harus
memperhatikan
indikasi, dosis, cara
penggunaan dan
kondisi lingkungan
untuk menjamin
efikasi, serta harus
dengan cara yang
dapat menjamin
kesejahteraan ikan;
c. Obat ikan yang
digunakan sesuai
jenis penyakit
(berdasarkan gejala
klinis dan/atau hasil
pengujian
laboratorium)
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
No Indikator Pengertian i n n
d. Penggunaan
memperhatikan
dampak terhadap
lingkungan
perairan;
• Penggunaan
antimikroba harus
memenuhi ketentuan:
a. hanya untuk
pengobatan (bukan
pencegahan)
b. Antibiotik yang
diizinkan KKP,
harus mendapatkan
rekomendasi &
pengawasan dokter
hewan/ ahli
kesehatan ikan
c. Pemberian
dimonitor dan
direkam,
memperhatikan
masa henti obat
● dilakukan
pengujian bila
diperlukan, untuk
memastikan tidak ada
residu pada saat siap
dipanen;
7.3 Penyimpanan
● Obat ikan
sebaiknya menjamin
mutu dan melindungi disimpan di tempat
yang sesuai
dari kontaminasi.
persyaratan
penyimpanan pada
etiket/label obat,
terpisah dari sumber
kontaminasi, dan
dalam kondisi bersih;
● Obat ikan
disimpan dalam
kemasan yang baik,
tidak kedaluarsa dan
tidak mengalami
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
No Indikator Pengertian i n n
perubahan fisik
(tekstur, warna dan
bau).
8 Kebersihan lokasi
dan fasilitas
8.1 Kebersihannya terjaga  Unit budidaya dijaga
dan terhindar dari keberj-sihannya
kontaminasi.  Dilakukan upaya
mencegah
kontaminasi
8.2 Cara higiene yang  Pengendalian hewan
baik (CHB) secara efektif
diterapkan secara dilakukan di area
efektif, termasuk budidaya, area
pencegahan pascapanen dan
kontaminasi dari fasilitas lain sehingga
limbah dan kotoran; setiap tahapan (pra,
produksi hingga pasca
produksi) terhindar
dari terkontaminasi
 Pengendalian
rodensia, burung, dan
hewan lain di gudang
pakan
 Fasilitas MCK dan
saluran drainase
didesain dan dijaga
kebersihannya agar
tidak
mengkontaminasi
produk
8.3 Peralatan dibersihkan  Peralatan yang
setelah digunakan; digunakan dalam
Peralatan yang mendukung hygienitas
digunakan didisinfeksi dilengkapi cara
jika diperlukan, untuk perawatan peralatan,
mencegah penyebaran membersihkan sampai
penyakit; dan penyimpanan
 Bila risiko penyakit
cukup tinggi,
peralatan didesinfeksi
sebelum dan sesudah
digunakan.
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
i n n
8.4 Tempat untuk  Disediakan fasilitas
No Indikator
membuang Pengertian
limbah pembuangan limbah
padat dan limbah cair padat dan limbah cair
disediakan secara secara terpisah dan
terpisah. sesuai kebutuhan

9 Pengelolaan
kesehatan
9.1 Pengelolaan kesehatan  Pengelolaan kesehatan
diterapkan secara ikan disesuaian
efektif dengan jenis ikan,
tingkatan teknologi,
padat tebar dan
prosedur/pengendalian
yang digunakan, untuk
menjamin kesehatan
terjaga
9.2 Ikan dijaga dan  Kesehatan ikan dijaga
dimonitor melalui pengelolaan
kesehatannya secara air, pakan dan
rutin dengan cara biosekuriti yang baik;
visual dan/atau  Kesehatan ikan
laboratorium bila dimonitor secara rutin
diperlukan; dengan cara visual
 Bila terjadi wabah
penyakit,
pemeriksaan
laboratorium
dilakukan sesuai
kebutuhan.

9.3 Jika terjadi serangan Cukup jelas


penyakit, dilakukan
tindakan sebagai
berikut:
• isolasi/karantina pada
wadah yang terserang
penyakit;
• penggunaan dan
penyimpanan
peralatan antara ikan
sakit dan ikan sehat
harus dipisahkan;
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
No Indikator Pengertian i n n
• jika tidak bisa
disembuhkan, ikan
dimusnahkan dengan
cara dibakar atau
dikubur (sebelumnya
direndam dengan
disinfektan sesuai
dosis yang
dianjurkan), serta
perlu dilakukan
disinfeksi wadah
budidaya;
• air yang akan
dibuang harus
didesinfeksi untuk
mencegah timbulnya
risiko penyebaran
penyakit bagi
kawasan sekitar.
9.4 Biosekuriti yang Cukup jelas
efektif diterapkan
untuk mencegah
masuk dan
menyebarnya
penyakit, dengan cara:
• pembatasan akses ke
lokasi budidaya, baik
kendaraan, personel
maupun
hewan/binatang;
• penerapan prosedur
sanitasi dan suci
hama pada personil
dan perlengkapan
kerja, jika risiko
penyakit meningkat
maka pakaian
pelindung serta
fasilitas budidaya,
dilakukan desinfeksi
bila diperlukan;
• penerapan karantina
dan tindakan
pencegahan
penyebaran penyakit;
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
No Indikator Pengertian i n n
• jika diperlukan
dipasang jaring
penutup di atas
wadah budidaya
untuk melindungi
dari hama atau
predator;
• tidak memelihara
hewan yang
menyebabkan
kontaminasi.

10 Air pemeliharaan
10. Kualitas air dipantau,  Kualitas air
1 khususnya parameter menunjang kesehatan
suhu, pH dan oksigen dan pertumbuhan
terlarut. maksimal ikan
Pengelolaan kualitas
air dilakukan sesuai
kebutuhan/ tingkatan
teknologi
10. Pengelolaan air  Bila ada risiko,
2 dilakukan untuk diberikan perlakuan
menjamin air masuk
kelangsungan hidup Bila terjadi serangan
dan pertumbuhan penyakit, air di petak
ikan. pemeliharaan diberikan
perlakuan untuk
mematikan penyakit
sebelum dibuang ke
saluran.
10. Unit budidaya ikan  Penggunaan air
3 menggunakan air dilakukan secara
secara efisien untuk efisien
menjaga kelestarian Bila mungkin
lingkungan menggunakan sistem
resirkulasi air
11 Pengelolaan limbah
11. Penanganan limbah  Dilakukan
1 cair, padat dan bahan pengelolaan limbah
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
No Indikator Pengertian i n n
berbahaya lainnya hasil budidaya, hasil
dilakukan untuk panen dan pasca
meminimalkan panen serta limbah
dampak lingkungan lainnya secara efektif
dan kontaminasi dan efisien, sesuai
produk yang dengan jenis (cair,
padat dan bahan lain)
disesuaikan dengan
untuk mencegah
kebutuhan;
pencemaran pada
wadah dan produk
budidaya, serta
lingkungan.
 Limbah cair kegiatan
budidaya bila
dimanfaatkan untuk
kegiatan pertanian
tidak perlu dikelola.
 Limbah B3 ditampung
dalam wadah yang
kedap air dan
diberikan tanda
 Limbah rumah tangga:
tersedia fasilitas septic
tank dan saluran
pembuangan kegiatan
rumah tangga tidak
mencemari budidaya
dan produknya.
11. Limbah bahan  Limbah beracun dan
2 berbahaya dan berbahaya (sebagai
beracun (B3) seperti contoh oli bekas),
oli dan bahan bakar perlu dikelola dengan
minyak (BBM) baik sehingga tidak
membahayakan
ditangani dengan baik lingkungan
dan tidak
membahayakan
lingkungan
11. Pengolahan limbah  Pengolahan effluent
3 cair dilakukan sesuai budidaya dilakukan
dokumen persetujuan untuk memenuhi
lingkungan hidup persyaratan air
untuk buangan sesuai
regulasi yang ada
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
i n n

No memperbaiki
Indikator sesuaiPengertian
dengan
kualitasnya sebelum dokumen persetujuan
dibuang ke perairan lingkungan
umum
11. Pengolahan limbah Cukup jelas
4 padat dengan cara
pengangkatan dapat
dimanfaatkan untuk
peruntukan lainnya
12 Pengelolaan
lingkungan
12. Kualitas lingkungan • Penerapan dokumen
1 budidaya dan AMDAL &
lingkungan sekitar UKL/UPL, atau SPPL
unit budidaya dikelola • Melakukan
sesuai pemantauan
perubahan rona
dokumen persetujuan lingkungan yang
lingkungan hidup terjadi selama
kegiatan usaha, sesuai
persyaratan yang
tercantum pada Ijin
Lingkungan Usaha
dan Rekomendasi
UKL/UPL (khusus
AMDAL dan
UKL/UPL) serta
melakukan perbaikan
12. Penggunaan energi • Dilakukan upaya
2 listrik dan bahan efisiensi energi listrik
bakar dikelola secara dan bahan bakar
efisien.
12. Pembudidaya • Dilakukan upaya
3 mendukung perbaikan perbaikan (restorasi)
lingkungan di sekitar lingkungan di sekitar
unit budidaya yang lokasi, diantaranya
rusak akibat kegiatan reboisasi
budidaya sebelumnya
12. Unit budidaya yang • Secara bersama-sama
4 berada di dalam satu melakukan
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
i n n
No Indikator
kawasan budidaya Pengertian
pemantauan
melakukan upaya lingkungan secara
periodik dan upaya
pengelolaan kawasan perbaikan lingkungan.
secara Bersama.
12. Pengendalian hewan • Tidak dilakukan
5 liar dilakukan secara tindakan yang
ramah lingkungan menyebabkan
kematian/penyiksaan.
12. Dilakukan upaya • Pemasangan jaring
6 untuk pencegahan atau fasilitas lain yang
ikan lepas dari wadah dapat mencegah
budidaya. lepasnya udang ke
luar tambak
13 Panen dan
pascapanen
13. Panen dan pascapanen  Panen dilakukan
1 dilakukan dengan secara terencana dan
cepat untuk mencegah baik agar kualitas
kerusakan dan hasil panen tidak
meminimalkan menurun.
kontaminasi  Penanganan ikan
dilakukan secara
higienis dan efisien
sehingga tidak
menimbulkan
kerusakan fisik dan
kontaminasi.
Penghentian pemberian
pakan sebelum panen
sangat dianjurkan
untuk mengurangi
metabolisme sehingga
meminimalkan
pencemaran feses
selama panen dan
aktivitas pembersihan.
13. Peralatan terbuat dari Desain dan bahan
2 bahan yang tidak peralatan tidak
berbahaya serta tidak menyebabkan
menyebabkan kerusakan fisik ikan,
kerusakan fisik dan antara lain tidak
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
i n n
No Indikator Pengertian
kontaminasi pada ikan korosif dan mudah
dibersihkan
13. Air dan/atau es yang  Air bersih dan es
3 digunakan pada saat digunakan sesuai
panen dan kebutuhan
penanganan hasil  Volume air bersih dan
dalam kondisi bersih es mencukupi
kebutuhan panen &
penanganan hasil
 Air bersih adalah air
yang tidak
mengandung cemaran
mikrobiologi dan
unsur lain yang
berbahaya.
 Es yang digunakan
untuk penanganan dan
transportasi ikan
memenuhi baku mutu
air minum
 Es ditangani dan
disimpan dalam
kondisi higienis.
14 Pekerja
14. Pekerja mendapatkan Sudah cukup jelas
1 bayaran, tunjangan,
jaminan sosial dan
fasilitas kesejahteraan
lainnya sesuai aturan
ketenagakerjaan
dan/atau kontrak kerja
yang tidak
bertentangan dengan
aturan
ketenagakerjaan yang
berlaku dan/atau
berdasarkan
kesepakatan kerja;
14. Pekerjaan yang Pelatihan prosedur K3
2 memiliki risiko dan fasilitas K3 sesuai
kesehatan dan kebutuhan untuk
keselamatan kerja menjamin keamanan
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
i n n
(K3) perlu pekerja
No Indikator
diperlengkapi dengan Pengertian
peralatan dan
prosedur sesuai
kebutuhan;
14. Tidak mempekerjakan Sudah cukup jelas
3 pekerja anak.
15. KOMPETENSI
PERSONEL
15. Unit budidaya • Pekerja memahami
1 mengupayakan dan dapat menerapkan
pelatihan, sosialisasi a. Tata cara
dan/atau peningkatan pengelolaan
kompetensi terkait kesehatan udang
dengan b. Cara Higiene yang
Baik
a) tata cara c. Jaminan mutu dan
pengelolaan keamanan pangan
kesehatan udang; d. Tanggung jawab
lingkungan
b) cara higiene yang
e. Higiene personel
baik (CHB) untuk Pemahaman bisa
memastikan didapatkan dari
kesadaran pekerja Pendidikan, pelatihan
terhadap peran atau sosialisasi
serta tanggung
jawab untuk
melindungi udang
dari kontaminasi
dan kerusakan;
c) pemahaman serta
kemampuan untuk
menerapkan
jaminan mutu
keamanan pangan,
kesehatan udang
serta lingkungan
bagi pekerja yang
bertanggung jawab
pada praproduksi,
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
i n n
No Indikator Pengertian
produksi, panen
dan pascapanen;
d) pemahaman
higiene personel.

16 Pendokumentasian
Dokumentasi kegiatan • Dokumentasi kegiatan
budidaya budidaya dilakukan,
dikembangkan dan direkam dan
diterapkan guna digunakan sejak
ketertelusuran yang tahapan pra produksi,
mencakup data: produksi dan pasca
a) persiapan wadah; produksi
b) penggunaan benih; Dokumentasi

c) penggunaan pakan; budidaya dilakukan
untuk membuktikan
d) penggunaan
efektivitas
energi; pengendalian unit
e) pengelolaan budidaya yang
kualitas air dan bertanggung jawab
lingkungan; berdasarkan aspek
f) pengelolaan keamanan pangan,
kesehatan udang lingkungan, kesehatan
dan kesejahteraan ikan
dan penggunaan
serta social ekonomi,
obat ikan; serta ketertelusuran.
g) penanganan panen, • Unit budidaya dalam
pascapanen, dan membuktikan
distribusi; dan pengendalian
h) pemantauan dan kegiatannya antara
pengelolaan lain mencatat
waktu/tanggal, jenis
limbah buangan
(merk) serta volume
budidaya. sarana budidaya yang
digunakan, perlakuan
serta alasan dan/atau
hasil perlakuan,
identitas
pemasok/pembeli
produk akhir
• Dokumentasi antara
lain terdiri dari
dokumen pengadaan
Sesua Ketidaksesuaia Keteranga
i n n

No Indikator saranaPengertian
budidaya, hasil
pemantauan dan
pengujian serta
perlakuan yang
diberikan

Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Kualitas Air (Suhu)

Hari/ tanggal DOC- Suhu

Pagi Siang Sore

Tabel 2. Data hasil pengukuran pH

Hari/ tanggal DOC- pH

Pagi Sore
Tabel 3. Data hasil pengukuran Salinitas

Hari/ tanggal DOC- Salinitas

Pagi Siang Sore

Anda mungkin juga menyukai